• Tidak ada hasil yang ditemukan

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1. Geografis dan Kondisi Fisik

Kota Yogyakarta terletak di koordinat 110’24'19"-110’28'53" Bujur Timur dan 07’49'26" – 07’15'24" Lintang Selatan. Luas Kota Yogyakarta adalah sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta dialiri oleh 3 sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian barat kota. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalamTabel berikut:

Tabel 2. 1. Air Permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak Oyo

No Nama DAS  Sub Das Luas (ha)

1 Opak Oyo  SUB DAS OPAK SUB DAS OYO I SUB DAS WINONGO

48,659.08 75,473.20 13,920.36

Sumber: Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo, 2009

DAS Opak Oyo terdiri dari 3 sub DAS antara lai Sub DAS Opak, Sub DAS Oyo dan Sub DAS Winongo. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan gambar peta DAS Opak Oyo pada sebagai berikut.

(2)
(3)

Kota Yogyakarta yang merupakan bagian dataran lereng Gunung Merapi secara umum memiliki topografi datar. Sebesar 88,94% lahan berada pada kemiringan 0-2%, 9,64% berada pada kemiringan 2-15%, dan 1,09% berada pada kemiringan 15-40%, serta sisanya 0,34% berada pada kemiringan diatas 40%. Lebih lengkapnya terdapat dalam Tabel . berikut:

Tabel Luas Wilayah Kota Yogyakarta Berdasarkan Kemiringan Lahan

No Kecamatan Luas berdasarkan lereng / kemiringan lahan 0 – 2% 2 – 15% 15 – 40% > 40% 1 Mantrijeron 244,4342 12,1800 4,3858 0 0 2 Kraton 140,0000 0 0 0 3 Mergangsan 105,0550 25,9450 0 0 4 Umbulharjo 764,5430 45,0400 1,6600 0,7300 5 Kotagede 277,800 23,2600 2,5200 3,9400 6 Gondokusuman 328,5800 67,7600 2,6600 0 7 Danurejan 75,8600 27,6400 5,9400 0,5600 8 Pakualaman 63,0000 0 0 0 9 Gondomanan 105,9200 6,0800 0 0 10 Ngampilan 50,9200 31,0800 0 0 11 Wirobrajan 147,3500 21,2600 6,0600 1,3300 12 Gedongtengen 84,4400 8,3200 2,8200 0,4200 13 Jetis 148,3200 20,7400 0,4800 0,4600 14 Teglarejo 254,6600 24,0200 8,8200 3,5000 Jumlah 2.890,3892 313,3200 35,3458 10,9400

Sumber: Badan Pertanahan Kota Yogyakarta, 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua kecamatan di Kota Yogyakarta terletak di daratan yang datar. Kecamatan Kraton dan Pakualaman yang merupakan pusat pemerintahan pada zaman Keraton Yogyakarta merupakan dua kecamatan yang semua wilayahnya terletak di lahan yang datar (flat). Kemiringan lereng landai (2-15%) terluas berada di kecamatan Gondokusuman (67,76 ha) dan Umbulharajo (45,04 ha). Lahan dengan kemiringan lereng curam yang terluas berada di Kecamatan Tegalrejo (8,82 ha), Wirobrajan (6,06 ha) dan Danurejan (5,94). Kemiringan lereng akan sangat berpengaruh terhadap perancangan sistem drainase, karena sifat air yang mengalir menuju tempat yang rendah mengikuti hukum grafitasi. Lahan dengan

(4)

kemiringan datar akan membuat perencanaan drainase dan pembuangan limbah menjadi lebih kompleks karena air cenderung sulit mengalir di tempat datar.

Sebagian wilayah Kota Yogyakarta berada pada ketinggian kurang dari 100 meter dpa (1.657 Ha), sementara sisanya sebesar 1.593 Ha berada pada ketinggian antara 100-700 meter dpa. Kecamatan yang semua wilayahnya terletak pada ketinggian diatas 100 - 700 m merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara Kota Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan Kota Yogyakarta merupakan dataran lereng gunung merapi yang terletak di bagian utara. Wilayah yang memiliki ketinggian 100 m – 700 m dari permukaan laut tersebut berada di kecamatan Mergangsan, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gedongtengen, Jetis dan Tegalrejo. Sedangkan kecamatan yang terletak semua wilayahnya berada pada di ketinggian 0-100 m dpa adalah kecamatan Mantrijeron dan Kraton. Data ketinggian wilayah secara lengkap tersaji pada Tabel berikut:

Tabel Luas Wilayah Kota Yogyakarta Berdasarkan Ketinggian

No Kecamatan Ketinggian 50 – 100 m 100 – 700 m 1 Mantrijeron 261,0000 0 2 Kraton 140,0000 0 3 Mergangsan 202,1050 28,8950 4 Umbulharjo 604,6456 205,3544 5 Kotagede 302,4915 4,5085 6 Gondokusuman 0 399,0000 7 Danurejan 0 110,0000 8 Pakualaman 0 63,0000 9 Gondomanan 41,8925 70,1075 10 Ngampilan 30,7500 51,2500 11 Wirobrajan 72,4263 103,5737 12 Gedongtengen 0 96,0000 13 Jetis 0 170,0000 14 Teglarejo 0 291,0000 Jumlah 1.657,3109 1.592,6891

Sumber : Badan Pertanahan Kota Yogyakarta, 2011

Keberadaan Gunung Merapi juga berpengaruh terhadap jenis tanah Kota Yogyakarta. Jenis tanah yang terdapat di Kota Yogyakarta adalah tanah regosol yang terbentuk dari

(5)

muntahan abu vulkanik gunung merapi. Kota Yogyakarta terletak di formasi batuan Sedimen Old Andesit.

Karena Kota Yogyakarta rata-rata berada pada ketinggian kurang dari 100 m dpl, maka keberadaan air tanah relatih banyak. Berikut disajikan data terkait ketersediaan air tanah pada tabel berikut ini.

Tabel Kondisi Air Tanah Kota Yogyakarta

Tahun Air Baku Utama Produksi Debit Hasil lt/det

2004 Air Tanah 17535644 556,05

2005 Air Tanah 18635137 590,92

2006 Air Tanah 17743192 562,63

2007 Air Tanah 18415649 583,96

2008* Air Tanah 14310264 453,78

Sumber : Data Fungsi Kota Yogyakarta Tahun 2010

Berdasarkan pengamatan di lima stasiun pengamatan hujan Kota Yogyakarta mengalami musim hujan dengan curah hujan yang besar terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Bulan Maret setiap tahunnya, seperti terlihat pada tabel 2.54 di bawah ini.

Tabel Data Klimatologi dan Curah Hujan di Lima Stasiun Hujan Kota Yogakarta

BULAN KB

DONGKELAN PDAM Nitikan Tegalrejo RATA-RATA

JML JML JML JML JML JML JML JML JML JML (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) Januari 147.5 18 335 23 1025 13 277.4 11 446.2 16 Februari 230.5 19 297 24 951 20 417 15 437.9 20 Maret 115.5 12 376 25 1045 11 7 26 385.9 19 April 174 15 234 19 1605 9 64 6 519.3 12 Mei 145.5 8 140 13 275 10 20 5 145.1 9 Juni 29 2 60 5 264 4 50.5 2 100.9 3 Juli 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Agustus 0 0 0 0 60 7 0 0 15 1 September 0 0 11 3 180 17 0 0 47.8 5 Oktober 15 4 65 4 273 15 0 0 88.3 6 November 94.5 11 173 10 420 26 0 7 171.9 14

(6)

BULAN KB

DONGKELAN PDAM Nitikan Tegalrejo RATA-RATA

JML JML JML JML JML JML JML JML JML JML (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) Desember 75.5 7 141 12 436 28 147 10 199.9 14 Jumlah 1027 97 1832 138 6534 160 983 82 2594. 0 119 2008 1212 119 2222 167 7903 253 1130 99 3116. 7 160 2007 1622 99 2219 128 1949 64 1859 116 1912. 3 102

Sumber : Data Fungsi Kota Yogyakarta Tahun 2010

2.1.2. Administratif

Secara administratif, Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Sleman

Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul

(7)
(8)

Kota Yogyakarta meliputi 14 kecamatan dan 614 kelurahan, 614 RW, dan 2524 RT 1583. Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 8,12 km2 atau sebesar 24,98% dari luas Kota Yogyakarta. Kecamatan Umbulharjo merupakan dengan kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak, yaitu sebanyak 7 kelurahan. Selain Kecamatan Umbulharjo, kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak berikutnya adalah Gondokosuman (3,99 ha) dengan 5 kelurahan. Kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Pakualaman dengan luas 0,63 km2 atau sebesar 1,94% dari total wilayah Yogyakarta, dan meliputi 2 kelurahan. Selain Kecamatan Pakualaman, kecamatan lain yang memiliki luas wilayah yang kecil adalah Gondomanan (1,12 km2), Ngampilan (0,82 km2) dan Gedongtengen (0,96 km2). Lebih lengkapnya tentang luas dan pembagian wilayah administrasi Kota Yogyakarta dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. 2. Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan

No Kecamatan Kelurahan Luas area (km2) Luas Wilayah (%) Jumlah RW Jumlah RT 1 Mantrijeron 3 2,61 8,03 55 230 2 Kraton 3 1,40 4,31 43 175 3 Mergangsan 3 2,31 7,11 60 216 4 Umbulharjo 7 8,12 24,98 83 326 5 Kotagede 3 3,07 9,45 40 1 6 Gondokusuman 6 3,99 12,28 65 275 7 Danurejan 3 1,10 3,38 43 160 8 Pakualaman 2 0,63 1,94 19 83 9 Gondomanan 2 3,99 12,28 31 110 10 Ngampilan 2 0,82 2,52 21 120 11 Wirobrajan 3 1,76 5,42 34 165 12 Gedongtengen 2 0,96 2,95 37 144 13 Jetis 3 1,70 5,23 37 167 14 Teglarejo 4 2,91 8,95 46 188 Jumlah 45 32,50 100,00 614 2.524

(9)

2.2. Demografi

Jumlah penduduk Kota Yogyakarta berdasarkan perhitungan tahun 2010 adalah sebesar 388.627 jiwa, yang terdiri dari 189.137 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 199.490 perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 32,50 km2, kepadatan penduduk rata-rata kota Yogya adalah sebesar 11.958 jiwa per kilometer persegi. Lebih lengkapnya data jumlah dan kepadatan penduduk Kota yogyakarta tahun 2011, dapat dilihat dalam Tabel 2. 3. berikut :

Tabel 2. 3. A. Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2011

No. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk laki laki Jumlah penduduk perempuan Jumlah penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1 Mantrijeron 2,61 15.190 16.077 31.267 11.980 2 Kraton 1,41 8.329 9.142 17.471 12.479 3 Mergangsan 2,31 14.375 14.917 29.292 12.681 4 Umbulharjo 8,12 37.114 39.626 76.743 9.451 5 Kotagede 3,07 15.516 15.636 31.152 10.147 6 Gondokusuman 3,99 21.915 23.378 45.293 11.352 7 Danurejan 1,01 9.020 9.322 18.342 16.675 8 Pakualaman 0,63 4.517 4.799 9.316 14.787 9 Gondomanan 1,12 6.095 6.934 13.029 11.633 10 Ngampilan 0,82 7.600 8.720 16.320 19.902 11 Wirobrajan 1,76 12.572 12.268 24.840 14.144 12 Gedongtengen 0,96 8.177 9.088 17.185 17.901 13 Jetis 1,70 11.451 12.033 23.454 13.796 14 Teglarejo 2,91 17.266 17.657 34.293 12.001 Jumlah 32,50 189.137 199.490 388.627 11.958

Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2011

Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, yaitu sebesar 76.743 jiwa. Kecamatan berikutnya yang memiliki jumlah penduduk besar adalah Kecamatan Gondokusuman dengan 45.293 jiwa, dan Kecamatan Tegalrejo dengan 34.293 jiwa. Besarnya jumlah penduduk di 4 kecamatan tersebut disebabkan karena luasnya wilayah administrasi kecamatan tersebut. Kecamatan Umbulharjo,

(10)

besar. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu kecamatan pakualaman dengan jumlah penduduk 9.316 jiwa. Kecamatan lainnya yang memiliki jumlah penduduk kecil adalah kecamatan Gondomanan (13.029 jiwa) dan Ngampilan (16.320 jiwa).

Gambar Peta Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011

Kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011 adalah 11.958 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Ngampilan yaitu sebesar 19.902 jiwa/km2. Kecamatan lain dengan kepadatan penduduk tinggi adalah kecamatan Gedongtengen (17.901 jiwa) dan Danurejan (16.675 jiwa). Keberadaan pusat perdagangan dan wisata Kota Yogyakarta yaitu kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo dan Kraton yang dekat dengan tiga kecamatan tersebut, membuat penduduk memilih ketiga kecamatan tersebut menjadi tempat bermukim. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk rendah adalah kecamatan Umbulharjo dengan kepadatan 9.451 jiwa/km2, dan kecamatan Kotagede dengan 10.147 jiwa/km2.

(11)

Gambar Peta Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011

Laju pertumbuhan penduduk kota yogyakarta tahun 2010 adalah minus 2,24%. Menurunnya pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta dapat disebabkan karena beberapa hal. Migrasi penduduk yang tinggi ke Kabupaten lain di sekitar Kota Yogya dapat menjadi penyebab utama. Kepadatan penduduk yang tinggi, dan mahalnya harga lahan di Kota Yogyakarta, dan mudahnya akses menuju dan keluar Kota Yogya membuat keluarga baru memilih untuk bertempat tinggal di luar Kota Yogyakarta, seperti kabupaten Sleman, dan Bantul. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah perumahan baru di Kabupaten Sleman dan Bantul dalam 2 dasawarsa terakhir. Keberhasilan pemerintah kota yogyakarta menekan laju pertumbuhan penduduk juga disebabkan suksesnya implementasi programa keluarga berencana.

Tabel 2. 3. B. Pertumbuhan Penduduk Kota Yogya Tahun 1971 - 2015

No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Pertumbuhan penduduk (%) 1 1971 340.908 10.489 0,90 1980 398.192 12.252 1,72

(12)

No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Pertumbuhan penduduk (%) 3 1990 412.059 12.679 0,35 4 1995 418.944 12.891 0,33 5 2000 397.398 12.228 -0,37 6 2005 435.236 13.392 1,87 7 2010 388.627 11.958 -2,24 8 2015* 346.558 10.664 -2,24 *Proyeksi penduduk

Sumber: Kota Yogyakarta Dalam angka 2011

Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, dengan asumsi angka pertumbuhan penduduk masih berada pada angka -2,24%. Jumlah penduduk kota Yogyakarta akan menurun menjadi 346.558 dengan kepadatan 10.664 jiwa/km2. Perhitungan proyeksi jumlah pertumbuhan penduduk dilakukan dengan menggunakan metode geometrik (bunga berganda). Asumsi yang digunakan dalam penentuan metode tersebut adalah laju pertumbuhan penduduk sama untuk setiap tahunnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam proyeksi penduduk :

Pn = Po (1+r)

n Keterangan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun n Po = jumlah penduduk pada tahun o r = pertumbuhan penduduk n = periode waktu dalam tahun

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1. Realisasi APBD

Sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam perencanaan APBD terdapat target pendapatan daerah yang merupakan capaian yang harus diperoleh, sedangkan pada akhir tahun anggaran, diketahui realisasi penerimaan atas pendapatan daerah. Berdasarkan data tahun 2010, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta dalam realisasinya mampu menyumbangkan sebesar 22% dari total realisasi pendapatan daerah. Sementara porsi terbesar berasal dari Dana Perimbangan sebesar 59,43%

(13)

dari total pendapatan daerah, sedangkan sisanya merupakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 18,57%.

Proporsi Dana Perimbangan cenderung menurun dari tahun 2007-2010. Pada tahun 2007, proporsi Dana Perimbangan mencapai 71,33% dan pada tahun 2010 turun menjadi 59,43%. Penurunan proporsi dana perimbangan ini belum menunjukkan kemandirian daerah. Penurunan proporsi dana perimbangan yang relatif besar tidak diikuti peningkatan proporsi PAD yang sebanding. Selama tahun 2007-2010, pergeseran proporsi PAD hanya berkisar 3,4%. Proporsi PAD pada tahun 2007 adalah sebesar 18,5% dan pada tahun 2010 menjadi 22%. Pergeseran proporsi pendapatan yang signifikan bersumber dari Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pada tahun 2007, proporsinya hanya sebesar 10,13% dan pada tahun 2010 mencapai 18,57%. Pergeseran yang besar ini disebabkan karena adanya peningkatan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus terkait dengan dana transfer daerah untuk tunjangan profesi guru PNSD dan tambahan penghasilan untuk guru PNSD.

Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama tahun 2007-2010, rata-rata pertumbuhannya mencapai 9,83%/tahun. Pertumbuhan yang tertinggi adalah Lain-lain Pendapatan Yang Sah, yang rata-rata pertumbuhannya mencapai 34,39%/tahun. Tingginya pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta Pendapatan Hibah. Sementara itu, pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan masing-masing sebesar 16,29%/tahun dan 3,34%/tahun.

(14)

(15)

Tabel 2. 4. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 Uraian 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan Rp % Rp % Rp % Rp % PENDAPATAN ASLI DAERAH 114.098.350.942 18,53 132.431.571.515 18,39 161.473.838.210 21,53 179.423.640.058 22,00 16,29 1. Pajak 54.783.202.892 8,90 62.452.770.490 8,67 71.852.539.011 9,58 78.254.579.242 9,60 12,62 2. Retribusi 29.197.466.013 4,74 34.940.602.210 4,85 23.497.748.962 3,13 32.214.650.779 3,95 3,33 3. Hasil perusahaan daerah 8.783.239.360 1,43 8.454.823.854 1,17 10.218.454.601 1,36 11.031.304.700 1,35 7,89

4. Lain lain PAD 21.334.442.678 3,47 26.583.374.960 3,69 55.905.095.636 7,45 57.923.105.336 7,10 39,51

DANA PERIMBANGAN 439.159.224.538 71,33 504.741.154.863 70,08 517.366.876.957 68,98 484.628.282.720 59,43 3,34

1. Dana bagi hasil pajak

& Bukan Pajak 47.329.224.538 7,69 61.245.922.863 8,50 66.530.546.957 8,87 75.585.120.720 9,27 16,89

2. Dana Alokasi Umum

(DAU) 365.042.000.000 59,29 411.257.232.000 57,10 414.345.330.000 55,25 395.444.062.000 48,49 2,70

3.Dana Alokasi Khusus

(DAK) 26.788.000.000 4,35 32.238.000.000 4,48 36.491.000.000 4,87 13.599.100.000 1,67 -20,23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 62.391.277.000 10,13 83.080.206.970 11,53 71.148.301.200 9,49 151.444.001.874 18,57 34,39 1. Pendapatan Hibah 6.288.730.100 1,02 20.332.060.000 2,82 144.825.000 0,02 13.849.280.000 1,70 30,10 2. Dana Darurat - - 962.407.471 0,13 - - - - -

3.Dana bagi hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah daerah lainnya

(16)

Uraian 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan

Rp % Rp % Rp % Rp %

4. Dana Penyesuaian &

otonomi kusus 2.917.756.400 0,47 5.140.227.999 0,71 10.831.673.400 1,44 81.353.699.000 9,98 203,23

5. Bantuan Keuangan dr

Prop/ Pemda Lainya 15.604.974.000 2,53 13.312.400.000 1,85 14.112.400.000 1,88 7.250.000.000 0,89 -22,55

PENDAPATAN DAERAH 615.648.852.480 100,00 720.252.933.348 100,00 749.989.016.367 100,00 815.495.924.652 100,00 9,82

(17)

Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi di Kota Yogyakarta lebih difokuskan pada sub sektor Air Limbah, Drainase, dan Persampahan. Total anggaran yang dialokasikan Kota Yogyakarta dalam 5 tahun terakhir sebesar 99.634.386.378,00 rupiah. Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total APBD Kota Yogyakarta dalam 5 tahun sebesar 2,74.

Anggaran sanitasi terbesar dialokasikan untuk penanganan drainase kota baik dari pengadaan/pembuatan, peningkatan maupun pemeliharaan. Total anggaran yang dialokasikan untuk sub sektor drainase di Kota Yogyakarta sebesar 38.954.793.802,00 rupiah. Sedangkan untuk penanganan sanitasi terkait dengan air limbah, anggaran akan direncanakan pada pelaksanaan tahun ke 3 dan seterusnya. Oleh karena itu, anggaran untuk sub sektor air limbah lebih kecil jika dibandingkan dengan anggaran untuk sub sektor sanitasi yang lain, yaitu sebesar 4.216.694.300,00 rupiah.

Berdasarkan hasil perhitungan total belanja modal sanitasi dan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta, maka dapat diketahui rata-rata belanja modal sanitasi per penduduk, yaitu 393.800,00 rupiah. Keterangan belanja modal sanitasi di Kota Yogyakarta dalam 5 (lima) tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(18)

Tabel 2. 5. Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi Per Penduduk 5 (Lima) Tahun Terakhir No Subsektor/SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 A Air Limbah - - 773.615.300,00 1.533.402.500,00 1.909.676.500,00 B Persampahan 5.779.619.169,00 4.085.216.000,00 3.285.560.000,00 3.410.305.000,00 3.480.109.000,00 C Drainase 5.311.918.220,00 11.395.464.300,00 9.094.216.500,00 3.672.233.570,00 9.480.961.212,00 1 DPU Pengairan 824.358.870,00 2.580.198.000,00 2.887.260.000,00 - - 2 PU-CK - - - - - 3 KLH 5.524.368.442,00 4.073.566.600,00 5.213.759.300,00 4.950.049.500,00 5.760.604.095,00 4 Kimtaru 851.050.000,00 1.653.315.000,00 803.920.000,00 351.554.600,00 948.084.700,00

D Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi,

komunikasi, pendampingan) - - - - -

E Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) 18.291.314.701,00 23.787.759.900,00 22.058.331.100,00 13.917.545.170,00 21.579.435.507,00 F Total Belanja Modal Sanitasi dari

APBD murni (bukan pendamping) - - - - -

G Total Belanja APBD 615.648.852.480 720.252.933.348 749.989.016.367 815.495.924.652 - H Proporsi Belanja Modal Sanitasi

terhadap Belanja Total (9:10x100%) 2,97 3,30 2,94 1,71 -

I Jumlah penduduk 391.196 392.487 393.782 395.082 396.386

J Belanja Modal Sanitasi per penduduk

(E:I) 46.757,40 60.607,75 56.016,56 35.227,00 54.440,52

(19)

2.3.2. Peta Kapasitas Fiskal

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 54/PMK.07/2012 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam rangka Perencanaan Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2013, maka dapat diketahui bahwa Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,73 dengan kategori Tingkat Penyediaan DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) RENDAH. Sedangkan pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 244/PMK.07/2011, maka Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,3719 yang tergolong dalam Kategori RENDAH.

Tabel 2. 6. Data Kapasitas Fiskal Kota Yogyakarta

No Tahun Indeks

Kapasitas Fiskal Kategori Kebijakan

1 2005 0,8156 SEDANG 129/PMK.02/2005

2 2006 0,7493 SEDANG 73/PMK.02/2006

3 2007 0,4947 RENDAH

4 2011 0,3719 RENDAH 244/PMK.07/2011

5 2012 0,73 RENDAH 54/PMK.07/2012

Sumber: Menteri Keuangan Republik Indonesia

Peta Kapsitas fiskal yang diputuskan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 129/PMK.02/2005 Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,8156 dengan Kategori SEDANG dan Peta Kapasitas Fiskal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 73/PMK.02/2006 mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,7493 dengan Kategori SEDANG. Pada tahun 2007, Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,4947 dengan kategori RENDAH.

2.3.3. Pertumbuhan PDRB

Pada bagian ini adalah untuk melihat nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta selama 5 (lima) tahun kebelakang. Yaitu mulai tahun 2007 hingga tahun 2011. Nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta dilihat berdasarkan harga konstan dan harga berlaku.

Berdasarkan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta yang didasarkan harga konstan, sektor perdagangan, hotel dan restauran adalah sektor yang memberikan

(20)

sumbangan yang terbesar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Pada tahun 2007 sektor ini memberikan sumbangan sebesar 24,88% dengan nilai Rp. 1.188.152.000.000,- dan meningkat menjadi 25,49% dengan nilai Rp. 1.403.111.000.000,- pada tahun 2010. Sedangkan sektor-sektor lain yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB yaitu sektor jasa-jasa (20,63% pada tahun 2010), sektor pengangkutan dan komunikasi (19,83% pada tahun 2007) dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan (14% pada tahun 2010).

Dilain pihak terdapat pula sektor yang mengalami penurunan sumbangannya terhadap PDRB Kota Yogykarta. Sektor tersebut adalah sektor pertanian. Pada tahun 2007 sumbangan sektor pertanian sebesar 0,4% dan pada tahun 2010 menurun menjadi 0,32%. Penurunan ini disebabkan karena semakin menyempitnya lahan pertanian di Kota Yogyakarta sehingga produksi hasil pertanian juga semakin menurun. Sektor-sektor lain yang mengalami penurunan sumbangan terhadap PDRB antara laian Sektor-sektor pertambangan dan penggalian (0% pada tahun 2010) dan sektor industri pengolahan (0,01% pada tahun 2010). Terkait dengan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 7. A. Data Perekonomian Umum Daerah

Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 (juta rupiah) Sektor 2007 2008 2009 2010 (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian 19.209 0,4 18.140 0,36 17.359 0,33 17.455 0,32 Pertambangan & penggalian 279 0,01 258 0,01 265 0,01 272 0 Industri pengolahan 539.154 11,29 543.050 10,82 549.574 10,48 594.845 0,01

Listrik,gas & air

bersih 64.197 1,34 65.488 1,3 67.212 1,28 68.725 1,25

Konstruksi 390.323 8,17 412.972 8,22 413.965 7,89 421.855 7,66

Perdagangan, hotel &

restoran 1.188.152 24,88 1.253.972 25 1.332.070 25,4 1.403.111 25,49

Pengangkutan &

komunikasi 910.568 19,06 984.783 19,61 1.055.067 20,12 1.091.812 19,83

Keuangan, sewa, &

(21)

Sektor 2007 2008 2009 2010

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

Jasa-jasa 1.012.551 21,2 1.046.615 20,84 1.077.364 20,54 1.135.751 20,63

PDRB 4.776.401 100 5.021.149 100 5.244.851 100 5.504.486 100

Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010

Sedangkan untuk nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB yang didasarkan pada harga berlaku, sektor jasa-jasa adalah sektor yang memberikan sumbangan terbesar yaitu24,63% pada tahun 2007 dengan nilai Rp. 2.118.045.000.000,- dan meningkat menjadi 24,86% pada tahun 2010 dengan nilai Rp. 2.908.302.000.000,-. Dan sektor-sektor lain yang memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yang didasarkan pada harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel dan restauran (23,75% pada tahun 2010), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,69% pada tahun 2010).

Sumbangan PDRB terendah berdasarkan harga berlaku berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yaitu 0,01% pada tahun 2007 dengan nilai sebesar Rp. 497.000.000,- dan pada tahun 2010 dengan persentase yang sama yaitu 0,01% dengan nilai Rp 566.000.000,-. Dan sektor-sektor lain yang mengalami penurunan yaitu sektor pertanian (0,28% pada tahun 2010), sektor industri pengolahan (10,05% pada tahun 2010) dan sektor konstruksi (7,97% pada tahun 2010). Berikut ini tabel nilai dan kontribusi dalam PDRB berdasarkan harga berlaku Kota Yogyakarta sebagai berikut:

Tabel 2. 7. B. Data Perekonomian Umum Daerah

Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 (juta rupiah) Sektor 2007 2008 2009 2010 (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian 28.754 0.33 29.893 0,3 30.884 0,29 32.920 0,28 Pertambangan & penggalian 497 0,01 506 0,01 525 0,01 566 0,01 Industri pengolahan 866.747 10,08 964.476 9,83 1.049.608 9,91 1.175.980 10,05

Listrik,gas & air

bersih 158.783 1,85 183.821 1,87 202.338 1,91 215.193 1,84

(22)

Sektor 2007 2008 2009 2010

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

Perdagangan,

hotel & restoran 1.908.299 22,19 2.205.216 22,49 2.465.111 23,27 2.777.716 23,75 Pengangkutan &

komunikasi 1.508.399 17,54 1.684.221 17,17 1.720.323 16,24 1.835.817 15,69

Keuangan, sewa,

& jasa Perusahaan 1.269.579 14,76 1.502.387 15,32 1.628.995 15,38 1.800.227 15,39

Jasa-jasa 2.118.045 24,63 2.381.480 24,28 2.596.831 24,52 2.908.302 24,86

PDRB 8.599.468 100 9.806.813 100 10.591.262 100 11.697.527 100

Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010

Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor penyumbang PDRB terbesar di Kota Yogyakarta. Dan keberadaan sektor ini tersebar hampir diseluruh kecamatan di Kota Yogyakarta. Jika melihat sumbangan PDRB pada setiap kecamatan di Kota Yogyakarta, maka, masing-masing kecamatan memiliki nilai dan kontribusi yang berbeda beda terhadap PDRB Kota Yogyakarta. Berdasarkan pada harga konstan dan harga berlaku, Kecamatan Umbulharjo adalah kecamatan yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Sektor yang berkembangan pesat di Kecamatan Umbulharjo antara lain sektor jasa, sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor bangunan, serta sekto keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Kecamatan Umbulharjo berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 menyumbang 23,089% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 23,086%. Dan untuk kecamatan lain yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Gondokusuman ( 17,151% pada tahun 2010) dan Kecamatan Danurejan (9,109% pada tahun 2010). Sedangkan untuk pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta dari tahun 2007 cenderung meningkat yaitu 4,37% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 4,98% pada tahun 2010.

Berikut ini tabel distribusi PDRB per kecamatan terhadap total PDRB Kota Yogyakarta, tabel pertumbuhan PDRB per kecamatan Kota Yogyakarta dan tabel pertumbuhan perkapita Kota Yogyakarta.

(23)

Tabel Tabel 2. 7. C. Data Perekonomian Umum Daerah

Distribusi PDRB per Kecamatan Terhadap Total PDRB Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 (juta rupiah)

Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010

Tabel 2. 7. D. Data Perekonomian Umum Daerah

Tabel Persentase Pertumbuhan PDRB per Kecamatan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 No Kecamatan PDRB 2007 2008 2009 2010 HB (%) HK (%) HB (%) HK (%) HB (%) HK (%) HB (%) HK (%) 1 Mantrijeron 4,992 4,948 4,987 4,916 5,007 4,883 4,992 4.865 2 Kraton 2,6 2,61 2,572 2,595 2,563 2,574 2,584 2,585 3 Mergangsan 4,747 4,799 4,759 4,804 4,796 4,793 4.844 4.818 4 Umbulharjo 23,089 22,488 23,093 22,316 23,086 22,13 23,020 22,512 5 Kotagede 4,469 4,391 4,485 4,417 4,516 4,377 4.534 4,390 6 Gondokusuman 17,106 17,052 16,959 17,177 16,929 17,192 16,584 17,151 7 Danurejan 8,387 8,698 8,63 8,916 8,638 9,078 8,790 9,109 8 Pakualaman 1,221 1,253 1,207 1,25 1,219 1,258 1,222 1,251 9 Gondomanan 7,756 8,312 7,627 8,482 7,418 8,576 7,352 8,516 10 Ngampilan 2,431 2,514 2,221 2,225 2,243 2,206 2,259 2,213 11 Wirobrajan 5,966 5,892 5,931 5,839 5,911 5,785 5,812 5.,740 12 Gedongtengen 4,121 3,994 4,25 4,076 4,318 4,135 4,343 4,127 13 Jetis 7,757 7,64 7,867 7,706 7,902 7,744 7,920 7,732 14 Tegalrejo 5,358 5,321 5,412 5,281 5,454 5,269 5,743 5,306 Kota Yogyakarta 100 100 100 100 100 100 100 100 No Kecamatan Pertumbuhan PDRB 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%) 1 Mantrijeron 3,95 4,03 3,95 4,58 2 Kraton 4,95 4,69 4,95 5,42 3 Mergangsan 4,34 5,08 4,34 5,51 4 Umbulharjo 3,83 4,02 3,83 5,08 5 Kotagede 3,73 3,01 3,73 5,39 6 Gondokusuman 5,01 5,32 5,01 4,73 7 Danurejan 4,27 7,80 4,27 5,33 8 Pakualaman 4,62 5,03 4,62 4,40 9 Gondomanan 7,07 7,30 7,07 4,78 10 Ngampilan 2,45 2,91 2,45 5,34

(24)

Sumber : Data PDRB per Kecamatan 2007-2011

Tabel Pertumbuhan Perkapita per Kecamatan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010

Sumber : Data PDRB per Kecamatan 2007-2011 2.4. Tata Ruang Wilayah

Kota Yogyakarta merupakan kawasan perkotaan dengan potensi pendidikan, pariwisata dan pelayanan jasa serta perdagangan, telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sistem pusat-pusat pelayanan untuk Kota Yogyakarta direncanakan membentuk pusat kota, subpusat kota, dan pusat pelayanan lingkungan. Pusat Kota berlokasi di kawasan Kecamatan Danurejan, Kecamatan Gedongtengen, dan Kecamatan Gondomanan, subpusat kota tersebar di seluruh kecamatan dimana masing-masing kecamatan memiliki satu subpusat, sedangkan pusat pelayanan lingkungan tersebar di seluruh kelurahan dan sekitar kawasan permukiman. 12 Gedongtengen 4,79 7,37 4,79 4,75 13 Jetis 4,73 6,07 4,73 4,83 14 Tegalrejo 2,97 3,67 2,97 5,71 Kota Yogyakarta 4,47 5,12 4,47 4,98 No Kecamatan Pertumbuhan PDRB 2007 2008 2009 2010 1 Mantrijeron 6392,8 6392,8 6752,07 8567,4 2 Kraton 5590,2 5590,2 5922,17 8145,2 3 Mergangsan 6429 6429 6929,73 9056 4 Umbulharjo 13712,94 13712,94 14452,83 15893,4 5 Kotagede 66001,1 66001,1 6993,06 7759,6 6 Gondokusuman 14878,1 14878,1 15997,85 20849,9 7 Danurejan 18572,9 18572,9 20730,50 27,343 8 Pakualaman 4968,2 4968,2 5709,17 7394,9 9 Gondomanan 25126,0 25126,0 27786,09 36177,1 10 Ngampilan 5998,7 5998,7 5661,37 7466,7 11 Wirobrajan 9207,5 9207,5 9579,43 12723,3 12 Gedongtengen 9450,4 9450,4 10496,35 13221,4 13 Jetis 12231,9 12231,9 13102,70 18150,3 14 Tegalrejo 6320,2 6320,2 6618,57 8365,8 Kota Yogyakarta 10588,2 10588,2 11334,36 14167,8

(25)

Secara umum pola ruang Kota Yogakarta terdiri dari tiga kawasan antara lain kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan strategis.

Tabel Fungsi Pelayanan pada Tiap Kecamatan di Kota Yogyakarta

No Kecamatan Fungsi pelayanan A B C D E F G H

1 Keraton Wisata

Budaya/Sub Pusat Kota

√ √ √

2 Mantrijeron Sub Pusat Kota √ √ √

3 Mergangsan Sub Pusat Kota √ √

4 Umbulharjo Pusat

Administrasi Kota

√ √ √

5 Kotagede Sub Pusat Kota √ √ √ √ √ √

6 Gondokusuman Sub Pusat Kota √ √ √ √ √ √

7 Ngampilan Sub Pusat Kota √ √ √

8 Pakualaman Sub Pusat Kota √ √ √

9 Gondomanan Pusat Kota √ √ √ √ √ √

10 Danurejan √ √ √ √

11 Gedongtengen √ √ √ √

12 Wirobrajan Sub Pusat Kota √ √ √

13 Jetis Sub Pusat Kota √ √ √ √ √

14 Tegal Rejo Sub Pusat Kota √ √

Sumber : RTRW Kota Yogyakarta 2009-2029

Keterangan :

A. Pusat administrasi Provinsi

B. Pusat administrasi kota/kecamatan C. Pusat perdagangan, jasa dan pemasaran D. Pusat pelayanan sosial (kesehatan, agama dll)

E. Pusat produksi pengolahan

F. Pusat perhubungan dan komunikasi G. Pusat pendidikan

H. Pusat

Jika melihat pada aspek kebencanaan, Kota Yogyakarta sangat rawan terkena dampak bencana sekunder berupa aliran lahar dari Gunung Api Merapi. Gunung api Merapi terletak pada persilangan sesar utama Jawa dengan arah utara-selatan dan timur-barat sehingga menjadi salah satu gunung teraktif didunia, dengan periode letusan 2-7 tahun. Kota Yogyakarta dilewati oleh 3 sungai yang berhulu di Gunung Api Merapi dan sungai ini membelah Kota Yogyakarta. oleh karena itu, jika aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat maka ke tiga sungai ini berpotentensi terjadi banjir lahar. Kondisi di eksisting dilapangan di sepanjang tiga sungai ini banyak permukiman penduduk, sehingga sangat rawan terjadi bencana banjir lahar.

Potensi kebencanaan lainnya adalah terkait dengan sebelah selatan Pulau Jawa yang merupakan daerah pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.

(26)

Tabrakan lempeng ini dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain gempa bumi, tsunami dan longsor. Bagi Kota Yogyakarta, posisi ini menyebabkan Kota Yogyakarta sangat rawan untuk terjadi bencana gempa bumi jika terjadi tabrakan antar lempeng.

Sektor transportasi merupakan sektor terbesar di Kota Yogyakartayang memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara. Terjadinya kemacetan lalu lintas, menyebabkan turunnya efisiensi penggunaan bahan bakar yang mengakibatkan peningkatan kadar CO (Carbon monoksida) di udara ambient atau udara bebas. Besarnya kontribusi emisi sektor ini tidak saja ditentukan oleh volume lalu lintas dan jumlah kendaraan, tetapi juga oleh pola lalu lintas dan sirkulasinya di dalam kota, khususnya di daerah-daerah pusat kota dan perdagangan.

Berdasarkan pada potensi bencana Kota Yogyakarta, maka didalam RTRW Kota Yogyakarta tahun 2009-2029, maka ditetapkan rencana kawasan rawan bencana sebagai berikut.

1. Kawasan rawan longsor

Arahan pengelolaan kawasan kritis rawan longsor pada prinsipnya dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana. Arahan tersebut antara lain sebagai berikut :

 Pengendalian kegiatan budidaya di sekitar kawasan kritis rawan bencana longsor  Mengontrol pemanfaatan lahan pada daerah-daerah yang berlereng curam serta

mengupayakan tidak membangun rumah pada daerah-daerah tebing yang rawan longsor.

 Membuat tanggul pengaman pada daerah-daerah yang rawan longsor, atau pada bagian lereng yang dipotong untuk pembuatan jalan.

 Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan bencana tanah longsor dengan tanaman tahunan yang sekaligus dijadikan sebagai kawasan hijau (Hutan Kota/ jalur hijau).

 Selain itu pada kawasan-kawasan eksisting yang sangat rawan terhadap bahaya tanah longsor khususnya pada kawasan perumahan dan permukiman diarahkan untuk direlokasi ke kawasan lain yang aman dari bahaya terjadinya bencana. Adapun kawasan-kawasan yang diarahkan untuk direlokasi adalah kawasan perumahan dan permukiman yang berada di perbukitan yang ada di pinggir Sungai Code, Gajahwong dan Winongo.

(27)

Rencana Pengelolaan Kawasan Rawan Gempa sebagai berikut.

 Mengupayakan pembangunan gedung dengan konstruksi tahan gempa.  Membangun sistem peringatan dini bahaya tsunami.

 Membangun fasilitas-fasilitas evakuasi yang sangat berguna bila terjadi gempa maupun tsunami.

 Kawasan-kawasan rawan akan bencana gempa adalah kawasan di bagian selatan Kota Yogyakarta seperti di Kawasan-kawasan Keraton bagian selatan, Kawasan Kecamatan Mergangsan dan Kecamatan Umbulharjo.

 Kawasan untuk penanggulangan gempa apabila terjadi gempa di wilayah Kota Yogyakarta atau Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan ke Kota Yogyakarta Bagian Barat atau timur yaitu di kawasan Kecamatan Tegal Rejo dan Kecamatan Umbulharjo.

3. Kawasan rawan banjir

Arahan pengelolaan kawasan rawan banjir dapat diuraikan sebagai berikut: Pengendalian pemukiman di kawasan sempadan sungai Code, Gajahwong dan Winongo dan pengendalian larian air hujan di wilayah rendah.

 Melakukan pemeliharaan seluruh saluran drainase berupa pembersihan dari sampah dan memperbaiki struktur saluran.

 Membangun bangunan pengendali banjir seperti tanggul dan membangun saluran primer dan sekunder di wilayah-wilayah yang biasanya terkena banjir dan menghindari daerah lainnya dari kemungkinan tergenang.

 Melakukan pengerukan endapan, serta perelokasian kawasan terbangun (permukiman/ jasa dan niaga) yang mengganggu fungsi sungai.

 Mempertahankan keberadaan kolam air (kolam tandon) dan melakukan perluasan dan pembersihan lahan dari gangguan-gangguan.

 Meningkatkan pemahaman masyarakat berupa berbagai penyuluhan atau melalui media mengenai pentingnya keberadaan sungai/badan air.

 Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut

 Perlu ditetapkan PERDA sempadan sungai.

 Koordinasi antar instansi terkait di wilayah Pemda Kota Yogyakarta, Pemda Kabupaten Sleman dan Bantul untuk menjaga kawasan hutan lindung,

(28)

kawasan-4. Kawasan rawan polusi udara

Arahan pengelolaan kawasan rawan polusi udara Kota Yogyakarta sebagai berikut :  Membangun Hutan Kota di lahan reklamasi dengan menggunakan

tanaman-tanaman yang sesuai, seperti : pohon Bitung (Baringtonia sp) dan pohon Bahu (Hibiscus tiliacus).

 Memanfaatkan ruang-ruang yang terbuka menjadi Ruang Terbuka Hijau dengan memanfaatkan tanaman yang mampu menyerap polutan antara lain Cemara Kipas (Thuja orientalis).

 Menjadikan suatu persyaratan bagi bangunan-bangunan baru untuk menyediakan lahan tidak terbangun untuk dijadikan taman dan bagi bangunan-bangunan lama untuk dapat menyediakannya juga sesuai konsep Kota Yogyakarta: Clean and Green City.

 Membangun jalur hijau di sepanjang jalan yang masih terbuka (belum ditanami) dengan menggunakan tanaman-tanaman seperti Jamuju (Podocarpus imbricata), Mahoni (Sitenia macrophylla), Angsana dan Cemara Kipas (Thuja orientalis) dan tanaman hias, terutama di Jalan dengan sistem Boulevard dan ruas-ruas jalan lainnya.

 Meningkatkan fungsi tanaman/tanaman hias sebagai fungsi estetika, fungsi lindung (sebagai penyerap polutan) dan fungsi ekonomi yaitu dengan mendorong sektor swasta yang bergerak di bidang penjualan tanaman/tanaman hias di jalan protokol.

(29)

Buku Putih Sanitasi

Kota Yogyakarta

Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang &Pelayanan Kota Yogyakarta

(30)

Buku Putih Sanitasi Kota Yogyakarta

PETA POLA RUANG KOTA YOGYAKARTA

Gambar 2.3 Peta Pola Ruang Kota Yogyakarta

(31)

2.5. Sosial dan Budaya 2.5.1. Pendidikan

A. Jumlah Fasilitas pendidikan, Guru dan Murid

Salah satu indikator meningkatnya kualitas pendidikan di suatu wilayah adalah meningkatnya sarana pendidikan seperti sekolahan dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik. Di Kota Yogyakarta, jumlah tenaga pendidik untuk jenjang pendidikan TK/RA pada tahun 2007 sebanyak 972 dan pada tahun 2011 menjadi 1.081 orang. Untuk pendidikan SD/MI pada tahun 2007 sebanyak 3.244 pada tahun 2011 menurun menjadi 2.904 orang. Untuk tenaga pendidik SMA/SMK pada tahun 2007 sebanyak 3.549 dan pada tahun 2011 menjadi 3.594 orang. Peningkatan jumlah tenaga pendidik juga diikuti dengan meningkatnya jumlah pendidik yang bersertifikat sehingga dapat menghasilkan siswa siswi yang berkualitas dan berprestasi.

Rasio jumlah guru dan murid di Kota Yogyakarta tahun 2011 tergolong cukup bagus. Pada tingkat TK/RA, rasio guru dan murid adalah 11,01, menurun dibandingkan tahun 2007 yang lalu yang sebesar 12,05. Perbandingan guru dan murid pada tingkat SD pada tahun 2011 adalah 15,77. Rasio tersebut tidak mengalam perubahan dibandingkan dengan tahun 2007 yang lalu. Pada tingkat SMP/MTS perbandingan guru dan murid mengalami peningkatan, yaitu 11,92 tahun 2007 meningkat menjadi 12,42 tahun 2011. Sedangkan pada tingkat SMU/SMK perbandingan murid dan guru mengalami penurunan meskipun kecil yaitu 9,96 pada tahun 2007 menjadi 9,77 pada tahun 2011. Data jumlah tenaga guru, jumlah sekolah, murid, dan rasio guru murid dapat diperhatikan dalam Tabel 2. 8 berikut ini:

Tabel 2. 8. Data Fasilitas Pelayanan Pendidikan di Kota Yogyakarta Tahun 2007-2011

NO. URAIAN TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011 *

1.

Banyaknya sekolah (unit)

a. TK/RA 212 212 211 208 208

b. SD/MI 192 192 184 175 174

c. SMP/MTs 65 65 64 64 65

d. SMA/SMK/MA 81 82 82 81 84

(32)

NO. URAIAN TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 * b. SD/MI 3244 3025 2909 2.921 2.904 c. SMP/MTs 1965 1.809 1.988 1.852 1.888 d. SMA/SMK/MA 3.549 3.525 3.461 3.599 3.594 3.

Banyaknya murid/siswa (anak)

a. TK/RA 11.799 11.987 11.567 11.374 11.684

b. SD/MI 45.489 46.518 46.280 46.182 46.112

c. SMP/MTs 24.476 24.386 24.430 23.941 23.598

d. SMA/SMK/MA 34.304 35.736 35.610 35.318 35.685

4.

Rasio murid : guru (negeri & swasta)

a. TK/RA 12,05 12,48 12,81 11,24 11,01

b. SD/MI 15,78 15,64 15,4 15,83 15,77

c. SMP/MTs 11,92 12,46 12,28 12,29 12,42

d. SMA/SMK/MA 9,96 9,94 9,81 10,37 9,77

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, 2011 * : data hingga juni 2011

B. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Berikut disajikan data APM Kota Yogyakarta.

Tabel Angka Partisipasi Murni Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010

No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010

1. SD/MI 128% 126% 122% 119%

2. SMP/MTS 96% 93% 90% 89%

3. SMA/SMK/MA 87% 84% 81% 78%

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta,2011

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa APM Kota Yogyakarta untuk jenjang pendidikan SD pada tahun 2007 sebesar 128% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan 9% menjadi 119%. Demikian halnya dengan jenjang pendidikan SMP dimana pada tahun 2007 sebesar 96% dan tahun 2010 menjadi 89%. Sedangkan untuk

(33)

pendidikan SMA, juga mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 sebesar 87% dan pada tahun 2010 menjadi 78%.

Oleh karena itu untuk meningkatkan pelayanan pendidikan di Kota Yogyakarta dilakukan beberapa langkah antara lain adanya program Konsultasi Belajar Siswa (KBS) On line secara interaktif melalui media kbs.jogjakarta.go.id, Radio Anak, serta konsultasi langsung bagi siswa pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS) sebagai media bimbingan belajar bagi siswa serta peningkatan kinerja pembelajaran guru yang bermuara pada peningkatan daya serap siswa melalui program pembelajaran berbasis tekologi informasi (E-learning). Untuk memfasilitasi pelaksanaan program ini, telah dibangun situs “jogjacerdas.org” yang berisi materi pembelajaran dari jenjang sekolah dasar sampai dengan pendidikan menengah.

C. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Kualitas sumber daya manusia memililiki pernan yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi daerah. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kota Yogyakarta adalah kota pendidikan. Kota ini memiliki banyak pilihan untuk menempuh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Begitu banyaknya pilihan pendidikan di Kota Yogyakarta menjadikan kota ini sebagai kota tujuan untuk menempuh pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Meningkatnya kualitas pendidikan suatu kota/kabupaten akan berdampak positif terhadap meningkatnya pembangunan di kota/kabupaten tersebut. Kota yogyakarta sudah lama dikenal sebagai kota pelajar dan kota pendidikan. Hal tersebut dikarenakan budaya belajar yang tinggi dan juga didukung tersedianya fasilitas pendidikan yang cukup bagi masyarakat, seperti guru dan sekolah. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada tahun 2008-2010, sebagian besar masyarakat Yogyakarta merupakan lulusan SMA/SMK, yang lebih baik dari rata-rata tingkat pendidikan nasional, yaitu lulusan SMP/MTS. Tingkat pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta beragam. Berikut disajikan tabel tingkat pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta tahun 2008 hingga 2010.

(34)

Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 No Jenis Pendidikan 2008 (%) 2009 (%) 2010(%) 1 Belum tamat SD 10,67 15,78 15,78 2 SD/sederajat 16,4 18,17 18,17 3 SLTP/sederajat 15,65 16,4 16,4 4 SLTA/sederajat 41,05 37,59 37,59 5 Diploma I/II 1,27 0,89 0,89 6 Akademi/DIII 4,49 3,87 3,87 7 Perguruan tinggi 10,47 7,3 7,3

Sumber : BPS Kota Yogyakarta 2008-2010

Berdasarkan tabel tersebut, persentase masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi termasuk rendah yaitu 7,3%. Dan persentese terbesar yaitu 37,59% masyarakat Kota Yogyakarta memiliki tingkat pendidikan hingga SLTA. Meskipun demikian pemerintah kota akan terus meningkatkan tingkat pendidikan masyarakatnya hingga menempuh pendidikan tinggi.

D. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Pendidikan

Dilhat dari pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari angka melek huruf yang mendekati 100 % dan rata-rata lama sekolah sudah di atas wajib belajar 9 tahun. Selain itu dilihat dari Angka Partisipasi Kasar menunjukkan bahwa seluruh penduduk usia sekolah sudah menikmati pendidikan dari tingkat SD dan yang sederajat sampai dengan SMA dan yang sederajat.

Tabel Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010

No Indikator Pendidikan 2007 2008 2009 2010

1 Angka melek huruf 99,76 99,78 99,81 99,95

Jumlah penduduk usia diatas 15 yang bisa baca/tulis

362.514 370.175 373.616 376.143

Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

363.386 370.991 376.331 376.331

2 Angka rata-rata lama sekolah

11,00 11,40 11,50 11,50

3 Angka partisipasi kasar

(35)

No Indikator Pendidikan 2007 2008 2009 2010 Angka partisipasi kasar (APK) SD/MI/Paket A 142,91 143,29 139,31 137,80 Angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTS/Paket B 125,74 124,97 121,01 120,86 Angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C 115,33 108,82 106,99 106,03 4 Angka pendidikan yang ditamatkan 379.931 384.814 389.730 327.302

Sumber: BPS Kota Yogyakarta (Yogyakarta Dalam Angka) 2.5.2. Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta dari tahun 2007 hingga 2009 secara keseluruhan mengalami penurunan pada masing-masing kecamatan. Ini merupakan capaian yang cukup baik terutama dalam usaha mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum pada tahun 2007 hingga 2009, penduduk miskin Kota Yogyakarta terus berkurang dari 43.609 menjadi 34.152.

Pada tahun 2009 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin yang paling banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain adalah Kecamatan Umbulharjo dengan jumlah 3.382 penduduk. Selanjutnya adalah Kecamatan Tegalrejo dengan jumlah penduduk miskin sebesar 3.126 penduduk. Berbeda dengan Kecamatan Umbulharjo, penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman dan Kecamatan Keraton memiliki jumlah yang rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman sebesar 722, sedangkan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Keraton sebesar 1.650.

Tabel 2. 9. Jumlah Penduduk Miskin di Kota Yogyakarta

No Kecamatan Kelurahan

Jumlah Penduduk Miskin

2007 2008 2009

1 Tegalrejo Kricak 1792 1499 1163

Karangwaru 1004 960 762

Tegalrejo 920 865 687

(36)

No Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk Miskin 2007 2008 2009 2 Jetis Bumijo 1463 1505 1498 Cokrodiningratan 962 814 513 Gowongan 1137 1079 602 Jumlah 3562 3398 2613 3 Gondokusuman Demangan 588 468 482 Kotabaru 264 238 98 Klitren 606 569 589 Baciro 955 812 985 Terban 892 795 673 Jumlah 3305 2882 2827 4 Danurejan Suryatmajan 742 714 821 Tegalpanggung 2188 1860 1131 Bausasran 518 451 288 Jumlah 3448 3025 2240 5 Gedongtengen Sosromenduran 780 746 780 Pringgokusuman 2003 1998 1865 Jumlah 2783 2744 2645 6 Ngampilan Ngampilan 1092 991 1082 Notoprajan 1075 950 1396 Jumlah 2167 1941 2478 7 Wirobrajan Pakuncen 1602 1468 1556 Wirobrajan 1075 995 826 Patangpuluhan 796 736 613 Jumlah 3473 3199 2995 8 Mantrijeron Gedongkiwo 1367 1324 1384 Suryodiningratan 1067 959 770 Mantrijeron 715 647 524 Jumlah 3149 2930 2678 9 Kraton Patehan 635 604 606 Panembahan 763 698 622 Kadipaten 655 633 422 Jumlah 2053 1935 1650 10 Gondomanan Ngupasan 474 461 721 Prawirodirjan 1645 1600 1075 Jumlah 2119 2061 1796 11 Pakualaman Purwokinanti 784 748 454 Gunungketur 537 525 268 Jumlah 1321 1273 722 12 Mergangsan Keparakan 1291 1157 1078

(37)

No Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk Miskin 2007 2008 2009 Brontokusuman 913 806 659 Jumlah 3611 3267 2689 13 Umbulharjo Semaki 722 625 328 Muja Muju 707 626 630 Tahunan 615 605 400 Warungboto 456 435 234 Pandeyan 793 744 411 Sorosutan 1354 1228 786 Giwangan 623 590 593 Jumlah 5270 4853 3382 14 Kotagede Rejowinagun 1027 901 1029 Prenggan 1062 1017 607 Purbayan 980 921 675 Jumlah 3069 2839 2311 Total 43609 40207 34152

Sumber data : Dinas Sosnakertrans Kota Yogyakarta

Penanganan permasalahan Kemiskinan di kota Yogyakarta dilaksanakan melalui program Kartu Menuju Sejahtera (KMS) yang diberikan kepada keluarga miskin dengan parameter tertentu. Di samping itu melalui Program Raskin telah disalurkan beras kepada rumah tangga miskin dengan harga jauh di bawah harga pasaran, yaitu Rp. 1.600,00 (seribu enam ratus rupiah) per kilogram serta dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) untuk percepatan penangan kemiskinan di 14 kelurahan percontohan.

2.5.3. Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta masih tergolong rendah, hal ini tidak terlepas dari program pemerintah yang giat dalam mensosialisasikan KB guna menekan laju pertumbuhan penduduk. Meskipun demikian, jumlah pendatang dan penduduk yang tinggal di Kota Yogyakarta masih perlu dikendalikan. Hal ini mengantisipasi jumlah penduduk dan rumah tangga agar tidak melonjak dan diluar kontrol pertumbuhan penduduk.

Jumlah penduduk dan rumah tangga di Kota Yogyakarta hampir berbanding lurus, seperti halnya Kecamatan Umbulharjo yang memiliki jumlah penduduk dan rumah tangga yang paling tinggi yaitu 69.635 jiwa dan 20.539 RT. Besar jumlah penduduk dan rumah tangga

(38)

Jumlah penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Gondokusuman juga cukup tinggi yaitu dengan jumlah penduduk sebesar 52.586 jiwa dan rumah tangga sebesar 15.095 RT.

Tabel 2. 10. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga di Kota Yogyakarta Tahun 2010

NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH PENDUDUK JUMLAH WILAYAH RUMAH (km2) KELURAHAN TANGGA 1 Danurejan 1,1 3 24.327 6.884 2 Gedongtengen 0,95 2 23.181 6.892 3 Gondokusuman 3,99 5 52.586 15.095 4 Gondomanan 1,12 2 17.056 4.866 5 Jetis 1,7 3 31.690 9.293 6 Kotagede 3,07 3 34.022 9.936 7 Kraton 1,40 3 24.803 7.379 8 Mantrijeron 2,61 3 38.363 11.381 9 Mergangsan 2,31 3 36.879 11.022 10 Ngampilan 0,82 2 21.492 6.185 11 Pakualaman 0,63 2 12.078 3.635 12 Tegalrejo 2,91 4 41.128 12.193 13 Umbulharjo 8,12 7 69.635 20.539 14 Wirobrajan 1,76 3 30.428 8.934 JUMLAH (KOTA) 32,5 457.668 134.234

Sumber: - Kantor Statistik Kota Yogyakarta

- Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta

Berdasarkan data di atas dapat diketahui kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling rendah adalah Kecamatan Pakualaman dengan 12.078 jiwa dan 3.635 RT. Dengan jumlah penduduk dan rumah tangga yang rendah, jumlah penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman juga termasuk rendah dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Dengan demikian, korelasi antara jumlah penduduk, rumah tangga dan penduduk miskin di Kota Yogyakarta menunjukkan hubungan yang linear.

2.5.4. Perumahan Kumuh di Perkotaan

Perkembangan Kota yang tidak terkendali apabila dibiarkan atau tidak dikelola dengan baik dapat memicu munculnya permasalahan lingkungan biotik, abiotik, sosial kultural dan ekonomi pada masa yang akan datang. Pemenuhan kebutuhan perumahan mendesak untuk tersedianya rumah-rumah yang layak huni, terutama bagi golongan rakyat miskin. Kondisi rumah yang kurang layak huni dikarenakan tidak tersedianya sarana dan prasarana

(39)

perumahan yang memadai, terbatasnya jumlah lahan/rumah dibandingkan dengan jumlah rumah tangga dan pola/budaya hidup yang tidak sehat.

Kebijakan penataan permukiman di Kota Yogyakarta yang telah dilaksanakan antara lain : Rusunawa (rumah susun sewa), IPAL Komunal (Instalasi Pengolahan Air Limbah), Perbaikan Lingkungan Permukiman/NUSSP (Neighbour Urban Selter Sektor Project), Penyediaan fasilitas untuk perbaikan rumah dengan lantainisasi dan rehab kamar mandi/WC umum. Pemkot juga telah memberikan stimulan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PMK) tahun 2007 kepada 45 LPMK se-Kota Yogyakarta dengan dana sebesar Rp. 3.660.000.000,- untuk pembangunan fisik dan non fisik antara lain berupa perbaikan jalan, konblok, SAH, SAL dan lain-lain.

Kondisi lingkungan permukiman Kota Yogyakarta ke depan diupayakan berwujud perkampungan yang berfungsi tidak sekedar tempat tinggal namun juga tempat produksi dan berkarya serta berinteraksi. Keterbatasan lahan Kota saat ini tidak cukup memberikan ruang bagi upaya pemenuhan permukiman layak huni yang terjangkau. Konsep pembangunan rumah susun di Kota Yogyakarta berprinsip menata tanpa menggusur, untuk menghilangkan kesan padat dan kumuh di pinggir sungai dan mengentaskan penduduk dari kekumuhan.

2.5.5. Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada tahun 2010 jumlah dokter praktek di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 1.171 orang pada tahun 2009 menjadi 1.458 orang. Jumlah apotek di Kota Yogyakarta pada tahun 2012 berjumlah 122.

Untuk menekan pertumbuhan penduduk pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Respon masyarakat terhadap program tersebut cukup positif. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah penduduk yang aktif menjadi akseptor. Pada tahun 2010 jumlah akseptor tercatat 35.380 orang atau 73,26 persen dari pasangan usia subur (PUS) yang terdapat di Kota Yogyakarta. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah STK (33,23 persen).

(40)

A. Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi salah satu prioritas pembangunan di negara Indonesia dan Kota Yogyakarta. Pada tahun 2011 jumlah puskesmas di Kota Yogyakarta telah tersebar di 14 kecamatan, dan saat ini telah terdapat puskesmas rawat inap sebanyak 4 unit. Selain itu pelayanan kesehatan juga dilakukan oleh klinik swasta dan dokter praktek. Salah satu indikator meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah adalah meningkatnya indikator di Kota Yogyakarta pelayanan kunjungan dan status gizi, sedangkan untuk sarana kesehatan yang ada telah mencakup seluruh wilayah yang ada di Kota Yogyakarta. Penurunan indikator derajat kesehatan akan ditanggulangi dengan beerapa program dari Pemerintah Kota Yogyakarta dengan dokter siaga di wilayah maupun penambahan tenaga medis maupun anggaran perlindungan kesehatan masyarakat.

Tabel Data Pelayanan Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2008-2010

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2011 B. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari usia harapan hidup yang semakin meningkat yaitu di atas 73 tahun. Namun, di sisi lain berkaitan dengan angka kematian bayi dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, sehingga ke depan perlu mendapat perhatian yang lebih serius termasuk penanganan gizi.

(41)

Tabel Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator Kesehatan dari Tahun 2007-2010

No Indikator Kesehatan 2007 2008 2009 2010 1 Angka kelangsungan hidup bayi: - Angka kematian bayi/Infant Mortality Rate (IMR) /1000 KH 3,04 5,56 6,79 8,77 - Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu

38 15 40

- Jumlah kelahiran bayi pada tahun tertentu

4904 4872 4559

2 Angka usia harapan

hidup (thn) 73,2 73,3 73.4 73.4

3 Persentase balita gizi

buruk 1.10% 0.98% 1.04% 1.01%

- Jumlah balita gizi

buruk 214 188 198 178

- Jumlah balita 19.424 19.236 19.027 17.676

Sumber: Dinas Kesehatan, 2011

2.5.6. Sosial Kemasyarakatan

Penduduk Kota Yogyakarta mayoritas memeluk agama Islam. Jumlah pemeluk agama Islam pada tahun 2010 sebanyak 374.123 orang atau 81,74 persen dari total penduduk Kota Yogyakarta. Pemeluk agama yang lain adalah 10,85 persen Katholik, 6,83 persen Kristen, 0,17 persen Hindu, 0,40 persen Budha dan 0,01 lainnya.

Tabel Banyaknya Tempat Peribadatan menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta Kecamatan Masjid Musholla Katolik Gereja Kristen Gereja Pura Wihara

Mantrijeron 35 35 1 1 Kraton 19 14 Mergangsan 36 20 1 2 Umbulharjo 99 90 4 1 Kotagede 43 46 2 Gondokusuman 55 57 2 6 1 1 Danurejan 20 21 1 Pakualaman 8 11 1 Gondomanan 20 19 1 4 1 Ngampilan 18 31 2

(42)

Kecamatan Masjid Musholla Katolik Gereja Kristen Gereja Pura Wihara

Gedongtengen 22 12 1 3 1

Jetis 30 27 7 1

Tegalrejo 30 31 1 6

Jumlah 460 431 7 41 1 5

Sumber: Kota Yogyakarta Dalam Angka 2011

Jumlah anak yatim piatu yang diasuh dalam panti pada tahun 2010 sebanyak 460 anak. Jumlah penderita cacat pada tahun 2010 tercatat 3.057 orang. Pada tahun 2009 orang terlantar berjumlah 682 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 878 orang.

Tabel Banyaknya Anak Yatim Piatu dalam Panti dari Tahun 2008-2010 di Kota Yogyakarta

No Golongan Umur Jumlah Anak

1 2008 432

2 2009 464

3 2010 460

Sumber: Kota Yogyakarta Dalam Angka 2011

Tindak kejahatan di Kota Yogyakarta menunjukkan gejala terjadinya peningkatan. Pada tahun 2010 perkara pelanggaran yang masuk ke Pengadilan Negeri Yogyakarta sebanyak 19.085. Jumlah perkara di Kejaksaan Negeri Yogyakarta turun dari 470 pada tahun 2009 menjadi 425 pada tahun 2010. Penghuni lembaga pemasyarakatan bertambah dari 110 orang menjadi 203 orang.

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah No 10 Tahun 2008 tentang pembentukan, susunan, kedudukan, dan tugas pokok dinas daerah maka didalam pengelolaan pembangunan Kota Yogyakarta terdapat 13 dinas dibawah walikota Kota Yogyakarta.

Terkait dengan struktur organisasi pemerintah Kota Yogyakarta berikut disajikan bagan struktur organisasi perangkat daerah yang disajikan pada gambar 2.8 berikut ini.

(43)
(44)

Sanitasi adalah salah satu sektor yang harus diperhatikan dalam pembangunan Kota demikian halnya dengan Kota Yogyakarta. Pengelolaan sanitasi yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang sehat. Namun jika sektor sanitasi tidak diperhatikan dalam pembangunan kota maka akan menciptakan berbagai permasalah lingkungan seperti munculnya kawasan kumuh dan menjangkitnya beragam penyakit akibat lingkungan yang kotor. Demikian disajikan sejumlah peraturan terkait dengan sanitasi yang ada di Kota Yogyakarta.

Tabel Daftar Peraturan terkait Sanitasi Kota Yogyakarta

No Sektor sanitasi Peraturan

1. Pengelolaan limbah 1. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Limbah Domestik 2. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pengelolaan Air Limbah Domestik

3. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 103 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik

4. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 109 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pengelolaan Air Limbah Domestik

2. Pengelolaan Sampah 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).

2. Keputusan Menteri Kesehatan No :

852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

3. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 tahun 2002 tentang Pengelolaan kebersihan.

3 Pengelolaan Drainase 1. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penetapan Kelas Air Sungai di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kelelahan pada pengemudi berakibat pada kinerjanya antara lain kewaspadaan menurun, keterlambatan koordinasi, perlambatan waktu reaksi dalam hal menanggapi situasi yang

Pada studi Jazz Gunung Bromo ini terjadi budaya hybrid atau Cultural Hybridity (Burke, 2012), terbentuknya akulturasi budaya dunia yaitu music Jazz bercampur dengan

Dengan demikian di kawasan wisata air terjun Sunggah potensial untuk dibangun unit pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH) dalam memenuhi kebutuhan energi kawasan wisata

dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Total Assets Turn Over (TATO) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap

Kemudian karyawan dengan star performance itu sendiri akan diharapkan menjadi penunjang dalam karakteristik informan yang seorang wirausahawan memiliki pekerjaan tetap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada timgkat yang signifikan 0.05 dan derajat kebebasan 67, ada perbedaan yang signifikan diantara penguasaan kosakata siswa

Kemudian, karena ada pengaruh yang positif antara pengetahuan anggota dengan perolehan sisa hasil usaha maka KPRI Bakti Husada Kabupaten Bangkalan lebih memberikan

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir