• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit (Mus musculus) betina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit (Mus musculus) betina"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L. Urban) DOSIS TINGGI TERHADAP JUMLAH KORPUS LUTEUM DAN KEBUNTINGAN MENCIT (Mus musculus) BETINA. SKRIPSI. Oleh: EKA NUR AZIZAH NIM. 06520045. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010.

(2) PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L. Urban) DOSIS TINGGI TERHADAP JUMLAH KORPUS LUTEUM DAN KEBUNTINGAN MENCIT (Mus musculus) BETINA SKRIPSI. Diajukan Kepada:. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si). Oleh: EKA NUR AZIZAH NIM. 06520045. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010.

(3) SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : Eka Nur Azizah. NIM. : 06520045. Fakultas / Jurusan. : Sains dan Teknologi / Biologi. Judul Penelitian. : Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Dosis Tinggi Terhadap Jumlah Korpus Luteum dan Kebuntingan Mencit (Mus musculus) Betina. Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karaya penelitian atau karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur jiplakan, maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan, serta diproses sesuai peraturan yang berlaku.. Malang, 04 Oktober 2010 Yang Membuat Pernyataan,. Eka Nur Azizah NIM. 06520045.

(4) MOTTO                 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Q.S. An-Nisa/4:9). “Jadilah Orang yang Biasa tapi Istimewa Jadilah Orang yang Terbaik tapi Jangan Merasa Terbaik”.

(5) LEMBAR PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim… Segala puja dan puji syukur ku haturkan untukmu illahi rabbi yang senantiasa memberikan rahmat serta hidayahnya hingga aku mampu menyelesaikan skripsi ini… Karyaku ini ku persembahkan untuk: Bapak Dulmukti (Pa’e) dan Ibu Sunasti (Bu’e) tersayang… Tiada kata terucap selain beribu-ribu rasa terima kasihku atas semua yang telah engkau berikan kepadaku…kasih sayang, pengorbanan dan do’a tulus ikhlasmu lah yang selalu menyertaiku…Dari lubuk hati yang terdalam semoga Allah membalas semua kebaikan-Mu di akhirat kelak dengan SurgaNya…amii…n… Teruntuk . . . Ibu Dosen Pembimbingku Tercinta . . . Ibu Dr.drh.Bayyinatul Muchtarromah, M.Si Terima kasih bu…selama ini engkau telah membimbingku dengan penuh ketlatenan dan kesabaran (ma’af bu...jika sering ngilang). Terima kasih juga engkau telah memberikan motivasi serta dorongan semangat kepadaku…Begitu banyak ilmu yang engkau limphkan kepadaku…Terima kasihku ucapkan… Teruntuk…Bapak Dosen Pembimbing Agamaku… Bapak Dr. Ahmad Barizi, MA Terima kasih bapak…karena begitu banyak ilmu terutama ilmu agama yang kau berikan kepadaku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan… Terima kasih juga ku sampaikan untuk Mas Basyar, mas smile, mbak lil yang banyak membantu dan memberika info kepadaku… Teruntuk juga Mbak fitriyah…terima kasihku sampaikan karena telah bersedia membantuku dan telah banyak menularkan ilmunya serta memberikan dorongan serta motivasi kepadaku…Tak lupa Mbak Imah…Terimakasih buat ilmunya dan pitutur-pituturnya… Teman senasib seperjuanganku… Ari Nur Kristanti dan Ummi Hawin Nadhifah (Satu Team Penelitian) terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini… Sahabat-sahabatku tercinta…Bio ’06… Denik…for you (Walau badai menghadang…Berdua kita lewati jalan yang berliku tajam…dst) thank’s untuk semuanya selama ini, ika thank’s banget juga untuk do’a dan dorongan semangatnya untukku, eni, lila, lia, lutfi thank’s banget juga sudah membantuku serta dorongan semangat kepadaku, ani,.

(6) fidah, rima, hefni serta teman-teman bio ’06 yang lain yang tlah membantuk dan tak bisa ku sebut satu persatu terima kasih banyak ku sampaikan untu kalian semua…I can’t to forget you all… Special someone in my heart yang telah banyak membantuku dan senantiasa memberikan dorongan semangat kepadaku serta ada ketika ku suka maupun duka…terima kasih untuk semuanya… Terima kasihku juga ku sampaikan untuk… Dwi and Mbak Finta yang senantiasa memberikan dorongan serta membantuku. Pheby, dayat, aris and adit yang selalu menghiburku. Eko, cak tris, cak no, dian, sikin, mak tamah, mak dak, bude, pak de serta semua orang yang ada di sekeliling rumahku yang tak bisa ku sebut satu persatu terima kasih banyak atas bantuan dan do’anya selama ini…tak lupa pula terima kasih untuk mbak dan mas rental yang telah juga membantuku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan…. ARIGATOU GOZAIMASU . . ..

(7) PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L. Urban) DOSIS TINGGI TERHADAP JUMLAH KORPUS LUTEUM DAN KEBUNTINGAN MENCIT (Mus musculus) BETINA. SKRIPSI. Oleh: EKA NUR AZIZAH NIM. 06520045. Telah disetujui oleh:. Dosen Pembimbing I. Dr.drh.Bayyinatul M., M.Si NIP. 19710 910 200003 2 001. Dosen Pembimbing II. Dr. Ahmad Barizi, MA NIP. 19731 212 199803 1 001. Tanggal 11 Oktober 2010 Mengetahui Ketua Jurusan Biologi. Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd NIP. 19630 114 199903 1 001.

(8) PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L. Urban) DOSIS TINGGI TERHADAP JUMLAH KORPUS LUTEUM DAN KEBUNTINGAN MENCIT (Mus musculus) BETINA. SKRIPSI. Oleh: EKA NUR AZIZAH NIM. 06520045. Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Tanggal 11 Oktober 2010 Susunan Dewan Penguji 1. Penguji Utama : Kiptiyah, M.Si NIP. 19731 005 200212 2 003 2. Ketua : Dr. Ulfah Utami, M.Si NIP. 19650 509 199903 2 002 3. Sekretaris : Dr.drh.Bayyinatul M., M.Si NIP. 19710 910 200003 2 001 4. Anggota : Dr. Ahmad Barizi, MA NIP. 19731 212 199803 1 001 Mengetahui Ketua Jurusan Biologi. Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd NIP. 19630 114 199903 1 001. Tanda Tangan ( ) (. ). (. ). (. ).

(9) KATA PENGANTAR. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji syukur bagi Allah SWT, karena hanya dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Dosis Tinggi Terhadap Jumlah Korpus Luteum dan Kebuntingan Mencit (Mus muscuus) Betina”. Penulis menyadari bahwa banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini, dalam penyelesaiannya penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang membantu. Untuk itu, iringan do’a dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Dr. drh. Bayyinatul Muchtarromah, M.Si selaku Dosen Pembimbing Fakultas, karena atas bimbingan, pengarahan dan kesabarannya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Dr. Ahmad Barizi, MA selaku Dosen Pembimbing Agama, karena atas bimbingan, pengarahan dan kesabarannya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Kiptiyah, M.Si dan Dr. Ulfah Utami, M.si yang telah banyak memberikan saran dan evaluasi pada penelitian ini. 7. Seluruh Dosen, Staf Administras Biologi yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini..

(10) 8. Bapak Dulmukti dan Ibu Sunasti tercinta yang telah memberikan kasih saying dan dukungan moril maupun spirituil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Mbak Fitriyah, M.Si yang telah membantu mengarahkan dalam penelitian dan memberikan ilmunya serta dukungan kepadaku. 10. Koordinator. Laboratorium. Biosistematik. Basyarudin,. S.Si. dan. Koordinator Laboratorium Optik Mahrus Ismail, S.Si yang telah memberikan arahannya selama menjalankan penelitiannya. 11. Teman seperjuangan di Laboratorium Biosistematik Ari Nur Kristanti dan Umi Hawwin Nadhifah yang senantiasa membantu dan bekerjasama dalam mengerjakan penelitian ini. 12. Sahabat-sahabat angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan, khusunya di bidang pengembangan biologi reproduksi. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.. Malang, 04 Oktober 2010. Penulis.

(11) DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ABSTRAK ............................................................................................................. i iii v vi vii viii. BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 1.4 Hipotesis ................................................................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 1.6 Batasan Masalah .................................................................................................... 1 1 7 8 8 8 9. BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 10 2.1 Deskripsi Pegagan (Centella asiatica (L.)Urban) .................................. 10 2.1.1 Morfologi Pegagan (Centella asiatica (L.)Urban).................... 10 2.1.2 Klasifikasi Pegagan (Centella asiatica (L.)Urban) .................. 12 2.1.3 Kandungan Bahan Aktif Pegagan (Centella asiatica (L.)Urban)12 2.2 Tinjauan tentang Mencit .................................................................................. 15 2.3 Sistem Reproduksi Mencit .............................................................................. 19 2.3.1 Anatomi Organ Reproduksi Mencit Betina ................................ 19 2.3.2 Fisiologi Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina .............. 20 2.4 Ovulasi ..................................................................................................................... 22 2.5 Korpus Luteum ..................................................................................................... 24 2.6 Fertilisasi ................................................................................................................ 26 2.7 Kebuntingan Mencit (Mus musculus) ........................................................... 27 2.8 Tinjauan Tentang Antifertilitas...................................................................... 30 2.8.1 Mekanisme Kerja Antifertilitas .......................................................... 30 2.8.2 Mekanisme Kerja Hormon dalam Kontrasepsi ........................ 31 2.9 Mekanisme Bahan Aktif Pegagan .................................................................. 34 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36 3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 36 3.2 Variabel Penelitian.............................................................................................. 36 3.3 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 37 3.4 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 37 3.5 Alat dan Bahan ..................................................................................................... 37 3.6 Kegiatan Penelitian ............................................................................................. 38 3.6.1 Persiapan Hewan Coba....................................................................... 38.

(12) 3.6.2 Pembagian Kelompok Sampel ......................................................... 38 3.6.3 Pembuatan Ekstrak.............................................................................. 39 3.6.4 Pembuatan Sediaan Larutan Na CMC ........................................... 39 3.6.5 Penyerentakan Siklus Birahi ............................................................ 40 3.6.6 Pemberian Perlakuan ......................................................................... 40 3.6.7 Pengawinan Mencit ............................................................................. 40 3.6.8 Pengamatan Korpus Luteum dan Kebuntingan Mencit ......... 41 3.7 Analisis Data .................................................................................................... 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian .................................................................................................... 42 4.1.1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Dosis Tinggi Terhadap Jumlah Korpus Luteum pada Ovarium Bagian Kanan Mencit (Mus musculus) Betina ............................... 42 4.1.2 Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Dosis Tinggi Terhadap Jumlah Korpus Luteum pada Ovarium Bagian Kiri Mencit (Mus musculus) Betina ..................................... 44 4.1.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Dosis Tinggi Terhadap Kebuntingan Mencit (Mus musculus) Betina............................................................................................................. 52. BAB V PENUTUP .............................................................................................. 60 5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 60 5.2 Saran......................................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61 LAMPIRAN ......................................................................................................... 65.

(13) DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Ringkasan Analisis Variansi tentang pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum mencit (Mus musculus) betina pada ovarium sebelah kanan ....................... 43 Tabel 4.2 Ringkasan BNT 5% tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Pegagan dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum pada ovarium kanan mencit ............................................................ 43 Tabel 4.3 Ringkasan Analisis Variansi tentang pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum mencit (Mus musculus) betina pada ovarium sebelah kiri ............................ 45 Tabel 4.4 Ringkasan BNT 5% tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Pegagan dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum pada ovarium kiri mencit .................................................................. 45 Tabel 4.5 Ringkasan Analisis Variansi tentang pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) dosis tinggi terhadap kebuntingan mencit (Mus musculus) betina 52 Tabel 4.6 Ringkasan BNT 5% tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L. Urban) dosis tinggi terhadap kebuntingan mencit ........................................................................ 53.

(14) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Morfologi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) .............. 12. Gambar 2.3.1 Sistem Reproduksi Mencit Betina ............................................ 19 Gambar 2.5.1aHistologi Korpus Luteum ........................................................... 25 Gambar 2.5.1bBagian-bagian Korpus Luteum ................................................ 25 Gambar 4.1. Diagram nilai rata-rata jumlah korpus luteum ovarium kanan mencit setelah pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) dosis tinggi ................................ 42. Gambar 4.2. Diagram nilai rata-rata jumlah korpus luteum ovarium kiri mencit setelah pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) dosis tinggi ............................... 44. Gambar 4.3a Histologi Korpus Luteum ............................................................ 46 Gambar 4.3b Bagian-bagian Korpus Luteum .................................................. 46 Gambar 4.4a Mencit Bunting ............................................................................ 56 Gambar 4.4b Mencit Tidak Bunting.................................................................... 56.

(15) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Kegiatan Penelitian ........................................................ 65 Lampiran 2 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 66 Lampiran 3 Hasil Penelitian Perhitungan Jumlah Korpus Luteum dan Kebuntingan Mencit................................................................ 67 Lampiran 4 Perhitungan Manual Statistik Hasil Penelitian Setelah Pemberian Perlakuan ..................................................................... 68 Lampiran 5 Hasil Analisis Statistik SPSS .......................................................... 69 Lampiran 6 Standard Deviasi Jumlah Korpus Luteum Mencit Setelah Pemberian Perlakuan ..................................................................... 80.

(16) ABSTRAK Azizah, Eka Nur. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Dosis Tinggi Terhadap Jumlah Korpus Luteum Dan Kebuntingan Mencit (Mus musculus) Betina. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing: Dr. drh. Bayyinatul Muchtarromah, M.Si dan Dr. Ahmad Barizi, MA. Kata Kunci : Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban), Korpus Luteum, Kebuntingan, Mencit (Mus musculus) Pegagan (Centella asiatica L. Urban) telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tanaman ini telah terbukti memiliki efek farmakologi dan dari segi fertilitas. Pegagan mengandung sejumlah bahan aktif golongan triterpenoid yang diduga mampu mempengaruhi organ-organ reproduksi betina, termasuk proses ovulasi. Bahan aktif tersebut diduga mampu meregresi sel-sel granulosa dan sel-sel teka yang selanjutnya berpengaruh pada hormon-hormon yang dibutuhkan untuk proses ovulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit (Mus musculus) betina. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Saintek Univesitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Februari sampai April 2010. Penilitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kali ulangan, apabila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Perlakuan yang digunakan adalah ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan dosis 0 mg/kg BB, 125 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB. Hewan yang digunakan adalah mencit betina fertil sebanyak 24 ekor. Data hasil penelitian meliputi jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berpengaruh terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit (Mus musculus). Penelitian ini memperlihatkan bahwa ekstrak pegagan yang berpengaruh terhadap penurunan jumlah korpus luteum pada dosis 125 mg/kg BB dan semakin menurun pada dosis 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB. Pada mencit yang mendapat perlakuan dosis 125 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB tidak ditemukan mencit yang bunting..

(17) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kepadatan jumlah penduduk merupakan masalah utama yang dihadapi oleh banyak negara, khususnya negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Upaya pengendaliannya telah dilakukan melalui kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Adapun metode kontrasepsi dapat berupa hormonal, suntikan, implant Intra Uterine Device (IUD), tubektomi atau dengan memanfaatkan obat tradisional seperti jamu atau tumbuhan (Santoso, 1993). Mekanisme. kontrasepsi. dapat. melalui. pencegahan. ovulasi,. menghalangi konsepsi dan menghambat proses implantasi. Syarat ideal obat kontrasepsi adalah efektif, mempunyai efek samping minimal, kerja reversible, ekonomis, mudah didapat dan praktis digunakan (Santoso, 1993; Wiknjosastro, 1999). Berkenaan dengan hal kontrasepsi, ajaran Islam memperbolehkan kontrasepsi karena pertimbangan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan..

(18) Artinya, dibolehkan bagi orang-orang yang tidak sanggup membiayai kehidupan anak, kesehatan dan pendidikannya. Bahkan menjadi dosa baginya, jikalau ia melahirkan anak yang tidak terurusi masa depannya, yang pada akhirnya menjadi beban berat bagi masyarakat. Hal ini berdasarkan pada ayat QS. An-Nisa’ ayat 9/4 ayat 9:.                 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Q.S. An-Nisa/4:9) Indonesia kaya akan berbagai macam tumbuhan (bahan alami), tetapi belum dimanfaatkan secara optimal dalam penemuan obat baru. Obat tradisional merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional. Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan pada tumbuhan adalah rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Penggunaan tumbuhan obat sebagai kontrasepsi oral tradisional telah banyak digunakan di beberapa daerah di Indonesia (Winarno dan Sundari, 1997). Alasan menggunakan obat tradisional adalah mudah didapatkan serta diharapkan aman. jika dikonsumsi dan tidak. menimbulkan efek samping. Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan adalah Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Allah SWT menciptakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi sebagai salah tanda-tanda dari kekuasaannya bagi kaum yang berfikir..

(19) Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ra’d ayat 4/13 ayat 4:.                              Dan di bumi itu terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang yang bercabang dan tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain, tentang rasa (dan bentuknya). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (Q.S Ar-Ra’d/ 13:4) Dari ayat diatas menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan tumbuhan sebagai salah satu tanda dari kekuasaannya. Kita sebagai makhluk ciptaannya yang dibekali dengan akal dan fikiran, maka sepatutnya kita mengagumi ciptaan Allah SWT dan tidak sepantasnya jika kita mengingkari kekuasaan Allah tersebut. Semakin kita mengagumi ciptaannya maka nilai dari keimanan juga akan bertambah, karena dalam tanam-tanaman (tumbuhan) yang diciptakan Allah terdapat kelebihan yaitu berupa manfaat yang ada di dalamnya salah satunya dapat digunakan sebagai obat. Pegagan (Centella asiatica) telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tanaman ini telah terbukti memiliki efek farmakologi dan dari segi fertilitas dapat meningkatkan jumlah folikel pada dosis 75 mg/Kg BB dan menurunkan jumlah folikel pada dosis 100 mg/Kg BB dan 125 mg/Kg BB (Fitriyah, 2009). Menurut Kumar dan Gupta (2006) pada pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) mengandung berbagai bahan aktif meliputi triterpenoid saponin, triterpenoid genin, minyak essensial, flavonoid, fitosterol, dan bahan.

(20) aktif lainnya. Kandungan bahan aktif yang terpenting dari beberapa bahan aktif lainnya adalah triterpenoid saponin. Bahan aktif triterpenoid saponin meliputi asiatikosida, centellosida, madekossida, dan asam asiatik (Yu et al, 2006). Kandungan triterpenoid saponin dalam pegagan berkisar 1-8%. Unsur yang. utama. dalam. triterpenoid. saponin. adalah. asiatikosida. dan. madekassosida (Kumar dan Gupta, 2006). Asiatikosida mampu bekerja sebagai detoksifikasi pada hati dan merupakan marker dalam penentuan standar bahan baku pada Centella asiatica (Selfitri, 2008). Madekassosida juga memiliki peran penting karena mampu memperbaiki kerusakan sel dengan merangsang sintesis kolagen (Bonte et al., 1995). Kolagen sangat penting sebagai bahan dasar pembentuk serat fibroblas. Sebagaimana diketahui bahwa korteks ovarium (tempat perkembangan folikel) tersusun atas serat-serat fibroblast. Uji pendahuluan terhadap kandungan Pegagan gajah (Hydrocotyle javanica Thumb) pada daun dan batangnya memperlihatkan terdapat senyawa bioaktif triterpenoid (Rinidar, 2003). Senyawa triterpenoid dapat menurunkan konsepsi sebesar 71,4 % pada tikus wistar betina (Uchendu, 2000). Selain itu senyawa ini sebagai spermisida serta mempengaruhi metabolisme, menghambat biosintesis sel dan mampu menginduksi penurunan jumlah implantasi pada tikus betina (Mix, 2001; Sipahutar, 1991). Salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam pegagan (Centella asiatica) adalah fitosterol. Fitosterol merupakan turunan senyawa sterol.

(21) yang dahulu hanya ditemukan pada hewan dalam bentuk kolesterol sebagai bahan baku pembentuk hormon seks. Senyawa-senyawa fitosterol yang terdapat pada tumbuhan antara lain: sitosterol, stimagsterol, dan kampesterol. Ketiga senyawa fitosterol tersebut terbukti mampu bekerja baik untuk mengurangi kolesterol total dan LDL kolesterol dalam darah (Tisnajaya dkk, 2005). Pada awalnya, senyawa sterol diketahui sebagai subtansi dari binatang baik sebagai hormon sex, asam empedu atau lainnya. Baru belakangan senyawa-senyawa ini terdeteksi pada jaringan tanaman. Tiga macam senyawa yang biasa disebut sebagai ”fitosterol” yaitu sitosterol (lebih dikenal sebagai beta-sitosterol), stigmasterol dan campesterol terbukti bisa ditemukan pada beberapa jenis tanaman tinggi (Harborne, 1998). Tidak semua pada tanaman tinggi terdapat ketiga senyawa tersebut, misalnya pada tanaman kedawung (Parkia roxburgii G. Don) mengandung sitosterol dan kampesterol saja (Tisnadjaya dkk, 2005). Pada biji Blustru (Luffa aegyptiaca Mill.) terdapat senyawa sterol yang menunjukkan spektrum massa yang identik dengan stigmasterol (Yantini, 1989). Contoh lain yaitu pada tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.) mengandung sitosterol, kampesterol dan stigmasterol (Kusmana, 2007). Penelitian. Maligalig. (1994). dalam. Kusmana. (2007),. telah. membuktikan adanya aktivitas estrogenik dari infus rimpang C. domestica. Hal tersebut diduga berasal dari kandungan fitosteroid berupa kampesterol, sitosterol, dan stigmasterol. Ketiga senyawa fitosteroid tersebut memiliki.

(22) kemiripan. struktur. dengan. kolesterol. yang. merupakan. prekursor. pembentukan hormon seks, salah satunya hormon estrogen. Pegagan juga mengandung bahan aktif yaitu saponin dan flavonoid. Senyawa kimia tersebut bersifat antiestrogen atau dapat disintesis menjadi antiestrogen di dalam tubuh. Efek antiestrogen menyebabkan ovarium inaktif, pertumbuhan folikel dan sekresi estrogen endogen terganggu, karena itu ovulasi juga dapat terganggu. Pengaruh lain adalah kelenjar serviks menjadi sedikit dan lebih kental, keadaan ini akan mengganggu motilitas spermatozoa. Mungkin karena keadaan tersebut, maka tidak terjadi fertilisasi meskipun terjadi perkawinan (Sulistia, 1995). Hasil penelitian (Fitriyah, 2009) menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berpengaruh terhadap perkembangan folikel ovarium mencit (Mus musculus). Penelitian ini memperlihatkan bahwa ekstrak pegagan yang berpengaruh terhadap peningkatan jumlah folikel primer, sekunder dan tertier ditemukan pada dosis 75 mg/kg BB dan penurunan jumlah folikel primer, sekunder dan tertier ditemukan pada dosis 100 mg/kg BB dan 125 mg/kg BB. Peningkatan jumlah folikel primer pada dosis tersebut dikarenakan hadirnya zat aktif didalam ekstrak pegagan terutama asiatikosida dan madekassosida yang memiliki peran penting dalam mempercepat sintesis kolagen. Kehadiran kolagen sangat penting untuk pembentukan sel-sel jaringan pengikat didalam korteks ovarium yang menjadi tempat.

(23) berkembangnya folikel. akan tetapi dalam penelitian ini tidak ditemukan perkembangan folikel hingga mencapai folikel de Graff (Fitriyah, 2009). Penurunan jumlah folikel primer, sekunder dan tertier dijumpai pada dosis 100 mg/Kg BB dan 125 mg/Kg BB. Penurunan jumlah folikel pada kedua dosis tersebut dimungkinkan telah terjadi kerusakan pada sel-sel granulosa akibat efek toksisistas rendah dari ekstrak Centella dan dalam jumlah. besar. zat. aktif. triterpenoid. diduga. mampu. menyebabkan. penghambatan pelepasan LH dan FSH. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan aktif pada pegagan pada dosis rendah dapat meningkatkan jumlah folikel pada ovarium betina, sedangkan pada dosis yang tinggi pegagan dapat menurunkan folikel-folikel pada ovarium betina (Fitriyah, 2009). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap jumlah corpus luteum dan resorpsi embrio mencit (Mus musculus) betina, mengingat beberapa bahan aktif yang terkandung dalam pegagan pada dosis tinggi dapat menurunkan jumlah folikel sehingga diduga menghambat fertilitas dan berpotensi sebagai kontrasepsi oral pada betina..

(24) 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum mencit (Mus musculus) betina? 2. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap kebuntingan mencit (Mus musculus) betina?. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum mencit (Mus musculus) betina. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap kebuntingan mencit (Mus musculus) betina.. 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum mencit (Mus musculus) betina..

(25) 2. Ada pengaruh pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap kebuntingan mencit (Mus musculus) betina. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengobatan herbal pada daun ekstrak pegagan terhadap penyakit yang berhubungan dengan reproduksi. 2. Menambah pengetahuan tentang kandungan bahan aktif pegagan yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu reproduksi. 3. Sebagai dasar penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan pegagan untuk reproduksi betina.. 1.6 Batasan Masalah 1. Hewan coba yang digunakan adalah mencit betina fertil strain Balb/c yang berumur ± 4 bulan dengan berat badan 20 – 30 g. 2. Ekstrak yang digunakan berasal dari bagian daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) yang dibuat dalam 3 dosis. 3. Dosis tinggi yang dimaksud adalah 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB. 4. Parameter dalam penelitian ini meliputi korpus luteum dan kebuntingan..

(26) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) 2.1.1 Morfologi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Tumbuh-tumbuhan yang berada di muka bumi ini merupakan ciptaan Allah SWT, semua yang diciptakan oleh Allah SWT memiliki manfaat dan tidak diciptakan secara sia-sia. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Q.S As-Syu’ara’/26 ayat 7.            . Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik (Q.S As-Syu’ara’/26:7) Salah satu tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pegagan. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, pematangan sawah ataupun di ladang agak basah (Besung, 2009). Menurut Lasmadiwati dkk (2003) jenis pegagan ada dua macam yaitu pegagan merah dan pegagan hijau. Warna yang terdapat pada pegagan dikarenakan adanya kandungan flavonoid yang juga berperan dalam penentuan pigmen (Handayani, 2005). Pegagan merupakan tanaman tahunan yang tumbuh merambat. Pegagan tidak mempunyai batang, rimpang pendek, dan stolon yang merayap. Panjangnya antara 10 cm–80 cm. Akar keluar dari setiap bonggol,.

(27) banyak bercabang yang dapat membentuk tumbuhan baru. Pegagan berdaun tunggal, berbentuk ginjal, panjang tangkai daun antara 5 cm-15 cm. Tepi daun bergerigi atau beringgit, penampang 1 cm – 7 cm tersusun dalam roset yang terdiri atas 2 – 10 helai daun, kadang-kadang agak berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan berbentuk payung, tunggal atau 3 – 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun, panjang tangkai bunga 5 mm – 50 cm. Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau harum dan rasanya pahit. Panjang buah antara 2 mm – 2,5 mm (Lasmadiwati, 2003). Adapun morfologi pegagan dapat dilihat pada gambar 2.1 Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ini merupakan tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua. Merupakan herba dari famili yang memiliki potensi sebagai obat seperti jinten, seledri dan adas (Dasuki, 1991). Pada umumnya di sebut sebagai Asiatic centella yang termasuk dalam family Umbelliferae. Tumbuhan berupa roset akar dengan tangkai daun yang lunak, perakaran dangkal dan berkembang biak dengan menggunakan stolon (Kumar dan Gupta, 2006). Menurut Lasmadiwati (2003), spesies Centella asiatica (L) Urban terdiri dari 2 jenis yang meliputi : pegagan merah dan pegagan hijau. Perbedaan mendasar antara pegagan merah dan pegagan hijau terletak pada warna stolon dan tangkai daun..

(28) Gambar 2.1 Morfologi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) (Kertasaputra, 1992). 2.1.2 Klasifikasi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Menurut Lasmadiwati (2003) Berdasarkan pemaparan tentang pegagan diatas maka klasifikasi dari pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah sebagai berikut: Kingdom Plantae Divisio Spermatophyta Sub devisio Angiospermae Klass Dicotyledone Ordo Umbilales Family Umbilaferae (Apiaceae) Genus Centella Spesies Centella asiatica (L) Urban 2.1.3 Kandungan Bahan Aktif Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Di dalam Al-Quran menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan. Allah SWT menciptakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi sebagai.

(29) salah satu tanda-tanda dari kekuasaannya bagi kaumnya yang berfikir. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ra’d ayat 4/13 ayat 4:.                              Dan di bumi itu terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang yang bercabang dan tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain, tentang rasa (dan bentuknya). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (Q.S Ar-Ra’d/13:4) Dari ayat diatas menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan tumbuhan sebagai salah satu tanda dari kekuasaannya. Kita sebagai makhluk ciptaannya yang dibekali dengan akal dan fikiran, maka sepatutnya kita mengagumi ciptaan Allah SWT dan tidak sepantasnya jika kita mengingkari kekuasaan Allah tersebut. Semakin kita mengagumi ciptaannya maka nilai dari keimanan juga akan bertambah, karena dalam tanam-tanaman (tumbuhan) yang diciptakan Allah terdapat kelebihan yaitu berupa manfaat yang ada di dalamnya salah satunya dapat digunakan sebagai obat. Salah satu tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah pegagan, karena didalamnya banyak mengandung berbagai bahan aktif meliputi triterpenoid saponin, triterpenoid genin, minyak essensial, flavonoid, fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Diduga dari bahan aktif tersebut pegagan dapat digunakan sebagai alternatif kontrasepsi oral bagi wanita..

(30) Pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside, isothankuside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, madasiatic acid, hydrocotyline, mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi), zat pahit vellarine, dan zat samak (Dalimartha, 2005). Menurut Kumar dan Gupta (2006), secara umum kandungan bahan aktif yang ditemukan dalam pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) meliputi : 1) triterpenoid saponin, 2) triterpenoid genin, 3) minyak esensial, 4) flavonoid, 5) fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Menurut Dasuki (1991), bahan-bahan aktif tersebut secara umum terdapat pada organ daun tepatnya pada jaringan palisade parenkim. Bahan aktif yang terkandung dalam pegagan juga menjadi salah satu alasan mengapa pegagan dimasukkan dalam ordo umbelliferae. Bahan aktif yang terkandung, terutama dari golongan triterpenoid saponin merupakan turunan zat aktif umbelliferon yang terdapat pada tumbuhan pegagan dan tumbuhan bangsa apiales lainnya. Kandungan triterpenoid saponin dalam pegagan berkisar 1-8%. Unsur yang. utama. dalam. triterpenoid. saponin. adalah. asiatikosida. dan. madekassosida (Kumar dan Gupta, 2006). Asiatikosida mampu bekerja sebagai detoksifikasi pada hati dan merupakan marker dalam penentuan standar bahan baku pada Centella asiatica (Selfitri, 2008). Madekassosida juga memiliki peran penting karena mampu memperbaiki keruskan sel dengan merangsang sintesis kolagen (Bonte et al., 1995)..

(31) Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa ini bertanggung jawab zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Sebagian flavonoid yang tedapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glukosida (Jayanti, 2007). Salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam pegagan (Centella asiatica) adalah fitosterol. Fitosterol merupakan turunan senyawa sterol yang dahulu hanya ditemukan pada hewan dalam bentuk kolesterol sebagai bahan baku pembentuk hormon seks. Senyawa-senyawa fitosterol yang terdapat pada tumbuhan antara lain: sitosterol, stimagsterol, dan kampesterol. Ketiga senyawa fitosterol tersebut terbukti mampu bekerja baik untuk mengurangi kolesterol total dan LDL kolesterol dalam darah (Tisnajaya dkk, 2005). 2.2 Tinjauan Tentang Mencit Selain tumbuh-tumbuhan yang berada di muka bumi ini Allah SWT juga menciptakan hewan-hewan di dalamnya. Hewan-hewan tersebut memiliki perbedaan satu sama lain, seperti halnya yang telah disebutkan dalam Q.S An-Nur ayat 45/24 ayat 45:.                                   .

(32) Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. An-Nur/24:45) Rossidy (2008) menjelaskan ayat di atas menggambarkan tentang sebagian cara hewan berjalan. Ada yang berjalan dengan perutnya, ada yang berjalan dengan kaki dan diantara hewan yang berjalan dengan kakinya tersebut, ada yang berkaki dua dan ada yang berkaki empat. Sebagian berkaki enam bahkan ada hewan yang memiliki kaki lebih dari enam. Penjelasan dari surat An-Nur ayat 45 tersebut tentang macam-macam hewan yang meliputi: a) Hewan melata dengan perutnya, yaitu: belut, ular, cacing, bekicot, lele. b) Hewan melata dengan 2 kaki, yaitu: ayam, burung dara, merpati, puyuh, bebek. c) Hewan melata dengan 4 kaki, yaitu: tikus putih, mencit, hamster, cicak, beruang, kambing, sapi, domba, anjing, unta, singa, gajah, jerapah. Mencit merupakan salah satu hewan darat yang berkaki empat yang telah diciptakan oleh Allah dan telah membawa manfaat yang banyak, salah satunya dalam proses penelitian sebagai hewan coba, mencit termasuk dalam genus Mus, sub family murinae, family muridae, orderrodentia. Mencit yang sudah dipelihara di laboratorium sebenarnya masih satu family dengan mencit liar. Sedangkan mencit yang paling sering dipakai untuk penelitian biomedis adalah Mus musculus. Berbeda dengan hewan-hewan lainnya,.

(33) mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur empat minggu berat badannya mencapai 18-20 gram. Jantung terdiri dari empat ruan dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Hewan ini memiliki karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. Diantara spesies-spesies hewan lainnya, mencitlah yang paling banyak digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%) karena murah dan mudah berkembang biak. Hewan ini memilki karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. (Kusumawati, 2004). Mencit dipilih menjadi subyek eksperimental sebagai bentuk relevansinya pada manusia. Walaupun mencit mempunyai struktur fisik dan anatomi yang jelas berbeda dengan manusia., tetapi mencit adalah hewan mamalia yang mempunyai beberapa ciri fisiologi dan biokimia yang hampir menyerupai manusia terutama dalam aspek metabolisme glukosa melalui perantaraan hormone insulin. Disamping itu, mempunyai jarak gestasi yang pendek untuk berkembang biak (Syahrin, 2006). Menurut Yasin (1986) klasifikasi mencit adalah sebagai berikut : Sub kingdom : Metazoan Phylum. : Chordate. Sub phylum : Vertebrata Super clasis : Tetrapoda Classis. : Mamalia. Sub classis. : Theria. Infra classis : Eutheria.

(34) Ordo. : Rodentia. Familia. : Muridae. Genus. : Mus. Spesies. : Mus musculus. Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan di laboratorium. Hewan ini dapat berkembang biak secara cepat, dan dalam jumlah yang cukup besar (Sri Utami dalam Riskana, 1999). Mencit termasuk hewan pengerat (rodentia) yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak, variasi genetiknya cukup besar serta anatomi dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Smith et al, 1997). Adapun data biologis mencit di laboratorium dapat dilihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Data Biologis Mencit di Laboratorium Lama hidup Lama bunting Umur disapih Umur dewasa Umur dikawinkan Berat dewasa Berat lahir Jumlah anak Suhu (rektal) Konsumsi oksigen Volume darah Sel darah merah Sel darah putih Trombosit Hemoglobin Kecepatan tumbuh. 1-2 tahun, bisa sampai 3 tahun 19-21 hari 21 hari 35 hari 8 minggu (jantan dan betina) 20-40 g jantan; 18-35 g betina 0,5-1,0 g Rata-rata 6, bisa 15 36-39 0c (rata-rata 37,4 0c) 2,38-4,48 ml/g/jam 75-80 ml/kg 7,7-12,5 x 106/mm3 6,0-12,6 x 103/mm3 150-400 x 103/mm3 13-16 g/100 ml 1 g/hari (Kusumawati, 2004).

(35) Mencit dewasa membutuhkan makanan setiap harinya sekitar 3-5 g. Diantara faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan makanan kepada mencit yaitu kualitas bahan pangan, terutama daya cerna dan palabilitas. Hal ini dikarenakan kualitas makanan mencit akan berpengaruh terhadap kondisi mencit secara keseluruhan, diantaranya kemampuannya untuk tumbuh, berbiak, ataupun perlakuan terhadap pengobatan (Smith et al, 1997).. 2.3 Sistem Reproduksi Mencit Betina 2.3.1 Anatomi Organ Reproduksi Mencit Betina Seperti terlihat pada gambar 2.3.1 ovarium mencit terbagi atas dua bagian yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungann ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormon pituitari hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi (Shearer, 2008)..

(36) Gambar 2.3.1 Sistem Reproduksi Mencit Betina (Turner, 1988). Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus (Shearer, 2008). Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dari kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin (Shearer, 2008). Uterus mencit terbagi ata dua bagian dimana bagian bawahnya bersatu dengan vagina. Bagian luar dinding uterus tersusun dari jaringan otot dan permukaan dalam dibatasi oleh epithelium. Antara epitelium dan.

(37) lapisan otot terdapat mukosa, jaringan yang membentuk bagian terbesar dari dinding uterus (Curtis, 1968). Mencit betina mempunyai tipe uterus dupleks yang terdiri dari dua buah serviks, korpus uteri tidak ada dan kedua kornua uterinya terpisah sama sekali (Ismudiono, 1999). 2.3.2 Fisiologi Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina Ovarium mensintesa 3 macam hormon, yaitu: estrogen, progesteron, dan relaxin. Estrogen dan progesteron merupakan hormon steroid, sedangkan relaxin merupakan polipeptide (Partodihardjo, 1992). Estrogen merupakan hormon yang berperan penting pada kerja sel granulosa, sel teca, dan sel luteal ovarium. Hormon estrogen ini juga berperan pada reseptor FSH dan LH (Suhaemi, 2006). Reseptor FSH pada sel granulosa berperan dalam perkembangan folikel. Hormon FSH bersifat obligatori bagi seleksi dan perkembangan folikel dominan. System sinyal reseptor FSH berperan penting dalam pertumbuhan dan diferensiasi folikel dominan melalui kemampuannya membentuk cairan folikel, proliferasi sel, produksi E2 dan ekspresi reseptor LH (Suhaemi, 2007). Estrogen atau hormon seks wanita bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan tuba Falopi, ovarium, uterus dan alat kelamin eksternal serta karakteristik seksual sekunder wanita. Hormon tersebut terutama berkaitan dengan perubahan-perubahan siklus normal yang terjadi pada endometrium dan. rahim selama siklus. Estradiol. merupakan estrogen alam utama yang diproduksi oleh ovarium di samping.

(38) beberapa estrogen yang diproduksi secara metabolik dalam hati (Baird, 1993). Hormon progesteron yang terdapat pada ovarium terbentuk pada bagian folikel, sel-sel ovarium dan Korpus luteum (KL). Korpus luteum (KL) adalah jaringan tubuh yang banyak membentuk progesteron. Menurut Mahaputra dan Restia (1993) dalam Husnurrizal (2008) Penurunan kadar progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior melepaskan FSH dan LH, kedua hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan ovulasi, sehingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel. Folikel-folikel tersebut. akhirnya. menghasilkan. hormon. estrogen. yang. mampu. memanifestasikan gejala birahi. Dalam uterus progesteron mempunyai tiga pengaruh nyata yang meliputi : pertama untuk menghambat kontraksi myometrium, kedua progesteron merangsang tumbuhnya kelenjar-kelenjar susu uterus pada endometrium. Ketiga pada spesies tertentu implantasi selalu diikuti oleh proses perkembangan sel-sel permukaan endometrium yang menerima blastocyt yang disebut deciduoma (Partodihardjo, 1992).. 2.4 Ovulasi Ovulasi terjadi sekitar 4-5 hari sekali pada mencit dan hanya pada masa ini betina siap untuk kawin. Meskipun jutaan sel sperma yang dikeluarkan tiap ejakulasi tapi hanya 100 yang mencapai sel telur (Curtis 1968; Young 1975)..

(39) Yang dimaksud dengan ovulasi yaitu peristiwa poecahnya folikel de Graff dan keluarnya ovum dari dalam folikel. Pecahnya folikel de Graff itu tidak meletus seperti banyang kebanyakan angina, melainkan dinding folikel mula-mula retak di bagian stigmanya, yaitu suatu tempat di bagian permukaan folikel yang menonjol keluar dari bagian badan ovarium, lalu cairan folikel atau liquar folikuli meleleh keluar. Bersama keluarnya liquor folikuli inilah ovum keluar, bersamaan dengan itu fimbriae yaitu bagian ujung dari saluran reproduksi betina yang berbentuk corongan telah siap sedia menangkapnya (Partodihardjo, 1992). Menurut Anwar (2005) pada proses terjadinya ovulasi diperlukan LH untuk pertumbuhan akhir dari folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini walaupun FSH tersedia dalam jumlah yang banyak, folikel ini tidak akan berkembang ke tahap ovulasi. Sekitar 2 hari sebelum ovulasi, sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior meningkat dengan pesat menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan mencapai puncaknya 16 jam sebelum ovulasi. Sedangkan FSH meningkat kira-kira 2 sampai 3 kali lipat pada saat bersamaan. Kedua hormon ini bekerja secara sinergestik pada pembengkakan folikel yang berlangsung cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga mempunya efek khusus terhadap sel granulosa dan sel theca, yang mengubah kedua sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang mensekresikan progesteron dan sedikit estrogen. Oleh karena itu, kecepatan sekresi estrogen mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum ovulasi. LH pada proses ovulasi disekresikan dalam jumlah yang besar oleh.

(40) Kelenj ar. hipofisis. anterior.. Kemudian. LH. menyebabkan. sekresi. hormonhormon steroid folikuler dengan cepat yang mengandung sejumlah kecil progesteron untuk pertama kalinya yang mana progesterone tersebut meningkatakan daya regang dinding folikel. Beberapa jam kemudian terjadi peristiwa-peristiwa yang diperlukan untuk terjadinya ovulasi. Pada peristiwa pertama, theca eksterna (kapsul folikel) melepaskan enzim proteolitik (kolagenase) dari lisozim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya yaitu melemahnya dinding, pembengkakan folikel dan degenerasi dari stigma. Pada saat bersamaan terjadi juga peristiwa yang kedua yang mana pada peristiwa ini terjadinya pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke dalam dinding folikel. Dengan adanya pembuluh darah baru maka akan merangsang peningkatan prostaglandin (PGE2). Selain itu, dengan adanya pembuluh darah baru pada folikel akan menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular yang akan menyebabkan edema pada jaringan folikel sekitanya dan dapat juga meningkatkan plasminogen. Dengan adanya progesteron dan prostaglandin (E dan F) akan memicu terbentuknya activator. plasminogen. yang. nantinya. berperan. dalam. perubahan. plasminogen menjadi plasmin. Kemudian plasmin tersebut akan masuk ke dalam folikel. Di dalam folikel, plasmin akan merubah collagenase yang tidak aktif menjadin aktif yang mana akan melemahkan kolagen dari tunika albuginea dan lapisan theca. Selain itu, plasmin akan merangsang sel granulosa. untuk. menghasilkan. cairan. folikuler. sehingga. terjadi. pembengkakan folikel. Pada saat yang bersamaan terjadi degenerasi stigma.

(41) dengan terlihat adanya desakan keluar dan dinding semakin lemah. Dengan adanya pembengkakan folikel dan degenerasi stigma mengakibatkan pecahnya folikel yang disertai dengan pengeluaran ovum (Anwar, 2005). 2.5 Korpus Luteum Setelah ovulasi, folikel yang tinggal bersama theca interna menjadi suatu badan. Badan ini tampak kekuningan sehingga disebut badan kuning atau corpus luteum. Sel folikelnya, yang biasa pula disebut sel granulosa karena banyak mengandung granula, mensekresi progesterone dan estrogen. Progesteron mengontrol implantasi embrio dalam uterus dan mencegah terjadinya pertumbuhan folikel baru serta ovulasi Liquor folliculi-nya sudah terperas keluar ketika proses ovulasi dan bekas antrum diisi dengan jaringan ikat. Sel granulosa kini disebut sel lutein granulosa. Sitoplasma berisi lipokhrom, pigmen kuning. Itulah yang menyebabkan badan itu berwarna kuning. Lapisan luar badan ini terdiri dari sel lutein theca, yang asalnya adalah dari theca interna folikel. Jika tidak terjadi kehamilan atau implantasi, umur corpus luteum hanya dua minggu. Kemudian berdegenerasi dan hilang. Setelah itu terjadi haid. Jika terjadi kehamilan, plasenta menghasilkan hormone gonadotropin. Hormon ini merangsang corpus luteum untuk lebih aktif menghasilkan progesteron dan estrogen (Yatim, 1996). Seperti yang terlihat pada gambar 2.5.1 histologi korpus luteum dan bagian-bagiannya..

(42) 2.5.1b 2.5.1a Gambar 2.5.1a Histologi Korpus Luteum 2.5.1b Bagian-bagian Korpus Luteum T. Sel Teka Lutein G. Sel Granulosa Lutein (Slomianka, 2009). Proses terbentuknya korpus luteum yaitu setelah terjadinya ovulasi, rongga folikel terisi oleh darah dan cairan limfe akibat terjadinya pendarahan dalam folikel, sehingga membentuk struktur yang disebut korpus haemorragikum (Hafez, 2000). Dengan adanya perdarahan, hewan betina tidak lagi birahi dan memasuki fase luteal. Fase luteal darah yang ada akan membeku dalam rongga folikel diresorbsi dan proses luteinasai dimulai sehingga terbentuklah korpus luteum oleh sel-sel granulose dan sel-sel teka (Nalbandov, 1990).. Bila terjadi kebuntingan, korpus luteum akan. dipertahankan dan dikenal dengan nama korpus luteum graviditatum, namun jika tidak terjadi kebuntingan maka korpus luteum akan mengalami regresi (Thomaszewska, 1991). Menurut Partodihardjo (1992) dalam ilmu reproduksi dikenal 3 macam korpus luteum yaitu: 1. Korpus luteum periodikum Yaitu korpus luteum yang tumbuh dan berregresi dalam siklus birahi..

(43) 2. Korpus luteum graviditatum Yaitu korpus luteum yang menyertai kebuntingan, berfungsi merawat kebuntingan dengan menghasilkan hormone progesteron. 3. Korpus luteum persisten Yaitu korpus luteum yang merupakan gangguan terhadap siklus birahi. Hewan betina tidak birahi, meskipun tidak bunting. Untuk sapi pengobatannya biasanya dilakukan dengan cara melepaskan KL dari ovarium secara mekanis dipencet dengan jari melalui rectum. 2.6 Fertilisasi Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan informasi genetic pada sel spema dengan informasi genetic pada sel telur, sehingga terbentuk individu baru atau janin. Fertilisasi juga mengaktivasi sel telur, menandakan dimulainya proses kehamilan. Informasi genetic diatur dan dikombinasikan sedemikian rupa sehingga memberi kemungkinan variasi yang dibutuhkan jika proses eolusi dimulai (Curtis 1968; Young 1975). Ketika sperma bersatu melebur dengan sel telur hanya bagian dalam sel sperma (nucleus, sentriol, mitokonria) yang masuk sel telur (Curtis, 1968). Menurut Ismudiono (1999) fertilisasi adalah penyatuan antara sel benih jantan (spermatozoa) dan sel benih betina (ovum) yang mneghasilkan zigot. Tempat fertilisasi pada hamper semua hewan adalah pada bagian ampula tuba falopii. Sel benih betina (ovum) masuk ke dalam ampula masih dalam keadaan diselaputi oleh sel-sel granulose yang dilepaskan oleh folikel.

(44) de Graff, sel-sel tersebut adalah sel kumulus oophorus. Pada kebanyakn mammalian proses pembuahan ini dimulai setelah benda kutub pertama dibebaskan. Dengan demikian masuknya sel spermatozoa ke dalam sel telur menjalani pembelahan reduksi pertama. Menurut Mafruchati dkk (2003) proses fertilisasi meliputi penetrasi sel spermatozoa melalui kumulus oophorus, corona radiate, zona peluucida dan masuk ke dalam vitelis ovum. Dalam vitelis kepala spermatozoa membesar membentuk pronukleus jantan. Sel telur mengalami aktifasi dan penerusan kembali proses meiosis dari metaphase dua sampai akhir. Hasilnya berupa sel telur dengan komplemen kromosom haploid dan pembentukan benda kutub kedua. Kromatin akan memadat membentuk pronukleus betina. Pronukleus jantan dan betina tumbuh membesar, memiliki vesikel dan banyak nuclei. Masing-masing bergerak saling mendekat dan bertemu di sentral sel. Peleburan kedua pronukleus dimulai dengan penyusutan inti dan jumlah pronukleus ini menurun. Membrane pronukleus pecah dan menghilang, kromosom dari sel spermatozoa dan sel telur bersatu. Metafase proses mitosis pertama dari sel telur merupakan tanda akhir dari peleburan kedua jenis pronukleus jantan dan betina (singami) dan merupakan akhir proses fertilisasi.. 2.7 Kebuntingan Mencit Pada mencit, lama kebuntingan berkisar antara 19-21 hari. Masa menyusui pada induknya sekitar 1 bulan. Kematangan seksual kira-kira 3.

(45) bulan dengan masa hidup atau life span 3-4 tahun (Young, 1975; Curtis, 1968). Adapun perkembangan kebuntingan pada mencit dapat dilihat pada tabel 2.6.1. Tabel 2.6.1 Perkembangan Kebuntingan Mencit Masa Kebuntingan (Hari) Periode 3,5 Pembentukan Blastosist 4,25-4,5 Pengaktifan Blastosist 4,5-6 Implantasi 6-8 Pembentukan Yolk salk dan Vitelline circulation 9-10 Perkembangan Chorioallantoic placenta 8-18s Perkembangan Fetal Vasculature 20-21 Partus (Cross, 1994) Ahli reproduksi berpendapat bahwa pertumbuhan makhluk hidup baru terjadi melalui tiga periode yaitu ovum, embrio dan perode fetus. Periode ovum adalah sejak ovum diovulasikan hingga pembentukan zigot. Pembentukan zigot hingga terbentuknya organ-organ tubuh disebut periode embrio dan selanjutnya hingga dilahirkan disebut periode fetus (Hafez, 1993). Adapun periode kebuntingan dapat dibedakan menjadi tiga periode yaitu: 1. Periode implantasi Periode ini dimulai pada saat pertemuan gamet jantan dan betina sehingga. terbentuk. zigot.. Zigot. selanjutnya. membelah. kemudian. berkembang menjadi blastosis. Periode ini pada mencit berlangsung pada awal hari ke-5 setelah terjadinya fertilisasi. Pemberian bahan teratogen selama periode ini akan merusak seluruh atau sebagian sel janin, tetapi kerusakan sel embrio akan segera diganti Karena sel blastomer mempunyai.

(46) sifat totipotensi sehingga kerusakan sel pada masa embrional tidak dapat dideteksi pada masa janin (Poernomo, 1986). 2. Periode Organogenesis Periode organogenesis merupakan periode paling kritis pembentukan organ-organ tubuh. Periode ini pada mencit berlangsung pada hari ke-6 sampai hari ke-15 setelah terjadinya fertilisasi. Pada periode ini sel secara intensif mengalami diferensial, mobilisasi dan organosasi sehingga enbrio sangat rentan terhadap efek teratogenik (Dixon, 1986;Lu, 1995). Pemberian bahan-bahan teratogen pada periode kritis ini akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan embrio, malformasi, tingkat kematian janin yang tinggi yang ditandai dengan resorpsi embrio (Poernomo, 1986). 3. Proses Perkembangan Fetus Proses perkembangan fetus ditandai dengan adanya pertumbuhan organ yang cepat sedangkan diferensiasi kurang menonjol. Periode ini zat teratogen tidak mungkin menyebabkan cacat morfologik tetapi dapat mengakibatkan kelainan fungsi (Dixon, 1986;Li, 1995). Proses perkembangan manusia telah tersurat dalam Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14/23 ayat 12-14:.                                    .

(47) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik (Q.S Al-Mu’minun/ 23:12-14) Urutan perkembangan embrio pada mencit dan manusia serupa, perbedaanya hanya terletak pada waktu terbentuknya organ-organ tubuh karena perebedaan lama kebuntingan (Sukra, 1981).. 2.8 Tinjauan Tentang Antifertilitas Antifertilitas merupakan istilah yang digunakan untuk bahan yang dapat menghalangi rangkaian proses fertilisasi dengan cara kontrasepsi atau abortivum. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur dengan sel sperma. Kontrasepsi dapat dipakai untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kesuburan (Pabbadja, 1992). Sedangkan bila menghambat sesudah proses implantasi disebut abortivum. Abortivum adalah suatu bahan yang apat menyebabkan ketidaksempurnaan proses pembentukan dan perkembangan embrio sehingga terjadi keguguran (Sastrowardoyo, 2001). 2.8.1 Mekanisme Kerja Antifertilitas Bahan yang digolongkan sebagai antifertilitas dapat bekerja pada berbagai tempat dalam tubuh yaitu; pada poros hipotalamus-hipofisa.

(48) anterior, ovarium, tuba falopii, uterus dan pada spermatogenesis (Astika, 1989). Aktivitas bahan antigonadotropin dengan mekanisme umpan balik negative mangakibatkan penurunan sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone). pada. poros. hipotalamus-hipofisa. anterior. sehingga. mengakibatkan penurunan sekresi hormone gonadotropin (FSH dan LH) dari kelenjar. hipofisa. anterior. sehingga. mempengaruhi. pembentukan,. perkembangan, dan pematangan folikel ovarium serta gangguan proses ovulasi (Meles dkk, 1992). Antifertilitas yang bekerja pada ovarium dapat mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan folikel serta gangguan proses ovulasi. Kerja antifertilitas pada tuba falopii dapat mempengaruhi transportasi sel telur maupun sel spermatozoa, proses fertilitasi dan transportasi zigot (Astika, 1989). Antifertilisasi yang bekerja pada uterus dapat menghambat proses implantasi, organogenesis dan perkembangan janin (Lee dan Chi, 1985). 2.8.2 Mekanisme Kerja Hormon Dalam Kontrasepsi Menurut Baziad (2002) Mekanisme kerja estrogen dalam kontrasepsi adalah sebagai berikut: 1. Ovulasi Estrogen menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, yang kemudian mengakibatkan supresi pada FSH dan LH kelenjar hipofise. Penghambatan. tersebut tampak dari. tidak adanya. estrogen. pada. pertengahan siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH dan LH pada.

(49) pertengahan siklus dan supresi post-ovulasi peninggian progesteron dalam serum dan pregnandiol dalam urine yang terjadi dalam keadaan normal. Ovulasi pun tidak selalu dihambat oleh estrogen dalam pil oral kombinasi (yang berisi estrogen 50 mcg atau kurang), karena estrogen mungkin hanya efektif 95-98% dalam menghambat ovulasi. Ovulasi juga bisa terhambat karena efek progesteron pada lendir cervix dan lingkungan endometrium serta tuba. Produksi hormon-endogenous memang dihambat, tetapi tidak seluruhnya. Masih ada sedikit estrogen yang dihasilkan ovarium seperti pada fase folikuler dini siklus haid. 2. Implantasi Implantasi dari blastocyst yang sedang berkembang terjadi 6 hari setelah fertilisasi, dan ini dapat dihambat bila lingkungan endometrium tidak berada dalam keadaan optimal. Kadar estrogen atau progesteron yang berlebihan atau pun kurang, atau keseimbangan estrogen-progesteron yang tidak tepat, menyebabkan pola endometrium yang abnormal sehingga tidak baik untuk implantasi. Implantasi dari ovum yang telah dibuahi juga dapat dihambat dengan estrogen dosis tinggi (diethylstilbestrol, ethinylestradiol) yang diberikan sekitar pertengahan siklus pada sanggama yang tidak dilindungi, dan ini disebabkan karena terganggunya perkembangan endometrium yang normal. Efek inilah rupanya yang menjadi dasar bagi metode kontrasepsi pasca sanggama atau post-coital. 3. Transpor gamet/ovum.

(50) Pada percobaan binatang, transpor gamet/ovum dipercepat oleh estrogen dan ini disebabkan karena efek hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus. 4. Luteolisis Yaitu degenerasi dari corpus luteum, yang menyebabkan penurunan yang cepat dari produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium, yang selanjutnya menyebabkan dibuangnya jaringan endometrium. Untuk kelangsungan kehamilan yang baik diperlukan fungsi corpus luteum yang baik. Degenerasi dari corpus luteum menyebabkan penurunan kadar progesteron serum dan selanjutnya mencegah implantasi yang normal, merupakan efek yang mungkin disebabkan oleh pemberian estrogen dosis tinggi pasca sanggama. Mekanisme kerja progesterone dalam kontrasepsi adalah sebagai berikut: 1. Ovulasi Ovulasi sendiri mungkin dapat dihambat karena terganggunya fungsi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron. 2. Implantasi Implantasi mungkin dapat dicegah bila diberikan progesteron praovulasi. Ini yang menjadi dasar untuk membuat IUD yang mengandung progesteron. Pemberian progesteron-eksogenous dapat mengganggu kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi produksi.

(51) progesterone. yang. berkurang. dari. corpus. luteum. menyebabkan. penghambatan dari implantasi. Pemberian progesterone secara sistemik dan untuk jangka waktu yang lama menyebabkan endometrium mengalami keadaan “istirahat” dan atropi. 3. Transpor Gamet atau Ovum Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan progesterone sebelum terjadi fertilisasi. 4. Luteolisis Pemberian jangka lama progesteron saja mungkin menyebabkan fungsi corpus luteum yang tidak kuat pada siklus haid sehingga menghambat folikulogenesis. 5. Lendir serviks yang kental Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron, sudah tampak lendir serviks yang kental, sehingga motilitas dan daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat. Lendir serviks yang tidak cocok dengan sperma adalah lendir yang jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukkan ferning dan spinnbarkeit.. 2.9 Mekanisme Aksi Bahan Aktif Pegagan Bahan aktif triterpenoid saponin telah banyak ditemukan beberapa penelitian berfungsi dalam efek farmakologi yaitu dapat meningkatkan aktivasi makrofag (Ito et al., 2000). Triterpenoid saponin (terutama madekossida) yang bekerja baik dalam memperbaiki sel dan pembentukan.

(52) kolagen (Bonte et al., 2005). Dalam kajian fertilitas kandungan bahan aktif triterpenoid ini berperan dalam memperbaiki sel-sel granulosa pada ovarium (Suhaemi, 2007), pada sel-sel granulosa ovarium akan menghasilkam suatu inhibdin yang menghambat sekresi gonadotropin hormon FSH dan sinyalir hormon LH (Kaneko et al., 2003). Penghambatan sekresi hormon FSH dan LH ini menyebabkan ketidak berhasilan fertilisasi yang disebut dengan suatu kontrasepsi. Telah diketahui hormon FSH dan LH merupakan suatu hormon gonadotropin, hormon FSH yang berperan dalam pematangan folikel dan sperma, sedangkan hormon LH pada ovarium berperan dalam pembentukan sel-sel teca interna. Pada testes hormon ini berperan dalam pembantukan sel-sel leydig, kedua sel tersebut berperan dalam sekresi hormon-hormon seks yaitu estrogen dan androgen (Partodihardjo, 1996). Dalam kajian kontrasepsi menurut Herman (1996 ) campuran hormon seks yaitu estrogen yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan tuba falopi, ovarium, uterus dan alat kelamin eksternal apabila dicampur dengan hormon progestin yang merupakan hormon progesteron maka dapat menggangu fertilitas karena dapat menghambat ovulasi. Kombinasi estrogen dan progesteron menekan kedua hormon gonadotropin. Dalam kajian farmakologi kandungan aktif pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) yang memiliki peran dalam peningkatan imun atau pertahanan (Ito. et. ai.,. 2000),. dalam. hal. konrasepsi. juga. diperlukan. suatu.

(53) immunokontrasepsi, yaitu suatu kontrsepsi tanpa merusak suatu ovarium. Menurut Toshimori (2000), dalam pengembangan bahan imunokontrasepsi, diperlukan eksplorasi dan karakterisasi protein membran spermatozoa spesifik terutama yang berperan sebagai antigen bersifat imunogenik, spesifik, terlibat dalam interaksinya dengan zona pelusida (ZP3)..

(54) BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan. mencit. (Mus. musculus). betina. merupakan. penelitian. eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah kontrol (tanpa perlakuan) dan mencit yang diberi ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan 3 dosis yang berbeda.. 3.2 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel yang meliputi: 1) variabel bebas, 2) variabel terikat dan 3) variabel terkendali. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), yang dibuat dalam 3 dosis, yaitu: 125 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB; yang termasuk variabel terikat yang digunakan adalah korpus luteum dan kebuntingan sedangkan variabel terkendali adalah mencit (Mus musculus) betina fertil strain Balb/c yang diberi makan pelet dan diberi minum secara ad libitum..

(55) 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Februari-April 2010.. 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) betina yang berumur ± 4 bulan, berat badan 20-30 gram dan jenis kelamin betina dari galur Balbc. Perkiraan besar sampel yang digunakan adalah sekitar 24 ekor mencit (Mus musculus) betina yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, setiap kelompok perlakuan terdiri dari 6 ekor mencit (Mus musculus) betina sebagai ulangan.. 3.5 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi: kandang pemeliharaan, disposible syringe 1 ml, sonde lambung hasil modifikasi dari spuit 3 ml dan pediatric feeding tube Fr.5, timbangan analitik, stopwatch, corong buchner, perangkat rotary evaporator vacum, tabung eppendorf, labu ukur 100 ml, gelas ukur 10 ml, beaker glass 50 ml, beaker glass 500 ml, Erlenmeyer 500 ml, pengaduk gelas, hot plate, corong gelas, pipet tetes, dissecting set, papan seksi, seperangkat alat bedah, kaca pembesar, mikroskop dan cawan petri. Bahan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) betina fertil galur Balb/c yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, pelet, air sumur, serbuk daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) diperoleh dari Balai Materia Medika Batu, Preparat hormone Prostaglandin (PGF2ά( merek dagang Lutalyse buatan Pfizer Australia diperoleh dari Loka.

(56) Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan, Na CMC, NaCl fisiologis 0,9%, ether dan aquades.. 3.6 Kegiatan Penelitian 3.6.1 Persiapan Hewan Coba Hewan coba mulai dikandangkan 2 minggu sebelum perlakuan untuk proses aklimatisasi pada suhu kamar (20-25oC) dan fotoperiode 13/11 jam siklus gelap terang. Selama proses aklimatisasi ini mencit diberi makan pelet dan diberi minum secara ad libitum. 3.6.2 Pembagian Kelompok Sampel Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit sebagai ulangan. Kelompok perlakuan dibagi sebagai berikut: a. Kelompok I (kontrol): Mencit yang diberikan 0,5 ml Na CMC 0,5%. b. Kelompok II: Mencit yang diberi perlakuan ekstrak pegagan dengan dosis 125 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%. c. Kelompok III: Mencit yang diberi perlakuan ekstrak pegagan dengan dosis 200 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%. d. Kelompok IV : Mencit yang diberi perlakuan ekstrak pegagan dengan dosis 275 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%. 3.6.3 Pembuatan Ekstrak Pembuatan ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Serbuk daun pegagan yang telah halus dimaserasi dengan pelarut ethanol 70% selama 24 jam sambil sesekali diaduk..

Gambar

Tabel  4.1  Ringkasan  Analisis  Variansi  tentang  pengaruh  pemberian  ekstrak  daun  pegagan  (Centella  asiatica  L
Gambar 2.1 Morfologi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) (Kertasaputra, 1992)
Tabel 2.2 Data Biologis Mencit di Laboratorium
Gambar 2.3.1 Sistem Reproduksi Mencit Betina (Turner, 1988)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Jaminan Pemerintah dapat diberikan oleh menteri yang. menyelenggarakan urusan pemerintah di

Hal ini sebagaimana yang diuraikan oleh Gutama, et. Al., dalam jurnalnya Mengajar dengan sentra dan lingkaran , bahwa dalam proses pembelajarannya diharapkan

Data yang diperoleh berdasarkan instrument penelitian kemudian dilakukan analisis. Data dalam penelitian terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data

[r]

l?ns menarik diharapkan dapat meningkatkan pengalaman pengguna (user c,ryedga6s;, motivasi dan hasil belajar siswa, dengan demikian kualitas proses pcmbe laj aran di

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada PDAM Tirta Musi Unit Kalidoni, Palembang”, Memberikan informasi yang berguna sebagai

luas tentang topik dan konsep-konsep yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas. Hal ini membuat siswa akan lebih mengetahui kekurangan dalam mempelajari dan

DPRD selaku wakil rakyat pembuat kebijakan seharusnya mengetahui apa yang diingginkan masyarakat dan berusaha untuk mewujudkannya demi kesejahteraan masyarakat,