• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. LANDASAN TEORI A."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai sejauhmana efek usahatani lahan surutan terhadap kesejahteraan petani dan keluarganya. Telah diteliti oleh Emi Widiyanti dengan judul Kontribusi Usahatani Lahan Surutan Bendungan Serbaguna Wonogiri Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Penyewa Lahan Surutan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (a) usahatani lahan surutan memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga petani sebesar 25,54% dari total pendapatan selama satu tahun. Dimana prosentase ini menunjukkan bahwa usahatani lahan surutan memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan pendapatan petani dari usahatani lahan non surutan. Sebagian besar pendapatan yang diperoleh dari usahatani lahan surutan berasal dari tanaman jagung karena sebagian besar petani penyewa menanam lahan surutan dengan tanaman jagung disamping tanaman lain seperti padi atau kedelai; (b) usahatani lahan surutan mampu memberi kontribusi terhadap pengeluaran pangan keluarga petani sebesar 28,11% dari keseluruhan pengeluaran pangan keluarga selama satu musim tanam. Kontribusi usahatani di lahan surutan ini lebih besar dibandingkan pemenuhan pangan yang bersumber pada usahatani non surutan yang hanya sebesar 26,09%.

Dalam penelitan Aisyiah Munawaroh dengan judul Pengelolaan Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur Untuk Kegiatan Pertanian Oleh Masyarakat Desa Gebang Kecamatan Nguntoronadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur untuk kegiatan pertanian yang meliputi permohonan mengelola lahan pasang surut, daerah yang boleh ditanami, jenis tanaman, masyarakat yang megelola lahan pasang surut, dan cara penggarapan tanah. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam mengelola lahan pasang surut Waduk Gajah MUngkur, dan mengetahui manfaat pengelolaan lahan pasang surut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengelolaan pasang surut untuk kegiatan pertanian sudah sesuai dengan ketentuan yang

(2)

ditetapkan, responden tidak mengalami permasalahan dalam pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian., serta pengelolaan lahan pasang surut memberi manfaat ekonomi dan social.

Dalam skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi (Oryza SativaL.) Sawah Di Lahan Pasang Surut di Desa Bebanir Bangun Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau, oleh Mirza Puspita Widyasari. Bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani padisawah di lahan pasang surut, mengetahui tingkat efisiensi penggunaan saranaproduksi dan tenaga kerja oleh petani, serta mengetahui kontribusi produksinyaterhadap pemenuhan kebutuhan pangan daerah. Penelitian ini dilakukan di DesaBebanir Bangun Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau.

Hasil penelitian menunjukkan besar pendapatan usahatani padi sawah dilahan pasang surut dalam satu musim tanam untuk 32 responden pada luasanlahan 30,75 ha adalah Rp 181.291.954,00 atau rata-rata sebesar Rp5.665.373,56/0,96 ha, dengan produksi rata-rata 3,13 ton/0,96 ha. Sedangkan untuk penggunaan pupuk Urea, pupuk KCl, herbisida Round Up dan tenaga kerja belum efisien, ini ditunjukkan dengan nilai efisiensi alokatif lebih besar dari satu sehingga penggunaannya perlu ditambah. Sedangkan untuk penggunaan benih,pupuk SP-36 dan insektisida Decis tidak efisien (berlebihan) dengan nilai efisiensi alokatif kurang dari satu sehingga penggunaannya perlu dikurangi. Dan nilai kontribusi padi pasang surut di Desa Bebanir Bangun terhadap pemenuhan kebutuhan pangan Kecamatan Sambaliung dan Kabupaten Berau sangat kecil masing-masing yaitu 5,83% dan 1,17%. Namun, kontribusi di Desa itu sendiri dapat mencapai 41,39%.

(3)

B. Tinjauan Pustaka 1. Usahatani

Bactiar Rivai (1980) dalam Harun (1999), mendefinisikan usahatani adalah sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, modal, dan pengolahan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Dari batasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada empat sumber daya yang merupakan faktor produksi penting dalam usahatani, yaitu : 1) tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitasnya, 2) tenaga kerja meliputi kuantitas (jumlah) dan kualitasnya, 3) modal, meliputi modal tetap (tanah, mesin-mesin, bangunan inventaris) dan modal kerja untuk pembelian input variabel, dan 4) keterampilan menejemen dari petani.

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar.Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai ilmu mengenai cara petani mendapatkan kesejahteraan (keuntungan), menurut pengertian yang dimilikinya tentang kesejahteraan. Jadi ilmu usahatani mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan pertanian(Tohir,1991).

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001). CGIAR (1978), mengatakan bahwa usahatani bukanlah sekedar sekumpulan tanaman dan hewan, di mana orang bisa memberikan input apa saja dan kemudian mengharapkan hasil langsung. Namun, usahatani merupakan suatu kejadian yang kompleks yang terdiri dari tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain, dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seorang yang disebut petani

(4)

sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya. Petani tersebut mengupayakan output dari input dan teknologi yang ada.

Dalam melakukan usahatani ini, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, dkk, 1990) :

1. Keunggulan komparatif (comparative advantage)

2. Kenaikan hasil yang semakin menurun (low of diminishing returns) 3. Substitusi (substitution effect)

4. Pengeluaran biaya usahatani (farm expenditure) 5. Biaya yang diluangkan ( opportunity cost)

6. Pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan), dan

7. Baku timbang tujuan (goal trade off).

Pengelolaan usahatani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan, usahatani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usahatani yang efisien adalah usahatani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai apabila manajemen pertaniannya baik. Faktor-faktor produksi dibedakan menjadi dua kelompok :

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, dsb.

b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya (Soekarwati, 2000).

Dari beberapa definisi dtersebut dapat disarikan bahwa yang dimaksud dengan usahatani adalah usaha yang dilakukan patani dalam memperoleh pendapatan dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang mana sebagian dari pendapatan yang diterima

(5)

digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani.

2. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio Angiospermae Kelas : Monotyledone Ordo : Poales

Famili : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp

Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolang tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukan berarti tanaman padi itu hanya bisa tumbuh diatas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagaimana terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja sebagaimana terjadi pada tanah-tanah sawah. Dengan megahnya juga tanaman padi itu dapat tumbuh di tanahmdaratan atau kering, asalakam curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air. (Siregar, 1981)

3. Lahan pasang surut

Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya garavitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan kerena jaraknya lebih jauh atau ukuranya lebih kecil (Drongkers, 1964 dalam suardi, 2009) Lahan pasang surut adalah lahan yang pada musim penghujan permukaan air akan naik dan musim kemarau air akan surut (LIPI Kalimantan, 1994 dalam Anonim, 2010).

(6)

Terdapat lahan pasang surut karena terjadi fluktuasi kapasitas waduk yang cukup besar pada saat musim penghujan maupun musim kemarau. Pada musim penghujan biasanya air dapat ditampung oleh waduk dalam kapasitas maksimum. Akan tetapi pada musim kemaraum terjadi penyusutan waduk yang cukup drastic sehingga memunculkan lahan-lahan kosong di sekitar waduk. Lahan pasang surut di sekitar waduk merupakan lahan yang relative subur sehingga banyak dibudidayakan oleh penduduk untuk menanaman tanaman seperti padi, jagung,da kedelai.

Lahan pasang surut merupakan lahan marjinal yang memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian tidak hanya untuk menyangga produksi pangan nasional tapi juga memberikan peluang bagi diversifikasi pertumbuhan industri pedesaan, peningkatan pendapatan dan pengembangan wilayah (Manwan et al. 1992).

Menurut Nugroho et al., (1992) lahan pasang surut dapat dibedakan menjadi empat tipe luapan yaitu (1) tipe A, lahan selalu terluapi air pasang baik pada pasang besar (tunggal) maupun pasang kecil (ganda), (2) tipe B, lahan yang hanya terluapi air pasang besar, (3) tipe C, lahan tidak terluapi air pasang memiliki jeluk muka air tanah <50cm, dan (4) tipe D, lahan tidak terluapi air pasang dengan jeluk muka air tanah >50cm. Informasi tipe luapan sangat diperlukan di dalam upaya perbaikan pengelolaan lahan rawa pasang surut untuk budidaya jagung.

Lahan pasang surut menjadi andalan dan merupakan bagian penting dari upaya pencapaian, target produksi sekaligus peningkatan pendapatan petani. Menurut prinsip ekonomi untuk sampai pada aspek maksimum keuntungan maka suatu harus dioptimalkan. Ukuran kinerja suatu usaha pertanian itu mencapai optimal, salah satu indikatornya adalah efisiensi.

Usaha agribisnis terpadu yang cocok dikembangkan di lahan pasang surut, yaitu usaha agribisnis berbasis tanaman pangan. Usaha agribisnis berbasis tanaman pangan ditujukan utamanya untuk menjamin keamanan pangan bagi petani. (Alihamsyah dan Ananto, 1998 dan Suprihatno et al., 1999).

(7)

Pengembangan lahan pasang surut untuk pertanian di samping memiliki prospek yang baik juga mempunyai berbagai kendala, baik aspek biofisik maupun social ekonomi dan kelembagaan. Umtuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam, pengembangan pasang surut dalam suatu kawasan luas memerlukan perencanaan dan penanganan yang cermat dan hati-hati. Kekeliruan dalam membuka dan megelila lahan ini membutuhkan biaya besar untuk merehabilitasinya dan sulit untuk memulihkan kondisi seperti semula (Widjaja, 1992 dalam Suriadikarta, 2007).

4. Analisis usahatani a. Biaya Usaha Tani

Biaya-Biaya produksi merupakan pengorbanan yang dilakukan pada saat melakukan proses produksi dan biasanya biaya ini dinyatakan dalam bentuk uang. Selain biaya langsung dan biaya tak langsung, biaya juga dapat digolongkan menjadi Biaya implisit dan biaya eksplisit.

Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk uang. Misalnya upah tenaga kerja sendiri, bunga atas modal sendir. Sedangkan Biaya eksplisit adaah semua pengeluaran uang yang digunakan untuk membayar faktor produksi, bahan-bahan dan transpor.

Menurut Hernanto (1984), biaya yang digunakan dalam usahatani meliputi :

1. Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga sendiri. Yang termasuk biaya alat-alat luar adalah :

- Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa upah uang, bahan makanan,perumahan,premi,dll

(8)

- Pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan pengeluaran lainnya yang berupa uang, misalnya untuk pajak, pengangkutan,dll.

- Pengeluaran-pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepentingan usahatani, missal untuk selametan.

- Pengurangan dari persediaan akhir tahun

- Penyusutan adalah pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan modal tetap (aktiva tetap) seperti bangunan-bangunan, alat-alat dan mesin-mesin, ternak dan sebagainya.

2. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar.

3. Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usaha tani.

b. Penerimaan Usahatani

Menurut Soekartawi (2006), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Soekartawi, dkk.,1986).

Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan, dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan

(9)

berkurang. Disamping itu, bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan inputpertanian.

Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Py . y Keterangan : TR = Total penerimaan Y = Produksi Py = Harga c. Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian keluarga. Tingkat pendapatan merupakan salah satu indikator sosial ekonomi seseorang di masyarakat di samping pekerjaan, kekayaan, dan pendidikan(Hertanto,1984).

Menurut Soekartawi (2006), bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Pendapatan Kotor (Penerimaan) usahatani Adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun.

2. Pendapatan bersih usahatani Adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani denganbiaya produksi seperti upah buruh, pembelian bibit, obat-obatan dan pupuk yang digunakan oleh usahatani.

Menurut Soekartawi, (1995) menguraikan dan membagi pendapatan usahatani menjadi dua, yaitu: pendapatan kotor usahatani (gross farm income) dan pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan kotor usahatani yaitu nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh produk yang dihasilkan baik yang (1) dijual, (2) dikonsumsi rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani seperti untuk bibit atau makanan ternak, (4) digunakan untuk pembayaran, dan (5) untuk disimpan. Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus di kalikan dengan harga yang

(10)

berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkatpetani. Sementara pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun harga-harga faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya

Menurut Soekartawi (2006), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaa dengan total biaya per usahatani.

Pernyataan di atas dapat di rumuskan sebagai berikiut : Pd = TR-TC Keterangan : Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total penerimaan TC = Total Biaya d. Efisiensi Usahatani

Efisiensi dalam produksi merupakan ukuran perbandingan antara output dan input. Konsep efisiensi diperkenalkan oleh michael Farell dengan mendefinisikan sebagai kemampuan organisasi produksi untuk menghasilkan produksi tertentu pada tingkat biaya minimum (Kusumawardani,2002).

Soekartawi (2003) menerangkan bahwa dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisiensi ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis,efisiensi alokatif atau harga dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis ini mencakup mengenai hubungan antara input dan output. Suatu perusahaan dikatakan efisien secara teknis bilamana produksi dengan output terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa input saja. Efisiensi alokatif menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Efisiensi alokatif ini

(11)

terjadi bila perusahaan memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen.

Soekarwati (2003), menyatakan efisiensi penggunaan input (sarana produksi dan tenaga kerja) diperoleh jika nilai produk merginal sarana dan tenaga kerja sama dengan harga sarana produksi dan tenaga kerja tersebut R/C adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya, di tulis sebagai berikut :

E = R/C keterangan : E = efisiensi R = Penerimaan C = Biaya Kriteria :

R/C Ratio > 1, usahatani padi di lahan pasang surut sudah efisien R/C Ratio < 1, usahatani padi di lahan pasang surut tidak efisien Efisien pada dasarnya merupakan alat pengukur untuk menilai pemilihan kombinasi input-output. Menurut Soekartawi, (1993) ada tiga kegunaan mengukur efisiensi :

(1) Sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relatif, mempermudah perbandingan antara unti ekonomi satu dengan yang lainnya.

(2) Apabila terdapat variasi tingkat efisiensi dari beberapa unit ekonomi yang ada maka dapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktor-faktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi,

(3) Informasi mengenai efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena manejer dapat menentukan kebijakan yang tepat.

Peningkatan keuntungan dapat dilakukan oleh petani dengan usahatani yang efisien. Konsep efisien ini dikenal dengan konsep efisien teknis (technical efficiency), efisien harga (price efficiency), dan efisien ekonomi (economic efficiency). Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalikasikan faktor produksi sedemikian rupa

(12)

sehingga hasil yang tinggi bisa dicapai. Bila petani mendapatkan hasil yang besar dari usahataninya, misal karena pengaruuh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalikasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Cara seperti ini dapat ditempuh, misal membeli faktor produksi saat harga murah menjual hasil saat harga relatif tinggi. Maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamaan. Situasi yang demukian disebut dengan efisiensi ekonomi (Daniel, 2002)

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Secara garis besar, ada dua bentuk usahatani yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, etate, enterprise). Usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usahatani keluarga yang tujuan akhirnya adalah pendapatan keluarga. Konsep biaya usahatani yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya alat-alat luar. Adapun yang termasuk biaya alat-alat luar adalah :

1. Jumlah upah tenaga luar yang berupa uang dan bahan makanan.

2. Pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang, misalnya untuk pajak, pengangkutan, dan lain-lain. 3. Pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepentingan usahatani.

Berdasarkan uraian di atas, kerangka teori pendekatan masalah dapat dilihat sebagai berikut :

(13)

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Besarnya pendapatan usahatani yang diterima oleh petani dipengaruhi oleh produksi dan biaya dalam usahatani. Biaya disini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan atau disebut biaya ekplisit, misalanya upah tenaga kerja luar, sarana produksi, dan irigasi. Penerimaan usahatani padi dapat diperoleh dengan mengalikan seluruh produksi padi di lahan pasang surut dengan harga per kilogram padi. Pendapatan usahatani yaitu selisih dari penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Efisiensi usahatani padi merupakan perbandingan antara total penerimaan usahatani padi dengan total biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi. Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara penerimaan dikurangi dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani.

Efisiensi Pendapatan

Penerimaan Produksi Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut

Harga Biaya Usahatani Tenaga Kerja Luar Sarana Usahatani Irigasi

(14)

D. Asumsi-Asumsi

1. Petani berusaha memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. 2. Hasil panen padi dijual seluruhnya.

3. Harga sarana produksi maupun hasil produksi dihitung berdasarkan harga setempat yang berlaku pada saat penelitian.

E. Pembatasan Masalah

Penelitian usahatani padi ini dilakukan di Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri di lahan pasang surut di sekitar Waduk Gajah Mungkur. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Juni April 2015. Dengan meneliti usahatani yang diusahakan pada masa tanam bulan Agustus 2014 sampai Desember 2014, dari persiapan lahan sampai dengan panen. Petani yang menjadi sampel adalah petani yang mengusahakan usahatani padi dan mempunyai hak guna lahan di lahan pasang surut di sekitar Gajah Mungkur.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usahatani padi di lahan pasang surut adalah kegiatan membudidayakan tanaman padi di lahan pasang surut di sekitar Waduk Gajah Mungkur. 2. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani padi

dihitung dalam satuan kilogram (Kg).

3. Harga adalah nominal nilai dari suatu hasil produksi atau barang yang dihitung dalam rupiah (Rp).

4. Penerimaan adalah keseluruhan hasil penjulan produksi padi yang diterima oleh petani (Rp/Ha/MT).

5. Biaya usahatani adalah pengeluaran dalam mengusahakan usahatani padi yang berupa benih, pupuk, irigasi, obat kimia, pajak, dan upah tenaga kerja yang dihitung dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

6. Benih adalah biji padi yang digunakan dalam satu musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram (Kg).

(15)

7. Pupuk adalah jumlah penggunaan pupuk yang digunakan dalam usahatani padi di lahan pasang surut dengan satuan kilogram (Kg). Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang serta pupuk anorganik yang digunakan yaitu pupuk urea, NPK, TSP, dan Phonska.

8. Irigasi adalah jumlah pengairan yang diperlukan dalam usahatani padi lahan pasang surut (Rp).

9. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja luar yang digunakan dalam usahatani padi dalam satu musim tanam, dengan satuan HKP.

10. Obat kimia adalah senyawa kimia yang digunakan dalam usahatani padi seperti pestisida dan herbisida dengan satuan liter.

11. Pajak adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun atas tanah yang dimiliki yang dihitung dalam rupiah per tahun (Rp/Thn).

12. Pendapatan adalah pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani padi. Pendapatan diperoleh melalui pengurangan penerimaan yang didapatkan dari penjualan produksi padi dengan seluruh biaya selama proses produksi (Rp/Ha/MT).

13. Efisiensi adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya usahatani padi di lahan pasang surut.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Referensi

Dokumen terkait

bidang yang terdiri dari standar pelayanan bidang pembinaan narapidana dan pelayanan tahanan, bidang keamanan dan ketertiban, bidang kesehatan dan

NAMA PEGAWAI N.I.P / N.R.K STAPEG/KOJAB/GOL STW JUAN JIWA GAPOK TUNRI TUNAK T.J.U T.P.P PENGHASILAN TUNJAB TUNFUNG BULAT TUNRAS TUNPPH JUMKOT POTONGAN POTRAS IURAN WAJIB POTPPH

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa ditemukan klasifikasi jenis warung kopi yang ada di kota Makassar, disini pe- neliti mengklasifikasi warung kopi

Berdasarkan metode pembuatan pembuatan dan jumlah untaian tali rami dikelompokan menadi tali polos dan tali kabel. Yang terakhir terbuat dari lilitan 3 buah lilitan yang berbeda.

Setiap individu dalam populasi akan mengalami perubahan genetik melalui mutasi dan kawin silang untuk membentuk individu baru dengan nilai ketahanan yang baru

Tujuan Metode Melakukan EPC Delphi Monte Carlo Arena proses bisnis Re-enggineering dari bedah Objek Tujuan Metode bangsal rumah √ √ √ sakit untuk Melakukan proses bisnis

Antara lain karena faktor-faktor sebagai berikut: (1) Pemerintahan Daerah di Indonesia menganut asas desentralisasi dan otonomi yang memberi keleluasaan bagi daerah untuk

Apakah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan secara