PUBLIC PERCEPTION IN DISCOURSE EXPANSION FACING SOUTH COASTAL DISTRICT
By :
Wetna Yanti* Bakaruddin**Elvi Zuriyani**
Geography Education College Student of STKIP PGRI Western Sumatra* Geography Education Lecturers of STKIP PGRI Western Sumatra**
ABSTRACT
This study aimed to describe the data on public opinion and government managers about the division of discourse South Coastal District.
This type of qualitative research with sampling technique is a technique snowball (snowball sampling). It starts with selecting and conducting key informant interviews of some people who know about the division. Previously requested referrals and advice on Mr district head who should be the next informant who has the knowledge, experience, information being sought, and to then performed the same way, in order to obtain a lot of information.
The results of the study as follows: (1) In terms of the potential of the region, the current South Coastal District is good for bloomed as in the south have adequate natural resources, namely oil palm plants most widely income, (2) Public perception of local development in the District Water pretending that the regional development Pura Water District is in the process of development, which means not so much development in the area and is still in the design-design community, both in the Water Temple and other sub-districts located in the South for the establishment of a new district called the Renah desirable Indojati , (3) Public perception of local government that the local government in the District Water Temple, including good and can not be separated from the spirit and desire of local governments and local communities to make the southern part of the new district and immediately made the division should be approved, and (4) of In terms of public perception of public services around the District Water Temple feel pretty good service from the staffs that work well in the mayor's office as well as at the sub-district office Nagari.
Keynote : Socio-Ekonomic Expansion Regional PENDAHULUAN
Salah satu segi reformasi yang menjadi perhatian utama sampai saat ini adalah menyangkut isu kebijakan otonomi daerah. Pemerintahan melalui kebijakan desentralisasi telah mengeluarkan undang-undang No 22/1999 mengenai Pemerintahan Daerah dan No 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah dan telah direvisi lagi melalui Undang-undang No
32/2004 dan No 33/2004 (Herman,dkk dalam Sandra, 2013 : 1).
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).
Semenjak Undang-undang otonomi disahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di era reformasi ini, menyebabkan munculnya keinginan berbagai daerah untuk memekarkan wilayah Kabupaten maupun Kota karena pemekaran merupakan solusi tepat untuk mendekatkan pelayanan pemerintahan, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia dalam pembinaan sosial kemasyarakatan. Intinya adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat, dalam mengurus daerah untuk mencapai kesejahteraan rakyat juga bisa dilakukan dengan cara pengembangan wilayah atau pemekaran Kabupaten (Elpina, 2013:1).
Pemebentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan di tingkat lokal. Untuk itu maka pembentukan daerah harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan dan pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah dan diberikannya otonomi daerah (Amandemen UU PERDA, 2008:213).
Sesuai dengan faktor di atas maka Kabupaten Pesisir Selatan memang bagus untuk dimekarkan. Pertama, Kabupaten Pesisir Selatan selain daerahnya yang luas yaitu dari Siguntur (Utara) berbatasan dengan kota Padang hingga Lunang Silaut (Selatan)
berbatasan dengan Bengkulu dan sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jambi. Dan yang kedua, Kabupaten Pesisir Selatan khususnya dibagian paling Selatan yang akan dimekarkan tersebut memiliki potensi-potensi Sumber Daya Alam yang bagus untuk dikembangkan, baik dilihat dari segi pertanian maupun perikanan. Dari segi pertanian, dibagian paling Selatan menonjol dengan penghasilan kelapa sawit.Untuk itu sangatlah pantas Kabupaten Pesisir Selatan ini dimekarkan.
Dilihat dari ketentuan PP No. 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah, secara administratif, teknis dan fisik kewilayahan pemekaran Kabupaten Pesisir Selatan ini boleh dibilang memenuhi syarat. Sebanyak 11 faktor dan 35 indikator yang ditentukan Peraturan Pemerintahan (PP), sebagian besar terpenuhi. Antara lain, faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Jika dilihat daerah tingkat dua di Sumbar, masing-masing sudah dimekarkan, seperti Padang Pariaman, wilayah yang sama-sama berada dipesisir mengahasilkan Kota Pariaman, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Solok, Kabupaten Sijunjung, selain awalnya punya Sawahlunto, kini memunculkan Dharmasraya sebagai kabupaten baru yang terus berkembang. Bahkan Pasaman yang dahulunya dianggap sama dengan Pesisir Selatan, kini punya Pasaman Barat dengan Simpang Empat sebagai kota masa depan.
Pemekaran di Kabupaten Pesisir Selatan ini tentu memiliki alasan-alasan tertentu.Alasan yang paling mendasar berdasarkan observasi awal penulis yaitu
kenyataan menunjukkan bahwa jarak-rentang Painan sangat jauh dari ibukota kabupaten dengan kecamatan-kecamatan di selatan. Tidak hanya bermasalah dalam urusan birokrasi saja, masyarakat di Kecamatan Lunang Silaut, Basa IV Balai, Pancung Soal atau Lengayang, misalnya jika ada urusan ke Dinas Pendidikan maupun Pertanian atau ke kantor Bupati dan juga dalam pengurusan SIM serta banyak lagi urusan lainnya yang terletak di Painan harus melewati jarak di atas 100 km dan di atas 4 jam perjalanan untuk sampai ke Painan. Ditambah medan jalan yang berkelok-kelok, Itu pun jika urusan sehari tuntas. Sementara tidak ada kantor pembantu Bupati atau Dinas terkait di wilayah selatan yang sangat jauh.
Urusan birokrasi masih bisa dilaksanakan walaupun dalam keadaan yang sulit. Yang paling memprihatinkan lagi jika ada warga yang sakit parah atau terjadi kecelakaan motor dibagian Selatan, rujukkannya tidak bisa tidak ke Painan atau ke Padang, karena rumah sakit yang di selatan tidak memadai atau mungkin tidak ada. Kemudian hal lainnya adalah dilihat pula di dunia pendidikan.Anak-anak di Selatan biasanya memilih kost di Painan dan sekitarnya (sebagian lain ke Padang) hanya untuk melanjutkan SMA/SMK ataupun kuliah dengan salah satu alasannya sekolah di Selatan kurang fasilitasnya.
Berdasarkan hal di atas, dari observasi awal penulis bahwa pendapat masyarakat mengenai pemekaran di Kabupaten Pesisir Selatan ini sangat positif. Karena mereka merasa terpencil dan ketidakmerataan pembangunan dibagian selatan. Mereka mengaharapkan pemekaran dibagian Selatan secepatnya terlaksana sehingga nanti segala urusan akan lebih mudah. Namun sampai sekarang pemekaran tersebut masih belum terlaksana yaitu
dari tahun 2000 perancangan untuk pemekaran tersebut dilakukan.
Sehubungan dengan adanya pemekaran wilayah ini, maka diperlukan persepsi masyarakat terhadap pemekaran wilayah untuk pengembangan wilayah Kabupaten khususnya Kabupaten Pesisir Selatan.Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pendapat masyarakat dengan adanya pemekaran tersebut. Sehingga penulis mengangkat judul penelitian ini tentang : “Persepsi Masyarakat Dalam Menghadapi Wacana Pemekaran Kabupaten Pesisir Selatan”.
METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan jenis penelitian yang akan dilakukan, penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan bagaimana Persepsi Masyarakat dalam menghadapi wacana Pemekaran Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk membahas atau menjawab masalah yang akan dirumuskan maka dapat digunakan data Sekunder lalu data Primer. Datasekunder yaitu data yang dapat menunjang penelitian yang diperoleh melalui sumber-sumber yang berkaitan dengan pemekaran daerah. Sedangkan data primer yaitu data yang berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian.
Menurut Burhan, 2011 : 27 penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan induktif, dengan demikian teori sesungguhnya adalah alat yang akan diuji kemudian dengan data dan instrumen penelitian.
Jawaban terhadap objek yang diteliti diperlukan informasi penelitian melalui masyarakat dan instansi tertentu terhadap tujuan penelitian. Teknik pengambilan informasi dilakukan dengan teknik bola salju (snowball sampling). Menurut (lee dan berg dalam Iskandar, 2009) menyatakan strategi dasar teknik bola salju (snowball
sampling) ini di mulai dengan menetapkan satu atau beberapa orang informan kunci yaitu Bapak Camat di Kecamatan Air Pura, Wali Nagari sertamasyarakat yang tinggal di sekitar Kabupaten baru yang dimekarkan (Renah Indojati) yang tahu mengenai pemekaran daerah dan melakukan interview terhadap mereka, kemudian di minta arahan, saran, petunjuk siapa sebaiknya yang akan menjadi informan berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah Penelitian (Letak dan Batas Wilayah)
Secara astronomis Kecamatan Air Pura terletak pada
Bujur Timur dan Lintang Selatan. Luas daerah Kecamatan Air Pura adalah sebesar 314 Km2 atau 5,46 % dari luas Kabupaten Pesisir Selatan. Kecamatan Air Pura merupakan pecahan dari Kecamatan Pancung Soal yang terdiri dari 10 Nagari.
Secara administratif wilayahnya adalah sebagian wilayah NagariInderapura yang merupakan pusat Kerajaan Inderapura dengan batas-batas wilayah Kecamatan Air Pura yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Linggo Sari Baganti, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Propinsi Jambi, Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dapat diperoleh gambaran sebagai berikut :
Pertama : dilihat dari potensi daerahnya, saat ini Kabupaten Pesisir Selatan memang bagus untuk
dimekarkan karena di selatan memiliki potensi alam yang memadai yaitu tanaman kelapa sawit yang paling banyak penghasilannya.
Potensi menurut K.Wardiyatmoko(2006:137) adalah sumber daya yang terdapat disuatu daerah baik itu desa maupun kota yang dapat dikembangkan dan diaktifkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber daya itu mencakup keadaan alam dan manusia yang ada beserta hasil-hasil kerja manusianya itu sendiri.Komponen alam cenderung bersifat tetap sedangkan komponen manusia cenderung berubahdan berkembang. Potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah tentu akan mempengaruhi perkembangan wilayah tersebut. Dengan demikian, wilayah yang memiliki potensi yang besar hampir bisa dipastikan akan menjadi wilayah yang maju.
Kedua : persepsi masyarakat tentang pembangunan daerah di Kecamatan Air Pura bahwa pembangunan daerah Kecamatan Air Pura sedang dalam proses pembangunan, artinya belum begitu banyak pembangunan di daerah tersebut dan masih dalam perancangan-perancangan masyarakat baik di Air Pura maupun Kecamatan-kecamatan lain yang terdapat di Selatan demi terbentuknya Kabupaten baru yang diidamkan dinamakan dengan Renah Indojati.
Menurut Bintarto dalam bukunya Teori Strategi Pembangunan Nasional bahwa pembangunan haruslah merupakan Inner Will, yaitu suatu proses emansipasi diri, inisiatif dan partisipasi kreatif masyarakat dalam pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses pendewasaan. (N.Daljoeni, 2001:91).
Ketiga :persepsi masyarakat terhadap pemerintahan daerah bahwa pemerintahan daerah di Kecamatan Air Pura termasuk bagus dan ini tidak
terlepas dari semangat dan keinginan pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjadikan daerah bagian selatan dibuat Kabupaten baru dan secepatnya pemekaran tersebut disyahkan hendaknya.
Menurut Kansil (2008 :77)Untuk menjadi kepala daerah, seseorang diharuskan memenuhi persayaratan tertentu yang intinya agar kepala daerah selalu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki etika dan moral, berpengetahuan, dan berkemampuan sebagai pemimpin pemerintahan, berwawasan kebangsaan, serta mendapatkan kepercayaan rakyat.
Keempat :dari segi persepsi masyarakat tentang pelayanan publik, masyarakat di sekitar Kecamatan Air Pura merasakan pelayanan yang cukup baik dari staf-staf yang bekerja baik di kantor wali Nagari maupun di kantor camat. Karena kita tahu pada dasarnya setiap manusia pasti membutuhkan pelayanan bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia itu sendiri.
Dimana pelayanan publik menurut Sinambella (2011 : 5) adalah adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis masalah yang ada dan
di tulis pada bab- bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan :
1. Daerah dibagian selatan khususnya di kecamatan Air Pura memiliki potensi daerah yang sangat mungkin untuk dikembangkan baik dilihat dari segi pertanian dan perikanan
2. Keinginan masyarakat selatan agar terbentuknya Kabupaten baru dibagian selatan yaitu Renah Indojati sangat antusiasi sekali dengan terlihatnya pembangunan dibagian selatan secara berangsur-angsur sudah mulai mengarah pada kemajuan
3. pemerintahan daerah di Kecamatan Air Pura termasuk bagus dan ini tidak terlepas dari semangat dan keinginan pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjadikan daerah bagian selatan dibuat Kabupaten baru dan secepatnya pemekaran tersebut disyahkan hendaknya
4. masyarakat di sekitar Kecamatan Air Pura merasakan pelayanan yang cukup baik dari staf-staf yang bekerja baik di kantor wali Nagari maupun di kantor camat. Karena kita tahu pada dasarnya setiap manusia pasti membutuhkan pelayanan yang baik.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat di sarankan sebagai berikut:
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat di sarankan sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada masyarakat untuk selalu berusaha meningkatkan dan menggali potensi daerah demi terwujudnya Kabupaten baru yang diinginkan 2. Diharapkan kepada masyarakat
selalu bekerjasama untuk pembangunan daerah Selatan sehingga terciptalah kehidupan
yang memadai di selatan seperti yang diinginkan
3. Diharapkan kepada Pemerintah secepatnya menyetujui pemekaran di Kabupaten Pesisir Selatan karena dilihat dari kinerja pemerintahan dan juga pelayanan administrasi di Kecamatan Air Pura sangat bagus sehingga daerah Selatan sekarang sudah banyak kemajuan dalam bidang apapun 4. Perlu penelitian lanjutan yang
meneliti tentang Persepsi Masyarakat dalam Menghadapi Wacana Pemekaran Kabupaten Pesisir Selatan demi cepat terwujudnya pemekaran di Kabupaten Pesisir .
DAFTARPUSTAKA
Amandemen Undang-Undang Pemerintahan Daerah, 2008. Jakarta. Sinar Grafika.
Asnan, Gusti. 2004. Berpisah Untuk Bersatu Dinamika Pemekaran Wilayah Di Sumatera Tengah: Yogyakarta, Citra Pustaka. Angraini, Meti. 2013. “Persepsi
Masyarakat tentang Pemekaran Wilayah di Desa Kemantan Kebalai Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci”. (skripsi) STKIP. Bakarudin.2012. Pengantar Geografi
Kota dan Desa.Padang : Jurusan Pendidikan Geografi. Deddy, Supriady dan Dadang, Sobbin,
2001. Otonomi
Penyelenggaraan Daerah. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama.
Haw, Widjaja. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi: Jakarta. PT. Raja Grapindo Persada. Kartasasmita, Ginanjar. 1996.
Pembangunan Untuk Rakyat. Jakarta. PT Pustaka CIDESINDO.
Sugiyono, 2011.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sinambella, Lijan, dkk. 2011. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta. PT Bumi Angkasa.
Zusneli, Zubir, dkk. 2007. Pemekaran Wilayah di Kabupaten Bengkulu Selatan : Kab. Seluma dari wacana hingga realita.Padang : BPNST.