QBD 5: Rescue, Pertolongan pertama pada korban bencana dan
pemadaman api
Praktikum 1: Lifting and Moving
1. Bagaimana cara mengangkat dan memindahkan korban yang membutuhkan bantuan hidup dasar?
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu keadaan dimana korban terdapat gangguan jalan napas, tidak ditemukan adanya napas atau tidak ada nadi. Pada pasien dengan kondisi seperti ini perlu cepat ditangani. Apabila tempat tidak memungkinkan untuk melakukan BHD, maka pasien perlu dipindahkan. Cara memindahkan pasien untuk kasus ini disebut emergency move/emergency drag. Contoh dari emergency move adalah shirt drag, shoulder and fore arm drag, blanket drag, dan fire fighter drag1. Lakukan segala
usaha untuk menarik korban sesuai sumbu tubuh untuk melindungi spinal sebaik mungkin a. Clothes/Shirt Drag
Merupakan cara termudah untuk memindahkan korban dalam keadaan darurat apabila pasien terlalu berat untuk dipindahkan. Tarik baju di belakang kerah dan taruh kepala pasien di atas tangan untuk perlindungan dan bawa pasien keluar dari bahaya.
b. Blanket Drag
Hal ini dilakukan jika pasien tidak memakai baju atau bajunya mudah robek.
Pindahkan pasien dengan kain besar atau selimut. Letakkan di lantai, lalu gulingkan pasien ke atasnya. Setelah itu seret pasien dengan cara menarik kain tsb.
Letakkan tangan di bawah ketiak pasien dari belakang, lalu pegang pergelangan tangan pasien. Hal ini dapat membantu untuk memindahkan pasien dengan membawa berat badan atas pasien dengan kaki pasien yang berada di bawah
d. Fire fighter drag
Dilakukan dengan cara mengikat pergelangan tangan pasien dengan tali, ikat pinggang, dasi, dll. Namun, dibutuhkan kehati-hatian agar tidak mempengaruhi sirkulasi darah korban. Setelah diikat, berlutut dan taruh tangan diantara pasien. Kemudian, luruskan tangan serta tarik pasien dengan cara merangkak dibantu lutut dan tangan.
e. Emergency drag from vehicle
Pada pasien yang terjebak di dalam mobil, memang agak sulit
untuk memindahkannya. Semua teknik pemindahan
dasar sebenarnya dapat digunakan, namun harus sedikit dimodifikasi karena pasien sedang tidak dalam keadaan terlentang namun dalam keadaan duduk.
Letakkan tangan di bawah ketiak lasien, lalu letakkan kepala pasien di antara lengan kita dan tarik pasien keluar dari kendaraan dengan posisi horizontal. Walaupun tidak ada cara efektif untuk memindahkan pasien dari kendaraan tanpa menyebabkan pergerakan, penting untuk mencegah pergerakan berlebihan pada leher pasien.
2. Sebutkan alat proteksi diri yang dibutuhkan tenaga kesehatan saat menolong korban.1
b. Penutup rambut (cap) c. Masker
d. Jubah khusus
e. Apron plastik yang dapat dicuci ulang f. Sarung tangan tebal dan panjang g. Sepatu boot yang tahan air
Praktikum 2: Bleeding Control, Fiksasi Imobilisasi
1. Bagaimana cara melakukan imobilisasi pada pasien yang dicurigai terkena patah tulang? Fiksasi dan imobilisasi adalah tindakan untuk membuat tubuh korban tidak tergeser atau berubah posisi. Tindakan ini berguna terutama pada proses pemindahan korban dari satu tempat ke tempat lainnya. Tujuan utamanya adalah bagaimana mentransfer pasien sebaik mungkin dan senormal mungkin sehingga siap untuk dilakukan penanganan di tempat rujukan.
Pada tulang panjang, fiksasi dilakukan meliputi dua sendi untuk mengusahakan alignment (kesegarisan). Fiksasi di usahakan dilakukan sesuai posisi anatomis korban. Cedera pada system tulang dan otot dapat disertai dengan cedera pembuluh darah dan saraf. Pada imobilisasi leher, penolong menstabilkan daerah kepala, leher dan baju. Stabilisasi dengan cara manual dengan tangan dapat dilanjutkan dengan pemakaian cervical collar. Alas tubuh diletakkan di bawah korban dan kepala dan tubuh korban difiksasi pada alas tersebut. 1
Tekanan langsung ditempat perdarahan. Cara menghentikan dengan menekan menggunakan kasa steril atau kain biasa pada tempat perdarahan. Penekanan dilakukan 15 sampai 20 menit atau terfiksasi/tidak terjadi perdarahan.
Elevasi bersamaan dengan penekanan. Hanya berlaku pada perdarahan di daerah alat gerak. Caranya dengan meninggikan anggota gerak yang terjadi perdarahan lebih tinggi dari jantung.
Tekanan pada tempat-tempat tertentu. Tourniquet
Tahapan untuk melakukan metode torniket2:
Tetap melakukan tekanan pada sumber perdarahan
Dilakukan elevasi dan ditekan untuk menghentikan pendarahan
Tentukan letak pemasangan torniket (tidak boleh lebih dari 5 cm di atas luka). Jika cedera terjadi di sendi maka pasang torniketnya di atas sendi
Pasang torniket melingkari alat gerak. Buat sebuah ikatan di atasnya
Masukkan tongkat kecil, pena atau sejenisnya antara simpul dan bahan torniket
3. Melakukan tindakan pembalutan oklusif pada luka usus terburai
Reposisi fiksasi lalu tekan dengan kassa steril sampai pendarahan minimal. Jika masih ada, double manual pressure, jika tetap gagal lakukan pressure dressing lalu balut dan tekan lagi. Yang terpenting adalah menutupi organ yang keluar. Pertahankan kassa agar tetap basah.1
4. Melakukan tindakan pembalutan oklusif pada luka dada terbuka pneumothorax (kasa 3 sisi)
Bersihkan luka yang akan dipasang kasa 3 sisi, kemudian tutuplah luka tersebut. Menutup luka terbuka pada toraks dapat dengan memasang kasa kedap udara di atas lukanya atau dengan menggunakan plastic wrap/petrolatum gauze/kasa oklusif. Kemudian, pasanglah plester pada 3 sisi dari kasa. Dan plester pada sisi bawah, kanan dan kiri, namun bagian atas dibiarkan terbuka. Apabila pada pemasangan kasa kedap udara sesak bertambah, bukalah kasa karena kemungkinan sedang terjadi tekanan pneumotoraks.3
Praktikum 3: CPR/RJP
1. Jelaskan langkah bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)1
a. Mengamankan situasi
Pada tahap pertama ini, penolong harus mengamankan situasi, diri sendiri, korban dan bystanders
b. Memeriksa respon korban
Cek respon korban dengan menepuk atau menggerakkan pundak korban dan menanyakan apakah korban baik baik saja. Jika korban merespon, artinya pasien sadar, maka RJP tidak perlu dilakukan dan periksa korban lebih lanjut. Jika tidak merespon dengan guncangan atau rangsang nyeri, segera lakukan langkah selanjutnya yaitu meminta pertolongan.
c. Meminta pertolongan
Tunjuk salah satu orang di sekitar kejadian untuk menghubungi ambulans atau rumah sakit terdekat untuk melaporkan korban yang tidak sadar agar bantuan hidup lanjut datang dengan segera.
d. Membuka jalan nafas
Buka jalan napas dengan cara membuka mulut korban dengan teknik head tilt, chin lift atau jaw thrust. Tujuannya untuk melihat apakah ada sumbatan pada jalan napas, bila ada segera keluarkan.
e. Memeriksa pernafasan
Lihat pengembangan dada, dengar suara napas, dan rasakan pernafasan normal. Pernafasan normal sering terkecoh dengan pernafasan agonal. Pernafasan agonal
muncul sesaat setelah jantung berhenti pada 40% kasus henti jantung. Pernafasan ini dideskripsikan seperti pernafasan yang sulit, berat, bising atau terengah-engan. Pernafasan ini dikenal sebagai tanda dari henti jantung.
f. Melakukan kompresi dada
Pada kompresi dada, letakkan satu telapak tangan pada tengah-tengah dada lalu letakkan satu tangan di atas tangan lain dengan posisi jari saling mengunci jari lain. Lakukan kompresi dada dengan kecepatan 100 kali/menit, dengan kedalaman kompresi 4-5 cm, dan perbandingan antara kompresi dan relaksasi sama. Jika memungkinkan, ganti penolong RJP setiap 2 menit.
g. Melakukan bantuan pernafasan
Untuk melakukan bantuan napas, pertama-tama jepit hidung sehingga lubang hidung tertutup, ambil napas normal, letakkan bibir meliputi mulut pasien, hembuskan udara sampai dada korban terlihat naik (kurang lebih 1 detik), beri waktu hingga dinding dada kembali turun dan ulangi. Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dan bantuan napas sebanyak 2 kali.
2. Jelaskan perbedaan pertolongan pertama pada korban saat kehidupan sehari-hari dan pada saat terjadinya bencana4
Sehari-hari:
Pertolongan pertama dapat segera dilakukan di tempat kejadian Menggunakan alat-alat yang tersedia di sekitar lokasi kejadian Hanya sedikit atau tidak ada tenaga kesehatan di tempat Tidak perlu alat pelindung diri
Saat bencana:
Korban dipindahkan ke tempat aman
Menggunakan alat-alat yang ada di tempat evakuasi Banyak tenaga kesehatan
Memerlukan alat pelindung diri utama seperti masker dan gloves Praktikum 4: Vertical dan Water Rescue, APAR
1. Jelaskan prinsip vertical rescue dan water rescue a. Vertical Rescue5
Vertical rescue adalah teknik evakuasi korban dari titik rendah ke titik yang lebih tinggi atau sebaliknya, pada medan yang curam/vertical, baik kering maupun basah. Factor-faktor utama yang penting dan berpengaruh dalam vertical rescue adalah:
Bakat dan mobilitas Pelatihan dan pengalaman Disiplin dan kerjasama tim Peralatan yang memadai Pendekatan dan taktik
b. Water Rescue1
Water rescue adalah teknik evakuasi yang dilakukan di air. Prinsip dari water rescue adalah menolong korban dengan cepat membawa nya ke atas air baik daratan atau perahu, dengan tanpa membahayakan penolong tsb. Oleh karena itu, terdapat factor-faktor penting yang berpengaruh terhadap water rescue, yaitu:
Kemampuan Pengetahuan Keahlian
Kesiapan mental Kesiapan fisik
Kemampuan yang harus dimiliki seorang penolong, yaitu: Mampu berenang dengan baik
Pengendalian perahu/boat Teknik pertolongan
MFR (Medical First Responder) Pengetahuan
Keahlian/Ketrampilan dan pengalaman Kondisi fisik sehat
Beberapa alat yang dibutuhkan untuk melakukan water rescue adalah: Life jackets
Baju selam Kaca mata renang Ring buoy
Perahu karet Long board spinal Galah
Tali First aid
2. Jelaskan prinsip pemadaman api menggunakan alat pemadam api ringan (APAR)
APAR adalah alat pemadam api ringan yang terdiri dari 5 komponen utam yaitu handle, pin, nozzle, petunjuk tekanan dan tabung utama.1
Sebelum menggunakan APAR yang harus dilakukan adalah memeriksa tekanan APAR. Langkah penggunaan APAR:
a. Lepaskan Pin
b. Arahkan Nozzle ke titik api
c. Tekan handle dan semprotkan ke titik api Yang perlu diperhatikan dalam pemadaman api: a. Perhatikan arah angina
b. Perhatikan jarak aman c. Perhatikan cara melangkah d. Pastikan api telah padam
e. Setelah APAR digunakan dan habis, sebaiknya tabung ditidurkan/direbahkan Referensi
1 Panduan Praktikum dan QBD 5
2 DLSU. First Aid. [Online] Available from
http://www.dlsu.edu.ph/offices/osa/rotc/pdf/ms1/first-aid.pdf [DIakses 14 Februari 2016]
3 Bruce J. Simon. The Journal of Trauma Injury, Infection and Critical Care. 2005. [Online] Available from: http://www.jtrauma.com/pt/re/jtrauma/pdfhandler 4 Centers for Disease Control and Prevention. [Online] Available from
http://www.cdc.gov/HAI/pdfs/ppe/PPEslides6-29-04.pdf [Diakses 14 Februari 2016]