• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON DOSIS PUKAN KAMBING PADA DUA VARIETAS TANAMAN TERONG (Solanum melongena L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON DOSIS PUKAN KAMBING PADA DUA VARIETAS TANAMAN TERONG (Solanum melongena L.)."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

54

Rinto Olisajata1, Qomaruddin 1

1

Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang E-mail: qomar06@yahoo.com

Abstract

Nutrients are one of the factors that support optimal plant growth and development. The impact of using inorganic fertilizers resulted in a high increase in plant productivity. However, the use of inorganic fertilizers for a relatively long period of time generally has a negative impact on soil conditions. The soil hardens quickly, is less able to store water and quickly becomes acidic, which in turn will reduce plant productivity. Therefore, it is highly recommended to use fertilizers that are environmentally friendly and safe for health through the use of organic fertilizers. Organic fertilizers have advantages, including increasing chemical, physical, and biological soil fertility, as well as containing growth regulating substances essential for plant growth. Organic fertilizers are generally complete fertilizers because they contain macro and micro elements even in small amounts. The research objective was to determine the interaction between goat manure dosage and varieties on the growth and yield of eggplant. This experiment used a randomized block design (RBD) arranged factorially, using 2 factors, repeated 3 times. Factor I: Dose of manure (D), which consists of 3 levels, namely: D1 = 10 tonnes / ha, D2 = 15 tonnes / ha, D3 = 20 tonnes / ha, D4 = 25 tonnes / ha. Factor 2: Eggplant variety (V), which consists of 2 levels, namely: V1 = Sriti variety, V2 = Walnut variety. The results obtained conclusions: 1) The dose of goat manure affected the height of eggplant plants at the age of 14 - 49 dst observations, the number of leaves per plant at the age of 14-49 hst, number of fruits per plant and fruit weight per plant, 2) Variety had an effect on height of eggplant plants at the age of 14 - 49 days after planting, number of leaves per plant at 14 and 21 days after planting and weight of fruit per plant; 3) There was no interaction between goat manure and variety doses on all

Keyword:eggplant, goat manure, variety

1. PENDAHULUAN

Sayuran memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, yang menyebabkan konsumsi sayuran mengalami peningkatan setiap tahun, sebagai contoh di tahun 2010, sayuran yang diproduksi dunia sebasar 1,04 milyar ton (Anonim, 2014). Produksi sayuran dunia tersebut disuplai oleh Indonesia sebanyak 0,92%. Dalam tahun 2011, negara ini memiliki kemampuan memproduksi sayuran mencapai 11.394.891 ton. Menurut BPS (2015) sayuran yang diproduksi oleh petani Indonesia lebih rendah dari pada konsumsi sayuran per kapita masyarakat (BPS, 2015). Selama tahun 2013-2014, luas panen tanaman hortikultura meningkat sekitar 70.429 hektar (3,61%), sehingga terjadi peningkatan produksi hortikultura sebanyak 7,42 persen (Anonim, 2015).

Buah terung merupakan sayuran buah yang memiliki variasi dalam pengokahan bahan makanan, yang dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Kandungan nutrisi buah terong antara lain: betakaroten, antosianin dan serat. Antioksidan yang terdapat dalam buah terong berbentuk β-Karoten yang berguna untuk menangkal serangan radikal bebas, sekitar 50 mg tiap 100 g bahan. β-Karoten juga disebut provitamin A (Budiman, 2008).

Menurut Astawan (2008) bahwa nutrisi yang terdapat dalam setiap 100 gram bagian buah terong yang dapat dimakan adalah kalori sebanyak 48 kal, protein sebesar 1,5 g, lemak sebesar 0,3 g, karbohidrat sebanyak 11,30 g, K sebanyak 0,28-0,38 mg, Fe sebanyak 0,3-0,9 mg, vitamin A sebanyak 5600 SI, vitamin B sebesar

(2)

0,3-0,14 mg, vitamin B1 sebanyak 0,04 mg, vitamin C sebanyak 15-42 g, vitamin E sebesar 2 g, kandungan air 85 g, serat sebanyak 1,4-4,7 mg. Buah terong berfungsi sebagai obat untuk mengobati tekanan darah tinggi dan penyegar badan (Anonim, 2001). Terong juga memiliki kandungan antosianin, yang dapat membantu kesehatan otak (Budiman, 2008).

Faktor pembatas yang timbul dalam perkembangan dan produksi tanaman antara lain nutrisi. Nutrisi yang terdapat dalam jumlah cukup sangat penting untuk mendukung produksi tanaman. Aplikasi pemupukan sangat berpengaruh dalam mendukung peningkatan produksi tertanam dalam pola pikir petani, hal ini sulit dipisahkan dalam kegiatan budidaya pertanian. Sekarang ini masalah penggunaan pupuk kimia tidak membawa peningkatan produksi tanaman sebagaimana diharapkan, sebaliknya akibat plikasu pupuk an organik buatan yang dilakukan secara terus menerus membawa pengaruh buruk untuk lahan serta tanaman, (Rachman, 2002).

Menurut Astuti (2007), degradasi lahan terutama disebabkan penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan sehingga terjadi pencemaran pada lahan pertanian. Penggunaan jenis pupuk kimiawi buatan dalam konsentrasi/ dosis tinggi untuk jangka waktu panjang menyebabkan degradasi kesuburan tanah karena terjadi ksejenjangan jumlah hara atau penurunan bahan organik tanah. Pupuk anorganik yang digunakan pada tanah kurang subur, akan memberikan peningkatan produksi secara cepat , namun dengan pemberian yang berlebihan dan terus menerus akan merusak struktur tanah. Kondisi tanah lebih cepat mengeras, kapasitas memegang air menurun dan lahan lebih cepat menurun keasasamannya, serta berakibat pernurunan produktivitas tanaman (Indrakusuma dalam Parman, 2007).

Menyikapi hal tersebut, maka sangat dianjurkan memakai pupuk ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan melalui penggunaan pupuk organik. Pupuk organik memiliki kelebihan yaitu memperbaiki nilai kesuburannya, baik dalam aspek kimia, fisik, dan biologi tanah, serta terdapat kandungan SPT bagi tumbuh

kembang tanaman. Kandungan nutrisi pupuk organik biasanya sebagai pupuk lengkap, karena terdapat nutrisi esensial makro dan mikro (Prihmantoro dalam Suriadikarta dkk, 2006).

Faktor genetik tanaman (varietas) juga sebagai faktor penting selain pupuk dalam budidaya pertanian. Berdasarkan fakta tersebut, maka penelitian dosis pukan kambing dan varietas dilakukan untuk terong.

2. BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Riset dilakukan di wilayah Desa Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, dengan ketinggian 444 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai selesai.

Bahan dan Alat

Materi penelitian ini adalah benih terong varietas Sriti dan Kenari, pupuk kotoran kambing, dan polybag. Untuk peralaatan yang dipakai dalam riset ini meliputi: cangkul, sabit, hand sprayer, peralatan tulis, meteran, timbangan, kassa.

Metode Penelitian

Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang digunakan dalam riset ini, dan setiap faktor di dalamnya disusun secara faktorial. Riset ini menggunakan 2 faktor, dan kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Faktor I adalah dosis pukan (D), terdiri dari 4 taraf yaitu: D1 = dosis 10 ton/ha; D2 = dosis 15 ton/ha; D3 = dosis 20 ton/ha; D4 = dosis 25 ton/ha. Untuk Faktor 2 adalah Varietas Terong (V), terdiri dari 2 taraf yaitu: V1 = Varietas Sriti; dan V2 = Varietas Kenari.

Pengamatan

Variabel pengamatan vegetatif adalah tinggi tanaman, jumlah daun diamati mulai 14 HST; sedangkan komponen generatif meliputi berat buah per tanaman; dan berat buah per tanaman.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman

Hasilnya menunjukkan tidak ada interaksi antara dosis pukan dengan varietas terong untuk peubah tinggi tanaman. Aplikasi pemberian dosis pukan

(3)

kambing dan varietas terong yang dipisahkan memperlihatkan berbeda nyata di tinggi tanaman umur 14 – 49 HST (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Respon Dosis Pukan (D) dan Varietas pada Berbagai Umur Pengamatan

Umur Pengamatan (HST) Perlakuan 14 21 28 Dosis Pupuk (D) D1 (10 ton/ha) 14,59 a 24,49 a 36,66 a D2 (15 ton/ha) 14,95 a 24,82 a 35,92 a D3 (20 ton/ha) 15,87 a 27,00 a 38,46 a D4 (25 ton/ha) 17,81 b 29,91 b 44,88 b BNT 5% 1,317 2,518 4,146 Varietas (V) V1 (Sriti) 16,71 b 28,42 b 42,43 b V2 (Kenari) 14,90 a 24,69 a 35,53 a BNT 5% 0,931 1,781 2,932 Umur Pengamatan (HST) 35 42 49 Dosis Pupuk (D) D1 (10 ton/ha) 45,46 a 50,59 a 53,93 a D2 (15 ton/ha) 49,44 a 52,77 ab 55,69 ab D3 (20 ton/ha) 48,71 a 55,24 bc 59,04 bc D4 (25 ton/ha) 54,88 b 57,89 c 60,82 c BNT 5% 4,366 3,034 3,459 Varietas (V) V1 (Sriti) 54,78 b 59,80 b 63,09 b V2 (Kenari) 44,47 a 48,45 a 51,65 a BNT 5% 3,087 2,145 2,446

Keterangan:Bilangan dalam satu kolom yang diikuti huruf sama menggambarkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5%; tn yang berarti tidak nyata.

Hasil uji beda pengaruh pemberian dosis pukan (Tabel 1), pada pengamatan umur 14-35 HST memberikan pola yang sama, perlakuan dosis pukan 10-20 ton/ha memperoleh rata-rata tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Tanaman tertinggi didapatkan dalam pmberian pukan dosis 25 ton/ha yaitu 54,88 cm pada umur 35 HST. Untuk peubah tinggi tanaman di umur 42 dan 49 HST, pemberian pukan dosis 10 dan 15 ton/ha tidak berbeda nyata. Rata-rata tinggi tanaman pada pemberian pukan dosis 15 ton/ha tak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada dosis 20 ton/ha. Rata-rata tinggi tanaman saat aplikasu pukan dosis 20 ton/ha tak berbeda dengan aplikasi pukan dosis 15 dan 25 ton/ha. Pada perlakuan berbagai jenis varietas, pada variabel tinggi tanaman menunjukkan tinggi tanaman

varietas Sriti lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kenari.

Jumlah Daun

Hasil aplikasi dosis pukan dengan varietas terong tidak terjadi interkaksi pada peubah jumlah daun. Perlakuan dosis pukan berbeda nyata pada jumlah daun setiap tanaman pada umur 14-49 HST; sedangkan perlakuan varietas berbeda nyata pada peubah jumlah daun di umur 14 dan 21 HST (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Pengaruh Dosis Pukan (D) dan Varietas pada Berbagai Umur Pengamatan

Umur Pengamatan (HST) 14 21 28 Dosis Pupuk (D) D1 (10 ton/ha) 10,78 a 18,67 a 32,28 a D2 (15 ton/ha) 10,22 a 19,83 a 38,39 ab D3 (20 ton/ha) 10,50 a 21,28 a 40,00 ab D4 (25 ton/ha) 11,67 b 30,72 b 49,06 b BNT 5% 0,826 5,671 11,096 Varietas (V) V1 (Sriti) 11,97 b 25,00 b 43,47 V2 (Kenari) 9,61 a 20,25 a 36,39 BNT 5% 0,584 4,010 tn Umur Pengamatan (HST) 35 42 49 Dosis Pupuk (D) D1 (10 ton/ha) 39,22 a 41,44 a 43,72 a D2 (15 ton/ha) 46,50 ab 46,78 ab 49,50 ab D3 (20 ton/ha) 48,06 ab 50,50 b 52,06 bc D4 (25 ton/ha) 53,72 b 54,06 b 57,72 c BNT 5% 9,344 8,039 6,780 Varietas (V) V1 (Sriti) 49,58 50,39 52,39 V2 (Kenari) 44,17 46,00 49,11 BNT 5% tn tn tn

Keterangan:Bilangan dalam satu kolom yang diikuti huruf sama menggambarkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5%; tn yang berarti tidak nyata

Hasil uji beda pengaruh perlakuan dosis pukan (pukan), pada hasil pengamatan umur 14 dan 21 HST, memberikan pola yang sama, dimana perlakuan dosis pukan 10-20 ton/ha diperoleh jumlah daun tidak berbeda nyata (Tabel 2). Demikian pula untuk hasil pengamatan umur 28 dan 35 HST juga memberikan pola yang sama dan menghasilkan rata-rata jumlah daun yang tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah daun

(4)

terbanyak diperoleh dari perlakuan aplikasi dosis pukan 25 ton/ha. Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun pada umur 28-49 HST, pemberian pukan dosis 10 dan 15 ton/ha tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah daun pada pemberian pukan dosis 15 ton/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian pukan dosis 20 ton/ha, sedang rata-rata jumlah daun pada pemberian pukan dosis 20 ton/ha tidak berbeda dengan dosis 15 dan 25 ton/ha. Perlakuan varietas, varietas Sriti memiliki rata-rata jumlah daun lebih banyak dan berbeda nyata dari varietas Kenari.

Jumlah Buah Per Tanaman

Interaksi aplikasi dosis pukan dan dua varietas, tidak terjadi. Perlakuan dosis pukan secara terpisah berbeda nyata pada peubah jumlah buah, sedang perlakuan varietas tidak menunjukkan berbeda nyata pada jumlah buah (Tabel 3). Tabel 3. Rata-rata Jumlah Buah per Tanaman

(buah) Pengaruh Dosis Pukan (D) dan Varietas pada Berbagai Umur Pengamatan

Perlakuan Jumlah Buah per Tanaman Dosis Pupuk (D) D1 (10 ton/ha) 3,94 a D2 (15 ton/ha) 4,06 a D3 (20 ton/ha) 5,44 b D4 (25 ton/ha) 6,67 c BNT 5% 0,714 Varietas (V) V1 (Sriti) 5,08 V2 (Kenari) 4,97 BNT 5% tn

Keterangan:Bilangan dalam satu kolom yang diikuti huruf sama menggambarkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5%; tn yang berarti tidak nyata

Tabel 3 menggambarkan jumlah buah per tanaman untuk aplikasi pukan dosis 10 ton/ha dan 15 ton/ha tidak berbeda nyata dengan dosis pukan 20 ton/ha, tapi berbeda dengan pemberian pukan dosis 25 ton/ha. Jumlah buah per tanaman terbanyak diperoleh dengan pukan dosis 25 ton/ha, rata-rata sebanyak 6,67 buah.

Berat Buah Per Tanaman

Aplikasi dosis pukan dan varietas terong tidak menghasilkan interaksi untuk peubah berat buah

per tanaman. Aplikasi perlakuan dosis pukan dan varietas keduanya secara terpisah berpengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman (Tabel 4). Tabel 4. Rata-rata Berat Buah per Tanaman (gram) Pengaruh Dosis Pukan (D) dan Varietas pada Berbagai Umur Pengamatan Perlakuan Berat Buah per Tanaman Dosis Pupuk (D) D1 (10 ton/ha) 228,89 a D2 (15 ton/ha) 261,11 b D3 (20 ton/ha) 314,44 c D4 (25 ton/ha) 382,78 d BNT 5% 31,458 Varietas (V) V1 (Sriti) 268,73 a V2 (Kenari) 313,61 b BNT 5% 22,244

Keterangan:Bilangan dalam satu kolom yang diikuti huruf sama menggambarkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5%; tn yang berarti tidak nyata

Rata-rata berat buah per tanaman pengaruh pemberian pukan dosis 10 ton/ha, paling rendah dan berbeda dengan pemberian pukan dosis 15, 20 dan 25 ton/ha. Rata-rata berat buah per tanaman tertinggi didapatkan dari pemberian dosis pukan 25 ton/ha masing-masing seberat 314,44 dan 382,78 gram.

Pada perlakuan macam varietas, berat buah per tanaman dari perlakuan varietas Sriti berbeda nyata dengan varietas Kenari. Varietas Kenari menghasilkan rata-rata berat buah lebih besar, secara grafis dapat dilihat rata-rata buah dari kedua varietas yang diamati.

Pembahasan

Aplikasi dosis pukan dan varietas tidak menunjukkan di antara perlakuan, namun demikian dengan melakukan analisis yang dipisahkan, diperoleh hasil beda nyata pada peubah vegetatif dan generatif tanaman. Rata-rata hasil pengamatan tertinggi diperoleh dengan dosis tinggi yaitu 25 ton/ha. Temuan ini menggambarkan semakin tinggi dosis pukan, maka pertumbuhan tanaman semakin baik dan mendukung peningkatan produksi tanaman.

Aplikasi dosis pukan dan varietas juga tidak menggambarkab adanya interaksi, hal ini diduga kedua varietas (Sriti dan Kenari) yang

(5)

digunakan kurang respon atau dosis yang diberikan belum sesuai dengan kebutuhannya. Fakta ini sesuai dengan penelitian Prajnanta (2004), setiap varietas memiliki keunikan akibat sifat gen yang dimilikinya, dan respon setiap gen berbeda pada lingkungannya. Dengan demikian, pertumbuhan varietas sesuai dengan agro-klimatnya menghasilkan produksi yang optimal. Pukan dan pupuk organik lainnya, memiliki fungsi ganda bagi tanaman dan lingkungannya. Manfaat pertama, sebagai penyuplai unsur hara untuk tanaman, dan kedua memiliki kemampuan sebagai bahan pembenah tanah, melalui perbaikan struktur tanah (tanah lebih gembur), serta mendukung perkembangan mikroba tanah dan sebagai water holding.

Dengan adanya pukan nutrisi dalam tanah akan meningkat. Selain itu dengan adanya pukan, maka proses penyerapan unsur hara oleh tanaman akan lebih efektif karena struktur tanah yang gembur. Kandungan hara yang tinggi dalam tanah dan mekanisme penyerapan hara yang baik, air dan oksigen tersedia dalam jumlah yang cukup bagi kebutuhan tanaman, sehingga tumbuh kembang tanaman dapat optimal. Fakta ini terlihat dari ukuran pertumbuhan vegetatif tanaman seperti jumlah daun serta tinggi tanaman. Kondisi tanah yang gembur, cukup mengandung air, nutrisi dan pertukaran udara baik, akan mendorong tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara baik sehingga pertumbuhan daun pun lebih banyak. Ketersediaan zat hara memungkinkan proses fotosintesis berjalan dengan baik dan lebih bayak fotosintat yang dihasilkan untuk digunakan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Meningkatnya fotosintesis berarti lebih bayak footosintat yang diperoleh bagi kebutuhan pertumbuhan tanaman, juga untuk disimpan dalam struktur penyimpanan (buah). Tanaman yang pertumbuhannya baik akan berproduksi secara tinggi, sehingga tanaman yang subur dengan jumlah daun yang lebih baik juga menghasilkan produksi yang tinggi.

Tanaman yang sejak awal memiliki pertumbuhan secara optimal, memberikan hasil/produksi yang juga tinggi. Tanaman yang diberi pukan dalam dosis yang lebih rendah dari

10 ton/ha pertumbuhan dan perkembangannya lebih rendah, karena penyediaan unsur hara lebih sedikit dari yang diperlukan oleh tanaman. Pengaruh dari pertumbuhan dan perkembangan yang kurang baik tanaman akan berproduksi lebih rendah. Karena tanaman tumbuh secara baik apabila kebutuhan air dan nutrisi tersedia dalam jumlah yang cukup terutama pada masa pertumbuhan vegetatif. Pukan memiliki kemampuan menahan air tanah sekitar perakaran tanaman, sehingga tersedia bagi tanaman.

Kondisi tanah yang gembur, cukup mengandung air, nutrisi dan pertukaran udara baik, mendorong tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara baik sehingga pertumbuhan daun pun lebih banyak. Hal ini terlihat dari tanaman diberi pukan dengan dosis lebih tinggi rata-rata menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah daun lebih tinggi dibanding tanaman yang diberi pukan dosis lebih rendah. Tanaman memiliki pertumbuhan lebih tinggi akan menghasilkan produksi lebih tinggi juga, yaitu jumlah buah lebih banyak dan lebih berat.

Varietas terong yang digunakan dalam riset ini menunjukkan pengaruh pada komponen pertumbuhan dan hasilnya. Hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan vatietas Sriti lebih tinggi daripada varietas Kenari. Hal ini diduga adanya sifat gen yang dimiliki kedua varietas tersebut. Selain itu, perbedaan tumbuh kembang tanaman juga disebabkan adanya faktor fenotif, yaitu kondisi lingkungan atau agroklimat sekitarnya. Kerangka teoritis yang disampaikan Gardner dkk (1991) mendukung hasi tersebut bahwa faktor genetik/internal menjadi stimulator pertumbuhan tanaman dikendalikan secara genetik, sedangkan komponen mikroklimat, lahan dan mikroorganisme tanah berperan menjadi faktor positif bagi tumbuh kembang tanaman, serta sebaliknya OPT (hama, penyakit, gulma) menjadi faktor negatif pertumbuhan karena terjadi perusak jaringan tanaman dan kompetitor dalam mencari nutrisi yang dapat akhirnya menurunkan pertumbuhan dan hasilnya.

Simatupang (1997) menjelaskan varietas berproduksi baik akibat dari kemampuan varietas melakukan adaptasi dengan lingkungan. Faktor

(6)

kemampuan daya adaptasi pada lingkungan menjadi kunci keberhasilan budidaya.

Jumlah buah varietas Sriti lebih rendah dibandingkan dengan varietas Kenari, tetapi dari segi pertumbuhannya varietas Sriti lebih baik dibanding varietas kenari. Rendahnya produksi pada varietas Sriti diduga kemampuan adapatasi dengan lingkungan kurang, akibatknya sistem perakaran lebih rendah kemampuannya dalam menyerap nutrisi yang ditambahkan. Temuan ini hampir sama dengan ulasan Gardner dkk (1991) bahwa pertumbuhan dan perkembanga tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor gen dan faktor fenotip. Faktor gen dari varietas Kenari menyebabkan tanaman memiliki ukuran buah yang lebih besar dibandingkan dengan varietas Sriti. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Harjadi (1996) bahwa setiap varietas memiliki respon gen berbeda-beda tergantung kondisi agroklimat sekitarnya, sehingga menghasilkan dampak genotif berbeda pada setiap interaksi varietas dengan lingkungan tumbuhnya. Hasil akhirnya, setiap varietas memiliki produksi yang berbeda

4. KESIMPULAN

Hasil riset diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Tidak terdapat interaksi antara dosis pukan kambing dan varietas pada semua variabel pengamatan; (2) dosis pukan kambing berbeda nyata pada tinggi tanaman umur 14–49 HST, jumlah daun umur 14–49 HST, jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman; (2) Varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman umur 14–49 HST, jumlah daun umur 14 dan 21 HST dan berat buah per tanaman.

5. REFERENSI

Anonim. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, cet-kesatu. Jilid Kedua, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan dan Sosial RI, Jakarta

_______, 2014. Kajian Sayuran dengan Pendekatan Rantai Nilai dan Iklim Usaha di Kabupaten Manokwari. www.ilo.org

_______, 2015. Statistik Produksi Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Jakarta

Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya, Jakarta

Astuti, Y. 2007. Pengaruh Jenis Bahan Organik pada Produksi Tiga Varietas Gladiol, Skripsi, Universitas Lampung, Lampung

Badan Pusat Statistik, 2015. Statistik Indonesia: Statistical Year Book of Indoensia, Jakarta

Budiman, F. 2008. Cara dan Upaya Budidaya Terung, Wahana Iptek, Bandung

Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.I. Michell, 1991.

Fisiologi Tanaman Budidaya, UI Press, Jakarta

Hardjadi, S., 1996. Pengantar Agronomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian POC

terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang, Paper Ilmiah Anatomi dan Fisiologi Vo. XV, No. 2

Prjananta, F. 2004. Pemeliharaan Tanaman Budidaya Secara Intensif dan Kiat Sukses Beragribisnis, Penebar Swadaya, Jakarta

Rachman, S. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Simatupang, S. 1997. Pengaruh Pemupukan Boraks terhadap Pertumbuhan dan Mutu Kubis, Jurnal Hortikultura 6(5):456-469

Suriadikarta, Didi Ardi, Simanungkalit, R.D.M. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Jawa Barat.

(7)

Gambar

Tabel  2.  Rata-rata  Jumlah  Daun  (helai)  Pengaruh  Dosis  Pukan  (D)  dan  Varietas  pada  Berbagai Umur Pengamatan
Tabel  3.  Rata-rata  Jumlah  Buah  per  Tanaman  (buah)  Pengaruh  Dosis  Pukan  (D)  dan  Varietas  pada  Berbagai  Umur  Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

d. Diperlukan adanya kerjasama dengan LSM-LSM Indonesia untuk ikut lebih aktif dalam mempromosikan HAM. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, 2) mentalitas penegak hukum

Houthi dengan Arab Saudi pada bulan April 2009, telah ditemukan kapal Iran bernama Mahan yang berisi senjata yang dijelaskan oleh seorang awak kapal Iran bahwa

Data - data yang sudah terkumpul kemudian diolah berdasarkan dasar teori yang mendukung penelitian ini, seperti proses penambangan bijih timah dengan menggunakan kapal isap

Pengawasan pemerintah terhadap pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan, dapat dibagi ke dalam 2 (dua) macam pengawasan, yaitu : (1) pengawasan internal atau

dan cabaran membangunkan pengangkut oksigen berasaskan bahan sintetik penuh seperti PFC dan bahan separa alami seperti HBOC telah mencetuskan penerokaan terhadap sistem

Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada status sosial ekonomi orang tua, akses game online siswa, dan

Gambar 1. Alat pengering Efek Rumah Kaca-hybrid tipe rak berputar.. Radiator digunakan sebagai penukar panas. Pengering menggunakan sembilan buah buah kipas, yaitu 3 buah

PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama dengan maksud