Pemanfaatan Sistem Informasi
Geografis untuk Penentuan Rute
dan Bangunan Evakuasi Tsunami
(Wilayah Studi: Kec. Syiah Kuala, Banda Aceh)
Oleh:
Ahmad Muhajir
NRP. 3509 100 701
Latar Belakang
Aceh terletak berdekatan dengan pertemuan
lempeng Eurasia dan Indo-Australia sehingga
Pengalaman 2004 yang lalu, kurangnya
pengetahuan dan perencanaan evakuasi yang
baik menyebabkan jatuhnya banyak korban
Tujuan Penelitian
“MERANCANG SUATU RUTE EVAKUASI TSUNAMI DAN
MENENTUKAN BANGUNAN EVAKUASI MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS. DENGAN ADANYA SISTEM INI
DIHARAPKAN TERCIPTANYA SUATU TANGGAP BENCANA YANG
EFEKTIF DAN MAMPU MEMINIMALISIR JATUHNYA KORBAN
Definisi Rencana Evakuasi Tsunami
•
Menurut Scheer (2011), rencana evakuasi
tsunami adalah sebuah rencana yang baru akan
diaktifkan apabila alarm tanda tsunami telah
dibunyikan
Tujuan utama
dari pengaktifan rencana
evakuasi tsunami ini adalah untuk mengarahkan
seluruh individu yang beresiko terkena tsunami melalui
rute-rute evakuasi menuju
(1)
tempat yang aman
diutamakan yang berada di luar
jangkauan tsunami, namun juga
dimungkinkan berada dalam area
jangkauan tsunami, atau disebut juga
tempat penampungan darurat dan
(2)
dalam rentang waktu
antara dibunyikannya alarm sampai
tibanya gelombang tsunami pertama
(UNESCO-IOC, 2009 dalam Scheer,
ArcGIS Network Analyst
ESRI (2012) mendefinisikan
jaringan sebagai sebuah
sistem yang terdiri dari
elemen-elemen yang
saling terkoneksi,
sebagaimana jalan yang saling
terhubung pada persimpangan
jalan, yang merepresentasika
rute-rute yang mungkin dari
ESRI (2012) mengelompokkan Network Analyst
menjadi lima jenis, diantaranya:
•
Route
Ekstensi ini digunakan untuk menemukan
rute terbaik untuk bergerak dari suatu
lokasi ke lokasi lain. Rute terbaik dapat
memiliki beragam arti. Rute terbaik dapat
berarti terdekat, tercepat atau terindah
tergantung pada impedansi yang dipakai.
Bila impedansi yang dipakai adalah waktu,
maka rute terbaik adalah rute yang
•
Closest Facility
Closest facility merupakan ekstensi yang digunakan untuk menemukan fasilitas mana yang paling dekat, seperti rumah sakit yang terdekat dari sekian banyak rumah sakit, sekolah mana yang terdekat dengan
rumah dan lain-lain. Setelah menemukan fasilitas terdekat, maka ekstensi ini juga dapat menampilkan rute yang terbaik untuk menuju fasilitas tersebut.
•
Service Areas
Service areas digunakan untuk menemukan area yang dapat diakses dari suatu titik yang ada pada suatu jaringan. Sebagai contoh, service area 10 menit dari suatu fasilitas akan
menunjukkan seluruh jalan yang dapat mencapai fasilitas
Bangunan Evakuasi
•
FEMA (2008) mendefinisikan sebuah evakuasi vertikal dari
tsunami sebagai sebuah
bangunan atau gundukan
tanah yang memiliki tinggi yang cukup untuk
menempatkan para pengungsi di atas ketinggian
rendaman tsunami
, didesain dan dikonstruksi dengan
kekuatan dan ketahanan yang dibutuhkan untuk melawan
efek dari gelombang tsunami.
Teselasi Heksagonal
•
Menurut Laurini dan
Thompson (1992), teselasi
didefinisikan sebagai
kumpulan dari unit dua
dimensi diskrit yang saling
berhubungan
•
Teselasi digunakan untuk
menyederhanakan
pemodelan dengan
membagi distribusi
penduduk kepada
bidang-bidang yang berukuran sama
menggunakan teselasi atau
grid.
Waktu Evakuasi
•
Waktu evakuasi adalah waktu yang tersedia untuk
melakukan evakuasi. Waktu evakuasi terdefinisi
dengan mengetahui waktu yang tersisa setelah
peringatan ancaman tsunami sampai tibanya
gelombang tsunami (Dewi, 2010).
Pembagian komponen waktu untuk penilaian kapabilitas respon masyarakat terhadap peringatan tsunami (Post et al., 2009)
Kecepatan Berjalan Pengungsi
Dengan asumsi seluruh pengungsian dilakukan dengan
berjalan kaki, maka perlu dikalkulasi kecepatan berjalan
pengungsi sehingga dapat sampai ke tempat evakuasi
dalam waktu yang tersedia.
Kondisi Berjalan Kecepatan Berjalan Rata-rata
Seseorang dengan kereta bayi 1.070 m/s Seseorang dengan seorang anak 1.020 m/s Orang tua berjalan sendiri 0.948 m/s Orang tua berjalan
berkelompok
0.751 m/s
Berdasarkan data di atas, maka kecepatan 0,751 m/s dijadikan sebagai kecepatan evakuasi penduduk. Kecepatan ini dipilih karena alasan keamanan dengan asumsi jika pengungsi
dengan kecepatan terendah dapat diselamatkan, maka otomatis pengungsi yang lain juga selamat
…. [2.3]
…. [2.4]
…. [2.5]
Keterangan:
C0 = Kapasitas dasar jalan (nilai dibulatkan ke bawah)
C1 = Kapasitas aktual jalan saat bencana (nilai dibulatkan ke atas) V = Kecepatan berjalan saat bencana (m/s)
Vs = Kecepatan berjalan orang tua berkelompok 0.751 m/s W = Lebar jalan (m)
S = Luas yang dibutuhkan tiap pengungsi 0.625 m2
Diasumsikan bahwa ketika seseorang berjalan berdampingan, maka ruang yang
dibutuhkan sebesar 0.625 meter persegi (Neufert, 1999 dalam Dewi, 2010). Oleh karena itu, untuk menghitung kecepatan berjalan pengungsi pada sebuah jalan, digunakan rumus berikut:
Lokasi Penelitian
Data yang dibutuhkan
Spasial
Citra Quickbird Banda Aceh Peta Topografi Banda Aceh Peta jaringan Jalan banda Aceh
Peta Rendaman Tsunami Banda Aceh
Non-Spasial
Lebar jalan
Nama bangunan, kapasitas
Diagram Alir
Faktor yang mempengaruhi
“Knoblauch (1996) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan evakuasi, antara
lain: lebar jalan, densitas jalan, jumlah pejalan kaki
dalam rombongan, dan lain-lain. Namun karena
keterbatasan waktu, faktor yang digunakan pada
penelitian ini adalah
kecepatan berjalan pengungsi
Uji Ketelitian
Has il In te rp re ta siHasil Observasi Lapangan
Kelas A.Tbka Hutan A.Tbgn Sung ai Jalan Tamba k Saw ah Total A.Tbka 51 2 1 0 1 1 0 56 Hutan 0 7 0 0 0 0 0 7 A.Tbgn 0 0 59 0 0 0 0 59 Sungai 0 0 0 16 0 2 0 18 Jalan 0 0 0 0 5 0 0 5 Tambak 4 1 0 0 0 52 0 57 Sawah 0 0 0 0 0 0 3 3 Total 55 10 60 16 6 55 3 205
Contoh perhitungan kecepatan berjalan
No. Lebar Jalan
Kapasitas Dasar (C1) Kapasitas Aktual (C2) Kecepatan Aktual 1 2 =2/0.625 =3.2 =3 (bulat ke bawah) =2/0.625 =3.2 =4 (bulat ke atas) =3/4*0.751 =0.563 m/s 2 4 =4/0.625 =6.4 =6 (bulat ke bawah) =4/0.625 =6.4 =7 (bulat ke atas) =6/7*0.751 =0.644 m/s 3 6 =6/0.625 =9.6 =9 (bulat ke bawah) =6/0.625 =9.6 =10 (bulat ke atas) =9/10*0.751 =0.676 m/s 4 12 =12/0.625 =19.2 =19 (bulat ke bawah) =12/0.625 =19.2 =20 (bulat ke atas) =19/20*0.75 1 =0.713 m/s
Analisa Persebaran Penduduk
Analisa persebaran penduduk dilakukan dengan
mengkombinasikan data kependudukan dari BPS
dengan hasil digitasi Citra. Berikut formulanya:
Jumlah KK per rumah = Jumlah KK per desa/Jumlah rumah per desa
Jumlah penduduk per rumah = Jumlah KK per Rumah x Jumlah penduduk per
KK
Data Jumlah KK per desa dan Jumlah penduduk per KK diperoleh dari BPS,
sedangkan jumlah rumah didapat dari hasil digitasi.
Waktu Evakuasi
•
Perkiraan waktu antara terjadinya gempa bumi dan
tibanya gelombang pertama tsunami di pantai untuk area
kota Banda Aceh adalah 40 menit (ETA= 40 menit)
•
Dari ETA 40 menit, diperoleh waktu untuk melakukan
evakuasi sebesar 22 menit untuk evakuasi horizontal 17
Hasil Analisa
Area
Evakuasi
Berdasarkan hasil analisa di atas, maka diperoleh
jumlah penduduk yang dapat diselamatkan
melalui evakuasi
horizontal sebesar
9.899
orang dari 17.764
orang penduduk yang berada di area rawan tsunamiPersebaran Bangunan Evakuasi (BE)
No Nama Bangunan Luas Area (m2) Jumlah Lantai Estimasi Kapasitas (Orang) 1 Mesjid Jami'ul Wustha 570.12 3 (570.12*2*0.78)=8 89 2 SDN 46 Banda Aceh 258.8 2 (258.8*1*0.3)=77 3 SDN 81 Tibang 380.04 2 (380.04*1*0.3)=11 4 4 Mesjid Baitussalam 208.56 2 (208.56*1*0.78)=1 62 5 Meunasah Rukoh 364.8 2 (364.8*1*0.78)=28 5 6 MTsN & MAN Rukoh 2640 2 (2640*1*0.3)=792 7 SDN 19 Banda Aceh 160.8 2 (160.8*1*0.3)=48 8 Mesjid Jamik Silang 66 2 (66*1*0.78)=51 9 BPN Aceh 1665 3 (1665*2*0.236)=78 5 10 Wisma Kompas 569 3 (569*2*0.263)=300BE Tambahan
No BED Eksisting Kapasitas Tambahan 13 SDN 19 Rukoh 180
14 Mesjid Jamik Silang 181
15 SDN 46 Rukoh 62
16 Meunasah Rukoh 76
17 SDN 81 Tibang 324
No BED Tambahan Usulan Kapasitas 1 MIN Rukoh 302 2 Al-Washliyah 112 3 Jeulingke 1 1044 4 Jeulingke 2 388 5 Tibang 1 659 6 Aluenaga 1 187 7 Aluenaga 2 232 8 Aluenaga 3 185 9 Aluenaga 4 342 10 Aluenaga 5 129 11 Deah Raya 1 390 12 Deah Raya 2 348
Semenjak BE yang tersedia hanya mampu menampung 2.710 orang, maka terdapat
5.387 orang yang tidak dapat dievakuasi
menuju BE. Hal ini menjadikan penduduk yang tidak dapat dievakuasi tersebut sangat rawan terhadap tsunami. Oleh karena itu, diperlukan tambahan BE
Persebaran BE
Terdapat 10 BE
Eksisting dan 12
BE Tambahan
Rute Evakuasi
Rute Evakuasi ditentukan Dengan menggunakan Tool CLOSEST FACILITY. Closest Facility menentukan Rute Tercepat berdasarkan
Beban waktu yang terendah
Bibliography
• Budiarjo, A. 2006. Evacuation Shelter Building planning for tsunami prone area : a case study of Meulaboh city, Indonesia. Enschede, ITC.
• Charnkol, T., Tanaboriboon, Y,. 2006. Tsunami Evacuation Behavior Analysis : “One Step of Transportation Disaster Response”. IATSS RESEARCH Vol. 30 (No. 2): 83-96 • Dewi, Ratna Sari. 2010. A-Gis Based Approach of an Evacuation Model for Tsunami
Risk Reduction. Journal of Integrated Disaster Risk Management. • ESRI . 2012. What is Network Analyst?, <
URL:http://help.arcgis.com/en/arcgisdesktop/10.0/help/index.html#//004700000 001000000>. Dikunjungi pada tanggal 15 Juni 2013
• FEMA. 2008. Guidelines for Design of Structures for Vertical Evacuation from Tsunamis,
<URL:http://www.fema.gov/library/file?type=publishedFile&file=femap646.pdf&fil eid=33136fa0-b4f2-11dd-a65f-001185636a87>. Dikunjungi pada 25 maret 2013. • Jennes, J. 2009. Repeating Shapes for ArcGIS. Flagsaff – USA: Jenner Enterprises.
• Knoblauch, R. L., Pietrucha, M. T., Nitzburg, M.,Field. “Studies of Pedestrian walking Speed and Start-Up Time”. Transportation Research Record 1538: 27-38 • Laurini, R., Thompson, D. 1992. Fundamental of Spatial Information System. San
Diego: Academic Press.
• Permana, Haryadi, Carolita, Ita, dan Rasyid, Muhammad. 2007. Pedoman
Pembuatan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami. Jakarta: Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT)
• Post, J., et al. 2009. Assessment of Human Immediate Response Capability Related to Tsunami Threats in Indonesia at a Sub-national Scale. Natural Hazards Earth System Sciences. No. 9: 1075 – 1086.
• Scheer, Stevan J., Varela, Vassiliki, Eftychidis, George. Dec. 2011. “A generic
framework for tsunami evacuation planning”. Physics and Chemistry of the Earth 49 (2012). 79-91
• Sorensen, J., 1992. Assessment of the Need for Dual Indoor/Outdoor Warning System and Enhanced Tone Alert Technologies. The CSEPP, ORNL/TM-12095. Oak Ridge National Laboratory.
• UNESCO-IOC, 2009. Tsunami Risk Assessment and Mitigation for the Indian Ocean, Knowing Your Tsunami Risk – and What to do About t. UNESCO –