• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apakah Paus Fransiskus Komunis?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Apakah Paus Fransiskus Komunis?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Apakah Paus Fransiskus Komunis?

Sangat menarik apa yang diuraikan bung Nesare, dan pada pokoknya saya sependapat, hanya ada beberapa masalah yang patut kita diskusikan lebih lanjut.

1. Beda “KOMUNISME” dan “SOSIALISME”, mungkin lebih tepat dinyatakan “KOMUNISME” sebagai teori kelanjutan dari “SOSIALISME”, sebagaimana dinyatakan Marx, masyarakat sosialis kelanjutan dari masyarakat kapitalis, sedang masyarakat komunis adalah kelanjutan dari masyarakat sosialis.

2. Beda “ISME” dan “AGAMA”. “ISME” sebagai teori yang saya maksudkan disini khususnya “Marxisme”, “Leninisme” sampai “Fikiran Mao Tsetung” sudah seharusnya terus berubah dan berkembang sesuai perkembangan jaman dan masyarakat dimana kita hidup. Tidak statis dan mandeg tanpa perubahan/perkembangan seperti “AGAMA” yg merupakan dogma, yang dipatok mati dan tidak boleh berubah sebagaimana ditetapkan Injil, Bible, Al Qur’an dst., …

3. Oleh karena itu, ada ketentuan-ketentuan “Marxisme” yang patut direnungkan kembali “KEBENARANNYA” untuk melanjutkan perjuangan mencapai masyarakat Sosialisme.

 “Hakmilik-Perseorangan” yg dikatakan akan hilang, tiada didalam masyarakat

“komunis”, karena semua menjadi “Milik-umum”. Menurut saya pernyataan ini kebablasan, adalah sesuatu yg TIDAK MUNGKIN terjadi. Dan TIDAK SEHARUSNYA “Hakmilik-Perseorangan” itu dicabut atau ditiadakan! Dilihat dari sudut filsafat juga SALAH! Menyalahi filsafat MDH, bahwa segala hal-ihwal didunia ini adalah kesatuan dari segi-segi yang bertentangan. Kalau hakmilik-perseorangan ditiadakan, dimana lagi ada hakmilik-umum? Bukankah hakmilik-umum itu merupakan kumpulan/gabungan dari hakmilik-perseorangan! Bagaimanapun juga yang dikatakan “Hakmilik-perseorang” harus tetap ADA bahkan haknya dalam batas-batas tertentu tetap harus dilindungi. Seseorang berhak mempertahankan sesuatu untuk dimiliki sendiri, termasuk harta, pengetahuan-ilmu, termasuk hak-cipta hasil penemuannya dsb., …Semua itu, selama tidak merugikan orang lain harus tetap dilindungi, tidak boleh dicabut atau dihilangkan atas nama menjadi hakmilik negara! Apalagi tanpa persetujuan/kehendak orang bersangkutan dan tanpa ada ganti kerugian.

 Juga “Hakmilik atas alat-produksi” yang dikatakan dasar kapitalis, jadi dalam

pengertian “sosialisme” TIDAK diperbolehkan menjadi milik-perseorangan. Ternyata, justru setelah hakmilik atas alat produksi begitu dilepas, boleh menjadi milik-perseorangan, itulah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di

(2)

2 Tiongkok melonjak dengan dahsyat dalam 30 tahun terakhir ini! Sementara orang bilang, itu sesuai dengan hukum perkembangan masyarakat, dimana masyarakat masih sangat miskin, kapitalis baru tumbuh dan sangat lemah, harus diberi kesempatan hidup tumbuh-berkembang. Bigitulah 3 bentuk hak milik, milik-negara, milik-kolektif dan milik-perseorangan itu dibiarkan tumbuh berkembang, dimasa reformasi dan keterbukaan di Tiongkok sejak tahun 1980. Dimana masyarakat masih sangat miskin, Kapitalis perseorangan jangan dicabut hak hidupnya! Hanya saja, Pemerintah yang berkuasa cukup mencegah, memberi batasan jangan biarkan kapitalis-perseorangan tumbuh/berkembang menjadi monopoli yang menentukan perputaran ekonomi nasional. Tali kendali ekonomi nasional harus tetap ditangan Pemerintah! Itulah yang dikatakan Deng, “Memperkenankan sementara orang kaya lebih dahulu”. Baru setelah mancapai kemakmuran tertentu, sekarang mulai masuk tahap menitik beratkan “KEADILAN”, meratakan KEMAKMURAN! Jadi, menitik beratkan TUGAS mengangkat kesejahteraan didesa-desa terbelakang, membangkitkan usaha PETANI dengan menghilangkan segala bentuk pajak didesa, memberi kemudahan petani-petani dapatkan pinjaman kredit untuk membeli alat-produksi, pupuk, bibit, bahkan dikeluarkan ketentuan sewa-menyewa hakguna tanah garapan yang adil dan saling menguntungkan, … lebih memperhatikan pendidikan dan kesehatan didesa-desa!

 Nampaknya juga ada kesalahan pengertian ekonomi “sosialisme” dahulu, dengan

terlalu menekankan perencanaan/pengaturan secara terpusat. Segalanya ditentukan oleh Sentral, tanpa atau kurang memperhatikan kondisi dan kebutuhan daerah secara konkrit. Ternyata, setelah Deng mendobrak kesalahan ini, dengan memadukan ekonomi “sosialisme” dengan ekonomi pasar, dengan tidak melepaskan tali kendali dipegang Negara, sekalipun Pemerintah pusat tetap membuat target/rencana atau Plan 5 tahun, tapi sekarang dipadu dengan hukum pasar, disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kondisi daerah. Setiap daerah tidak dicabut haknya untuk menentukan sendiri apa dan bagaimana yang mereka hendak lakukan untuk mengembangkan produksi pertanian diwilayahnya sendiri. Bahkan inisiatif dan kreatifitas perseorangan diberi kesempatan untuk tumbuh berkembang lebih bebas! Tidak lagi dicabut seperti dahulu. Tentu Pemerintah harus cekatan membuat kebijakan/ketentuan untuk membatasi dan mencegah inisiatif/kreatif seseorang yang serong, merusak dan mencelakakan orang lain. usaha Saya perhatikan beberapa DESA-Makmur di Tiongkok bisa dicapai karena adanya pelepasan kebebasan daerah menentukan sendiri apa dan bagaimana pdouksi setempat.

(3)

3 4. Hubungan “komunis” atau seorang yang berpahamkan ajaran Marxisme dan Agama yang dianut. Banyak orang bilang, orang komunis karena atheis jadi ANTI-Agama. Tapi, dalam kenyataan perjuangan rakyat didunia ini, khususnya di Indonesia justru ada kesamaan TUJUAN hidup komunis dan banyak ajaran Agama didunia ini, yaitu saling kasih-cinta sesama umat manusia, sama-sama berjiwa manusiawi, berjiwa sosial dan kerakyatan! Singkat kata berjiwa SOSIAL dan merakyat! Itulah sebab, seperti diuraikan bung Nesare, PKI dibentuk dari pecahan Sarekat Islam. Tokoh-tokoh Islam yang saleh itulah yang tampil membentuk Partai Komunis Indonesia. Dan, … apakah tokoh-tokoh Islam, Kristen, … itu bisa dengan mudah melepaskan Agama yang dianutnya untuk menjadi komunis? Tidak perlu dipersoalkan, karena bagaimana isi hati seseorang sesungguhnya tidak ada yang bisa melihat. Dilihat saja tindak tanduk perjuangan hidup yang nyata dijalankan saja. Masih sejalan atau bertentangan dengan kerakyatan. Kalau bung Nesare memberikan contoh Haji Misbach, ulama yg dihormati bisa menjadi tokoh komunis. Saya menambahkan tokoh Kristen yang juga menjadi komunis dan tetap dihormati sebagai umat Kristen! Ingat, perjalanan sejarah bangsa Indonesia mengenal seorang tokoh KOMUNIS bernama Amir Syarifuddin. Tidak seorangpun bisa dan berani menyangkal bahwa Amir adalah salah seorang tokoh pimpinan PKI ketika itu, dimana beliau justru meninggal, dibunuh tanpa proses pengadilan oleh Pemerintah Hatta. Konkritnya dieksekusi oleh pasukan kol. Gatot Subroto, hanya dengan tuduhan PKI melakukan makar yang dikenal “Peristiwa Madiun” Sept. 1948. Dan, … kenyataan yang terjadi, saat Amir Syarifuddin dieksekusi mati menyanyikan lagu “INTERNASIONALE” dengan tetap memegang injil ditangan. Boleh-boleh saja dan TIDAK BISA DISALAHKAN! Itulah sikap komunis yang telah ditampilkan Amir Syarifuddin, TETAP TEGAR dalam menghadapi maut kematian demi membela RAKYAT dan BANGSA Indonesia!

Tentu, apakah Paus Fransiskus berpahamkan “Marxisme” bahkan adalah orang selundupan Partai Komunis Argentina, saya juga tidak jelas, ... tapi nampaknya agak beda dengan Paus-Paus sebelumnya, Fransiskus ini lebih berjiwa sosial dan merakyat. Itu saja. Salam,

ChanCT

From: 'nesare' [email protected] [GELORA45] Sent: Thursday, June 11, 2015 4:06 AM

(4)

4 Subject: RE: [GELORA45] Apakah Paus Fransiskus Seorang Komunis?

Teorinya ada dan bisa dibaca beda antara komunisme dan sosialisme. Begitu juga kaitannya dengan agama. Gampangnya teorinya bilang komunisme adalah bentuk ekstrim dari sosialisme.

Teori nya dikomunisme gak boleh ada kepemilikan individu. Di sosialisme kepemilikan pribadi boleh seperti rumah, baju itu boleh tetapi kalau kepemilikan public seperti pabrik dll itu dimiliki negara dan dikontrol rakyat. Pemerintahan sentral dengan dictator proletariat dalam komunis. Di sosialisme factor ekonomi produksi dikomandoi oleh negara buat kesejahteraan rakyat. Agama ditolak dalam komunisme. Disosialisme agama diperbolehkan hanya lebih fokus kesekularisme.

Semua 'isme' itu harus dipahami dalam konteksnya. Isme itu bukan agama yang ajarannya langsung dari 'sono' dan berlakunya setiap waktu. Kalau Marx atau murid-muridnya bilang begini, begitu, itu harus dipahami konteksnya apa? Di mana? Untuk masyarakat yang mana? Kedua, yang belajar Marxisme juga bukan orang-orang bodoh yang mengikuti semua ajaran dengan membabi buta. Marxisme itu bukan agama. Itu ilmu yang mempelajari masyarakat. Dasarnya itu nalar, bukan wahyu dan bukan iman. Jadi kalau orang baca pikiran Marx, atau mereka yang sangat diilhami Marx seperti Lenin, Mao, Chou, Ho, Fidel, dll itu tidak berarti mereka harus ikuti atau terima begitu saja pemikiran yang lahir dalam konteks masyarakat dan sejarah yang berbeda.

Bung Karno itu salah satu orang yang belajar dari Marx, tapi dia belajar dengan selektif. Pidatonya yang paling beken, "Indonesia Menggugat," itu diilhami cara berpikir Marx. Tokoh-tokoh kebangkitan nasional seperti Cokro, Cipto, Misbach, Semaun, Tan Malaka, Ki Hajar, itu semuanya belajar dari Marx. Tapi secara selektif. Salah satu sila dalam Panca Sila, "keadilan sosial" itu diilhami oleh gerakan kiri di Indonesia yang mulai berjuang sejak kebangkitan nasional. Mau dikorek sampai manapun sejarah kita, ide keadilan sosial itu baru muncul dan diperjuangkan setelah gerakan kiri muncul di Indonesia.

jadi kalau ada yang bilang komunis itu tidak percaya Tuhan (at least yang komunis sejati)..., " atau ngelindur," mottonya komunis, “agamaku negaraku”, itu mesti dibangunin dari alam tidur. Dalam konteks Indonesia hampir semuanya beragama. Ini realitas di Indonesia dimana agama sudah menjadi darah daging rakyat Indonesia. Ini tercermin dalam nasakomnya bung Karno. Karena mereka lahir dalam konteks sejarah dan masyarakat

(5)

5

Indonesia. Mereka nggak lahir di Paris lalu tiap hari debat dengan Bertrand Russel, lalu jadi atheis. Mau belajar ilmu apa juga, tetap nggak gampang membuat orang Indonesia jadi atheis.

Komunisme itu ilmu sosial yang mempelajari perobahan masyarakat. Dan yang namanya 'isme' apapun, itu memang nggak ber Tuhan. Kapitalisme atau feodalisme, itu kan nggak ber Tuhan, Yang bisa ber Tuhan atau tidak ber Tuhan itu orangnya. Bukan isme nya. Dan yang mempelajari komunisme itu macam-macam. Yang di India pasti mayoritasnya Hindhu. Di Asia timur termasuk RRT itu mayoritasnya Budha. Di amerika Latin, komunisnya orang Katolik. Tentu ada dan mungkin banyak yang nggak beragama atau nggak ber Tuhan.

Pimpinan PKI generasi pertama - jaman kebangkitan nasional - itu hampir semuanya tokoh agama. Mereka kan pecahan Serikat Islam. Tokoh PKI Solo yang paling beken dalam kebangkitan nasional, haji Misbach, itu tokoh agama yang dihormati di Lawean, kawasan kaum santri di Solo. Yang dibuang ke Digul itu banyak sekali ulama dari banten dan sumatra barat. Muridnya H.Misbach, KH Achmad Dasuki Siradj, itu juga ulama yang menjadi salah satu wakil PKI di konstituante. Tapi pimpinan PKI generasi Aidit waktu diangkat jadi menteri atau pimpinan DPR/MPR memang menolak disumpah menurut agama. Mereka mengucapkan janji. Bagi mereka agama dan politik itu dua hal yang tidak boleh dicampur-adukan.

Jadi perkara paus fransiskan itu komunis atau sosialis itu idealismenya/teorinya tidak ada yang tahu. Seperti juga banyak orang sosialisme/kiri yang tidak bisa diketahui apakah mereka2 ini juga setuju dengan paham komunisme. Praktisnya Paus Fransiskan bukan karena dia tidak bergabung dalam organisasi komunis.

Salam Nesare

From: [email protected] [mailto:[email protected]] Sent: Wednesday, June 10, 2015 1:25 PM

To: [email protected]; ajeg; Lusi D.

Subject: Re: [GELORA45] Apakah Paus Fransiskus Seorang Komunis?

Bung Lusi dan bung Ajeg yb.

(6)

6

ilmu komunis lalu mau diapakan. Jika kita mengakui bahwa komunisme itu ilmu maka dengan sendirinya setiap orang bisa dan tidak dilarang mempelajarinya dan menguasainya untuk diterapkan. Artinya tidak ada larangan untuk mempelajarinya, mempraktekkanya kecuali di Indonesia oleh ORBA dan penerusnya.

Pertanyaan lebih kongkrit ialah apa yang dimaksudkan dengan seorang komunis. Apakah mereka yang hanya tergabung dalam suatu organisasi politik komunis ataukah mereka yang mempraktekkan ilmu komunis/marxis tanpa tergabung dalam suatu organisasi politik beraliran komunis.

Saya rasa jawaban atas pertanyaan tersebut bisa menjawab apa yang bung Lusi dan bung Ajeg kemukakan.

Salam hangat, AA

On 06/10/2015 04:28 PM, ajeg [email protected] [GELORA45] wrote:

Disuruh memimpin komunitas Katolik..

--- lusi_d@... wrote:

Kalau tokh Paus Fransiskus seorang komunis sesuai dengan ilmu komunisme, lalu mau diapakan?

Am Tue, 09 Jun 2015 00:29:16 +0200 schrieb Awind:

*http://news.detik.com/read/2015/06/08/125144/2936216/934/apakah-paus-fransiskus-seor

ang-komunis?881101934**

*

Senin, 08/06/2015 13:20 WIB

Apakah Paus Fransiskus Seorang Komunis?

Referensi

Dokumen terkait