• Tidak ada hasil yang ditemukan

(P)-ISSN (E)-ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(P)-ISSN (E)-ISSN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

(P)-ISSN 2354-6948 (E)-ISSN 2580-4855

28

MENYALAKAN BUDAYA LITERASI DENGAN “BATU BARA DELIS”

Nur Chabibah Umaroh

SD Negeri Ngepung Kec.Sukapura, Kab.Probolinggo nurchabibahumaroh@gmail.com

ABSTRAK

Masalah literasi di Indonesia merupakan persoalan yang harus ditangani secara serius. Sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Sebagai sebuah gerakan GLN tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan semua pihak yang terlibat dalam ekosistem pendidikan mulai dari sekolah, keluarga, masyarakat, pegiat literasi, hingga dunia industri dan dunia usaha. Gerakan ini bertujuan menggerakkan semua potensi bangsa untuk menumbuhkan dan mengembangkan literasi. Program “Batu Bara Delis” merupakan sebuah upaya menumbuhkan budaya literasi di kalangan siswa sekolah dasar. Adapun istilah “Batu Bara” merupakan akronim dari “BAca TUlis BicARA DEngar TUlis”. Tujuan program ini selain agar siswa mau mendengar dan gemar membaca juga menumbuhkan budaya menulis dan keterampilan berbicara. Terdapat empat kunci utama dalam program ini yakni: mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Program ini diterjemahkan dalam bentuk kebijakan sekolah berupa penyediaan fasilitas serta aktivitas. Fasilitas dan aktifitas dimaksud bermuara pada tumbuhnya budaya mendengar, membaca, menulis dan berbicara.

Kata Kunci:

literasi, mendengar, membaca, menulis, berbicara

PENDAHULUAN

Hasil survei yang dilakukan Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI)/Indonesia National Assessment Programme (INAP) menunjukkan bahwa kekurangan kemampuan di bidang matematika sebanyak 77,13%, kemampuan membaca 46,83%, dan kemampuan sains 73,61%. Sementara itu, hasil survei yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara yang disurvei. PISA juga menempatkan posisi kemampuan membaca siswa Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti.

Terdapat banyak penyebab rendahnya literasi bangsa Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah tradisi kelisanan yang masih mengakar kuat di masyarakat. Selain itu, budaya menonton masyarakat Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan data BPS, jumlah waktu yang digunakan anak Indonesia dalam menonton televisi adalah 300 menit per hari, padahal anak-anak di Australia yang hanya 150 menit,

Amerika 100 menit, sementara di Kanada 60 menit per hari (Wardana & Rulyansah, 2019a).

Masalah literasi di Indonesia merupakan persoalan yang harus ditangani secara serius. Sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Sebagai sebuah gerakan GLN tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan semua pihak yang terlibat dalam ekosistem pendidikan mulai dari sekolah, keluarga, masyarakat, pegiat literasi, hingga dunia industri dan dunia usaha. Gerakan ini bertujuan menggerakkan semua potensi bangsa untuk menumbuhkan dan mengembangkan literasi

Langkah awal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi antara lain dengan penyediaan infrastruktur dan penumbuhan budaya membaca. Infrastuktur yang dimaksud adalah ketersediaan bahan bacaan yang bermutu dan terjangkau. Adapun untuk menumbuhkan budaya

(2)

29

membaca diawali dengan mengajarkan membaca dan dilanjutkan dengan membiasakan membaca hingga menjadi sebuah karakter (Wardana & Rulyansah, 2019b).

Sekolah sebagai salah satu komponen utama dalam ekosistem literasi mempunyai kewajiban untuk membangun budaya baca. Melaluli program pembiasaan yang dilakukan secara sistematis, terus menerus dan berkesinambungan diharapkan mampu mengantar para siswa menjadi pribadi yang literat. Melalui program pembiasaan yang bertajuk “Batu Bara Delis”.

KAJIAN TEORI

STRATEGI “BATU BARA DELIS”

Strategi “Batu Bara Delis” merupakan sebuah upaya meningkatkan ketrampilan berbahasa yang meliputi ketrampilan mendengar, membaca, menulis dan berbicara. Upaya tersebut diwujudnyatakan melalui kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan setiap hari, dimulai semenjak pagi sebelum pembelajaran dimulai, dilanjutkan selama proses kegiatan pembelajaran hingga kegiatan pasca pembelajaran. Bahkan, tugas terstruktur maupun tugas tidak terstruktur yang harus dikerjakan siswa di rumah juga merupakan bagian dari program ini.

“Batu Bara Delis” merupakan akronim yang terdiri dari tiga kata, yakni: Batu, Bara dan Delis. Adapun kepanjangan dari akronim Batu adalah Baca Tulis, maksud dari akronim tersebut adalah setiap siswa mempunya kewajiban untuk menuliskan hal-hal yang sudah mereka baca. Bara meerupakan akronim dari Baca Bicara, maksud dari akronim tersebut adalah setiap siswa mempunyai kewajiban untuk menceritakan (berbicara) bacaan yang sudah dibaca. Sedangkan kepanjangan dari akronim Delis adalah Dengar Tulis, setiap siswa diwajibkan menuliskan ceramah, pidato, cerita yang telah mereka dengar dengan menggunakan bahasa sendiri.

Tujuan program ini selain agar siswa bisa menjadi pendengar yang baik, gemar membaca,

memahami isi bacaan, juga menumbuhkan budaya menulis dan keterampilan berbicara. Strategi “Batu Bara Delis” diterjemahkan dalam bentuk kebijakan sekolah berupa kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan setiap hari. Kegiatan pembiasaan tersebut dimulai pukul 06.45 hingga 07.00, pada beberapa program dilaksanakan pada siang hari dan di luar jam sekolah sebagai tugas terstruktur dan tidak tersturktur.

Batu (Baca Tulis)

Selasa Baca, Pukul 06.45 siswa duduk manis di teras kelas untuk membaca. Bahan bacaan tidak dibatasi, siswa dapat membaca buku koleksi perpustakaan sekolah atau membawa bahan bacaan dari rumah. Semua siswa duduk dalam hening, membaca tanpa suara diiringi sayup sayup lagu anak-anak yang diputar melalui speaker sekolah. Lima belas menit berlalu semua siswa mengambil kartu baca untuk menuliskan tanggal dan judul bacaan yang mereka baca hari itu. Tak hanya menuliskan judul buku atau bacaan yang dibaca, siswa juga mempunyai kewajiban membuat rangkuman/ sinopsis dari bacaan/buku yang telah dibaca.

Buku menu sarapanku. Menulis merupakan sebuah cara untuk mengikat makna dari sebuah wacana, Untuk bisa terampil mengungkap ulang isi dari sebuah wacana, dibutuhkan latihan. Buku menu sarapanku merupakan sarana untuk menuliskan kembali isi bacaan yang telah dibaca oleh siswa pada program Selasa Baca dan Rabu buku.

Rabu buku. Sebagaimana hari Selasa, hari Rabu pagi sebelum pembelajaran dimulai semua siswa sarapan buku. Sekolah memberikan kebebasan pada siswa untuk menentukan pilihan bahan bacaan. Jika hari itu ada jadwal ulangan harian, siswa dapat membaca buku materi pelajaran, sementara siswa yang memilih buku cerita sebagai bacaan tidak ada larangan. Selasa baca dan Rabu buku mempunya misi utama yakni suka membaca, menumbuhkan kecintaan

(3)

30

pada buku, memahami apa yang dibaca serta menuangkan kembali. Baca, pahami dan ungkapkan!

Wajib Kunjung. Bentuk pembiasaan lain selain acara “wajib membaca” di pagi hari, sekolah dapat mengatur jadwal “wajib kunjung” dan “wajib pinjam” buku perpustakaan sekali dalam seminggu. Bermula dari paksaan diharapkan akan tumbuh kecintaan.

Kartu Baca. Dibutuhkan alat kontrol untuk memastikan program pembiasaan membaca berjalan. Alat kontrol tersebut berupa kartu baca yang digunakan untuk mencatat judul bacaan yang sudah dibaca oleh siswa pada hari tersebut. Aktifitas membaca siswa juga direkam melalui kartu peminjam buku di perpustakaan. Melalui kartu baca dan kartu peminjam buku tersebut guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan teguran atau penghargaan. Teguran diberikan kepada siswa dengan minat baca rendah, sedangkan penghargaan diberikan pada siswa dengan minat baca tinggi. Bentuk penghargaan disesuaikan dengan kondisi sekolah.

Bara (Baca Bicara)

Kamis ceriwis. Salah satu siswa tampil di depan semua siswa kelas 1 hingga kelas 6 yang duduk di teras kelas untuk bercerita. Cerita yang diangkat berasal dari buku yang dibaca siswa pada hari Selasa atau Rabu. Isi cerita yang dibawakan siswa sangat bervariasi, mulai sejarah para nabi, dongeng tentang Timun Emas hingga kisah Putri Salju. Setelah mendengar cerita dari teman, biasanya siswa yang berperan sebagai pendengar menjadi penasaran tentang buku yang diceritakan tersebut, sehingga mereka terdorong untuk membacanya. Kamis ceriwis adalah wadah aktualisasi siswa untuk menyampaikan hasil yang telah mereka membaca.

Kultum Harian. Selain bercerita, kemampuan berbicara juga diasah melalui kegiatan Kultum, (kuliah tujuh menit). Siswa dijadwal untuk menyampaikan kultum secara bergiliran setiap hari setelah kegiatan sholat duhur berjamaah. Pembaca

kultum terbaik dapat ditampilkan pada kegiatan peringatan keagamaan.

Jumat Suci, Semua murid berkumpul di halaman atau aula sekolah untuk melantunkan ayat-ayat suci. Semua siswa menghafalkan surat-surat pendek dalam Al Quran, membaca Surat Yasin, Asmaul Husna atau Istighosah dipandu oleh salah satu guru. Adakalanya kegiatan kami selingi dengan menengarkan kisah teladan atau kisah sarat hikmah, sekali waktu kami adakan kompetisi sholawat nabi dengan dilengkapi syair buatan sendiri. Secara berkala salah satu siswa tampil unruk menyampaikan kultum, kuliah tujuh menit, sebuah ceramah singkat tentang keagamaan. Jumat suci sebuah ajang untuk pemenuhan nutrisi rohani sekaligus media meningkatkan keterampilan mendengar, menulis juga berbicara.

Sabtu Seru. Disebut sebagai Sabtu Seru karena setiap hari Sabtu dilaksanakan beragam kegiatan seru. Setiap hari Sabtu di sekolah kami tidak ada pembelajaran kurikuler. Semua warga sekolah mengawali pagi dengan kegiatan senam bersama, setelah itu dilanjutkan kegiatan latihan menyanyikan lagu wajib nasional yang akan dinyanyikan sebelum pembelajaran selama seminggu ke depan.

Tuntas melaksanakan senam bersama dan menyanyi, semua siswa menjalani kegiatan Sabtu Seru sebagaimana yang sudah dijadwalkan. Kegiatan terjadawal dimaksud antara lain sabtu wisata, sabtu olahraga, festival rasa, nonton bareng atau sabtu ajang penggalian bakat dan minat lainnya semisal lomba pidato, lomba menyanyi, lomba membaca puisi dll. Sabtu wisata adalah kegiatan keluar sekolah semisal jalan santai keliling kampung, aksi jalan bersih dengan memungut sampah sepanjang perjalanan, kunjungan ke sekolah lain, atau rekreasi ke tempat wisata yang murah dan mudah dijangkau. Sabtu olahraga merupakan ajang penyaluraan bakat minat olahraga. Setiap siswa diberikan kebebasan untuk melakukan olahraga sesuai keinginan. Festival rasa merupakan kegiatan lomba memasak, cipta menu,

(4)

31

atau sekedar makan bersama. Sabtu lomba adalah ajang penggalian bakat dan minat. Setiap kegiatan sabtu seru ditindaklanjuti dengan kewajiban bagi siswa untuk membuat laporan kegiatan, menulis lagi dan lagi.

Delis (dengar Tulis)

Penumbuhan budaya literasi dengan program “Batu Bara” ini tidak berhenti pada membangun budaya baca, tapi juga menumbuhkan kemauan dan kemampuan untuk menulis. Sekolah menyiapkan ruang yang cukup bagi siswa untuk menyembuhkan penyakit pincang mengarang

Senin Bintang, Sebagaimana sekolah lainnya setiap hari Senin sekolah kami menyelenggarakan upacara bendera. Selama lima puluh menit berdiri tegak tanpa garuk-garuk kepala, tanpa tergoda berbincang dengan kawan disamping, tidaklah mudah bagi peserta upacara, terlebih bagi anak-anak seusia sekolah dasar. Salah satu upaya yang dikembangkan oleh sekolah agar peserta upacara tenang menyimak jalannya upacara adalah dengan memberikan bintang penghargaan pada satu orang siswa dari masing-masing kelas yang dapat mengikuti upacara dengan tertib.

Ceremony Result, Selain pemberian penghargaan, sekolah juga meluncurkan program “Ceremony Result”. Sebuah program “wajib lapor” , semua siswa melaporkan jalannya upacara, petugas yang terlibat, isi nasehat pembina upacara, serta pernak-pernik lain seputar pelaksanaan upacara. Laporan disampaikan secara tertulis pada buku khusus yang disiapkan oleh masing-masing siswa. Kegiatan menulis laporan dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai, alokasi waktu yang disiapkan sepuluh menit saja, jika siswa belum mampu menyelesaikan dapat dituntaskan di lain waktu, harus selesai dalam seminggu itu. Sebuah upaya menegakkan kedisiplinan tanpa bentakan, selain lebih ramah anak juga mengasah kemampuan untuk melahirkan sebuah tulisan.

Refleksi Pembelajaran, Siswa juga diajarkan untuk mengungkapkan perasaan secara tertulis melalui buku refleksi pembelajaran. Isi buku refleksi harian ini tidak melulu tentang umpan balik bagaimana materi dipelajari, tapi juga tentang metode atau strategi yang digunakan guru, juga kesan teman-teman mereka serta tanggapan dan harapan akan pelajaran yang akan diajarkan.

Buku Harian, Untuk siswa kelas tinggi dapat ditambahkan kewajiban menulisan kegiatan dalam buku harian. Mereka bebas menuliskan kejadian berkesan apa saja yang mereka lewati hari itu. Secara berkala guru membaca dan menuliskan komentar pada buku tersebut. Buku harian tidak hanya sebagai upaya untuk melatih siswa mengungkapkan perasaan melalui tulisan, tetapi juga sebuah langkah untuk mengenali siswa dari hati ke hati.

Tugas Liputan, Ada banyak momen yang bisa digunakan oleh sekolah dalam mengasah kemampuan menulis. Salah satunya adalah membuat laporan tugas liputan. Sebagai contoh, pada saat puncak peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia beberapa waktu lalu, siswa di sekolah kami tidak dilibatkan dalam kegiatan upacara, maka sekolah memberi tugas pada siswa untuk membuat laporan kegiatan pelaksanaan upacara Detik-detik Proklamasi yang di laksanakan di Istana Negara. Semua siswa wajib menonton tayangan tersebut dan membuat laporan.

Laporan liputan dilaporkan keesokan harinya. Dipilih satu laporan terbaik dari masing-masing kelas. Adapun kriteria penilaian antara lain: orisinalitas, kelengkapan isi, juga penggunaan kalimat serta pemilihan kata. Tidak sedikit dari siswa yang menggunakan jalan pintas dengan mengunduh pada laman web semisal detic.com dll. Sekolah tidak ingin melahrkan generasi plagiat yang senang mengambil langkah instan dalam menjawab tantangan, maka untuk tulisan yang dihasilkan dari proses plagiasi akan didiskualifikasi.

(5)

32

Majalah Sekolah, Majalah sekolah? Ya, majalah sekolah yang ditulis oleh siswa dan diterbitkan sebulan sekali. Mercusuar, begitulah nama majalahnya. Adapun isi majalah tersebut antara lain kajian agama, profil guru atau tokoh lain, cerita pendek, puisi, pantung, liputan kegiatan sekolah hingga cerita lucu dan resep masakan yang mudah dipraktikkan.

Jangan dibayangkan sebuah majalah dengan hardcover mengkilap dengan desain grafis memukau. Majalah Mercusuar diketik pada lembar kertas HVS kemudian digandakan dengan cara difotokopi dan dijilid menggunakan lakban, sederhana tapi bermakna. Selain digandakan dan dijilid, majalah sekolah juga dipajang pada majalah dinding sekolah.

PENUTUP

Perkembangan teknologi yang kian pesat merupakan modal besar untuk pengembangan gerakan literasi. Sebagian besar siswa telah memiki handphone dengan fasilitas android yang memungkin siswa untuk mengakses informasi secara online. Sekolah ingin mengembangkan blog atau website yang dapat menampung ide dan gagasan semua warga sekolah dalam bentuk tulisan. Melalui wadah tersebut sekolah ingin mengawal siswa untuk bijaksana memanfaatkan sosial media, meluaskan wawasan, serta melatih mereka untuk semakin cinta membaca dan terampil menulis.

Sebuah langkah kecil untuk Indonesia yang berkemajuan tengah kami coba lakukan. Dalam perjalanannya penuh hambatan dan tantangan yang harus ditaklukkan. Dibutuhkan strategi jitu dan kreatifitas tingkat tinggi untuk bisa menegakkan program yang sudah diluncurkan. Perlu komitmen dan keikhlasan untuk bisa melayani anak negeri tanpa merasa terbebani. Semoga energi kami senantiasa berlimpah agar tak menyerah untuk terus berbenah. Bismillah.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah. 2016. Pembelajaran Literasi : Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Bumi Aksara. Jakarta

Akhadiah, Sabarti dkk, 2011, pembinaan kemampuan menulis bahasa Indnesia. Jakarta Erlangga Kemendikbud, 2016. Panduan Gerakan Literasi

Sekolah.

Kemendikbud, 2016. Panduan Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas dan Area Baca untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Pakistyaningsih, Arini,dkk, 2014, Menuju Wujud Surabaya Sebagai Kota Literasi, Surabaya: Pelita Hati

Permendikbud. 2015. Penumbuhan Budi Pekerti. Jakarta.

Wardana, L. A., & Rulyansah, A. (2019). Pengembangan Model Ruang Kelas Berbasis Tematik di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 28(2), 125–134. https://doi.org/10.17977/um009v28i22019p125 Wardana, L. A., & Rulyansah, A. (2019a).

Development of Thematic Based Classroom Design in Inclusive Schools. Journal of ICSAR, 3(2), 57–63.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 26 penjara yang dikelolah oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk menjadi tempat menahan narapidana kasus terorisme. Adapun jumlah

(3) Calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan yang telah memperoleh rekomendasi persetujuan RDKP atau RDKK dari dinas kabupaten/kota sebagaimana

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemahaman aspek ekstrapolasi antara siswa yang menggunakan metode pictorial riddle inquiry dengan siswa

dokumen yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Contoh lain, penyuluhan yang dilakukan oleh sekolah tentang upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika merupakan

Berdasarkan validasi menggunakan CRM dari IAEA dan penggunaan kurva kalibrasi efisiensi untuk analisis sampel uji profisiensi yang diadakan oleh IAEA diperoleh hasil

0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tabungan wadi’ah, beban bonus wadi’ah, dan pendapatan non operasional secara bersama-sama berpengaruh signifikan

Saat ini, tidak hanya praktek saja yang ditunjang, tetapi juga kegiatan- kegiatan lain yang membutuhkan laboratorium komputer, seperti penelitian (riset), pelatihan komputer,

Berbagai topik sosialisasi dan pelatihan praktis yang penting adalah cara restorasi lahan dan hutan gambut melalui aplikasi BCF, cara mengelola sistem pertanian