BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi Judul
Pariwisata menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai kegiatan wisata serta
layanan yang disediakan oleh pemerintah , pengusaha, masyarakat,
pengusaha , dan Pemerintah Daerah . Menurut marpaung (2002)
pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia untuk
beristirahat dari kegiatan-kegiatan rutin untuk melakukan aktifitas
ditempat yang dituju untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk
meningkatkan kualitas pariwisata di daerah Tongging maka fasilitas
wisata di daerah tersebut perlu di tingkatkan. Pengembangan pariwisata
harus lah didukung oleh seluruh komponen yang ada didaerah tersebut
agar para pengunjung dapat menikmati daerah wisata sesaui dengan
harapan mereka.
Penyediaan akomodasi berupa hotel resort di Desa Tongging
diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Desa Tongging.
Oleh sebab itu tema dan judul perancangan harus disesuaikan dengan
kondisi alam dan masyarakatnya.
Judul perancangan hotel resort tersebut adalah Taneh Tongging
hotel Resort. Penamaan dengan “ Taneh Tongging “ diambil dari bahasa daerah Karo yang berarti “Tanah” atau “Bumi”.Taneh Tongging juga dinterpretasikan sebagai masyarakat Karo beserta adat dan budayanya .
Tema perancangan yang diterapkan adalah arsitektur vernakular.
Arsitektur vernakular merupakan ciri khas arsitektur dari suatu daerah.
Arsitektur vernakular dikaitkan dengan adat istiadat, kepercayaan, kondisi
lingkungan, material lokal,sehingga menghasilkan bentuk dan mempunyai
makna dan filosofi tersendiri.oleh karena itu adat dan budaya Karo
menjadi salah satu fokus perancangan .
Terminologi judul perancangan diambil dari nama Desa Tongging
karo dan masyarakatnya sekaligus mendukung tema arsitektur Vernakular
sebagai identintitas bangunan dan kebudayaan Karo.
2.2 Tinjauan Fungsi
Fungsi utama bangunan adalah hotel resort. Menurut Sihite (2003), Fungsi hotel adalah sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
pengunjung dan wisatawan sebagi tempat tinggal sementara .Hotel resort yang akan di bangun berada di daerah Tongging, Kabupaten Karo. Lokasi
site perancangan berbatasan langsung ke arah Danau Toba. Untuk itu perlu
dilakukan studi literatur dan kajian pustaka untuk mendukung perancangan
hotel resort tersebut.
2.2.1 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis Sebagai perbandingan untuk desain yang akan dirancang
maka perlu mencari literatur mengenai Hotel resort sebagai
pertimbangan dalam menentukan konsep desain yang akan
dirancang.
a. Hotel Le Meridien Jimbaran Bali
Hotel ini berada di di Jimbaran, Uluwatu ,Bali. Hotel ini
adalah bearada di tepi pantai Uluwatu. Budaya dan kesenian
yang ada di sekitarnya menjadi magnet bagi wisatawan untuk
mengunjungi daerah ini. Pertunjukan budaya yang sering
dipertunjukkan di daerah tersebut adalah kesenian khas Bali
seperti Tari kecak, tari kecak api dan pertunjukan budaya
lainnya.
Hotel dibangun pada tahun 2012. Hotel terdiri atas 5
lantai. Hotel berada di dekat laut namun tidak berbatasan
langsung dengan laut. Dari kamar Hotel kita bisa melihat
langsung pemandangan ke arah laut. Jumlah kamar Hotel
adalah 118 kamar dan memiliki satu bar dan dua restoran dan
beberapa fasilitas penunjang lainnya
Hotel terdiri dari beberapa massa bangunan. Bangunan
berorientasi ke arah tengah site.konsep multi massa membuat
pngalaman ruang yang berbeda pada setiap sudut hotel. Gambar 2.3 Ground Plan
Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.2 Tari kecak Bali
Daerah enterance utama dan parkir hotel berjarak jauh dari
bangunan utama. Pemberian jarak yang jauh dengan area publik
seperti daerah parkir dapat mengurangi kebisingan kendaraan .
Pengunjung yang datang ke daerah hotel masuk melalui
enterance utama yang ada pada area A yang terletak agak jauh
dari bangunan hotel dan kemudian masuk ke daerah parkiran
hotel pada area B ( gambar 2.3). Kapasitas parkir hotel adalah 40.
Pengunjung akan berjalan melalui koridor untuk dapat
menuju lobby hotel pada area C. Pada area C terdapat
beberapa fasilatas penunjang hotel. Pada lantai satu terdapat
Kids Club, dan retail. Pada lantai dua terdapat GYM, Serenity
Spa & Salon. Pada lantai tiga terdapat lobby untuk
pengunjung. Pada lantai 5 terdapat ruang rapat dan pada lanti 6
terdapat bale banjar ,ballroom ,dan celebration pavilion.
Pengunjung yang ingin berenang dapat mengakses area D .
Pada area E terdapat celebration pavilion untuk
melangsungkan perayaan-perayaan seperti pernikahan, ulang
tahun dan lai-lain. Pada area F terdapat lagoon pool bar.
Lagoon pool bar di khususkan untuk tamu yang mengunjungi
bar & lounge dan restoran (area G).
Lemeridien Hotel Jimbaran Bali memiliki hunian
dengan banyak tipe kamar. Terdapat 11 jenis kamar hotel
dengan fasilitas yang berbeda-beda (Tabel 2.1). Penyediaan
kamar dengan banyak pilihan membuat wisatawan dapat
memilih tipe kamar sesuai dengan keinginan masing-masing
Kamar hotel juga menyediakan kamar dengan tempat
tidur doble. Fasilitas tersebut dapat menambah kenyamanan
tamu hotel apabila tamu yang datang bersama keluarga, ataupun
Hotel menyediakan fasilitas kamar mulai dari kamar
standar hingga kamar lux. Kamar dengan tpe lux menyediakan
ruang yang luas dan fasilitas VIP yang dapat memanjakan tamu
yang berkunjung.
No Deskripsi Ruangan Gambar kamar
1 Lagoon View Room King
Kamar tidur dengan
single bad dengan
fasilitas standar. Kamar
ini memiliki luas
dengan maksimal
pengunjungnya adalah 3
orang.
(a) denah kamar
(b) suasana kamar
Sumber:
www.lemeridienbalijimbaran.com Tabel 2.1 Hunian Hotel Lemeridien
2 Lagoon View Twin
Kamar tidur dengan
twin bad dengan fasilitas
standar dengan luas
dengan luas dengan
maksimal pengunjungnya
adalah 4 orang.
3 Lagoon Access Room
Kamar dilengkapi dengan
king bed dan juga tersedia
ruangan lain untuk
bersantai seperti balkon
dan seating area. Kamar
ini memiliki luas
dengan kapasitas
pengunjungnya maksimal
3 orang.
(a) denah kamar
(b) suasana kamar
Sumber:
www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.5 Lagoon View Twin
(a) denah kamar
(b) suasana kamar
Gambar 2.6 Lagoon View Twin Sumber:
4 Aqua Studio Suite
Lagoon Access
Kamar dilengkapi dengan
king bed dan area kamar
tidur yang luas
pemandangan langsung
menghadap area kolam
renang hotel. Kamar ini
termasuk jenis kamar
dengan fasilitas suite.
Kamar ini memiliki Luas
sekitar dengan
kapasitas maximal 3
orang.
5 Classic Room King
Kamar dengan fasilitas
standar. Kamar ini
memiliki luas
dengan kapasitas
pengunjung maximal 3
orang.
Gambar 2.7 Classic Room king Sumber:
6 Classic Room Twin
Kamar dengan fasilitas
standar namun memiliki
twin bed. Kamar ini
memiliki luas
dengan kapasitas
pengunjung maximal 3
orang.
7 Aqua Pool Sky Penthouse
Ruangan berada di atas
roof top hotel dengan
pemandangan langsung ke
arah laut serta konsep out
door. Kamar ini termasuk
kedalam fasilitas lux
dengan berbagai fitur
yang menarik. Luas kamar
sekitar .penghuni
maksimal 3 orang.
(a) denah kamar
Gambar 2.8 Classic Room Twin (b) suasana kamar
Sumber:
www.lemeridienbalijimbaran.com
(a) denah kamar
(b) suasana kamar
Sumber:
8 Avant-garde 1 Bedroom
Suite
Ruangan
ini termasuk kedalam
kategori kamar yang
superior. Terlihat dari
kmewahan-kemewahan
yang berada dalam
ruangan ya. Kamar ini
memiliki luas
dengan maksimal orang
ang dapat menginap
adalah 3 orang.
9 Avant-garde Bedrooms
Suite
Kamar ini termasuk
kedalam kategori kamar
superior dengan fasilitas
atas. Konsep ruangan yang
dapat membuat para
wisatawan nyaman untuk
menikmati suasana hotel.
Kamar ini memiliki luas
dengan kapasitas yang dapat menginap
adalah maksimal 4 orang.
(a) denah kamar
(b) suasana kamar
Sumber:
www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.10 Avant-garde 1 Bedroom Suite
(a) denah kamar
(b) suasana kamar Gambar 2.11 Avant-garde 1 Bedroom
Sumber:
1
Hotel juga menyediakan fasilitas yang dapat menambah
kenyamanan bagi para pengunjung. Di dalam hotel tersedia 10 Grande Avant-garde Suite
Ruangan dengan kategori
lux dan fasilitas kelas
atas. anyak hal yang
dapat memanjakan
penghuninya seperti
bekerja,bermain,
bersantai,dan menikmati
langsung suasana laut dari
balkon kamar.ruangan ini
memiliki luas
dengan kapasitas
yangdapat menginap
adalah 4 orang.
11 Oceanic View Sky Villa
Kamar ini termasuk
kedalam kategori kamar
suite. Kamar ini juga
menyediakan berbagai
fasilitas penunjang
tambahan. Kamar ini
memiliki luas sekitar
dengan
pengunjung maksimal 3
orang.
(a) denah kamar
(b) suasana kamar
beberapa fasilitas seperti fasilitas pertemeuan, perayaan dan
lain-lain.
No Deskripsi Ruangan Gambar Ruangan
1 Celebration Pavilion
Ruangan ini berada di roof
top hotel.Digunakan untuk
pertemuan, resepsi dan
kegiatan perayaan lainya.
Ruangan ini memilki
ukuran dengan
kapasitas 50 orang.
2 Bale Banjar
Ruangan ini berada di
roof top hotel. Digunakan
untuk pertemuan resepsi
dan kegiatan perayaan
lainnya. Memiliki ukuran
yang lebih besar yakni
215 dengan kapasitas
pengunjung 150 orang. Tabel 2.2 Fasilitas Hotel.
Gambar 2.14 Suasana Celebration Pavilion
(b) suasana bale banjar (a) denah bale banjar
Gambar 2.15. Bale Banjar Sumber:
www.lemeridienbalijimbaran.com Sumber:
3 Saltwater Lagoon Pool
Kolam renang yang
sangat luas yang berada
di tengah bangunan. .
Kolam ini memiliki luas
sekitar .
4 Meeting Facilities
Meeting room terdiri dari
beberapa jenis yaitu
Jimbaran 1 dengan Luas
, Jimbaran 2 dengan luas , dan
Jimbaran 3 dengan luas
.
(a) denah Meeting facilities
(b) suasana meeting facilities
Gambar 2.17. Meeting Facilities Sumber:
www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.16 Suasana kolam renang
Sumber:
5 Restoran dan bar hotel
Restoran dan bar hotel
berada pada area H
(gambar 2.3). Restoran di
desain dengan konsep
yang menarik dan elegan.
2.2.2 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah proses penentuan kegiatan yang akan dilakukan di hotel resort.
Menurut UU No.10 Tahun 2009 wisatawan adalah orang yang
melakukan wisata. Sedangkan Undang-Undang No.9 tahun 1969
menyebutkan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang
berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat
lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu.
Wisatawan berdasarkan tempat asalnya dibagi menjadi
tiga yaitu wisatawan/tamu lokal yang merupakan wisatawan
yang berasal dari provinsi yang sama namun dari kabupaten
berbeda yang berwisata kesuatu daerah wisata.
Wisatawan domestik yang merupakan wisatawan yang berasal Gambar 2.18 Suasana Bar & Lounge
Sumber:
www.lemeridienbalijimbaran.com (a) suasana restoran
(b) suasana Bar and Lounge
dari Indonesia namun berasal dari provinsi berbeda.
Wisatawan mancanegara yang merupakan wisatawan yang
berasal dari luar negeri.
Dalam kawasan hotel resort terdapat 2 jenis pengunjung
yaitu pengunjung yang menginap dan pengunjung yang tidak
menginap.
a. Wisatawan yang menginap/Tamu hotel adalah
wisatawan yang datang ke hotel bertujuan untuk
menginap dan menikmati fasilitas hotel
lainnya.wisatawan yang menginap adalah menjadi
tujuan utama pada permbuatan hotel resort.Dalam hal
ini hotel memberikan pelayanan khusus bagi wisatawan
yang menggunakan jasa penginapan.
b. Wistawan yang tidak menginap/pengunjung hotel
adalah wisatawan yang datang ke hotel resort untuk
menggunakan fasilitas rekreasi dan fasilitas publik lain
yang tersedia pada hotel resort, tanpa melakukan
aktivitas menginap. wisatawan seperti ini biasanya
datang hannya untuk menikmati fasilitas yang ada di
dalam hotel seperti fasilitas terapis, fitness,kolam
renang, restoran dan bar dan lain-lain. selain itu ada
juga yang datang untuk mengikuti rapat, konfrensi,
resepsi dan lain-lain.
b. Pengelolala dan pegawai Hotel
Selain itu dalam kelompok yang menanganai dan
bertanggung jawab atas berjalannya regulasi hotel
dibagi menjadi pengelola hotel dan pegawai hotel.
b. Karyawan adalah orang yang datang ke hotel resort
untuk bekerja dengan memberikan pelayanan
kepada tamu hotel dan pengunjung. Pegawai
merupakan orang yang langsung berhubungan
dengan tamu hotel dan pengunjung
2.2.3 Deskripsi Perilaku
Secara umum deskripsi perilaku pengguna hotel adalah
sebagai berikut:
a) Wisatawan yang menginap/ Tamu Hotel
b) Wisatawan yang tidak menginap/ Pengunjung Hotel
c) Pengelola hotel
Diagram 2.1 Perilaku Tamu Hotel
Diagram 2.2. Perilaku pengunjung Hotel
` d) Karyawan Hotel
2.2.4 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran ruang
Tabel dibawah ini menunjukkan hubungan antara
pendekatan kelompok ruang penguna dan zona terhadap kebutuhan
ruang hotel resort.
No Pengguna Zona Kebutuhan Ruang
1 Penghuni hotel Private Standard
Deluxe
Suite
Standar Twin
Deluxe Twin
Deluxe Cottage
Suite Cottage Diagram 2.4. Perilaku karyawan hotel
2 Pengelola Semi
private
R .General Manajer
R.Sekretaris
R .Manajer Keuangan
R . Manajer Personalia
R . Manajer Marketing
R . Manajer Pengadaan
Barang
Service Ruang Linen
Gudang Alat
Tempat cuci piring
Kamar Mandi
5 Bar dan Cafe Public Area Duduk
Meja bar dan pantry
Kasir
K . Biro perjalanan
Toko Souvenir
Ruang konektivitas
8 Pijat dan refleksi Public Receptionist
Ruang Pijat
Ruang sauna
Ruang Ganti
Locker
Toilet /WC
9 Fitness center Ruang Regitrasi
Bell Boy Station
Lounge
11 utilitas Service R. Genset
R. Panel Kontrol
R.PABX
R. Pompa
R. Water Tank
R . sampah
R . Trafo
R. Tandon air
Gudang
12 Mushola Service R.sholat
T .Wudhu
Keamanan Service R.Satpam
R.CCTV
2.2.5 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Hotel
Penyelenggaraan pariwisata sangat erat kaitannya
dengan Hotel. Hotel pada saat ini bukan saja sebagai akomodasi
pada wisatawan semata. Hotel pada saat ini sudah menjadi salah
satu daerah tujuan wisata. Namun, keberhasilan suatu hotel
tidak terlepas dari bagaimana mereka mengoptimalkan
potensi-potensi yang ada di daerah sekitarnya. Potensi–potensi tersebut dapat diadopsi dan menerapkannya pada hotel sehingga
menghasilkan keharmonisan antara bangunan dan alam sekitar.
Menurut SK Menparpostel No.KM 34/HK
103/MPPT-87, hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa
memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam
keputusan pemerintah.
Sedangkan menurut Surat Keputusan Menteri
Perhubungan RI No., PM 10/PW-301/Phb. 77, tanggal 12
Desember 1977, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang
dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk
memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hotel adalah akomodasi
berupa penginapan, makan, dan minum bagi orang-orang yang
membutuhkan jasa tersebut yang dikelola secara komersial dan
berada dalam koridor peraturan dan pengawasan pemerintah.
Menurut Neufert ( 2002), jenis hotel berdasarkan
lokasinya dibagi kedalam 4 jenis, yaitu :
a. City Center Hotel .Termasuk hotel mewah, hotel yang
digunakan untuk pertemuan-pertemuan besar dan hotel
untuk para tamu kepariwisataan.
b. Hotel for Motorists. Hotel jenis ini pelayanan utamanya
diperuntukkan bagi para pengendara mobil atau sepeda
motor, lokasinya terletak pada persimpangan jalan raya
di pinggiran kota
c. Airport Hotel. Perencanaannya mirip dengan hotel for
motorist, perbedaannya hanya pada pelayanan
pengadaan makanan khusus untuk penumpang pesawat
udara.
d. Resort Hotel. Terdapat di tepi pantai, di daerah gunung
atau di daerah sumber air panas. Biasanya direncanakan
untuk melayani akomodasi pengunjung dalam
rombongan paket wisata tertentu dengan penataan
penerimaan tamu yang banyak pada masa liburan akhir
Klasifikasi hotel di Indonesia sesuai dengan peraturan
pemerintah, Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata
dengan SK : Kep-22/U/VI/78, hotel-hotel di Indonesia
dibedakan menjadi hotel bintang dan non bintang. Hotel non
bintang adalah hotel yang tidak memenuhi kelas pada hotel
bintang.
Hotel yang akan dirancang adalah Hotel dengan
satandart bintang 4. Dibawah ini adalah kriteria hotel bintang 4
menurut Peraturan menteri pariwisata dan Ekonomi kreatif
Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013
tentang standar usaha hotel: .
a. Jumlah kamar minimal 50 kamar (temrasuk minimal 3
suite room, 48 m2)
b. Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 24 m2
untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar double
c. Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal
terdiri dari kamar mandi, ruang makan (>100 m2) dan
bar (>45m2)
d. Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang
berharga, penukaran uang asing, postal service dan
antar jemput.
e. Fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x
jumlah kamar), ruang laundry (>40m2), dry cleaning
(>20m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang
makan).
f. Fasilitas tambahan : pertokoan, kantor biro perjalanan,
maskapai perjalanan, drugstore, salon, function room,
2.2.6 Tinjauan Hotel Resort
Pada dasarnya pariwisata muncul karena kebutuhan para
wisatawan untuk dapat menikmati alam suatu objek wisata.
Oleh karena itu muncul pemikiran untuk memberikan
akomodasi pada para wisatawan untuk untuk dapat menikmati
tempat wisata dengan cara yang berbeda .Maka dari itu di
daerah wisata muncul akomodasi berupa hotel resort dengan
konsep dan pelayanan beragam untuk memberikan pelayanan
kepada wisatawan.
Resort Hotel biasanya Terdapat di tepi pantai, di daerah
gunung atau di daerah sumber air panas yang direncanakan
untuk melayani akomodasi pengunjung dalam rombongan paket
wisata tertentu dengan penataan penerimaan tamu yang banyak
pada masa liburan akhir pekan atau mereka yang berkunjung
hanya semalam (Neufert, 2002).
Menurut Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah Air
Indonesia, hal 13, November, 1988 Resort adalah suatu
perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di
luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk
mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin
mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kegiatan
olaraga, kesehatan, konvensi, keagamaan, serta keperluan usaha
lainnya.
Menurut Chuck Y. Gee (1988) ,Resort adalah sebuah
kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar untuk
menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi.
Menurut SK Mentri Perhubungan RI No. 241/4/70 tanggal
15 Agustus 1970,hotel resort diperuntukkan bagi tamu yang
sedang mengadakan wisata dan liburan. Hotel ini umumnya
Dari hal itu dapat di ambil kesimpulan bahwa hotel resort
bukan hanya sekedar untuk menginap saja namun lebih kepada
kegitan yang rekreatif yang dapat menyegarkan jiwa dan raga .
selain itu wisatawan menginginkan rekreasi yang lebih
menyehatkan jasmani dan rohani.
Tipologi bentuk bangunan hotel resort menurut (Partners,
1962) adalah Bentuk Cottage ,Terdiri dari unit-unit massa
bangunan yang berdiri sendiri dan massa bangunannya bersifat
menyebar. Hubungan aktivitasnya berlaku secara horizontal.
Bentuk Convention yaitu terdiri dari satu bangunan yang
berlantai banyak. Sistem penataan ruang tersusun secara vertikal
dengan fasilitas transportasi vertikal. Bentuk Kombinasi
keduanya yaitu gabungan antara bentuk cottage dan
convention. Dengan hubungan aktivitas yang berlaku secara
horizontal dan vertikal.
2.3 Elaborasi Tema
Untuk dapat menerapkan arsitektur vernakular pada bangunan
yang akan dirancang maka perlu pemahaman khusus mengenai makna,
penerapan pada bangunan yang sudah ada, dan apa yang akan diterapkan
pada bangunan sesuai dengan tema tersebut.
2.3.1 Pengertian Arsitektur Vernakular
Vernakular pertama kali diperkenalkan oleh Bernard
Rudofsky Tahun 1964. Istilah vernakular semakin populer
dikalangan masyarakat sejak saat itu. Vernakular sendiri berasal
dari kata “verna” yaitu bahasa latin yang artinya domestik atau bersifat lokal. Arsitektur vernakular yang ditemukan berupa
hunian yang ada diberbagai belahan Dunia.
Konsep arsitektur dalam bidang vernakular meliputi
sosial-budaya yang menjadi implikasi dari bentuk-bentuk dalam
arsitektur vernakular . Aspek-aspek dalam arsitektur vernakular
terdiri dari aspek teknis, budaya, dan lingkungan yang berkaitan
dengan bentuk dan makna arsitektur.( Ira Mentayani & Ikaputra
2012).
Bentuk-bentuk atau pemodelan pada arsitektur
vernakular dapat disebabkan oleh enam faktor utama yaitu faktor
bahan, metode konstruksi, faktor teknologi, faktor iklim,
pemilihan lahan, faktor sosial-budaya. (Rapoport, 1969).
Menurut Turan (1990) arsitektur vernakular adalah
arsitektur yang lahir dari masyarakat adat dan bertumpu pada
adat istiadat dan tradisi lokal , tumbuh dan berkembang dari
arsitektur masyarakat, serta dibangun berdasarkan pengalaman
menggunakan teknik dan material lokal.
Menurut mentayani dan Ikaputra, arsitektur vernakular
memiliki 2 (dua) ranah dan unsur yaitu BENTUK yang berada
pada “fisik” bangunan dan “makna” dalam ranah “abstrak”.
Diagram 2.5 Kedudukan unsur dalam ranah arsitektur vernakular (sumber: Mentayani & Ikaputra, 2011)
Dari segi Teknisnya sifat vernakularnya pada bentuk dan
makna berkaitan dengan kteknikan seperti cara membangun,
material dan berbagai sisi teknis lainnya yang mengandung
makna sesuai dengan adat masyarakat setempat
Dari segi budaya sifat vernakularnya pada bentuk maupun
makna adalah berupa bentuk atap , pola ruang , pintu,
jendela,elemen dekoratif seperti ornamen dan ukiran yang dibuat
berdasarkan kepercayaan mayarakat setempat. Pada dasarnya
hasil dari bentuk pada budaya adalah berupa simbol dan
kemudian masyarakat setempat menginterpretasikan simbol
tersebut menjadi pesan yang ingin disampaikan.
Dari segi lingkungan sifat vernakularnya pada bentuk dan
maknanya adalah bentuk-bentuk rumah masyarakat yang
mengikuti adaptasi terhadap lingkungan sekitar dan memaknai
lingkungan seperti hutan, sungai, danau , dll sesuai dengan
kepercayaan masyarkat ( Mentayani dan Ikaputra, 2011).
2.3.2 Studi Banding Bangunan Vernakular
a. Gereja Katholik Santo Mikel Pangururan
Gambar 2.19. Gereja Katolik Inkulturatif Pangururan (sumber: Sitinjak ,2011)
Gereja Katolik Inkulturatif Paroki Santo Mikael Pangururan
atau lebih dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Inkulturatif
Pangururan (GKIP) terletak di Jl. Putri Lopian, Pangururan,
tampung jemaat sampai ± 700 orang. Gereja ini memiliki
aspek-aspek yang terkait dengan Arsitektur Vernakular. Hal itu dapat
dilihat dari bentuk fisik dari gereja yang menyerupai wujud
arsitektur lokal Sumatera Utara yaitu Rumah adat Suku Batak
Toba.
Menurut Sitinjak (2011). Gereja Katholik Inkulturatif
Pangururan telah menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada
Rumah batak Toba. Diantaranya adalah,Wujud arsitektural GKIP
dari tampak depan, merupakan perpaduan 3 buah bentuk dasar,
yaitu bidang empat persegi panjang (bagian bawah), bidang
trapesium (bagian tengah) dan bidang segitiga (bagian atas).
Gambar 2.20. Perbandingan wujud tampak pada
bangunan gereja dan rumah Batak.
(sumber: Sitinjak ,2011)
Bentuk suatu bangunan dapat menjadi ide Wujud tampak
samping kanan tidak jauh berbeda dengan tampak depan, kecuali
pada bagian atas. Bagian bawah membentuk bidang empat persegi
panjang dan bagian tengah berbentuk bidang trapesium.
bagian depan lebih menjorok panjang ke depan, sedangkan sudut
runcing bagian belakang lebih naik keatas atau lebih tinggi.
Gambar 2.21 Tampak samping Gereja (sumber: Sitinjak ,2011)
Bangunan ini menunjukkan kemiripan dengan wujud
Ruma Batak Toba dengan 3 tingkat ide kosmologinya yaitu Tri
Tunggal Banua yang terdiri dari banua toru (dunia bawah), banua
tonga (dunia tengah), dan banua ginjang (dunia atas). Pemisahan
bangunan tersebut dapat membedakan fungsi bangunan antara tiga
bagian rumah tersebut
Pada badan bangunan terdapat ornamen yang selaras
dengan warna merah, putih, hitam dan patung-patung yang diuki
layaknya ukiran pada rumah adat Toba.
Gambar 2.23 Ornamen-ornamen gorga pada bagian
depan bangunan
(sumber: Sitinjak ,2011)
Orientasi bangunan GKIP berorientasi pada danau Toba
dan pegunungan Pusuk Buhit dan merupakan tempat yang sangat
sakral bagi orang batak yang mempunyai elemen penting pada
kehidupan jasmani dan rohani masyarakat danau Toba.
Gambar 2.24. Orientasi Kosmolog Bangunan GKIP (sumber: Sitinjak ,2011)
Secara visual bentuk Rumah batak memiliki bentuk visual
Gambar 2.25. Skema Derajat Konsentrasi Bentuk
Tampak Gereja terhadap bidang dasar
(sumber: Sitinjak ,2011)
Gereja tersebut masih menerapkan pemakaian material
lokal yang masih digunakan oleh Rumah Adat Batak seperti
material kayu.Walaupun tidak secara keseluruhan menerapkan
material lokal yang ada pada rumah adat Batak Toba. Hal ini
disebabkan oleh bagunan gereja yang memiliki massa yang besar.
sehingga tidak dapat mengadopsi konstruksi Rumah adat batak
Toba secara keseluruhan .
Gambar 2.26 Struktur Atap Gereja (sumber: Sitinjak ,2011)
Pada bagian depan bangunan terdapat halaman yang luas
dan juga terdapat bangunan lain yang wujudnya sama namun
dimensinya lebih kecil. Mirip dengan perkampungan adat Batak
Toba yang pada sisi yang saling berhadapan memiliki bangunan
Gambar 2.27 Perbandingan peletakan perkampungan batak dan GKIP
Secara umum gereja GKIP telah menerapkan aspek-aspek
vernakularitas yang ada pada bangunan rumah adat Toba. Bentuk
gereja secara visual dapat di interpretasikan sebagai rumah adat
Toba. Penerapan aspek-aspek vernakularitas pada Rumah adat
Toba seperti ide kosmologi, penggunaan ornamen pada badan
bangunan, orientasi bangunan, proporsi bangunan, penggunaan
material bangunan, dan mengikuti pola perkampungan rumah adat
Toba diterapkan dengan matang. Elemen-elemen yang digunakan
tidak jauh berbeda dengan kondisi bangunan yang sebenarnya.
Namun karena fungsi bangunan sebagai gereja dan ukuran yang
jauh lebih besar sebagian elemen-elemen Rumah adat Toba tidak
dapat diterapkan.
2.3.3 Interpretasi Tema
Dalam Arsitektur Vernakular apa yang disebutkan tentang
aspek fisik dan abstrak adalah hal yang tidak bisa di hilangkan.
Dalam kaitannya bentuk dan makna arsitektur terhadap budaya
harus saling melengkapi. Unsur–unsur tersebut harus selalu dipakai dalam pembuatan sebuah bangunan vernakular.
(a) perkampungan batak
(b) peletakan gereja GKIP
Penerapan Arsitektur vernakular saat init banyak dipakai
untuk bangunan-bangunan yang fungsinya bukan sesuai fungsi
aslinya. Bangunan vernakuar dikemas kedalam bentuk dan fungsi
yang lebih modern dengan penambahan material modern yang
tersedia sekarang tetapi tidak meninggalkan esensinya sebagai
bangunan yang bersifat lokal .Hal ini menunjukkan bahwa
arsitektur vernakular sudah popular diterapkan di dalam
Masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa arsitektur vernakular dapat
diterapkan pada bangunan dengan fungsi yang berbeda dari fungsi
awalnya yang bersifat lokal dan dapat menambahkan
material-material yang non-lokal namun tidak meninggalkan sifat
kelokalannya.
2.3.4 Keterkaitan Tema dengan Judul
Sumatera Utara terkenal dengan keberagaman adat dan
budaya karena disini terdapat berbagai macam suku dan budaya
yang berbeda-beda. Tanah Karo adalah daerah budaya dimana
adat dan budaya yang turun-temurun masih di teruskan hingga
saat ini. Di daerah ini budaya, adat istiadat temasuk arsitektur nya
masih banyak mengadopsi adat dan budaya Karo tersebut.
Judul perancangan ini adalah “Taneh Tongging hotel resort dengan Konsep Arsitektur Vernakular”. Arsitektur vernakular yang diterapkan adalah arsitektur vernakular Karo.
Mengingat Kabupaten Karo yang masih menjaga
kebudayaan dan adat istiadat dengan baik. Perancangan Hotel
resort di Tongging Kabupaten Karo dengan mengusung Tema “Arsitektur Vernakular” juga akan menambah daya tarik wisatawan pada adat istiadat dan Arsitektur Karo itu sendiri
sehingga dapat menjadikan Desa Tongging menjadi salah satu
Dengan tema “Arsitektur Vernakular” diharapkan akan tetap menjaga kearifan lokal Kabupaten Karo. Selain itu dengan
adanya hotel resort bertema Arsitektur Karo dapat menarik