Berau Forest Carbon Program
(BFCP)
(BFCP)
Bogor, 17 Maret 2010
Reduced carbon
emission through
REDD-Scheme in
Berau
Protected area manage-ment in Wehea, Karst and
Lesan forests, and Lore Lindu NP and Morowali WR
Forest Program TNC Indonesia
10 mio
ha
4 mio
ha
Berau
Lindu NP and Morowali WRConservation of orangutan habitats in various places in Kalimantan
Improved management
of production forest
Mengapa Berau?
Nilai biodiversitas
Kabupaten Berau tinggi :
t
i ti
t
b h
representasi tipe tumbuhan
dan ekosistem asli
Kalimantan
Masih mempunyai hutan
tropis yang signifikan (75%
dari luas daratan)
dari luas daratan)
Dukungan politis dan
sosial-ekonomi
7 protection forests
11 forests concessions
32 oil palm concessions
27 mining concessions
3 timber plantations
7 Protection ? ? 360.950Forests Total Non-forest Forest Land Use
Tata Guna Lahan di Berau
(360,950 ha)
(782,650 ha)
(188,797 ha)
(184,917 ha)
(228,825 ha)
184.917 55.451 129.466 27 Mining Concessions 228.825 28.519 200.306 3 Timber Plantations 188.797 65.405 123.392 32 Oil Palm Plantations 782.650 43.195 739.455 11 Timber Concessions 2.197.163 TOTAL 811.974 ? ? Others
Peta Penutupan Lahan 1990, Berau
ICRAF
Peta Penutupan Lahan 2000, Berau
Peta Penutupan Lahan 2005, Berau
ICRAF
DRAFT
Sejarah emisi karbon dari hutan di Berau
Stable
undisturbed
Perubahan penggunaaan lahan di Berau
1990-2008
Emisi kotor tahunan (ton CO2-setara/tahun)
forest, 20%
Natural forest
d
d ti
Natural forest
conversion,
7.40%
Other, 6%
No data, 20%
degradation,
47%
Emisi tahunan secara kasar bertambah dua
kali dari 1% per tahun menjadi 2% per tahun
Degradasi lebih banyak terjadi dibandingkan
dengan deforestasi di Berau 1990-2008
ICRAF, 2010
DRAFT
Perkiraan Emisi Masa Depan
Sumber-sumber hilangnya hutan di Berau
Source Trend Description
Legal logging Approximately 40% of Berau is covered in natural forest timber concessions. Emissions will likely decrease as extent of primary forest decreases. Illegal logging Many believe that illegal logging has decreased in recent years as a result of a
dedicated national effort b t data is eak dedicated national effort, but data is weak. Conversion of
natural forest to timber plantations
Plantations store, on average, substantially lower carbon than natural forests, Since 2000 there has been a 30% increase in annual establishment of acacia. 74,000 hectares of primary and secondary forest remain within plantation licenses, implying continued future emissions. Establishment of new HTI in forested areas will increase this trend
Shifting cultivation
The majority of Berau’s rural population practices shifting cultivation. Cumulative extent may be as high as 50,000 hectares per year. Emissions depend on the type of land cleared, and oil palm expansion will likely lead to more cultivation in higher quality forest.
Conversion of t l f t t
The rate of oil palm plantation establishment increased more than 61% since 2000. L ti it d li l t 200 000 h t ith h f th t natural forest to
oil palm
Location permits and licenses now cover almost 200,000 hectares, with much of that area remaining to be planted. The predicted emissions from development of these areas, and potentially others within land planned for “non‐forest” use could exceed 200 million tons of CO2.
Mining
?
Twenty seven mining concessions cover 185,000 hectares in Berau. To date, the actual footprint and emissions have been relatively low, but given the vast coal and limited gold deposits, future emissions are hard to predict.
Destruction of mangroves
Berau has one of the most extensive and intact mangrove ecosystems in Borneo. Historical conversion has been moderate, but the flow of migrants to coastal communities threatens to change this. Main threats are wood use and conversion for shrimp farming
DRAFT
Tujuan jangka panjang BFCP
Berau melaksanakan
strategi pembangunan
d h k
b
t
b h
k
i
rendah karbon, pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi
masyarakat
kabupaten dimana pada saat yang
sama juga mencapai keseimbangan baru dimana
sebagian besar
sumber daya hutan kabupaten
dikonservasi atau dikelola secara lestari
dikonservasi atau dikelola secara lestari
dibandingkan dengan skenario Bisnis Seperti
Biasa (BSB)/Business as Usual (BAU).
DRAFT
Tujuan tahun 2015
Pengelolaan lahan yang efektif
: paling sedikit mendorong 800, 000
hektar hutan baik yang berada dalam status produksi, lindung serta
lansekap kawasan bukan hutan ke dalam pengelolaan yang efektif
Pengurangan emisi
: menghindarkan emisi paling sedikit 10 juta ton
k b
di k id d l
k
kt 5 t h
karbon dioksida dalam kurun waktu 5 tahun
Mata pencaharian yang berkelanjutan
: menciptakan peningkatan hasil
dan peluang ekonomi bagi masyarakat sasaran yang hidup di sekitar
hutan
Manfaat lingkungan
: perlindungan terhadap habitat kritis untuk
spesies kunci seperti orang utan, mempertahankan jasa ekosistem
daerah aliran sungai seperti pencegahan banjir dan air minum bersih
P
l l
b
k l
j
b
i
l l
Pengelolaan program berkelanjutan
: membangun sistem pengelolaan
multi pihak berkinerja kuat sehingga BFCP bisa dilaksanakan dengan
bantuan teknis langsung yang minimal
Pembelajaran
: menunjukkan bagaimana REDD dapat dilaksanakan
pada tingkat kabupaten dan memberikan kontribusi dalam
pengembangan program nasional REDD di Indonesia.
Program 5-tahun sebagai jembatan dari
demonstrasi ke implementasi penuh
Tahap Implementasi (2013- )
SEKARANG
Pelingkupan (J S t 08) Tahap Pengembangan (Oct 08-Jun 10) Tahap Demonstrasi (2010-2015) Implementasi l strategi penuhMonitoring dan verifikasi Baseline scenario dan
Strategi awal – penyempurnaan forest management
SEKARANG
DISINI
(Jan-Sept 08)Perluasan ke kabupaten dan propinsi baru
Baseline scenario dan monitoring approach Penyempurnaan strategi untuk REDD Isu legal Dukungan Stakeholder Sumber Pendanaan Rencana business Dukungan Politis
Analisis Situasi dan Penyebab (drivers) Design program dan hypothesis
Identifikasi mitra/ kontraktor
– restorasi hutan – tukar guling lokasi
kebun sawit (oil palm swap)
– kebijakan dan penegakan rencana tata ruang dan lahan. Monitoring dan verifikasi Adaptive management
DRAFT
Rancang Bangun BFCP
Dewan Pengawas
•Multi-stakeholder
•Sekretariat yang kuat
Kelompok Penasihat Kelompok Kerja Bersama •Masyarakat •Teknis
Bekerja secara erat dengan institusi utama dalam sistem tata kelola (governance)
•Unit Pengelola Teknis sebagai sumber teknis
•Akan bekerja secara erat dengan banyak institusi pemerintah
Unit Pengelola Program (PMU):
Tim bersama yang terdiri dari staf pemerintah, konsultan, LSM yang memimpin pelaksanaan program dan mendukung tata kelola serta pengelolaan sumberdaya alam
Menciptakan kondisi pemungkin (strategi lintas sektoral):
Perencanaan yang terintegrasi, tata kelola yang efektif serta keterlibatan masyarakat
banyak institusi pemerintah •Institusi pemerintah merupakan pengambil keputusan Fokus yang intensif atas masyarakat
•Terlibat dalam tata kelola program dan menciptakan kondisi pemungkin •Terlibat dalam strategi semua sektor dan lokasi ( it )
Strategi di tingkat sektor dan lokasi (site) :
Hutan Produksi Kelapa Sawit Hutan Lindung Tambang HTI Lainnya Implementasi penuh
Skala terbatas “Explore over
time”
Pendanaan
•Dana di muka dari donor yang cukup substansial •Investasi dalam pembangunan rendah karbon
•Penjualan pengurangan emisi dan reinvestasi dalam pembangunan rendah karbon (site)
BFCP – implementasi strategi
DRAFT
Production Forest:
RIL, HCVF /
certification Planta-tions: better siting, land swaps, HCVF, best practices
Strategi lintas sektoral:
Integrated spatial planning
Inmproved governance
(capacity building,
policy and legal framework
p RELProtected areas: better management, sustainable financing
p
y
g
Community empowerment
and engagement
-improved livelihood
Historic Performance Period 1 Strategy 1 Strategy 3 Strategy 2 RELStrategi di Hutan Produksi
Bekerja dengan
HPH untuk
membantu dalam
mencapai
DRAFT
mencapai
pengelolaan
terbaik dan
menghindari
degradasi hutan
(mis. RIL)
Mengelola areal
HCVF.
Memperbaiki
perencanaan
perencanaan
dengan cara
menghindari
konversi Hutan
Primer berkualitas
tinggi untuk kebun
dan penggunaan
lain
Bekerja sama
dengan
Strategi Hutan Lindung
Mendukung revisi
Rencana Tata Ruang
nt k mengalokasikan
DRAFT
untuk mengalokasikan
200,000 hektar
tambahan untuk jadi
HL.
Identifikasi HL yang
sangat terancam dan
fokus pada
usaha-usaha penanganannya.
M
i t k
d l
Menciptakan model
model perlindungan.\
Meningkatkan peran
serta masyarakat
dalam pengelolaan
hutan lindung
Strategi di Kebun Sawit
Identifikasi lahan
yang tersedia dan
sesuai untuk sawit.
Merubah
TUTUPAN HUTAN DI AREA YANG DIRENCANAKAN UNTUK DI KONVERSI BAGI PENGGUNAANIjin utk konversi hutan primer Lahan dengan karbon rendah yang sesuai untuk kebun sawit
perencanaan
penggunaan area
dengan potensi
karbon tinggi untuk
kebun sawit.
• Tukar guling lahan
untuk merelokasi
pengembangan yang
direncanakan dari
BAGI PENGGUNAAN LAINlahan berhutan ke
lahan yang
terdegradasi
Bekerja dengan
masyarakat untuk
peningkatan manfaat.
DRAFT
Strategi Tata Kelola
TujuanHukum dan Regulasi: Sebuah kerangka kerja yang legal dan mengatur di Berau yang mendorong adopsi ekonomi rendah karbon dan didukung oleh
Implementasi
• Pembentukan Tim Tata Kelola PMU: staf program akan terdiri dari spesialis dibidang hukum dan pengembangan kelembagaan baik nasional ataupun provinsial liaison officers
rendah karbon dan didukung oleh hukum dan peraturan ditingkat provinsi dan nasional.
Lembaga yang kuat: lembaga-lembaga yang kuat mempunyai otoritas yang cukup, otonomi, akuntabilitas dan kapasitas untuk merencanakan dan melaksanakan ekonomi rendah karbon secara berkelanjutan
Kapasitas Lapangan: Kapasitas lapangan lokal untuk pengelolaan sumber-sumber alam ada dalam setidaknya
provinsial liaison officers.
• Pembentukan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan): Dukungan percepatan pengembangan KPH dengan menambahkan kapasitas manusia di lapangan dan memfasilitasi proses pembuatan kebijakan.
• Perencanaan Program: Staff program akan membuat prioritas dan rencana kerja tahunan berdasarkan pada hasil dari penilaian awal secara hukum dan
kelembagaan dan masukan dari counterpart pemerintah.
• Penyusunan Peraturan: terbentuknya kerangka hukum yang mendorong ekonomi rendah karbon sumber alam ada dalam setidaknya
satu kecamatan, menyediakan dukungan untuk tata kelola dan pengelolaan hutan dan sumber – sumber non kehutananan
Budaya tata kelola: Berau menunjukkan sebuah budaya tata kelola pada partisipasi pemangku kepentingan yang berbeda-beda, transparansi dan akuntabilitas.
DRAFT
Strategi Perencanaan
TujuanKerangka kerja yang terpadu untuk analisa tata ruang dan pemetaan: Berbagai institusi dan mekanisme beroperasi untuk menghasilkan data yang tepat dan berkualitas tinggi, transparan dan
di k t k d k k b t h
Implementasi
• Unit pemetaan dan analisa tata ruang: Tim perencanaan yang terdiri dari PMU dan para pembuat perencanan dan pembangunan spasial dari pemerintah akan membentuk suatu jaringan digunakan untuk mendukung kebutuhan
perencanaan dari seluruh pemangku kepentingan di Berau.
Perencanaan dan rencana spasial yang strategis dari berbagai pemangku kepentingan: Berau mempunyai perencanaan pengembangan strategis jangka panjang dan rencana tata ruang yang rinci dan tepat yang telah disetujui dan terpadu dengan baik, mewakili sasaran pemangku kepentingan, secara
dari pemerintah akan membentuk suatu jaringan pemetaan dan analisa spasial dengan para staff lengkap yang menghubungkan Berau, Propinsi dan badan-badan pemerintah melalui suatu pusat penghubung.
• Menghubungkan dengan perkembangan FRIS and NCAS: usaha-usaha sedang berjalan dalam tingkat nasional untuk meningkatkan kualitas data dan koordinasi. Berau akan mendukung upaya-upaya ini.
• Mendukung pelaksanaan strategi-strategi sektoral dan lokasi:perencanaan dan
p g p g
efektif
Kapasitas untuk implementasi: Badan-badan pemerintah , sektor swasta dan masyarakat lokal memiliki perangkat untuk membuat keputusan-keputusan investasi dan alokasi tanah terinformasikan dan rasional yang secara eksplisit memperhitungkan deforestasi dan degradasi hutan.
sektoral dan lokasi: perencanaan dan pengelolaan data akan menjadi penting untuk implementasi strategi lokasi yang baik (bekerja sama dengan HPH, kelapa sawit dan hutan lindung.
DRAFT
Strategi Pelibatan Masyarakat
TujuanKeterlibatan yang berarti di dalam desain dan
pengawasan strategi pengembangan ‘rendah karbon’ di Berau: Masyarakat di sekitar hutan secara positif terlibat di dalam tata kelola dan pengambilan keputusan strategis dalam tingkat operasional
Kapasitas untuk melibatkan di dalam tata kelola dan
Implementasi
• Meningkatkan pemahaman tentang
REDD
• Memastikan peran masyarakat dalam pengambilan keputusan
Kapasitas untuk melibatkan di dalam tata kelola dan manajemen sumber daya alam: Kampung-kampung percontohan telah ‘mengamankan’ kepemilikan lahan, memperkuat institusi tata kelola kampung, keterlibatan di dalam perencanaan yang substansial, dan mempunyai kapasitas untuk pelaksanaan perencanaan.
Keterlibatan yang sejajar dengan perusahaan, pemerintah dan kampung-kampung lainnya:
Kampung-kampung percontohan mempunyai kerja sama baik formal maupun informal dengan perusahaan-perusahaan dan masyarakat-masyarakat sekitarnya dan
i tit i i t h t k it dil d
dalam pengambilan keputusan dalam BFCP
• Memfasilitasi pembentukan forum masyarakat
• Menguatkan institusi tata kelola kampung
• Mendukung penyusunan rencana pembangunan kampung • Mengembangkan mekanisme
pengelolaan konflik
• Mendukung pembentukan jejaring antar kampung
institusi pemerintah yang terkait secara adil dengan melihat hak-hak masyarakat yang dapat mengurangi konflik dan berdasarkan kesepakatan para pihak
Kesepakatan penggunaan lahan berbagai pemangku kepentingan: Masyarakat, perusahaan dan pemerintah kabupaten mencapai kesepakatan yang dapat bertahan mengenai penggunaan lahan di area prioritas yang menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah
Keuntungan material: Masyarakat-masyarakat percontohan mendapatkan keuntungan yang substansial melalui bantuan dalam pembangunan, peningkatan taraf hidup
antar kampung
• Meningkatkan kapasitas instansi pemerintah & swasta dalam hubungan masyarakat
• Mengembangkan mata pencaharian rendah karbon
• Meningkatkan akses masyarakat terhadap jasa lingkungan
DRAFT
Strategi untuk masyarakat lokal harus
dibangun sesuai dengan tipologi
Lans-kap
Tutupan hutan & Penggunaan komersial Karakteristik masyarakat lokal Mata pencaharian utama Fokus utama DAS Kelay
Hutan primer dan sekunder 5 HPH
Suku Punan dalam transisi
dari pemburu
Peladangan berpindah, berburu dan hasil hutan
selain kayu.
Penguatan insitusi kampung, fasilitasi diversifikasi mata
pencaharian. Fasilitasi h b li menjadi petani. hubungan yang saling
menguntungkan dengan HPH
DAS Hulu Segah
Hutan primer dan sekunder 1 HPH Campuran berbagai suku dan pendatang. Peladangan berpindah, penambangan emas – ketergantungan terhadap hutan tinggi.
Penguatan insitusi kampung, fasilitasi diversifikasi mata
pencaharian. Fasilitasi hubungan yang saling menguntungkan dengan HPH
DAS Hilir Segah
Hutan sekunder, sebagian besar dialokasikan untuk perkebunan kelapa sawit.
Berbagai macam kelompok
etnis.
Peladangan berpindah dengan transisi menuju kepemilikan kelapa sawit
dalam skala kecil.
Fasilitasi diversifikasi mata pencaharian.
Lesan Hutan sekunder, sebagian besar dialokasikan untuk perkebunan kelapa sawit. Populasi orang utan yang
cukup tinggi. Berbagai macam kelompok etnis. Peladangan berpindah dengan transisi menuju kepemilikan kelapa sawit
dalam skala kecil.
Penguatan insitusi kampung, fasilitasi diversifikasi mata
pencaharian. Penguatan pengelolaan hutan lindung &
konservasi orangutan
Area pantai
Hutan mangrove. Pemerintah berniat untuk mengembangkan tambak
udang dan ikan.
Berbagai macam kelompok etnis
Menangkap ikan dan aktifitas lain yang terkait.