• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada Topik Fluida Dinamis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Miskonsepsi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada Topik Fluida Dinamis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Online, Vol. 7 No. 3

ISSN 2354-614X

22

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA) pada Topik Fluida Dinamis

Oka Saputra1, Agus Setiawan2, Dadi Rusdiana3 dan Muslim4

okasaputra@upi.edu

Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana konsepsi yang dimiliki oleh siswa pada topik fluida dinamis. Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey dengan sampel sebanyak 30 orang yang diadakan disalah satu sekolah negeri di Bandung. Instrumen yang digunakan adalah three tier test sebanyak enam nomor dimana setiap soal terdiri dari tiga pertanyaan. Berdasarkan analisis data diperoleh sebesar 65,32% siswa mengalami miskonsepsi, 13,06% siswa kurang paham, 6,76% siswa beruntung/kurang percaya diri dan 14,86% memiliki pengetahuan ilmiah tentang konsep fluida dinamis. Sementara itu jika ditinjau dari jenis kelamin siswa perempuan lebih banyak mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa laki-laki.

Kata Kunci: Miskonsepsi Siswa, Fluida Dinamis. I. PENDAHULUAN

Salah satu masalah utama yang muncul dalam pendidikan fisika adalah miskonsepsi siswa (Wijaya, Supriyono Koes, & Muhardjito, 2016). Ketika siswa belajar tentang segala sesuatu di sekitar mereka baik melalui pendidikan sekolah formal atau pendidikan nonformal melalui pengalaman sehari-hari, siswa cenderung mengembangkan pemahaman tentang sesuatu berdasarkan pandangan mereka sendiri. Karena keprihatinan ini, beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk menggambarkan pemahaman siswa. Berbagai jenis pemahaman yang dibentuk oleh siswa disebut dengan beberapa istilah, seperti "konsepsi alternatif", "miskonsepsi", "keyakinan naif", “kesulitan konseptual", "model mental" dan banyak istilah lainnya (Gurel, Eryilmaz, & McDermott, 2015). Kurangnya pemahaman melalui konsep dapat ditingkatkan dengan instruksi dan pembelajaran lebih lanjut, sementara miskonsepsi diyakini mampu menghambat penerimaan dan pengembangan pengetahuan dan kemampuan siswa (Hasan, Bagayoko, & Kelley, 1999). Miskonsepsi harus diatasi karena dapat memberikan efek negatif dalam proses pembelajaran lebih lanjut (Djanette & Fouad, 2014; Lucariello, Tine, & Ganley, 2014; Sholihat, Samsudin, & Nugraha, 2017). Berdasarkan hal ini, perlu untuk mengidentifikasi pemahaman siswa tentang apakah siswa telah memahami konsep dengan baik, siswa belum memahami konsep dengan baik atau siswa menghadapi kesalahpahaman siswa.

(2)

23

Miskonsepsi adalah kondisi dimana pemahaman siswa berbeda dari pemahaman para ahli (Resbiantoro & Nugraha, 2017; Wijaya et al., 2016). Miskonsepsi dapat juga diidentifikasi sebagai konsep yang bertentangan dengan teori yang diterima secara ilmiah dan diterima secara umum (Gurel et al., 2015).

Salah satu konsep pada matapelajaran fisika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah fluida. Saputra (2019) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada fluida statis. Fluida statis berkaitan dengan fluida dinamis sehingga mungkin saja terjadi miskonsepsi pada materi fluida dinamis.

Melihat dari pentingnya konsepsi yang dimiliki oleh siswa sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap konsepsi yang dimilikinya. Kesalahpahaman dapat diidentifikasi dalam beberapa metode seperti menggunakan tes diagnostik instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi kesalahpahaman siswa adalah instrumen Three-tier (Zukhruf, Khaldun, & Ilyas, 2016). Tes tiga-Three-tier dianggap memiliki keunggulan dalam membedakan pemahaman siswa yang lebih rendah dan siswa yang menghadapi ketidakpahaman kesalahan atau kesalahpahaman (Gurel et al., 2015).

Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi fluida dinamis serta melihat bagaimana pengaruh gender terhadap miskonsepsi di kelas XI IPA yang meliputi konsep debit, kontinuitas dan prinsip Bernoulli.

II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey yang dilakukan disalah satu SMAN di Kota Bandung. Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 300 siswa yang terbagi ke dalam delapan kelas dan masing-masing kelas terdiri dari 37 sampai 38 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 1 yang berjumlah 30 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Untuk menentukan sampelnya yaitu berdasarkan rekomendasi guru dengan alasan guru kelas yang lebih mengetahui kondisi-kondisi kelas yang baik untuk dijadikan sebagai kelas penelitian.

(3)

24

Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen tes miskonsepsi yang berbentuk three tier test sebanyak enam nomor. Instrumen tes miskonsepsi digunakan untuk mengukur miskonsepsi siswa pada materi fluida dinamis. Distribusi soal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

Tabel 1. Distribusi three tier test pada topik fluida dinamis

Materi pokok Nomor soal

Debit dan kontinuitas 1, 2, 3, 4

Prinsip Bernoulli 5, 6

Analisis data hasil test dilakukan untuk mengetahui bagaimana konsepsi siswa pada materi fluida statis dengan merujuk penelitian oleh Kiray dkk (2015) dengan rubrik penilaian seperti tergambar pada tabel di bawah.

Tabel 2. Rubrik three tier test

First tier Second tier Third tier Kategori

Benar Benar Yakin Pengetahuan ilmiah

Benar Salah Yakin Miskonsepsi

Salah Benar Yakin Miskonsepsi

Salah Salah Yakin Miskonsepsi

Benar Benar Tidak yakin Beruntung/kurang percaya diri

Benar Salah Tidak yakin Kurang paham

Salah Benar Tidak yakin Kurang paham

Salah Salah Tidak yakin Kurang paham

III. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian

Analisis jawaban dari 37 siswa SMA terhadap 6 soal three tier untuk melihat bagaimana konsepsi siswa dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3. Persentase kategori konsepsi siswa

Sub topik Kategori

PI L KP MK

Debit dan kontinuitas 15,54 6,76 11,49 66,22 Prinsip Bernoulli 13,51 6,76 16,22 63,51

(4)

25

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat lebih dari setengah sampel mengalami miskonsepsi. Hal ini juga memperlihatkan bahwa konsepsi fluida statis siswa masih tergolong rendah. Hasil dari indentifikasi data dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memaknai konsepsi khususnya pada materi fluida statis. Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa pada setiap subtopik lebih dari setengah siswa mengalami miskonsepsi tetapi miskonsepsi yang paling banyak terjadi pada topik hukum pascal, hukum archimedes dan yang memiliki miskonsepi terendah pada materi tekanan hidrostatis.

Jika dilihat dari jenis kelamin siswa kebanyakan siwa perempuan mengalami miskonsepsi terbesar dibandingkan dengan siswa laki-laki, presentasenya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase konsepsi siswa dilihat dari jenis kelamin

Sub topik Kategori

PI L KP MK

Perempuan (23) 9,24 4,20 8,12 40,6 Laki-laki (14) 5,62 2,56 4,94 24,72

b. Pembahasan

Miskonsepsi dapat terjadi oleh siapapun dan pada jenjang manapun. Baik tenaga pendidik maupun siswa juga bisa mengalami miskonsepsi. Berdasarkan analisis data diperoleh konsepsi siswa seperti Gambar di bawah ini:

Gambar 1. Presentase konsepsi siswa 0 10 20 30 40 50 60 70

(5)

Jurnal Kreatif Online, Vol. 7 No. 3

ISSN 2354-614X

26

Gambar 1 menunjukan bahwa lebih dari 60% siswa mengalami miskonsepsi pada topik fluida dinamis. Banyak faktor mengapa miskonsepsi dapat terjadi pada siswa, diantaranya adalah faktor guru, faktor siswa, faktor buku, metode pembelajaran dan lain-lain.

Soal nomor satu dengan indikator soal menganalisis variabel yang mempengaruhi debit fluida. Kebanyakan siswa salah dalam menentukan jawaban yang diberikan dan memilih yakin dalam menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga menyebabkan siswa tergolong dalam kategori miskonsepsi. Siswa susah memahami soal dalam bentuk cerita dan terbiasa dengan menggunakan soal dengan perhitungan. Hal tersebut mengakibatkan siswa sulit untuk menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh terhadap debit fluida, sehingga menyebabkan siswa miskonsepsi seperti yang terlihat ada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Presentase konsepsi siswa soal nomor satu

Soal nomor dua dengan indikator soal membandingkan laju aliran air pada luas penampang yang berbeda. Lebih dari setengah kelas mengalami miskonsepsi. Hal tersebut karena beranggapan bahwa pada pipa yang besar maka tekanan akan besar dan pada pipa yang kecil maka tekanan akan kecil.

Gambar 3. Tiga buah pipa dengan luas penampang yang berbeda-beda 0 10 20 30 40 50 60

(6)

27

Hal tersebut merupakan jawaban yang salah dan berlainan dengan konsep yang sebenarnya. Pada pipa yang lebih besar maka aliran fluida akan besar sehingga tekanan yang dirasakan di pipa besar akan kecil. Sedangkan pada pipa kecil laju aliran fluida akan kecil sehingga tekanan yang dirasakan pada pipa kecil akan besar. Perbedaan konsepsi yang dimiliki oleh siswa dengan konsep yang sebenarnya menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Persentasi besar miskonsepsi soal nomor dua dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Presentase konsepsi siswa soal nomor dua

Soal nomor tiga dengan indikator soal menganalisis laju aliran air pada luas penampang yang berbeda. Sebagian siswa terdapat pada kategori miskonsepsi karena beranggapan bahwa pada pipa yang besar maka tekanan akan besar dan pada pipa yang kecil maka tekanan akan kecil. Jika diperhatikan penyebab siswa mengalami miskonsepsi pada soal nomor tiga sama dengan penyebab miskonsepsi pada soal nomor dua.

Gambar 5. Instalasi keran pipa 0 10 20 30 40 50 60 70 80

(7)

Jurnal Kreatif Online, Vol. 7 No. 3

ISSN 2354-614X

28

Jika diperhatikan pada gambar, besar pipa A1= A3 sehingga laju aliran pada kedua pipa akan sama dan besar tekanannya juga akan sama. Tetapi besar pipa A2 lebih besar dibandingkan pipa A1 dan A3 sehingga kecepatan aliran fluida akan berbeda dan tekanannya pun juga akan berbeda. Teori yang sebenarnya adalah jika penampang besar maka laju aliran fluida akan kecil sehingga tekanan akan besar, sedangkan pada pipa yang memiliki luas penampang kecil akan memiliki aliran fluida yang besar sehingga memiliki tekanan yang kecil. Konsepsi yang dimiliki oleh siswa berlainan dengan konsep yang sebenarnya sehingga menyebabkan siswa dalam kategori miskonsepsi. Besar presentase konsepsi yang dimiliki oleh siswa dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Presentase konsepsi siswa soal nomor tiga

Soal nomor empat dengan indikator menentukan salah satu laju aliran air pada luas permukaan yang berbeda. Pada soal nomor empat siswa juga masih banyak pada kategori miskonsepsi. Penyebab siswa mengalami miskonsepsi pada soal nomor empat sama dengan penyebab yang terjadi pada soal nomor satu dimana siswa kesulitan dalam memecahkan soal dalam bentuk konsep dan terbiasa dalam bentuk perhitungan. Siswa beranggapan bahwa hasil kali laju aliran fluida dengan luas penampangnya selalu berbeda pada pipa dalam keadaan horizontal. Hal tersebut bertentangan dengan persamaan kontinuitas menyatakan bahwa hasil kali laju aliran fluida dengan luas penampangnya selalu tetap pada pipa dalam keadaan horizontal. Sehingga menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Besar konsepsi yang dimiliki oleh siswa dpat dilihat pada Gambar 7.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

(8)

29

Gambar 7. Presentase konsepsi siswa soal nomor empat

Soal nomor lima dengan indikator soal membandingkan jangkauan maksimum fluida yang keluar dari bejana terbuka dan tertutup yang diberikan lubang. Pada soal nomor lima ini siswa juga masih banyak dalam kategori miskonsepsi karena beranggapan bahwa jarak pancar dua bejana akan sama. Jika diperhatikan bejana yang satu memiliki lubang di bagian atas air sehingga pasti jangkauan fluida akan berbeda.

Gambar 8. Dua buah bejana yang berisi air

Jika diperhatikan pada gambar 8, bagian atas air memiliki lubang sehingga akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan sehingga memberikan dorongan terhadap air yang berbeda. Siswa cenderung mengabaikan hal tersebut. Padahal tekanan udara akan menambah tekanan yang dirasakan oleh air sehingga akan menyebabkan jangakauan bejana A akan lebih jauh dibandingkan dengan bejana B. hal tersebut menyebabkan siswa mengalami konsepsi yang salah seperti yang diperlihatkan pada gambar 9. 0 10 20 30 40 50 60 70 80

(9)

Jurnal Kreatif Online, Vol. 7 No. 3

ISSN 2354-614X

30

Gambar 9. Presentase konsepsi siswa soal nomor lima

Soal nomor enam dengan indikator menginferensi gaya angkat sayap pesawat berdasarkan prinsip Bernoulli. Konsepsi yang dimiliki oleh siswa juga masih banyak dalam kategori miskonsepsi. Siswa beranggapan bahwa kecepatan aliran fluida pada bagian bawah pesawat akan besar sehingga tekanannya akan kecil. Jika diperhatikan Gambar 10, terlihat jika tidak ada penghalang pada bagian bawah sayap pesawat sehingga kecapatan pada bagian bawah peswat akan kecil dan memiliki tekanan yang besar.

Gambar 10. Aliran fluida pada sayap pesawat

Udara yang mengalir akan terhalang oleh sayap pesawat sehingga udara akan mengalir ke atas sayap pesawat dan ke bawah sayap pesawat. Bagian atas sayap pesawat memiliki bentuk yang tidak datar dan akan menghalangi aliran udara sehingga laju aliran udara akan besar dan memiliki tekanan yang kecil. Bagian bawah sayap pesawat memiliki bentuk yang datar sehingga laju udara lebih kecil dibandingkan bagian atas tetapi memiliki tekanan yang lebih besar. Karena terjadi perbedaan konsepsi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(10)

31

yang dimiliki oleh siswa dan konsepsi yang sebenarnya sehingga kebanyakan siswa dalam kategori miskonsepsi seperti yang terlihat pada gambar 11.

Gambar 11. Presentase konsepsi siswa soal nomor enam

Analisis kategori konsepsi yang dimiliki oleh siswa jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4. Siswa perempuan mengalami miskonsepsi terbesar yaitu sebesar 40,6% dan siswa laki-laki yang mengalami miskonsepsi sebesar 24,72%. Hal tersebut telah diketahui bahwa belahan otak kanan laki-laki mempunyai kemampuan numerik dan logika daripada belahan otak kanan perempuan. Sedangkan otak kiri anak perempuan mempunyai kelebihan dibidang estetika dan religius daripada belahan otak kiri anak laki-laki. Hal tersebut merupakan modal dasar bagi anak laki-laki untuk mengembangkan kemampuan dalam menalar suatu konsep.

Siswa laki-laki dalam berpikir menggunakan konsep, memiliki pola berpikir logis, rasional dan intelektual, mampu untuk melihat adanya informasi yang saling berhubungan dengan benar, mampu melakukan analisis dengan metode, serta menarik suatu kesimpulan untuk memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan berdasarkan fakta, konsep dan tori yang mendukung sehingga diduga akan lebih efektif jika pembelajaran matematika diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran tak langsung. Sedangkan siswa perempuan memiliki pola pemikiran yang teratur dan spesifik, suka menyelesaikan masalah secara bertahap dan memberikan prosedur lengkap yang diberikan oleh orang lain untuk menemukan konsep baru dalam belajar sehingga juga diduga akan diefektif jika pembelajaran matematika diajarkan dengan strategi pembelajaran tak langsung.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

(11)

Jurnal Kreatif Online, Vol. 7 No. 3

ISSN 2354-614X

32

IV. PENUTUP a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi identifikasi miskonsepsi siswa pada materi fluida dinamis, dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dengan rerata 65,32% siswa mengalami miskonsepsi, 13,06% siswa kurang paham, 6,76% siswa beruntung/kurang percaya diri dan 14,86% memiliki pengetahuan ilmiah tentang konsep fluida dinamis. Sementara itu jika ditinjau dari jenis kelamin siswa perempuan lebih banyak mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa laki-laki.

b. Saran

Siswa masih sangat perlu untuk merubah miskonsepsi ke konsep yang sebenarnya. Oleh sebab itu perlu adanya kegiatan yang tepat untuk membantu siswa dalam meremediasi miskonsepsi pada materi fluida dinamis.

DAFTAR PUSTAKA

Djanette, B., & Fouad, C. (2014). Determination of University Students’ Misconceptions about Light Using Concept Maps. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 152 582–589.

Gurel, D. K., Eryilmaz, A., & McDermott, L. C. (2015). A review and comparison of diagnostic instruments to identify students’ misconceptions in science. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 11(5) 989–1008. Hasan, S., Bagayoko, D., & Kelley, E. L. (1999). Misconceptions and the Certainty of

Response Index (CRI). Physics Education, 34(5) 294–299.

Kiray S A, Aktan F, Kaynar H, Kilinc S and Gorkemli T. (2015). A descriptive study of pre-service science teachers ’ misconceptions about sinking–floating Asia-Pacific Forum on Sci. Learning and Teaching, 16 1–28.

Lucariello, J., Tine, M. T., & Ganley, C. M. (2014). A formative assessment of students’ algebraic variable misconceptions. Journal of Mathematical Behavior, 33(1) 30–41.

Resbiantoro, G., & Nugraha, A. W. (2017). Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Dasar Gaya Dan Gerak Untuk Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 5(2) 80–87.

Saputra, O., A. Setiawan & Dadi, R. (2019). Identification of Student Misconception About Static Fluid. J. of Phy: Conf. Series 1157 1-6.

Sholihat, F. N., Samsudin, A., & Nugraha, M. G. (2017). Identifikasi Miskonsepsi dan Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Pada Sub-Materi Fluida Dinamik: Azas Kontinuitas. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2), 175–180.

(12)

33

Wijaya, C. P., Supriyono Koes, H., & Muhardjito. (2016). The diagnosis of senior high school class X MIA B students misconceptions about hydrostatic pressure concept using three-tier. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 5(1) 14–21.

Zukhruf, K. D., Khaldun, I., & Ilyas, D. S. (2016). Remediasi Miskonsepsi Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Interaktif Pada Materi Fluida Statis. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 04(02) 56–68.

Gambar

Tabel 2. Rubrik three tier test
Gambar 1. Presentase konsepsi siswa
Gambar 2. Presentase konsepsi siswa soal nomor satu
Gambar 4. Presentase konsepsi siswa soal nomor dua
+5

Referensi

Dokumen terkait

Data teknis yang dipersiapkan berupa daya termal, siklus operasi, data massa unsur penyusun material dalam teras, seperti massa dari unsur penyusun elemen bahan bakar nuklir,

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian terhadap Penerapan Teknik Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas IIIA

Pengukuran variabel yang mempengaruhi pengentasan kemiskinan menggunakan tiga belas pertanyaan yang terbagi menjadi sepuluh kelompok yaitu relasi (teman kerja, sahabat)

Mengutip pendapat Mint dalam (Tim Nasional Penulisan Sejarah, 2010a) sistem kerja kontrak merupakan “suatu sistem dimana pihak majikan membayar biaya

UU Tipikor menganut konsep kerugian negara dalam arti delik formal. Unsur „dapat merugikan keuangan negara‟ seharusnya diartikan merugikan negara dalam arti langsung maupun

Pada siklus II pembelajaran membaca menulis permulaan, sebagian besar siswa kelas II sudah dapat membaca menulis dengan benar sesuai dengan kriteria dalam

Tabel 4.32 Klasifikasi tiap Kegiatan di Lantai Produksi Sesudah Perbaikan ...105. Tabel 4.33 Perbandingan Aktivitas Sebelum dan

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan bahasa lisan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI MA Al- Asy’ariyah Bandar Lampung, dari persentase korpus data