• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Sistem Informasi Rantai Pasok Berbasis Cloud Computing untuk Menciptakan Keunggulan Kompetitif Agroindustri Olahan Apel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Sistem Informasi Rantai Pasok Berbasis Cloud Computing untuk Menciptakan Keunggulan Kompetitif Agroindustri Olahan Apel"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Model Sistem Informasi Rantai Pasok Berbasis

Cloud Computing untuk Menciptakan Keunggulan

Kompetitif Agroindustri Olahan Apel

Alfredo Tutuhatunewa (1), Surachman (2), Purnomo B. Santoso(3), Imam Santoso (4) (1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya, Malang.

(2) Jurusan Manajemen Universitas Brawijaya, Malang. (3) Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya, Malang. (4) Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

(1)alfredo.tutuhatunewa@hotmail.com, ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model sistem informasi rantai pasok agroindustri apel. Penelitian dilakukan pada UMK olahan apel di kota Batu, Jawa Timur, Indonesia.

UMK memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja oleh sektor UMK. Akan tetapi, pengembangan rantai pasok dengan UMK sebagai pelaku masih menjadi kendala karena belum teridentifikasi dengan jelas rantai pasok yang digunakan pada unit usaha kecil menengah. Kinerja rantai pasok sangat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu membagi informasi dan kemampuan kolaborasi.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini merupakan kombinasi penelitian survey dan rekayasa. Pengembangan rantai pasok agroindustri apel dapat meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage) UMK olahan apel untuk bersaing di pasar nasional. Model dikembangkan dengan memanfaatkan komputasi awan, dengan dua platform, yaitu PaaS (Platform as a Service) yang digunakan untuk menyimpan seluruh database yang dibutuhkan oleh sistem informasi untuk dapat beroperasi, serta juga menyimpan sistem manajemen database yang diperlukan untuk mengelola keseluruhan database, dan SaaS (Software as a Service) yang digunakan sebagai aplikasi bagi semua pelaku dalam rantai pasok agroindustri olahan apel.

Kata kunci—Cloud computing technology, Rantai pasok, Sistem informasi.

I. PENDAHULUAN

UMK memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja oleh sektor UMK. Data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur mencatat pada tahun 2015, terdapat 807.714 (99,86%) unit usaha kecil dan menengah, yang menyerap tenaga kerja sebesar 2.775.408 orang, atau 88,40% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja.

Salah satu kelemahan dari UMK untuk berkembang adalah belum teridentifikasi dengan jelas rantai pasok yang digunakan pada UMK. Hal ini dikarenakan aplikasi rantai pasok sampai saat ini masih berorientasi pada perusahaan-perusahaan berskala besar. UMK biasanya tidak dapat mencapai skala ekonomis (economic of scale), baik dalam pengadaan peralatan, maupun pembelian bahan baku, serta tidak mampu memiliki akses ke berbagai jasa keuangan dan konsultasi. Beberapa fungsi pendukung yang penting bagi pengembangan industri seperti pelatihan, penelitian pasar, logistik dan inovasi teknologi, juga tidak mampu dilaksanakan, karena ukuran usaha yang kecil. Padahal, fungsi-fungsi tersebut merupakan inti dinamika perusahaan, yang mendorong terbangunnya kerja sama antar perusahaan secara efektif.

Industri kecil (UMK) umumnya hanya memiliki akses terhadap pasar konvensional. Kondisi ini tidak lepas dari intervensi dan distorsi dari industri skala besar (Sejati, 2011). UMK sari apel di kota Batu menghadapi hal yang sama. Persaingan yang terjadi bukan saja antar UMK, tetapi secara lebih luas, terjadi persaingan antara UMK dengan industri besar yang juga memproduksi minuman sari apel. Untuk menghadapi persaingan yang terjadi, UMK mau tidak mau harus

(2)

memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam menghadapi permintaan konsumen (Astuti et al., 2010).

Manajemen rantai pasok merupakan integrasi proses bisnis, mulai dari kegiatan penerimaan bahan baku, pengelolaan di setiap mata rantai aktifitas produksi sampai siap untuk digunakan oleh pemakai. Pendekatan manajemen rantai pasok pada produk hortikultura didasarkan pada; (a) Proses budidaya untuk menghasilkan produk (hortikultura); (b) Mentransformasikan bahan mentah (penanganan panen dan pasca panen) berkaitan dengan proses perubahan bentuk dari bahan baku menjadi produk jadi dan setengah jadi; dan (c) Pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi. Untuk menjamin keberhasilan penerapan Manajemen Rantai Pasok, perlu dimahami faktor-faktor pendukung keberhasilan, antara lain: kebijakan, sumber daya manusia, prasarana, sarana, teknologi, kelembagaan, modal/pembiayaan, sistem informasi, sosial budaya dan lingkungan lain.

Manfaat manajemen rantai pasok, yaitu mengurangi inventory barang, menjamin kelancaran penyediaan barang, dan menjamin mutu (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). Pengembangan rantai pasok agroindustri olahan apel yang terintegrasi harus diikuti dengan pengembangan kinerja rantai pasok, agar rantai pasok dapat menjalankan proses bisnis secara lebih efisien dan efektif.

Kinerja rantai pasok sangat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu membagi informasi dan kemampuan kolaborasi (Montoya-Torres dan Ortiz-Vargas, 2014; Wu et al., 2014; Smith et al., 2007; Yang et al., 2008). Hasil ulasan terhadap beberapa literatur sebelumnya menunjukkan pentingnya kolaborasi dan membagi informasi antar pelaku dalam rantai pasok. Selain itu, dalam pengembangan rantai pasok, teknologi informasi (TI) merupakan salah satu fasilitator utama keunggulan strategis rantai pasok. Mekanisme koordinasi yang baik antara pelaku dalam rantai pasok melalui jaringan informasi online memainkan peran penting dalam meningkatkan efektivitas aliran material, informasi dan uang (Sahin dan Robinson, 2002). Membagi informasi memainkan peran penting dalam mendukung kemampuan kolaboratif (Wu et al., 2014). Artinya, bila perusahaan ingin meningkatkan kemampuan kolaboratif, maka perusahaan perlu mempersiapkan diri dengan membangun jaringan teknologi informasi untuk mendukung kemampuan berbagi informasi terlebih dahulu. Selanjutnya, kemampuan membagi informasi dan kemampuan kolaboratif secara bersama-sama mempengaruhi kinerja rantai pasok (Wu et al., 2014).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen rantai pasok sebenarnya bukan hal baru, baik dalam dunia industri maupun dunia penelitian. Konsep ini telah banyak dibahas dalam berbagai penelitian. Kemajuan teknologi yang cepat, meningkatnya ketidakpastian ekonomi, dan globalisasi kegiatan ekonomi, telah mengakibatkan persaingan yang ketat, serta pelanggan yang lebih canggih dan menuntut (Skintzi, 2007). Karakteristik lingkungan ekonomi baru dijabarkan ke dalam siklus hidup produk yang pendek, peningkatan permintaan produk, dan respon yang cepat kepada pelanggan dan kebutuhan pasar dalam hal kualitas dan kuantitas. Hasil penelitian Skintzi (2007) menunjukkan bahwa rantai pasok merupakan alat yang mampu meningkatkan efisiensi produksi, kualitas produk dan kepuasan konsumen.

Gambar 1. Transisi konsep dari Logistik Klasik ke Manajemen Rantai Pasok

(3)

Manajemen rantai pasok telah banyak mengalami kemajuan besar sejak pertama kali dikemukakan oleh Keith Oliver pada tahun 1982 (Bacheldor, 2003; Russel, 2007), konsultan manajemen di Booz Allen Hamilton. Oliver menggunakan istilah tersebut untuk menghancurkan pembatas fungsional yang memisahkan produksi, pemasaran, dan distribusi. Konsep ini dikembangkan oleh J. B. Houlihan pada tahun 1985 (Russel, 2007) ketika ia menjelaskan keterkaitan antara efisiensi dan keuntungan bersama, terkait dengan saling berbagi informasi dan koordinasi pengambilan keputusan sebuah rantai pasok. Industri konstruksi memanfaatkan manajemen rantai pasok dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, mengikuti contoh dari industri ritel dan manufaktur (Vidalakis et al, 2011).

Banyak industri memberi perhatian terhadap manajemen rantai pasok karena kesadaran akan pentingnya menciptakan hubungan yang terintegrasi dengan pemasok dan pelanggan (Misra et al, 2010). Dalam manajemen rantai pasok, pergerakan produk dari titik awal sampai ke pelanggan melibatkan transportasi. Karena itu, transportasi dapat dikatakan sangat signifikan dalam rantai pasok, karena hampir semua produk diproduksi dan dikonsumsi di lokasi yang berbeda. Selain itu, transportasi juga merupakan faktor biaya yang signifikan dalam Rantai Pasok (Sadegheih et al, 2010).

Dalam dekade terakhir, penelitian manajemen rantai pasok telah berkembang dan diperluas untuk mencakup berbagai perspektif seperti hubungan pemasok, struktur jaringan rantai pasok dan kolaborasi (Cock et al, 2011). Manajemen rantai pasok dibangun dengan dasar sistem informasi, yang meliputi operasi manufaktur, alat penghubung dengan proses pemasaran dan keuangan, dan melibatkan konsep-konsep antara lain sumber strategis, konektivitas proses bisnis, pembagian risiko, dan keterlibatan pemasok dalam pengembangan produk baru (Russel, 2007). Gambar 1 menunjukkan transisi konsep logistik klasik menjadi Manajemen Rantai Pasok.

Cloud Computing Technology (CCT) adalah teknologi yang mudah diadopsi, dengan arsitektur yang mudah dan baru (Hutchinson et al., 2009). Di masa lalu, CCT digunakan untuk mengintegrasikan segmen terpisah dari industri tertentu menggunakan sumber daya minimum (Singh et al., 2015). CCT bukan konsep baru untuk banyak sektor seperti bank, kesehatan, pendidikan dan logistik (Al-Hudhaif dan Alkubeyyer, 2011).

CCT memiliki tiga model pelayanan, yaitu Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS). SaaS adalah sebuah aplikasi yang di-host sebagai sebuah layanan dan diberikan kepada pelanggan dengan menggunakan Internet. Penyedia layanan melakukan perawatan perangkat lunak dan dukungan yang terkait dengan aplikasi tersebut. Misalnya, CRM, Google Office, Salesforce, Netsuite, dan lain-lain. PaaS menyediakan platform komputasi, yaitu, jaringan, server, penyimpanan dan layanan lainnya. Konsumen menciptakan perangkat lunak dan juga mengontrol penyebaran perangkat lunak serta pengaturan konfigurasi. Contohnya adalah Facebook F8, Salesforge App Exchange, Google App Engine, Joyent, Azure, dan lain-lain. IaaS menyediakan penyimpanan, kapasitas jaringan, dan sumber daya komputasi lain secara sewa. Pelanggan menggunakan infrastruktur untuk menyebarkan layanan dan perangkat lunak mereka. Mereka dapat mengelola atau mengendalikan OS, penyimpanan, aplikasi dan komponen jaringan. Contoh IaaS adalah OpSource, Blizzard, Terremark, GoGrid, dan lain-lain (Singh et al., 2015).

Penggunaan Cloud Computing dalam manajemen rantai pasokan memberikan sejumlah manfaat. Karena kemampuannya untuk mengumpulkan data dari sumber data pada daerah yang luas, sangat cepat dan efisien memberikan batasan. Hal ini akan mengubah cara konvensional menangani manajemen rantai pasokan (Sinha, 2013).

III. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini merupakan kombinasi penelitian survey, deskriptif dan rekayasa. Penelitian ini dilaksanakan pada rantai pasok agroindustri olahan apel, mulai dari petani apel, UMK pengolahan minuman sari apel, distribusi dan pengecernya, di Kecamatan Bumiaji, Batu dan Junrejo, Kota Batu, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Metode pengambilan sampel adalah convenience sampling dan purposive sampling (Indriantoro dan Supomo, 1999; Sugiyono, 2008).

(4)

Setelah itu, dilakukan pemodelan sistem informasi manajemen rantai pasok berdasarkan tahapan pemodelan, yaitu: definisi masalah, model konseptual, formulasi model, analisis dan solusi model, serta interpretasi dan implementasi model

A. Data Dan Klasifikasi UMK

Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan wawancara secara langsung dengan pemilik UMK untuk mendapat gambaran mengenai hubungan UMK dengan pemasok, distributor dan konsumen.

Hubungan UMK dengan pemasok antara lain mengenai data proses mendapatkan bahan baku, hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengadaan bahan baku, proses pembayaran, serta informasi yang dibagi dengan pemasok. Hubungan dengan distributor antara lain mengenai bagaimana proses penjualan produk jadi, hambatan-hambatan dalam proses penjualan, proses pembayaran, serta proses berbagi informasi dengan distributor. Hubungan dengan konsumen adalah mengenai mekanisme mendengar suara konsumen dan indormasi yang ingin didapat dari konsumen.

Tabel 1. menunjukkan data UMK yang menjadi responden dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan, sumber bahan baku, sistem pembayaran dalam pembelian dan penjualan produk, serta sistem penjualan. Selain itu, darimana sumber bahan baku apel diperoleh. Klasifikasi produk ditunjukkan dalam grafik pada gambar 2 dan sumber bahan baku pada gambar 3. Gambar 4 menunjukkan klasifikasi UMK berdasarkan sistem pembayaran yang diterima dalam penjualan produk.

Tabel 1. UMK Agroindustri Olahan Apel

No. Nama UMK Jenis Olahan

Apel Merk Produk Olahan Sumber Bahan Baku Sistem Pembayaran dalam Pembelian Penjualan Sistem Pembayaran dalam Penjualan

1. Harum Sari Sari apel Harum Sari Pedagang Tunai Retailer Tunai 2. Lucky Sari Sari apel Lucky Sari Petani Tunai Retailer Tunai 3. Sari Apel

Nanda

Sari apel Nanda Petani Tunai Retailer, online

Tunai/ transfer 4. KUB. Asri

Mulyo

Sari apel Nyezz Petani/ Pedagang

Tunai Retailer Tunai 5. Excellent Fruit Kripik apel Lai-Lai Petani Tunai Retailer Tunai 6. Abata Agro Mandiri Dodol apel, jenang apel, geplak apel Abata Agro Mandiri Petani/ Pedagang

Tunai Retailer Tunai/ transfer 7. Bagus Agriseta Mandiri Sari apel, manisan apel, dodol apel

Bagus Agrista Petani Tunai Retailer Tunai/ konsinyasi 8. Yayasan Panti

Asuhan Darus Sa'adah

Sari apel Oke Laaah Pedagang Tunai Retailer Tunai/ konsinyasi 9. KSU Brosem Sari apel Brosem Petani Tunai Retailer Tunai/

konsinyasi 10. Makmur Abadi Cuka apel Asyifa Petani Tunai Retailer Tunai/

konsinyasi 11. Love Apel Carang mas

apel

Love Apel Milik sendiri Tunai Retailer Tunai 12. Sari Alam

Segar

Sari apel Sari Alam Segar

Petani Tunai Retailer Tunai/ konsinyasi 13. Ramayana

Agro Mandiri

Kripik apel Ramayana Petani/ Pedagang

Tunai Retailer Konsinyasi 14. Muliya Agro

Mandiri

Wingko apel Izza Petani/ Pedagang

Tunai Retailer Konsinyasi 15. Permata Agro Mandiri Pia apel, wingko apel, brownies apel Shyif Petani/ Pedagang

Tunai Retailer Tunai/ konsinyasi 16. Indo Agro Pie susu apel Gendhis Petani Tunai/

transfer

Retailer Tunai/ transfer 17. Rizka Amalia Sari apel Arum Pedagang Tunai Retailer Konsinyasi 18. Pratama Food Olahan buah

apel

Pratama Pedagang Tunai Retailer Tunai/ konsinyasi

(5)

Gambar 2. Klasifikasi UKM Berdasarkan Produk Yang Dihasilkan

Gambar 3. Klasifikasi UMK Berdasarkan Sumber Bahan Baku

Gambar 4. Klasifikasi UMK Berdasarkan Sistem Pembayaran dalam Penjualan Produk

B. Gambaran Sistem Rantai Pasok Agroindustri Olahan Apel

Dalam agroindustri pengolahan apel telah banyak diproduksi berbagai macam produk olahan apel seperti jenang apel, dodol apel, wingko apel, sirup apel, pie, selai apel, brem apel, minuman sari apel dan juga keripik apel. Mayoritas UMK mengolah buah apel menjadi minuman sari apel.

Terdapat beberapa masalah penting dalam sistem informasi rantai pasok yang dihadapi saat ini, antara lain:

-

Modal usaha yang terbatas.

-

Mahalnya bahan baku apel saat ini.

-

Sistem rantai pasok agroindustri olahan apel belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi informasi dalam menjalankan usahanya.

-

Sering terhentinya proses produksi karena pasokan bahan baku tidak dapat dipenuhi pada waktu yang dibutuhkan.

- Sebagian UMK menggunakan sistem konsinyasi dengan toko pengecer, sehingga perputaran modal menjadi lama.

- Persaingan usaha yang ketat karena banyaknya pelaku usaha, menyebabkan harga jual produk semakin rendah.

- Karena keterbatasan modal, sebagian UMK melaksanakan proses produksi hanya berdasarkan pesanan.

(6)

-

Terbatasnya kemitraan dengan lembaga lain.

Aliran informasi yang terjadi pada rantai pasok agroindustri olahan apel dapat dilihat pada Gambar 5. Secara keseluruhan, aliran informasi yang terjadi adalah:

- Informasi pemesanan dari Konsumen (baik pengguna langsung maupun toko ritel), melalui telepon untuk melakukan pemesanan produk (1).

- Informasi ketersediaan produk di UMK, serta harganya, atau waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi pemesanan tersebut (2).

- Informasi pemesanan bahan baku dari UMK, melalui telepon, kepada pemasok bahan baku, yaitu apel (3), toko bahan kimia (4), dan toko plastik (5).

- Petani apel memberi informasi tentang ketersediaan barang dan harganya (6).

- Pemasok bahan kimia memberikan informasi tentang ketersediaan barang dan harganya (7).

Gambar 5. Aliran Informasi pada Rantai Pasok Agroindustri Olahan Apel

- Pemasok karton dan plastik memberikan informasi tentang ketersediaan barang dan harganya (8).

- Informasi tentang kualitas produk yang dirasakan konsumen (9). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Definisi Masalah

Pemanfaatkan dan peningkatan nilai ekonomis terhadap apel lokal telah dilakukan melalui diversifikasi produk, yaitu mengolah apel menjadi produk-produk bernilai jual lebih tinggi. Terdapat 5 (lima) pelaku utama dalam rantai pasok olahan apel, terdiri dari tiga pemasok,UMK dan retailer/distributor. Dengan makin pentingnya kebutuhan kolaborasi antar pelaku rantai pasok, maka permasalahan utama yang ingin diselesaikan adalah: Bagaimana model sistem informasi rantai pasok agroindustri apel berbasis cloud computing, guna meningkatkan kemampuan kolaborasi antar pelaku rantai pasok agroindustri olahan apel?

B. Model Sistem Informasi Rantai Pasok Berbasis Komputasi Awan

Model sistem informasi yang dihasilkan merupakan pengembangan sistem informasi konvensional yang membutuhkan infrastrukturnya sendiri. Model dikembangkan dengan memanfaatkan komputasi awan (cloud computing), dengan dua platform, yaitu PaaS (Platform as a Service) dan SaaS (Software as a Service). PaaS digunakan untuk menyimpan seluruh database yang dibutuhkan oleh sistem informasi untuk dapat beroperasi, serta juga menyimpan sistem manajemen database yang diperlukan untuk mengelola keseluruhan database yang ada. SaaS digunakan sebagai aplikasi bagi end users, dalam hal ini semua pelaku dalam rantai pasok

(9) (1) (4) (7) (3) (6) (5) (8) (2) (2) Toko plastik & karton Petani atau pedagang apel Toko bahan kimia UMK Konsumen

Toko ritel Konsumen (1)

(7)

agroindustri olahan apel, untuk memanfaatkan sistem informasi. Gambar 6 menunjukkan model sistem informasi rantai pasok berbasis komputasi awan.

1) Pemasok: Terdapat 3 (tiga) pemasok utama dalam rantai pasok agroinduatri olahan apel, yaitu pemasok buah apel (bisa petani apel, atau pedagang apel), pemasok bahan tambahan pangan, serta pemasok bahan kemasan. Pemasok perlu membagi beberapa data berikut:

• Data persediaan bahan baku, baik persediaan apel, bahan tambahan pangan maupun persediaan bahan kemasan. Data persediaan mencakup jenis bahan baku (jenis apel, jenis bahan tambahan pangan dan jenis bahan kemasan) serta jumlah yang tersedia. Untuk bahan baku apel, pemasok juga perlu memberikan data mengenai kualitas dari apel yang dimiliki, antara lain grade dari apel tersebut.

• Data harga bahan baku, baik harga apel, harga bahan tambahan pangan dan harga bahan kemasan. Harga bahan tambahan pangan dan bahan kemasan memang cenderung tetap, akan tetapi harga apel biasanya selalu berubah. Perubahan harga apel biasanya disebabkan karena ketersediaan dan permintaannya di pasar. Data ini harus selalu terbarui, untuk memudahkan UMK melakukan perencanaan.

Data persediaan dan harga bahan baku harus bisa diakses oleh UMK, karena berkaitan langsung dengan operasional UMK untuk mengolah bahan baku menjadi produk olahan. Dengan data ini, UMK mudah untuk melakukan perencanaan operasionalnya. Data pemasok yang terlibat tercatat dalam database pemasok, sementara data persediaan dan harga bahan baku akan tercatat dalam database bahan baku.

2) UMK: UMK merupakan aktor utama dalam rantai pasok, karena UMK-lah yang melakukan proses diversifikasi produk menjadi berbagai olahan apel. Terdapat 2 (dua) jenis data yang dibagi oleh UMK, yaitu:

• Data permintaan bahan baku, yaitu bahan baku apel yang dibutuhkan, baik menyangkut jenis maupun jumlahnya. Selain itu, permintaan akan bahan tambahan pangan dan bahan kemasan juga harus dibagi oleh UMK. Data ini tidak dapat diakses oleh keseluruhan pemasok bahan baku, tetapi hanya dibagi UMK kepada pemasok yang diinginkan. UMK hanya melakukan permintaan bahan baku kepada pemasok yang diinginkannya. Data permintaan diakses UMK dari database bahan baku, dimana data permintaan UMK akan memperbarui database tersebut. Data permintaan UMK akan dilanjutkan dengan proses pembelian bahan baku, yang akan tercatat dalam database pembelian.

• Data persediaan produk jadi, yaitu produk olahan apel yang siap dipasarkan, termasuk jenis produk dan harga jualnya. Data ini dibagi dan dapat diakses oleh keseluruhan distributor yang tergabung dalam jaringan rantai pasok. Data persediaan produk jadi akan tercatat dalam database produk.

3) Retailer: Retailer atau distributor merupakan penghubung utama antara UMK dengan konsumen. Distributor akan memberikan data permintaan produk jadi, berdasarkan kebutuhan konsumen. Data permintaan meliputi jenis produk yang dikehendaki, serta jumlah yang diinginkan. Data permintaan distributor diakses dari database produk, yang sekaligus melakukan perbaruan terhadap database tersebut. Data permintaan ini dilanjutkan dengan proses pembelian produk, yang tercatat dalam database penjualan.

(8)

Database Management System DATA HUB Database Pembelian Database Pemasok Database UMK Database Retailer

Perangkat lunak aplikasi (application software) End Users PaaS Layer SaaS Layer Database Bahan baku Database Produk Database Penjualan Petani Apel

UMK olahan apel

Distributor atau retailer Pemasok Bahan

Tambahan

Pemasok Kemasan

Gambar 6. Model Sistem Informasi Rantai Pasok Berbasis Cloud Computing

V. PENUTUP

Hasil pengembangan model sistem informasi rantai pasok memberikan kemudahan bagi pelaku rantai pasok agroindustri olahan apel dalam berbagi informasi, untuk mendukung proses kolaborasi. Model dikembangkan dengan memanfaatkan komputasi awan (cloud computing), dengan dua platform, yaitu PaaS (Platform as a Service) dan SaaS (Software as a Service). PaaS digunakan untuk menyimpan seluruh database yang dibutuhkan, serta juga menyimpan sistem manajemen database yang diperlukan untuk mengelola keseluruhan database yang ada. SaaS digunakan sebagai aplikasi bagi end users, dalam hal ini semua pelaku dalam rantai pasok agroindustri olahan apel, untuk memanfaatkan sistem informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hudhaif, S. dan Alkubeyyer, A., 2011, “E-commerce adoption factors in Saudi Arabia”, Int. J. Bus. Manag.,Vol. 6 No. 9, hlm. 122-133.

Astuti, R.; Marimin; Poerwanto, R.; Machfud; Arkeman, Y., 2010, “Kebutuhan dan struktur kelembagaan rantai pasok buah manggis”, Integritas – Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 3 No.1, hlm. 99-115.

Bacheldor, B., 2003, Supply chain management still a work in progress, InformationWeek,

http://www.informationweek.com/news/10100101 (diakses 18 Pebruari 2012)

Cook, L.S., Heiser, D.R. & Sengupta, K., 2011, “The moderating effect of supply chain role on the relationship between supply chain practices and performance An empirical analysis”. International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 41 No. 2, hlm 104-134.

Indrajit, R.E.; dan Djokopranoto, 2003, Konsep Manajemen Supply Chain: Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

(9)

Indriantoro, N. dan Supomo, B. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen. Ed. Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Misra, V.; Khan, M.I.; Singh, U.K., 2010, “Supply chain management systems: Architecture, design and vision”, Journal of Strategic Innovation & Sust., Vol. 6 No. 4, hlm. 102-108.

Montoya-Torres, J. R. dan Ortiz-Vargas D.A., 2014, “Collaboration and information sharing in dyadic supply chains: A literature review over the period 2000–2012”, Estudios Gerenciales, Vol. 30, hlm. 343-354.

Russel, S.H., 2007, “Supply chain management; More than integrated logistics”, Air Force J. of Log., Vol. XXXI No. 2, hlm. 55-63

Sadegheih, A.; Li, D.; Sribenjachot, S.; Drake, P.R., 2010, “Applying mixed integer programming for green supply chain management”, South African Journal of Industrial Eng.,Vol.21 No. 2, hlm. 13-24. Sahin, F.; dan Robinson, E.P., 2002, “Flow coordination and information sharing in supply chains: review,

implications, and directions for future research”, Decision Sciences, Vol.33 No. 4, hlm. 505-536. Sejati, W.K., 2011, “Analisis kelembagaan rantai pasok telur ayam ras peternakan rakyat di Jawa Barat”,

Analisis Kebijakan Pertanian Vol.9 No. 2, hlm. 183-198.

Singh, A; Mishra, N; Ali, SI.; Shukla, N.; dan Shankar, R., 2015, “Cloud computing technology: Reducing carbon footprint in beef supply chain”, Int. J. Production Economics, Vol. 164, hlm. 462-471.

Sinha, A.K., 2013, “Opportunities of Cloud Computing in Supply Chain Management”. Anusandhanika, Vol.V No. I & II, hlm. 124-126.

Skintzi, G.D., 2007, Supply Chain Design: An Overview. Ph.D. Thesis. http://dmst.aueb.gr/en2/diafora2/ Phd_thesis/G_Skintzi.pdf. (diakses 16 Pebruari 2012).

Smith, G.E.; Watson, K.J.; Baker, W.H.; Pokorski, J.A., 2007, “Acritical balance: collaboration and security in the IT-enabled supply chain”, International Journal of Production Research, Vol.45 No. 11, hlm. 2595-2613.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-11. Bandung: Alfabeta.

Vidalakis, C.; Tookey, J.E. dan Sommerville, J., 2011, “The logistics of construction supply chains: The builders’ merchant perspective”, Eng. Cons. & Arch. Man., Vol. 18 No. 1, hlm. 66-81.

Wu, I-L.; Chuang, C-H.; dan Hsu, C-H., 2014, ”Information sharing and collaborative behaviors in enabling supply chain performance: A social exchange perspective”, Int. J. Production Economics, Vol. 148, hlm. 122-132.

Yang, J.; Wang, J.; Wong, C. W.Y.; Lai, K. H., 2008, “Relational stability and alliance performance in supply chain”, Omega, Vol.36 No. 4, hlm. 600-608.

Gambar

Gambar 1. Transisi konsep dari Logistik Klasik ke Manajemen Rantai Pasok   Sumber: Russel, 2007
Tabel 1. menunjukkan data UMK yang menjadi responden dalam penelitian ini, produk yang  dihasilkan, sumber bahan baku, sistem pembayaran dalam pembelian dan penjualan produk, serta  sistem  penjualan
Gambar 3. Klasifikasi UMK Berdasarkan Sumber Bahan Baku
Gambar 5. Aliran Informasi pada Rantai Pasok Agroindustri Olahan Apel
+2

Referensi

Dokumen terkait