• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVDU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNIK TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVDU"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVDU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Makalah

Disusun Oleh:

1. Fatin Fauziyyah Tiras Putri 1503458 2. Rumaisha Ishmah Afifah 1500456 3. Tira Rostia Wardini 1503453

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT. atas terselesaikannya makaalah mengenai “Teknik-Teknik Dasar dalam Pemahaman Individ” ini. Penulisan makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, penilaian makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif panduan dan menambah wawasan.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khusunya bagi kami selalu penyusun. Mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan teori. Demikian makalah ini kami buat.

Bandung, Maret 2016

(3)

Daftar Pustaka

Kata Pengantar...i

Daftar Pustaka...ii

BAB I Pendahuluan...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan... 2

BAB II Pembahasan...3

A. Pengertian... 3

B. Teknik-Teknik Pemahaman Individu...3

C. Hal-hal yang Perlu dikenal dari Pribadi Murid...11

D. Faktor–faktor yang harus diketahui dalam mengetahui dasar-dasar pemahaman peserta didik... 14

E. Pentingnya Memahami Peserta Didik...33

BAB III Simpulan...35

(4)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individu sesuai dengan hakekat fitrahnya dengan berbagai potensi, kelebihan, dan kekurangannya.

Maka dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling sangat dipelukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat membantu individu untuk mengembangkan potensinya dan mencapai cita-citanya.

Dalam melaksanakan bimbingan, masalah dalam memahami peserta didik merupakan sikap yang harus dimiliki oleh guru, sehingga guru dapat mengetahui aspirasi/tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat peserta didik dan tepat berdasarkan dengan perkembangan peserta didik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pemahaman individu?

2. Apa saja teknik yang dapat dilakukan untuk memahami individu? 3. Apa saja aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu?

4. Faktor apa sajakah yang harus diketahui untuk memahami individu? 5. Mengapa memahami individu itu sangat penting?

C. Tujuan

(5)

2. Mengetahui teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk dapat memahami individu.

3. Memahami aspek-aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu. 4. Mengetahui faktor – faktor yang harus diketahui dalam dasar – dasar

pemahaman peserta didik.

5. Memahami aarti penting pemahaman individu.

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian

(6)

individu ini adalah untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan. Harapannya, individu akan memperoleh bantuan yang terarah sehingga apa yang diharapkannya dapat tercapai.

Pemahaman individu oleh Aiken (1997: 454) diartikan sebagai “Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristics. Assesing human behaviour and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating scales, check list, inventories, projective, and tests.” Dari pernyataan tersebut bahwa pemahaman individu adalah memiliki keberadaan atau besarnya satu atau lebih karakteristik dari pribadi individu. Menilai perilaku manusia dan proses mental meliputi prosedurr sebagai observasi, wawancara, skala penilaian, ceklis, persediaan, teknik proyektif, dan berbagai tes.

B. Teknik-Teknik Pemahaman Individu 1. Teknik Nontes

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara bisa dilakukan dengan peserta didik yang bersangkutan atau dengan guru, wali kelas, orang tua maupun teman-temannya bila hal ini diperlukan.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam wawancara, yaitu :

(7)

kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.

 Dalam proses wawancara, pewawancara harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul dibenak pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti : Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?

Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam teknik wawancara. Untuk kelebihannya yaitu Flexibility, Nonverbal Behavior, Question Order, Respondent alone can answer, dan Completeness. Adapun kelemahanya yaitu:

 Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.

 Kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi.

 Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human relation).

 Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.

 Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara. b. Observasi

(8)

sistematis. Sehingga pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Observasi yang intensif bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamat mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilaku siswa, terutama dalam mengikuti pelajaran maupun dengan teman-temannya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keseharian peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Teknik observasi ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Diantaranya :

Kelebihan :

 Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari individu-individu.

 Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, aktivitas yang rumit

kadang-kadang sulit untuk diterangkan.

 Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.

 Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.

Kekurangan:

 Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.

 Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.

 Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik

(9)

c. Angket

Angket (Questioner) adalah alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden, yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden. Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.

Berikut kelebihan menggunakan angket. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan angket.

 Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.

 Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.

 Responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.

Kelemahan dari angket :

 Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode

(10)

 Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.

 Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan di lain nomor.

 Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab.

d. Sosiometri

Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Sosiometri dapat juga dikatakan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok dan juga dipergunakan untuk mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya serta untuk meneliti kesulitan hubungan seseorang terhadap teman-temannya dalam kelompok, baik dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja, dan kegiatan-kegiatan kelompok lainnya.

Kegunaan lebih lanjut dari teknik sosiometri ini adalah untuk:

 Memperbaiki hubungan insani (human relationship);

 Menentukan kelompok kerja tertentu;

 Meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada suatu

kegiatan tertentu;

 Mengatur tempat duduk dalam kelas; serta

(11)

Metode ini biasanya digunakan pada kelompok-kelompok kecil (misalnya 10 sampai 100 orang). Apabila terlalu banyak jumlahnya, penentuan hubungan sosial antarindividu akan menjadi kabur dan akan mengalami kesulitan

e. Catatan anekdot

Catatan anekdot alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi bagi individu yang berupa catatan catatan tingkah laku yang dihasilkan dapat mempermudah guru pembimbing memahami kepribadian siswa. tujuan dari teknik ini yaitu mengumpulkan informasi yang relevan tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati dilingkungan sekolah. Namun satu anekdota belum cukup menyajikan informasi yang relevan, dibutuhkan beebrapa anekdota yang ditulis beberapa pengamat (guru pembimbing, guru mapel). Lalu anekdota dari beberapa pengamat itu dikumpulkan dan dipelajari dalam satu urutan kronologis yang kemudian diinterpretasi menyeluruh untuk menggamabarkan satu-dua aspek kepribadian siswa.

f. Inventori

(12)

kepribadian, inventory minat, tingkat nilai religius, bisa juga untuk mengungkap Perilaku etis, Kematangan emosi, Kematangan intelektual, Kesadaran tanggung jawab, Peran sosial (wanita dan pria), Penerimaan diri dan pengembangan, Kemandirian dan perilaku ekonomis, Persiapan karir, dan Hubungan dengan teman sebaya

g. Biografi atau autobiografi

Alat pengumpul data melalui catatan yang ditulis sendiri maupun orang lain. Biografi ditulis oleh orang lain yang berisi riwayat hidup seseorang. Autobiografi adalah alat pengumpul data yang ditulis sendiri oleh orang itu hingga akhir hidupnya. Objek yang dipahami dalam penulisan biografi adalah:

(13)

 Riwayat pendidikan

Daftar cek masalah merupakan alat atau instrumen yang berupa daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang/memancing pengutaraan masalah-masalah atau problem-problem yang pernah atau sedang dialami seseorang. Dafar cek masalah berguna untuk mengetahui data pribadi siswa yang mencerminkan tingkah laku siswa beserta masalah-masalah yang sudah dan pernah dialami oleh siswa yang tidak dapat diungkapkan secara lisan.

2. TEKNIK TES

a. Tes intelegensi umum

Tes semacam ini digunakan untuk mengukur kecerdasan. Satuan yang digunakan dalam tes Binet adalah IQ (intelegence question) yang diperoleh dari hasil pembagian antara usia mental dengan usia kronologis dikalikan 100.

b. Tes bakat

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam aspek-aspek khusus, seperti aspek verbal (kemampuan berbahasa), aspek numerik (kemampuan menggunakan angka-angka).

c. Tes kepribadian

Tes kepribadian digunakan untuk mengukur sifat-sifat atau karakteristik primer dan skunder, seperti sifat-sifat stabilitas emosi, rasa humor, seksual dan sebagainya

(14)

Jenis tes yang paling popular dalam dunia pendidikan adalah tes hasil belajar. Tes ini ada yang distandarisasikan dan ada pula tes buatan guru. Tujuan utama tes hasil belajar adalah mengukur dan menilai terhadap pengaruh suatu usaha pembelajaran di sekolah. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan individu setelah ia menempuh proses belajar-mengajar di sekolah sekaligus mengetahui pencapaian tujuan belajar anak didik. Bentuk tes hasil belajar yang paling dikenal ialah tes bentuk subjektif (tes essay). Namun adapula bentuk lain seperti tes objektif yang berupa pilihan ganda, tes benar-salah dan sebagainya.

C. Hal-hal yang Perlu dikenal dari Pribadi Murid

Banyak aspek dari pribadi murid yang perlu dikenal, aspek-aspek tersebut diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Latar Belakang Masyarakat

Kultur masyarakat dimana siswa tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap siswa. Latar belakang cultural ini menyebabkan para siswa memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik, masyarakat lain, dan cara bertingkah laku. Pengalaman anak-anak diluar sekolah yang hidup di dalam masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman para siswa yang tinggal di pedesaan.

2. Latar Belakang Keluarga

(15)

mengalami perasaan asing di Sekolah. Apa yang menarik minatnya di Rumah akan keliatan pula apa yang menjadi minatnya disekolah. Guru perlu mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga siswa, agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi, kendatipun pengaruh keluarga ini tidak mutlak menetukan berhasilnya seorang siswa, karena pada kenyataannya sering juga terjadi dimana anak mengalami maladjustment ( gejala-gejala merasa tidak diterima ) sebagai akibat lingkungan sekolah.

3. Tingkat Intelegensi

Hasil test intelegensi juga menjadi sumber yang menggambarkan abilisitas belajar siswa. Bahkan menurut Wechsler, bahwa intelegensi seseorang dipengaruhi oleh perasaan cemas, dorongan, rasa aman, dan sebagainya. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kemantapan daripada IQ. Tingkat intelegensi dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan seorang siswa.

4. Hasil Belajar

Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperoleh sebelumnya. Hal-hal yang perlu diketahui itu, ialah penguasaan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Hal tersebut penting bagi guru karena dapat membantu guru mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya, hasil-hasil tersebut dapat saja berbeda dan bervariasi sehubungan dengan kedaan motivasi, kematangan, dan penyesuaian sosial.

5. Kesehatan Badan

(16)

terhadap hasil pendidikan dan penyesuaian social mereka. Siswa yang kurang sehat badannya mungkin mengalami kurang vitamin sehingga kurang energi untuk belajar.

6. Hubungan antar Pribadi

Perkembangan social menunjukan keseluruhan pola pertumbuhan. Hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, peneriamaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan teman sekelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa aman di sekolah, sehingga berpengaruh pada kelakuan dan motivasi belajarnya.

7. Kebutuhan-kebutuhan Emosional

Diantara kebutuhan emosional yang penting dikalangan para siswa pada umumnya ialah ingin diterima, berteman, dan rasa aman. Kebutuhan ini perlu mendapat kepuasan dan jika tidak berhasil memberikan kepuasan atas kebutuhan tersebut maka akan menimbulkan frustasi dan gangguan mental lainnya. Gangguan mental tersebut dapat dilihat dari tingkah lakunya sebagai berikut: Tingkah Laku Pemalu, Kelakuannya sangat agresif, Tingkah laku submissive (terlalu bergantung pada orang lain), Gejala sakit somatis (sakit badan yang sebenarnya disebabkan oleh gangguan mental).

8. Sifat-sifat Kepribadian

Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian murid agar guru mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka, sehingga hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan pengajaran lebih efektif.

(17)

Guru perlu sekali minat muridnya karena penting bagi guru untuk memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman belajar, menuntun kearah pengetahuan, dan mendorong motivasi belajar.

D. Faktor–faktor yang harus diketahui dalam mengetahui dasar-dasar pemahaman peserta didik

Dalam memahami dasar – dasar pemahaman peserta didik hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Kompetensi Guru Pembimbing (Konselor) di Sekolah

Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. Konselor dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah, bisa menghargai, dan memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118)

Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.

Sebagai pelaksana utama, tenaga inti, dan ahli, konselor (guru pembimbing) bertugas:

(18)

c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

e. Menilai proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling.

f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian

g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling.

h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling tersebut. (Sukardi, 2002: 56)

Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber data yang meliputi: kartu akademis, catatan konseling, data psikotes dan catatan konperensi kasus.

(19)

Para konselor perlu dukungan agar termotivasi mengembangkan diri sebagai tenaga yang profesional dengan melanjutkan pendidikan untuk memperoleh sertifikasi konselor dan melengkapi dengan berbagai aktivitas profesi. Para guru pembimbing yang tidak berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling, pimpinan sekolah, wali kelas dan guru perlu dukungan agar termotivasi untuk belajar melakukan layanan bimbingan dan konseling secara benar. Upaya pengembangan diri dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan staf secara internal di sekolah, pertemuan pada MGBK di sanggar BK, mengikuti seminar, workshop maupun pelatihan BK, terlibat dalam organisasi profesi dan melanjutkan pendidikan.

2. Mengetahui Klasifikasi Layanan

Seorang konselor dalam memahami peserta didik harus mengetahui Klasifikasi layanan, dimana struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu:

a. Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar:

(20)

2) Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya.

3) Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya.

4) Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

b. Layanan Responsif

Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”. Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.

c. Layanan Perencanaan Individual

Layanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya”.

(21)

1) Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya.

2) Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

3) Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.

Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri.

d. Layanan Dukungan Sistem

Ketiga komponen program, merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).

Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan layanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini meliputi dua aspek, yaitu:

(22)

Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing (konselor) yang meliputi (1) konsultasi dengan guru-guru, (2) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, (3) berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah, (4) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka mencisekolahakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, (5) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.

2) Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (1) pengembangan program, (2) pengembangan staf, (3) pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan.

Secara operasional program disusun secara sistematis sebagai berikut :

a) Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan didasarkan atas landasan konseptual, hukum maupun empirik.

b) Visi dan misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan Bk yang mendukung visi , misi dan tujuan sekolah.

c) Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa, pendidik dan isntitusi terhadap layanan bimbingan. Data diperoleh dengan mempergunakan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan.

(23)

e) Komponen program : (1) Layanan dasar, program yang secara umum dibutuhkan oleh seluruh siswa pertingkatan kelas. (2) Layanan responsif, program yang secara khusus dibutuhakn untuk membatu para siswa yang memerlukan layanan bantuan khusus. (3) Layanan perencanaan individual, program yang mefasilitasi seluruh siswa memiliki kemampuan mengelola diri dan merancang masa depan. (4) Dukungan sistem, kebijakan yang mendukung keterlaksanaan program, program jejaring baik internal sekolah maupun eksternal.

f) Rencana operasional kegiatan

g) Pengembagan tema atau topik (silabus layanan).

h) Pengembangan satuan layanan bimbingan.

i) Evaluasi

j) Anggaran

Program disusun bersama oleh personil bimbingan dan konseling dengan memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung kebutuhan pendidik untuk memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara optimal dalam pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi sekolah. Program yang telah disusun disampaikan pada semua pendidik di sekolah pada rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.

3. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

(24)

a. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan

1) Bimbingan Klasikal

Sebagaimana telah dikemukakan pada paparan di atas, bahwa layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.

Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti: kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.

2) Bimbingan Kelompok

(25)

kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.

3) Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas

Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling. Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar siswa, guru mengenal tingkah laku, sifat-sifat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 2001: 117)

Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu, dan sebagai personel yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru dalam layanan bimbingan adalah:

a) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.

b) Membantu koselor mengidentifikasikan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.

c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada konselor.

(26)

e) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.

f) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.

g) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut.

Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi:

a) Daftar nilai siswa

b) Observasi

c) Catatan anekdot (Sukardi, 2002: 52-58)

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.

4) Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua

(27)

melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti: (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari – harinya.

b. Strategi untuk Layanan Responsif

1) Konsultasi

Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.

2) Konseling Individual atau Kelompok

Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini, masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.

(28)

Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.

4) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)

Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.

c. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual

(29)

kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.

2) Individual or Small-Group Advicement

Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

d. Strategi untuk Dukungan Sistem

1) Pengembangan Professional

Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).

2) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi

(30)

yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.

Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).

3) Manajemen Program

(31)

h) Anggaran

i) Penyiapan Fasilitas

Agar layanan dasar bimbingan dan konseling, renponsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem berfungsi efektif diperlukan cara baru dalam mengatur fasilitas-fasilitas program bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 63)

Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut:

a) Sarana

1) Alat pengumpul data, Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Alat pengumpul data yang berupa non-tes yaitu: pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.

(32)

3) Perlengkapan teknis, seperti buku pedoman, buku informasi, paket bimbingan, blongko surat, alat-alat tulis, dan sebagainya. Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat.

b) Prasarana

1) Ruangan bimbingan dan konseling, seperti ruang tamu, ruang konsultasi, ruang diskusi, ruang dokumentasi dan sebainya.

2) Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan, seperti anggaran untuk surat manyurat, transportasi, penataran, pembelian alat-alat, dan sebagainnya. (Sukardi, 2002: 63)

3) Fasilitas dan pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan konseling. Adapun aspek pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu factor penghambat proses pelaksanaan bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 59).

j) Pengendalian

(33)

memiliki sifat sifat kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan terciptanya sekolah suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada. Personel-personel yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil.

Pengendalian program bimbingan ialah : (a) untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada, (b) untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan (c) memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan.

Dalam hal ini dibutuhkan pula seorang supervisi. Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99).

Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi, 2002: 240).

Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun secara administrasi. Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara lain memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwil. (Sukardi, 2002:65).

(34)

Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor, misalnya melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 119).

Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah:

1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing

2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.

3) Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang ditemui

4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68)

4. Memperhatikan Kebutuhan Para Peserta Didik

(35)

a. Kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan.

b. Kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental psikologikal dan intelektual kebutuhan kasih sayang atau penerimaan.

c. Kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.

d. Kebutuhan aktualisasi diri

Namun, jika akal sehatnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, perilakunya lebih dikendalikan oleh sifat emosinalnya, maka dia akan mengalami penyesuaian diri yang keliru (maladjusment).

Bentuk perilaku salah suai (maldjustment), diantaranya : (1) agresi marah; (2) kecemasan tak berdaya; (3) regresi (kemunduran perilaku); (4) fiksasi; (5) represi (menekan perasaan); (6) rasionalisasi (mencari alasan); (7) proyeksi (melemparkan kesalahan kepada lingkungan); (8) sublimasi (menyalurkan hasrat dorongan pada obyek yang sejenis); (9) kompensasi (menutupi kegagalan atau kelemahan dengan sukses di bidang lain); (10) berfantasi (dalam angan-angannya, seakan-akan ia dapat mencapai tujuan yang didambakannya).

(36)

5. Memperhatikan Karakteristik Perkembangan Peserta didik (Usia Remaja —SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang yang dewasa. Masa remaja sering dikenal denga masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagi pria atau wanita dewasa yang menjunjung tinggi oleh masyarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagi warga Negara.

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social.

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

(37)

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, di antaranya:

a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika.

b. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondidi dirinya.

c. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siwa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olahraga, kesenian, dan sebagainya.

d. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

e. Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan.

f. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan positif.

g. Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta.

h. Memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran

(38)

E. Pentingnya Memahami Peserta Didik

Pentingnya Pemahaman Guru/Konselor Mengenai Peserta Didik diantaranya adalah :

1. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang guru/konselor akan dapat memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan orangtua dan guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya.

2. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang guru/konselor akan lebih mudah dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang peserta didik (konseli).

3. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang guru/konselor akan lebih mudah dalam mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga guru dapat mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.

(39)

BAB III

Simpulan

(40)

Agar tujuan tersebut berjalan dengan efektif, memahami individu merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Teknik-teknik dasar harus dipahami secara benar dan menyeluruh agar dapat memahami individu dengan tepat.

Daftar Pustaka

Aliya, septa. 2013. Hand out Mata Kuliah Pemahaman Individu (Teknik Tes). [Online]. Diakses dari http://septaaliya.blogspot.com/2013/03/hand-out-mata-kuliah-pemahaman-individu.html

(41)

Referensi

Dokumen terkait

Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa.. Patterns OfAdjusment And Human

Layanan bimbingan kelompok dijadikan pilihan layanan untuk meningkatkan hubungan sosial siswa terhadap teman sebaya karena layanan bimbingan kelompok merupakan

Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa bimbingan teman sebaya adalah proses pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh siswa kelas XI TKJ Taruna Bhakti yang

Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa bimbingan teman sebaya adalah proses pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh siswa kelas XI TKJ Taruna Bhakti yang

Mereka melakukan perilaku ngelem sebagai proses sosialisasi yang mereka peroleh dari anak-anak jalanan lainnya yang menjadi kelompok baru mereka Teman/teman sebaya merupakan agen

umum tak terkecuali pada sekolah inklusi yang memiliki siswa dengan disabilitas. Penerapan bimbingan teman sebaya terhadap siswa dengan disabilitas akan sangat

Dalam hal ini upaya konselor yang digunakan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar yaitu melalui layanan bimbingan teman sebaya karena dalam bimbingan

Hasil penelitian tersebut disimpulkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik psikodrama dapat mengatasi konflik dengan teman sebaya pada siswa kelas X Jasa Boga 1