• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taneh Tongging Hotel Resort dengan Konsep Arsitektur Vernakular

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Taneh Tongging Hotel Resort dengan Konsep Arsitektur Vernakular"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi Judul

Pariwisata menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 adalah berbagai

macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai kegiatan wisata serta

layanan yang disediakan oleh pemerintah , pengusaha, masyarakat,

pengusaha , dan Pemerintah Daerah . Menurut marpaung (2002)

pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia untuk

beristirahat dari kegiatan-kegiatan rutin untuk melakukan aktifitas

ditempat yang dituju untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk

meningkatkan kualitas pariwisata di daerah Tongging maka fasilitas

wisata di daerah tersebut perlu di tingkatkan. Pengembangan pariwisata

harus lah didukung oleh seluruh komponen yang ada didaerah tersebut

agar para pengunjung dapat menikmati daerah wisata sesaui dengan

harapan mereka.

Penyediaan akomodasi berupa hotel resort di Desa Tongging

diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Desa Tongging.

Oleh sebab itu tema dan judul perancangan harus disesuaikan dengan

kondisi alam dan masyarakatnya.

Judul perancangan hotel resort tersebut adalah Taneh Tongging

hotel Resort. Penamaan dengan “ Taneh Tongging “ diambil dari bahasa daerah Karo yang berarti “Tanah” atau “Bumi”.Taneh Tongging juga dinterpretasikan sebagai masyarakat Karo beserta adat dan budayanya .

Tema perancangan yang diterapkan adalah arsitektur vernakular.

Arsitektur vernakular merupakan ciri khas arsitektur dari suatu daerah.

Arsitektur vernakular dikaitkan dengan adat istiadat, kepercayaan, kondisi

lingkungan, material lokal,sehingga menghasilkan bentuk dan mempunyai

makna dan filosofi tersendiri.oleh karena itu adat dan budaya Karo

menjadi salah satu fokus perancangan .

Terminologi judul perancangan diambil dari nama Desa Tongging

(2)

karo dan masyarakatnya sekaligus mendukung tema arsitektur Vernakular

sebagai identintitas bangunan dan kebudayaan Karo.

2.2 Tinjauan Fungsi

Fungsi utama bangunan adalah hotel resort. Menurut Sihite (2003), Fungsi hotel adalah sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan

pengunjung dan wisatawan sebagi tempat tinggal sementara .Hotel resort yang akan di bangun berada di daerah Tongging, Kabupaten Karo. Lokasi

site perancangan berbatasan langsung ke arah Danau Toba. Untuk itu perlu

dilakukan studi literatur dan kajian pustaka untuk mendukung perancangan

hotel resort tersebut.

2.2.1 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis Sebagai perbandingan untuk desain yang akan dirancang

maka perlu mencari literatur mengenai Hotel resort sebagai

pertimbangan dalam menentukan konsep desain yang akan

dirancang.

a. Hotel Le Meridien Jimbaran Bali

Hotel ini berada di di Jimbaran, Uluwatu ,Bali. Hotel ini

adalah bearada di tepi pantai Uluwatu. Budaya dan kesenian

yang ada di sekitarnya menjadi magnet bagi wisatawan untuk

mengunjungi daerah ini. Pertunjukan budaya yang sering

dipertunjukkan di daerah tersebut adalah kesenian khas Bali

seperti Tari kecak, tari kecak api dan pertunjukan budaya

lainnya.

(3)

Hotel dibangun pada tahun 2012. Hotel terdiri atas 5

lantai. Hotel berada di dekat laut namun tidak berbatasan

langsung dengan laut. Dari kamar Hotel kita bisa melihat

langsung pemandangan ke arah laut. Jumlah kamar Hotel

adalah 118 kamar dan memiliki satu bar dan dua restoran dan

beberapa fasilitas penunjang lainnya

Hotel terdiri dari beberapa massa bangunan. Bangunan

berorientasi ke arah tengah site.konsep multi massa membuat

pngalaman ruang yang berbeda pada setiap sudut hotel. Gambar 2.3 Ground Plan

Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.2 Tari kecak Bali

(4)

Daerah enterance utama dan parkir hotel berjarak jauh dari

bangunan utama. Pemberian jarak yang jauh dengan area publik

seperti daerah parkir dapat mengurangi kebisingan kendaraan .

Pengunjung yang datang ke daerah hotel masuk melalui

enterance utama yang ada pada area A yang terletak agak jauh

dari bangunan hotel dan kemudian masuk ke daerah parkiran

hotel pada area B ( gambar 2.3). Kapasitas parkir hotel adalah 40.

Pengunjung akan berjalan melalui koridor untuk dapat

menuju lobby hotel pada area C. Pada area C terdapat

beberapa fasilatas penunjang hotel. Pada lantai satu terdapat

Kids Club, dan retail. Pada lantai dua terdapat GYM, Serenity

Spa & Salon. Pada lantai tiga terdapat lobby untuk

pengunjung. Pada lantai 5 terdapat ruang rapat dan pada lanti 6

terdapat bale banjar ,ballroom ,dan celebration pavilion.

Pengunjung yang ingin berenang dapat mengakses area D .

Pada area E terdapat celebration pavilion untuk

melangsungkan perayaan-perayaan seperti pernikahan, ulang

tahun dan lai-lain. Pada area F terdapat lagoon pool bar.

Lagoon pool bar di khususkan untuk tamu yang mengunjungi

bar & lounge dan restoran (area G).

Lemeridien Hotel Jimbaran Bali memiliki hunian

dengan banyak tipe kamar. Terdapat 11 jenis kamar hotel

dengan fasilitas yang berbeda-beda (Tabel 2.1). Penyediaan

kamar dengan banyak pilihan membuat wisatawan dapat

memilih tipe kamar sesuai dengan keinginan masing-masing

Kamar hotel juga menyediakan kamar dengan tempat

tidur doble. Fasilitas tersebut dapat menambah kenyamanan

tamu hotel apabila tamu yang datang bersama keluarga, ataupun

(5)

Hotel menyediakan fasilitas kamar mulai dari kamar

standar hingga kamar lux. Kamar dengan tpe lux menyediakan

ruang yang luas dan fasilitas VIP yang dapat memanjakan tamu

yang berkunjung.

No Deskripsi Ruangan Gambar kamar

1 Lagoon View Room King

Kamar tidur dengan

single bad dengan

fasilitas standar. Kamar

ini memiliki luas

dengan maksimal

pengunjungnya adalah 3

orang.

(a) denah kamar

(b) suasana kamar

Sumber:

www.lemeridienbalijimbaran.com Tabel 2.1 Hunian Hotel Lemeridien

(6)

2 Lagoon View Twin

Kamar tidur dengan

twin bad dengan fasilitas

standar dengan luas

dengan luas dengan

maksimal pengunjungnya

adalah 4 orang.

3 Lagoon Access Room

Kamar dilengkapi dengan

king bed dan juga tersedia

ruangan lain untuk

bersantai seperti balkon

dan seating area. Kamar

ini memiliki luas

dengan kapasitas

pengunjungnya maksimal

3 orang.

(a) denah kamar

(b) suasana kamar

Sumber:

www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.5 Lagoon View Twin

(a) denah kamar

(b) suasana kamar

Gambar 2.6 Lagoon View Twin Sumber:

(7)

4 Aqua Studio Suite

Lagoon Access

Kamar dilengkapi dengan

king bed dan area kamar

tidur yang luas

pemandangan langsung

menghadap area kolam

renang hotel. Kamar ini

termasuk jenis kamar

dengan fasilitas suite.

Kamar ini memiliki Luas

sekitar dengan

kapasitas maximal 3

orang.

5 Classic Room King

Kamar dengan fasilitas

standar. Kamar ini

memiliki luas

dengan kapasitas

pengunjung maximal 3

orang.

Gambar 2.7 Classic Room king Sumber:

(8)

6 Classic Room Twin

Kamar dengan fasilitas

standar namun memiliki

twin bed. Kamar ini

memiliki luas

dengan kapasitas

pengunjung maximal 3

orang.

7 Aqua Pool Sky Penthouse

Ruangan berada di atas

roof top hotel dengan

pemandangan langsung ke

arah laut serta konsep out

door. Kamar ini termasuk

kedalam fasilitas lux

dengan berbagai fitur

yang menarik. Luas kamar

sekitar .penghuni

maksimal 3 orang.

(a) denah kamar

Gambar 2.8 Classic Room Twin (b) suasana kamar

Sumber:

www.lemeridienbalijimbaran.com

(a) denah kamar

(b) suasana kamar

Sumber:

(9)

8 Avant-garde 1 Bedroom

Suite

Ruangan

ini termasuk kedalam

kategori kamar yang

superior. Terlihat dari

kmewahan-kemewahan

yang berada dalam

ruangan ya. Kamar ini

memiliki luas

dengan maksimal orang

ang dapat menginap

adalah 3 orang.

9 Avant-garde Bedrooms

Suite

Kamar ini termasuk

kedalam kategori kamar

superior dengan fasilitas

atas. Konsep ruangan yang

dapat membuat para

wisatawan nyaman untuk

menikmati suasana hotel.

Kamar ini memiliki luas

dengan kapasitas yang dapat menginap

adalah maksimal 4 orang.

(a) denah kamar

(b) suasana kamar

Sumber:

www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.10 Avant-garde 1 Bedroom Suite

(a) denah kamar

(b) suasana kamar Gambar 2.11 Avant-garde 1 Bedroom

Sumber:

(10)

1

Hotel juga menyediakan fasilitas yang dapat menambah

kenyamanan bagi para pengunjung. Di dalam hotel tersedia 10 Grande Avant-garde Suite

Ruangan dengan kategori

lux dan fasilitas kelas

atas. anyak hal yang

dapat memanjakan

penghuninya seperti

bekerja,bermain,

bersantai,dan menikmati

langsung suasana laut dari

balkon kamar.ruangan ini

memiliki luas

dengan kapasitas

yangdapat menginap

adalah 4 orang.

11 Oceanic View Sky Villa

Kamar ini termasuk

kedalam kategori kamar

suite. Kamar ini juga

menyediakan berbagai

fasilitas penunjang

tambahan. Kamar ini

memiliki luas sekitar

dengan

pengunjung maksimal 3

orang.

(a) denah kamar

(b) suasana kamar

(11)

beberapa fasilitas seperti fasilitas pertemeuan, perayaan dan

lain-lain.

No Deskripsi Ruangan Gambar Ruangan

1 Celebration Pavilion

Ruangan ini berada di roof

top hotel.Digunakan untuk

pertemuan, resepsi dan

kegiatan perayaan lainya.

Ruangan ini memilki

ukuran dengan

kapasitas 50 orang.

2 Bale Banjar

Ruangan ini berada di

roof top hotel. Digunakan

untuk pertemuan resepsi

dan kegiatan perayaan

lainnya. Memiliki ukuran

yang lebih besar yakni

215 dengan kapasitas

pengunjung 150 orang. Tabel 2.2 Fasilitas Hotel.

Gambar 2.14 Suasana Celebration Pavilion

(b) suasana bale banjar (a) denah bale banjar

Gambar 2.15. Bale Banjar Sumber:

www.lemeridienbalijimbaran.com Sumber:

(12)

3 Saltwater Lagoon Pool

Kolam renang yang

sangat luas yang berada

di tengah bangunan. .

Kolam ini memiliki luas

sekitar .

4 Meeting Facilities

Meeting room terdiri dari

beberapa jenis yaitu

Jimbaran 1 dengan Luas

, Jimbaran 2 dengan luas , dan

Jimbaran 3 dengan luas

.

(a) denah Meeting facilities

(b) suasana meeting facilities

Gambar 2.17. Meeting Facilities Sumber:

www.lemeridienbalijimbaran.com Gambar 2.16 Suasana kolam renang

Sumber:

(13)

5 Restoran dan bar hotel

Restoran dan bar hotel

berada pada area H

(gambar 2.3). Restoran di

desain dengan konsep

yang menarik dan elegan.

2.2.2 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah proses penentuan kegiatan yang akan dilakukan di hotel resort.

Menurut UU No.10 Tahun 2009 wisatawan adalah orang yang

melakukan wisata. Sedangkan Undang-Undang No.9 tahun 1969

menyebutkan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang

berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat

lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu.

Wisatawan berdasarkan tempat asalnya dibagi menjadi

tiga yaitu wisatawan/tamu lokal yang merupakan wisatawan

yang berasal dari provinsi yang sama namun dari kabupaten

berbeda yang berwisata kesuatu daerah wisata.

Wisatawan domestik yang merupakan wisatawan yang berasal Gambar 2.18 Suasana Bar & Lounge

Sumber:

www.lemeridienbalijimbaran.com (a) suasana restoran

(b) suasana Bar and Lounge

(14)

dari Indonesia namun berasal dari provinsi berbeda.

Wisatawan mancanegara yang merupakan wisatawan yang

berasal dari luar negeri.

Dalam kawasan hotel resort terdapat 2 jenis pengunjung

yaitu pengunjung yang menginap dan pengunjung yang tidak

menginap.

a. Wisatawan yang menginap/Tamu hotel adalah

wisatawan yang datang ke hotel bertujuan untuk

menginap dan menikmati fasilitas hotel

lainnya.wisatawan yang menginap adalah menjadi

tujuan utama pada permbuatan hotel resort.Dalam hal

ini hotel memberikan pelayanan khusus bagi wisatawan

yang menggunakan jasa penginapan.

b. Wistawan yang tidak menginap/pengunjung hotel

adalah wisatawan yang datang ke hotel resort untuk

menggunakan fasilitas rekreasi dan fasilitas publik lain

yang tersedia pada hotel resort, tanpa melakukan

aktivitas menginap. wisatawan seperti ini biasanya

datang hannya untuk menikmati fasilitas yang ada di

dalam hotel seperti fasilitas terapis, fitness,kolam

renang, restoran dan bar dan lain-lain. selain itu ada

juga yang datang untuk mengikuti rapat, konfrensi,

resepsi dan lain-lain.

b. Pengelolala dan pegawai Hotel

Selain itu dalam kelompok yang menanganai dan

bertanggung jawab atas berjalannya regulasi hotel

dibagi menjadi pengelola hotel dan pegawai hotel.

(15)

b. Karyawan adalah orang yang datang ke hotel resort

untuk bekerja dengan memberikan pelayanan

kepada tamu hotel dan pengunjung. Pegawai

merupakan orang yang langsung berhubungan

dengan tamu hotel dan pengunjung

2.2.3 Deskripsi Perilaku

Secara umum deskripsi perilaku pengguna hotel adalah

sebagai berikut:

a) Wisatawan yang menginap/ Tamu Hotel

b) Wisatawan yang tidak menginap/ Pengunjung Hotel

c) Pengelola hotel

Diagram 2.1 Perilaku Tamu Hotel

Diagram 2.2. Perilaku pengunjung Hotel

(16)

` d) Karyawan Hotel

2.2.4 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran ruang

Tabel dibawah ini menunjukkan hubungan antara

pendekatan kelompok ruang penguna dan zona terhadap kebutuhan

ruang hotel resort.

No Pengguna Zona Kebutuhan Ruang

1 Penghuni hotel Private Standard

Deluxe

Suite

Standar Twin

Deluxe Twin

Deluxe Cottage

Suite Cottage Diagram 2.4. Perilaku karyawan hotel

(17)

2 Pengelola Semi

private

R .General Manajer

R.Sekretaris

R .Manajer Keuangan

R . Manajer Personalia

R . Manajer Marketing

R . Manajer Pengadaan

Barang

Service Ruang Linen

(18)

Gudang Alat

Tempat cuci piring

Kamar Mandi

5 Bar dan Cafe Public Area Duduk

Meja bar dan pantry

Kasir

K . Biro perjalanan

Toko Souvenir

Ruang konektivitas

8 Pijat dan refleksi Public Receptionist

Ruang Pijat

Ruang sauna

Ruang Ganti

Locker

Toilet /WC

9 Fitness center Ruang Regitrasi

(19)

Bell Boy Station

Lounge

11 utilitas Service R. Genset

R. Panel Kontrol

R.PABX

R. Pompa

R. Water Tank

R . sampah

R . Trafo

R. Tandon air

Gudang

12 Mushola Service R.sholat

T .Wudhu

Keamanan Service R.Satpam

R.CCTV

2.2.5 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Hotel

Penyelenggaraan pariwisata sangat erat kaitannya

dengan Hotel. Hotel pada saat ini bukan saja sebagai akomodasi

pada wisatawan semata. Hotel pada saat ini sudah menjadi salah

satu daerah tujuan wisata. Namun, keberhasilan suatu hotel

tidak terlepas dari bagaimana mereka mengoptimalkan

potensi-potensi yang ada di daerah sekitarnya. Potensi–potensi tersebut dapat diadopsi dan menerapkannya pada hotel sehingga

menghasilkan keharmonisan antara bangunan dan alam sekitar.

Menurut SK Menparpostel No.KM 34/HK

103/MPPT-87, hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang

mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk

menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa

(20)

memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam

keputusan pemerintah.

Sedangkan menurut Surat Keputusan Menteri

Perhubungan RI No., PM 10/PW-301/Phb. 77, tanggal 12

Desember 1977, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang

dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk

memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hotel adalah akomodasi

berupa penginapan, makan, dan minum bagi orang-orang yang

membutuhkan jasa tersebut yang dikelola secara komersial dan

berada dalam koridor peraturan dan pengawasan pemerintah.

Menurut Neufert ( 2002), jenis hotel berdasarkan

lokasinya dibagi kedalam 4 jenis, yaitu :

a. City Center Hotel .Termasuk hotel mewah, hotel yang

digunakan untuk pertemuan-pertemuan besar dan hotel

untuk para tamu kepariwisataan.

b. Hotel for Motorists. Hotel jenis ini pelayanan utamanya

diperuntukkan bagi para pengendara mobil atau sepeda

motor, lokasinya terletak pada persimpangan jalan raya

di pinggiran kota

c. Airport Hotel. Perencanaannya mirip dengan hotel for

motorist, perbedaannya hanya pada pelayanan

pengadaan makanan khusus untuk penumpang pesawat

udara.

d. Resort Hotel. Terdapat di tepi pantai, di daerah gunung

atau di daerah sumber air panas. Biasanya direncanakan

untuk melayani akomodasi pengunjung dalam

rombongan paket wisata tertentu dengan penataan

penerimaan tamu yang banyak pada masa liburan akhir

(21)

Klasifikasi hotel di Indonesia sesuai dengan peraturan

pemerintah, Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata

dengan SK : Kep-22/U/VI/78, hotel-hotel di Indonesia

dibedakan menjadi hotel bintang dan non bintang. Hotel non

bintang adalah hotel yang tidak memenuhi kelas pada hotel

bintang.

Hotel yang akan dirancang adalah Hotel dengan

satandart bintang 4. Dibawah ini adalah kriteria hotel bintang 4

menurut Peraturan menteri pariwisata dan Ekonomi kreatif

Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013

tentang standar usaha hotel: .

a. Jumlah kamar minimal 50 kamar (temrasuk minimal 3

suite room, 48 m2)

b. Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 24 m2

untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar double

c. Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal

terdiri dari kamar mandi, ruang makan (>100 m2) dan

bar (>45m2)

d. Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang

berharga, penukaran uang asing, postal service dan

antar jemput.

e. Fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x

jumlah kamar), ruang laundry (>40m2), dry cleaning

(>20m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang

makan).

f. Fasilitas tambahan : pertokoan, kantor biro perjalanan,

maskapai perjalanan, drugstore, salon, function room,

(22)

2.2.6 Tinjauan Hotel Resort

Pada dasarnya pariwisata muncul karena kebutuhan para

wisatawan untuk dapat menikmati alam suatu objek wisata.

Oleh karena itu muncul pemikiran untuk memberikan

akomodasi pada para wisatawan untuk untuk dapat menikmati

tempat wisata dengan cara yang berbeda .Maka dari itu di

daerah wisata muncul akomodasi berupa hotel resort dengan

konsep dan pelayanan beragam untuk memberikan pelayanan

kepada wisatawan.

Resort Hotel biasanya Terdapat di tepi pantai, di daerah

gunung atau di daerah sumber air panas yang direncanakan

untuk melayani akomodasi pengunjung dalam rombongan paket

wisata tertentu dengan penataan penerimaan tamu yang banyak

pada masa liburan akhir pekan atau mereka yang berkunjung

hanya semalam (Neufert, 2002).

Menurut Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah Air

Indonesia, hal 13, November, 1988 Resort adalah suatu

perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di

luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk

mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin

mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kegiatan

olaraga, kesehatan, konvensi, keagamaan, serta keperluan usaha

lainnya.

Menurut Chuck Y. Gee (1988) ,Resort adalah sebuah

kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar untuk

menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi.

Menurut SK Mentri Perhubungan RI No. 241/4/70 tanggal

15 Agustus 1970,hotel resort diperuntukkan bagi tamu yang

sedang mengadakan wisata dan liburan. Hotel ini umumnya

(23)

Dari hal itu dapat di ambil kesimpulan bahwa hotel resort

bukan hanya sekedar untuk menginap saja namun lebih kepada

kegitan yang rekreatif yang dapat menyegarkan jiwa dan raga .

selain itu wisatawan menginginkan rekreasi yang lebih

menyehatkan jasmani dan rohani.

Tipologi bentuk bangunan hotel resort menurut (Partners,

1962) adalah Bentuk Cottage ,Terdiri dari unit-unit massa

bangunan yang berdiri sendiri dan massa bangunannya bersifat

menyebar. Hubungan aktivitasnya berlaku secara horizontal.

Bentuk Convention yaitu terdiri dari satu bangunan yang

berlantai banyak. Sistem penataan ruang tersusun secara vertikal

dengan fasilitas transportasi vertikal. Bentuk Kombinasi

keduanya yaitu gabungan antara bentuk cottage dan

convention. Dengan hubungan aktivitas yang berlaku secara

horizontal dan vertikal.

2.3 Elaborasi Tema

Untuk dapat menerapkan arsitektur vernakular pada bangunan

yang akan dirancang maka perlu pemahaman khusus mengenai makna,

penerapan pada bangunan yang sudah ada, dan apa yang akan diterapkan

pada bangunan sesuai dengan tema tersebut.

2.3.1 Pengertian Arsitektur Vernakular

Vernakular pertama kali diperkenalkan oleh Bernard

Rudofsky Tahun 1964. Istilah vernakular semakin populer

dikalangan masyarakat sejak saat itu. Vernakular sendiri berasal

dari kata “verna” yaitu bahasa latin yang artinya domestik atau bersifat lokal. Arsitektur vernakular yang ditemukan berupa

hunian yang ada diberbagai belahan Dunia.

Konsep arsitektur dalam bidang vernakular meliputi

(24)

sosial-budaya yang menjadi implikasi dari bentuk-bentuk dalam

arsitektur vernakular . Aspek-aspek dalam arsitektur vernakular

terdiri dari aspek teknis, budaya, dan lingkungan yang berkaitan

dengan bentuk dan makna arsitektur.( Ira Mentayani & Ikaputra

2012).

Bentuk-bentuk atau pemodelan pada arsitektur

vernakular dapat disebabkan oleh enam faktor utama yaitu faktor

bahan, metode konstruksi, faktor teknologi, faktor iklim,

pemilihan lahan, faktor sosial-budaya. (Rapoport, 1969).

Menurut Turan (1990) arsitektur vernakular adalah

arsitektur yang lahir dari masyarakat adat dan bertumpu pada

adat istiadat dan tradisi lokal , tumbuh dan berkembang dari

arsitektur masyarakat, serta dibangun berdasarkan pengalaman

menggunakan teknik dan material lokal.

Menurut mentayani dan Ikaputra, arsitektur vernakular

memiliki 2 (dua) ranah dan unsur yaitu BENTUK yang berada

pada “fisik” bangunan dan “makna” dalam ranah “abstrak”.

Diagram 2.5 Kedudukan unsur dalam ranah arsitektur vernakular (sumber: Mentayani & Ikaputra, 2011)

Dari segi Teknisnya sifat vernakularnya pada bentuk dan

makna berkaitan dengan kteknikan seperti cara membangun,

(25)

material dan berbagai sisi teknis lainnya yang mengandung

makna sesuai dengan adat masyarakat setempat

Dari segi budaya sifat vernakularnya pada bentuk maupun

makna adalah berupa bentuk atap , pola ruang , pintu,

jendela,elemen dekoratif seperti ornamen dan ukiran yang dibuat

berdasarkan kepercayaan mayarakat setempat. Pada dasarnya

hasil dari bentuk pada budaya adalah berupa simbol dan

kemudian masyarakat setempat menginterpretasikan simbol

tersebut menjadi pesan yang ingin disampaikan.

Dari segi lingkungan sifat vernakularnya pada bentuk dan

maknanya adalah bentuk-bentuk rumah masyarakat yang

mengikuti adaptasi terhadap lingkungan sekitar dan memaknai

lingkungan seperti hutan, sungai, danau , dll sesuai dengan

kepercayaan masyarkat ( Mentayani dan Ikaputra, 2011).

2.3.2 Studi Banding Bangunan Vernakular

a. Gereja Katholik Santo Mikel Pangururan

Gambar 2.19. Gereja Katolik Inkulturatif Pangururan (sumber: Sitinjak ,2011)

Gereja Katolik Inkulturatif Paroki Santo Mikael Pangururan

atau lebih dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Inkulturatif

Pangururan (GKIP) terletak di Jl. Putri Lopian, Pangururan,

(26)

tampung jemaat sampai ± 700 orang. Gereja ini memiliki

aspek-aspek yang terkait dengan Arsitektur Vernakular. Hal itu dapat

dilihat dari bentuk fisik dari gereja yang menyerupai wujud

arsitektur lokal Sumatera Utara yaitu Rumah adat Suku Batak

Toba.

Menurut Sitinjak (2011). Gereja Katholik Inkulturatif

Pangururan telah menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada

Rumah batak Toba. Diantaranya adalah,Wujud arsitektural GKIP

dari tampak depan, merupakan perpaduan 3 buah bentuk dasar,

yaitu bidang empat persegi panjang (bagian bawah), bidang

trapesium (bagian tengah) dan bidang segitiga (bagian atas).

Gambar 2.20. Perbandingan wujud tampak pada

bangunan gereja dan rumah Batak.

(sumber: Sitinjak ,2011)

Bentuk suatu bangunan dapat menjadi ide Wujud tampak

samping kanan tidak jauh berbeda dengan tampak depan, kecuali

pada bagian atas. Bagian bawah membentuk bidang empat persegi

panjang dan bagian tengah berbentuk bidang trapesium.

(27)

bagian depan lebih menjorok panjang ke depan, sedangkan sudut

runcing bagian belakang lebih naik keatas atau lebih tinggi.

Gambar 2.21 Tampak samping Gereja (sumber: Sitinjak ,2011)

Bangunan ini menunjukkan kemiripan dengan wujud

Ruma Batak Toba dengan 3 tingkat ide kosmologinya yaitu Tri

Tunggal Banua yang terdiri dari banua toru (dunia bawah), banua

tonga (dunia tengah), dan banua ginjang (dunia atas). Pemisahan

bangunan tersebut dapat membedakan fungsi bangunan antara tiga

bagian rumah tersebut

(28)

Pada badan bangunan terdapat ornamen yang selaras

dengan warna merah, putih, hitam dan patung-patung yang diuki

layaknya ukiran pada rumah adat Toba.

Gambar 2.23 Ornamen-ornamen gorga pada bagian

depan bangunan

(sumber: Sitinjak ,2011)

Orientasi bangunan GKIP berorientasi pada danau Toba

dan pegunungan Pusuk Buhit dan merupakan tempat yang sangat

sakral bagi orang batak yang mempunyai elemen penting pada

kehidupan jasmani dan rohani masyarakat danau Toba.

Gambar 2.24. Orientasi Kosmolog Bangunan GKIP (sumber: Sitinjak ,2011)

Secara visual bentuk Rumah batak memiliki bentuk visual

(29)

Gambar 2.25. Skema Derajat Konsentrasi Bentuk

Tampak Gereja terhadap bidang dasar

(sumber: Sitinjak ,2011)

Gereja tersebut masih menerapkan pemakaian material

lokal yang masih digunakan oleh Rumah Adat Batak seperti

material kayu.Walaupun tidak secara keseluruhan menerapkan

material lokal yang ada pada rumah adat Batak Toba. Hal ini

disebabkan oleh bagunan gereja yang memiliki massa yang besar.

sehingga tidak dapat mengadopsi konstruksi Rumah adat batak

Toba secara keseluruhan .

Gambar 2.26 Struktur Atap Gereja (sumber: Sitinjak ,2011)

Pada bagian depan bangunan terdapat halaman yang luas

dan juga terdapat bangunan lain yang wujudnya sama namun

dimensinya lebih kecil. Mirip dengan perkampungan adat Batak

Toba yang pada sisi yang saling berhadapan memiliki bangunan

(30)

Gambar 2.27 Perbandingan peletakan perkampungan batak dan GKIP

Secara umum gereja GKIP telah menerapkan aspek-aspek

vernakularitas yang ada pada bangunan rumah adat Toba. Bentuk

gereja secara visual dapat di interpretasikan sebagai rumah adat

Toba. Penerapan aspek-aspek vernakularitas pada Rumah adat

Toba seperti ide kosmologi, penggunaan ornamen pada badan

bangunan, orientasi bangunan, proporsi bangunan, penggunaan

material bangunan, dan mengikuti pola perkampungan rumah adat

Toba diterapkan dengan matang. Elemen-elemen yang digunakan

tidak jauh berbeda dengan kondisi bangunan yang sebenarnya.

Namun karena fungsi bangunan sebagai gereja dan ukuran yang

jauh lebih besar sebagian elemen-elemen Rumah adat Toba tidak

dapat diterapkan.

2.3.3 Interpretasi Tema

Dalam Arsitektur Vernakular apa yang disebutkan tentang

aspek fisik dan abstrak adalah hal yang tidak bisa di hilangkan.

Dalam kaitannya bentuk dan makna arsitektur terhadap budaya

harus saling melengkapi. Unsur–unsur tersebut harus selalu dipakai dalam pembuatan sebuah bangunan vernakular.

(a) perkampungan batak

(b) peletakan gereja GKIP

(31)

Penerapan Arsitektur vernakular saat init banyak dipakai

untuk bangunan-bangunan yang fungsinya bukan sesuai fungsi

aslinya. Bangunan vernakuar dikemas kedalam bentuk dan fungsi

yang lebih modern dengan penambahan material modern yang

tersedia sekarang tetapi tidak meninggalkan esensinya sebagai

bangunan yang bersifat lokal .Hal ini menunjukkan bahwa

arsitektur vernakular sudah popular diterapkan di dalam

Masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa arsitektur vernakular dapat

diterapkan pada bangunan dengan fungsi yang berbeda dari fungsi

awalnya yang bersifat lokal dan dapat menambahkan

material-material yang non-lokal namun tidak meninggalkan sifat

kelokalannya.

2.3.4 Keterkaitan Tema dengan Judul

Sumatera Utara terkenal dengan keberagaman adat dan

budaya karena disini terdapat berbagai macam suku dan budaya

yang berbeda-beda. Tanah Karo adalah daerah budaya dimana

adat dan budaya yang turun-temurun masih di teruskan hingga

saat ini. Di daerah ini budaya, adat istiadat temasuk arsitektur nya

masih banyak mengadopsi adat dan budaya Karo tersebut.

Judul perancangan ini adalah “Taneh Tongging hotel resort dengan Konsep Arsitektur Vernakular”. Arsitektur vernakular yang diterapkan adalah arsitektur vernakular Karo.

Mengingat Kabupaten Karo yang masih menjaga

kebudayaan dan adat istiadat dengan baik. Perancangan Hotel

resort di Tongging Kabupaten Karo dengan mengusung Tema “Arsitektur Vernakular” juga akan menambah daya tarik wisatawan pada adat istiadat dan Arsitektur Karo itu sendiri

sehingga dapat menjadikan Desa Tongging menjadi salah satu

(32)

Dengan tema “Arsitektur Vernakular” diharapkan akan tetap menjaga kearifan lokal Kabupaten Karo. Selain itu dengan

adanya hotel resort bertema Arsitektur Karo dapat menarik

Gambar

Gambar 2.1 Hotel Lemeridian Jimbaran Bali
Gambar 2.2  Tari kecak Bali
Gambar kamar
Gambar 2.5  Lagoon View Twin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu merancang perangkat radar untuk pemantauan pergerakan kendaraan menggunakan teknik pengolahan sinyal fast fourier transform serta

Pada tahap perencanaan tindakan dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang diteliti berdasarkan observasi lapangan. Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan melakukan

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan, dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan Secara

Duta Nusantara. Alamat :

 Disajikan tayangan dalam bentuk gambar mengenai contoh sikap dan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan sesuai dengan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari di rumah..

memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman

AKBP Agil

Resiko terhadap penyakit periodontal untuk semua subjek lebih besar pada orang dengan tekanan finansial tinggi, ditandai dengan level keparahan kehilangan perlekatan dan