ISSN2 0 8 8 - 9 1 9 4
7 7 2 0 8 8 9 1 9 4 0 8 9
Potret Umum
Transportasi KA dan
Jalan Tol di Indonesia
Jalan Tol dan Kereta Api,
Lokomotif Proyek KPBU
Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
|2015
PARTNERSHIP
SUSTAI NI NG
2
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015K
etersediaan sarana infrastruktur transportasi seperti akses jalan yang baik, sarana pelabuhan yang memadai, jembatan penghubung yang strategis, bandar udara yang berfasilitas lengkap, jalan tol yang sesuai kebutuhan dan sarana pendukung lain seperti rel dan sistem jaringan kereta api yang terorganisasi dengan baik akan secara langsung mempengaruhi peningkatan daya saing perekonomian yang nantinya berujung pada pesatnya laju pertumbuhan ekonomi.Bank Indonesia dalam Tinjauan Kebijakan Moneter BI menyebutkan bahwa sektor transportasi adalah sektor nomor dua yang paling berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, setelah sektor industri. Sudah selayaknya pembangunan sektor transportasi mendapatkan porsi perhatian yang cukup dan direncanakan secara komprehensif sehingga output isik dari pembangunan dapat tercapai sesuai yang direncanakan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan bahwa infrastruktur transportasi menjadi salah satu syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 7% dalam 3 tahun ke depan. Dalam visi Nawacita, Jokowi berkomitmen untuk membangun infrastruktur secara komprehensif. Termasuk di dalamnya adalah transportasi umum yang terintegrasi di darat, laut dan udara serta peningkatan kapasitas jalan, melalui pelebaran jalan, penambahan jalan baru dan pembangunan jalan tol.
Perkembangan pembangunan infrastruktur perkeretaapian di tanah air telah berubah signiikan dalam hal pemerataan pembangunan. Sebelumnya pemerintah hanya hanya melakukan pembangunan infrastruktur rel kereta api di pulau Jawa, kini meluas hingga ke seluruh Indonesia. Dengan ketersediaan infrastruktur yang beragam dan memadai, maka eisiensi lebih tercipta. Sektor riil akan lebih berpeluang tumbuh lebih besar karena para pelaku usaha kecil hingga besar sama-sama diuntungkan dengan biaya transportasi dan logistik yang lebih murah.
Tentunya pembangunan infrastruktur perkeretaapian dan jalan tol membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan waktu yang relatif lama. Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) merupakan alternatif pendanaan yang paling tepat karena pengadaan infrastruktur menyangkut kepentingan publik dan menuntut keterlibatan pemerintah.
Gerak cepat pemerintahan Jokowi membangun infrastruktur transportasi perkeretaapian dan jalan tol di seluruh Indonesia menunjukkan pemerintah peduli dengan aksesibilitas daerah. Sebab ketersediaan infrastruktur transportasi akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan potensi ekonomi yang ada. Diharapkan peningkatan konektivitas akan mampu memberikan dampak positif bagi pengembangan potensi ekonomi daerah, yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. (*)
Editorial
Editorial & redaksi
Membangkitkan Infrastruktur
Pendukung Mobilitas
SuSunan RedakSipenanggung jawab
Plt. Direktur Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta, Bappenas
peMIMpIn ReDaKSI
Jusuf Arbi
Dewan ReDaKSI
Delthy Sugriady Simatupang Gunsairi
Rachmat Mardiana Novie Andriani Dodi Sulistio Ahmad Yudistira Eka Masropah Christiaan R. Rudolph Ajeng P. Anggita Elisabeth Ria
ReDaKtuR pelaKSana
R Indra
ReDaKtuR
Thomas P Kandi Agus S
RepoRteR
Elmy Diah Lestari Dewi Sulistiawaty Andi Nur Azisa
FotogRaFeR
Ponco
DeSaIn gRaFIS
Afandi A, Dica H
alamat RedakSi
Infrastructure Reform Sector
Development Program (IRSDP)
BAPPENAS
kolom
13
Terdapat sebuah metode untuk mempercepat proses penyiapan proyek infrastruktur, yaitu Project Delivery Partnership (PDP) atau Kerjasama Penyediaan Proyek Infrastruktur. PDP bisa diartikan juga sebagai penunjukan langsung yang terstruktur.
Penunjukan Langsung
Yang Transparan Untuk
Percepatan Proyek
Infrastruktur di Indonesia
Daftar Isi
reportase
edukasi
20
24
Kemajuan sistem transportasi memang merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. Sistem ini harus didukung oleh keberadaan keberadaan jalan yang memadai, termasuk jalan tol, sehingga lalu lintas distribusi orang serta barang dan jasa akan lebih mudah dicapai.
Pemerintah sudah berada pada jalur yang tepat dengan membangun banyak infrastruktur kereta api di berbagai wilayah Indonesia.
Peluang investasi jalan tol di Indonesia tahun 2015 sangat besar dan akan terus meningkat di tahun mendatang.
Kelengkapan Regulasi Transportasi
Jalan Tol Tingkatkan Investasi
Ruas Tol
Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi
Ditargetkan Beroperasi
2017
reportase
15
Kanada banyak membangun infrastruktur transportasi Kereta Api untuk menghubungkan berbagai wilayah sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan.
Kanada Bangun Infrastruktur Kereta Api
untuk Konektivitas Kota
Pembangunan Kereta Api
Untuk Pemerataan
Penduduk dan Ekonomi
laporan utama
4
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015Berita Utama
P
residen Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan perdananya pada bulan Agustus yang lalu di depan Dewan Perwakilan Daerah dengan memaparkan berbagai program pembangunan infrastruktur yang termasuk agenda prioritas dalam Nawacita. Presiden menyebutkan beberapa proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan pemerintah seperti proyek jalan tol dan kereta api (Berita Trans, 2015). Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019, pembangunaninfrastruktur transportasi diprioritaskan kepada perkuatan konektivitas nasional untuk menyeimbangkan pembangunan antar wilayah serta mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional.
Adapun membangun transportasi massal perkotaan menjadi salah satu tambahan fokus prioritas pada sektor transportasi perkeretaapian.
Untuk itu, kebijakan pembangunan
infrastruktur transportasi diarahkan pada: 1) membangun sarana dan prasarana penghubung antar dan menuju koridor ekonomi dan kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi; 2) membangun sarana dan prasarana yang memenuhi standar dan
kompatibilitas global pada koridor regional/global; 3) memperluas jangkauan pelayanan infrastruktur ke daerah marginal melalui penyediaan angkutan umum murah, penyediaan aksesibilitas dan kegiatan keperintisan baik transportasi darat, perkeretaapian, laut dan udara; 4) meningkatkan
kapasitas infrastruktur transportasi untuk mengurangi
backlog maupun bottlenecking
kapasitas infrastruktur transportasi; 5) mendorong pengembangan angkutan laut, kereta api, dan angkutan
penyeberangan untuk mendukung tol laut dalam perwujudan sebagai poros maritim dunia (termasuk pengembangan angkutan Long Distance Ferry (LDF); serta 6) pengembangan transportasi di kota metropolitan untuk meningkatkan mobilitas bagi masyarakat melalui revitalisasi angkutan umum dan pembangunan transportasi massal berbasis jalan dan rel.
Selama periode 2005-2014 kebijakan pembangunan infrastruktur di Indonesia sudah
mengarah kepada peningkatan daya saing. Pembangunan sektor transportasi mengalami kenaikan yang cukup baik di sektor jalan. Untuk sektor jalan, kondisi mantap meningkat dari 80,6% pada tahun 2004 menjadi 92,5% pada tahun
2013. Pembangunan jalan nasional sepanjang 34.628 Km pada akhir tahun 2004 menjadi 47.017,27 Km pada awal tahun 2015. Adapun pembangunan jalan tol pada tahun 2005-2014 telah mencapai 213,64 Km, yang secara keseluruhan menghasilkan 942 Km jalan tol beroperasi di seluruh Indonesia (status per Juni 2015).
Jalan tol yang mulai beroperasi dalam periode 2005-2014 antara lain: ruas Cikampek–Purwakarta– Padalarang, JORR W2S (Pondok Pinang–Veteran), JORR S1 Utara Seksi 3 (Pondok Pinang– Taman Mini), JORR E3 (Cakung– Cilincing), JORR E1 Utara Seksi 4 (Hankam Raya–Cikunir), SS Waru–Bandara Juanda, Makassar Seksi IV, Jembatan Suramadu, Kanci–Pejagan, JORR W1 (Kebon Jeruk–Penjaringan), JORR W2 Utara (Kebun Jeruk–Ulujami), Surabaya–Mojokerto Seksi 1 (Waru Sepanjang), Semarang– Solo Seksi I (Semarang–Ungaran), Semarang–Solo Seksi II (Ungaran– Bawean), Kertosono–Mojokerto Seksi I (Bandar–Jombang), Bogor Ring Road (BORR) Seksi I (Sentul Selatan–Kedung Halang), BORR Seksi IIA (Kedung Halang–Kedung Badak), Cinere–Jagorawi Seksi I (Jagorawi–Raya Bogor), dan Bali Mandara (Nusa Dua–Ngurah Rai– Benoa).
Keberhasilan pembangunan jalan/jalan tol dan jembatan
Potret Umum Transportasi
KA dan Jalan Tol di Indonesia
Pandu Pradhana
untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi diantaranya Jembatan Kelok Sembilan, Jalan Raya Nagrek, Jalan Tayan Pontianak, Jalan Maros, Jalan Tol Tanjung Benoa- Nusa Dua, dan Jembatan Merah Putih. Di samping itu, peningkatan jalan tol diupayakan dengan dibangunnya jalan tol sepanjang 71 Km, diantaranya pada ruas Kanci-Pejagan, Semarang-Ungaran, Nusa Dua–Benoa, JORR W1 (Kebon Jeruk-Penjaringan), Cinere-Jagorawi, Surabaya-Mojokerto, dan Bogor Ring Road.
Hingga pada akhir tahun 2014, kondisi kemantapan jalan nasional telah mencapai 93,95%. Kondisi tersebut dicapai melalui beberapa kegiatan antara lain preservasi jalan dan jembatan sepanjang 31.214 Km dan 347,4 ribu M; peningkatan kapasitas jalan sepanjang 4.132 Km, pembangunan jalan baru sepanjang 369 Km; pembangunan jembatan sepanjang 7.751 M; pembangunan lyover/
underpass sepanjang 1.950 M; dan pembangunan jalan strategis sepanjang 570 Km dan jembatan 525 M di lintas selatan Jawa, perbatasan, terpencil dan terluar, serta pembangunan jalan tol oleh pemerintah sepanjang 11 Km seperti Jalan Tol Semarang–Solo Seksi II, Jalan Tol BORR Kedung Halang–Kedung Badak, dan Jalan Tol Mojokerto–Kertosono.
Sementara itu pada tahun 2015 telah beroperasi Jalan Tol Cikampek–Palimanan (Cipali) sepanjang 116,75 Km. Jalan tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang akan menghubungkan Merak (Banten) hingga Surabaya (Jawa Timur), serta memperpendek jarak tempuh sejauh 40 Km dan diprediksi akan memotong waktu tempuh 1,5 sampai dengan 2 jam dibandingkan melewati Jalur Pantai Utara Jawa. Selain itu, telah selesai juga pembangunan Jembatan Soekarno di Manado sepanjang 1.127 M yang merupakan bagian dari
Manado Outer Ring Road (MORR), ruas Jalan Tol Gempol–Pandaan sepanjang 12,05 Km, dan ruas Jalan Tol Porong–Gempol (Kejapanan– Gempol) sepanjang 3,55 Km.
Pada sektor transportasi perkeretaapian, dalam kegiatan pembangunan rel ganda, modernisasi persinyalan, serta fasilitas keselamatan kereta api telah mampu menurunkan secara signiikan jumlah kejadian kecelakaan kereta api. Penyediaan dana Public Service Obligation
(PSO) dan pola operasi KA Jabodetabek mampu meningkatkan frekuensi pelayanan dan jumlah penumpang KA selama periode 2004 – 2014. Capaian kegiatan di sektor perkeretaapian yang telah dilaksanakan yang antara lain:
Jembatan Kereta Api, telah dilaksanakan sebanyak 89 unit dari target 34 unit atau realisasi mencapai 261,76% serta kegiatan pembangunan jembatan KA yang telah dilaksanakan sebanyak
No Jalan Tol OPERASI (s.d. 06/2015)
I. Lintas Utama 43 324 1,681 2,048
a. Banda Aceh-Medan - 16 455 471
b. Medan-Pekanbaru 43 197 335 575
c. Pekanbaru- Palembang - 111 556 667
d. Palembang-Bakauheni - 150 335 335
II. Lintas Penghubung - 22 770 792
a. Tebing Tinggi-Sibolga - - 200 200
b. Pekanbaru-Padang - - 240 240
c. Palembang-Bengkulu - 22 330 352
B. Non Lintas Sumatra - - 25 25
2
P JAWA 872 950 988 2,815
A. Trans Jawa (Merak-Banyuwangi) 473 538 170 1,187
B. Jabodetabek 209 250 71 530
Tabel 1. Program Pembangunan Jalan Tol di Indonesia
6
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015Berita Utama
111 unit dari target 55 unit atau realisasi mencapai 201,82%;
Persinyalan, dalam rangka kelancaran operasi perjalanan KA dan mendukung peningkatan keselamatan serta peningkatan pelayanan dilakukan kegiatan modernisasi dan peningkatan persinyalan, telekomunikasi dan listrik yang terdiri dari pekerjaan persinyalan sebanyak 71 paket dari target 29 paket atau realisasi mencapai 244,83% dan pekerjaan listrik aliran atas sebanyak 14 paket dari target 14 paket atau realisasi mencapai 100%;
Logistik, dalam pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jalur KA, pengadaan material/ logistik yang telah dilaksanakan dalam kurun lima tahun terakhir berupa pengadaan rel sebanyak 142.311 ton dari target 60.489 ton atau realisasi mencapai 235,27% dan pengadaan wesel sebanyak 105 unit dari target 245 unit atau realisasi mencapai 42,86%;
Prasarana Perkeretaapian, diantaranya adalah pembangunan jalur ganda Cikampek–Cirebon sepanjang 135 Km, pembangunan jalur ganda Yogyakarta–Kutoarjo sepanjang 64 Km, pembangunan jalur ganda Tanah Abang–Serpong sepanjang 23 Km, pembangunan jalur KA di Aceh antara Simpang Mane–Blangpulo–Cunda sepanjang 30,3 Km, elektriikasi jalur KA antara Serpong–Parungpanjang sepanjang 20 Km termasuk rehab track eksisting sepanjang 11,52 Km, dan pembangunan jalur ganda lintas utara jawa (Jakarta– Surabaya sepanjang 727 Km serta
pembangunan jalur KA menuju Bandara Internasional Kualanamu sepanjang 27,8 Km;
Sarana Perkeretaapian, telah dilaksanakan kegiatan pengadaan sarana perkeretaapian khususnya untuk menunjang angkutan KA ekonomi jarak menengah dan jauh. Dalam kurun waktu tahun 2005– 2009, jumlah pengadaan kereta ekonomi (K3 termasuk KMP3) yang telah dilaksanakan adalah sebanyak 152 unit dari target 90 unit atau realisasi mencapai 168,9 %. Selain itu, untuk mendukung pelayanan KA komuter/perkotaan telah dilaksanakan pengadaan KRD/KRDI sejumlah 63 unit dari target 15 unit atau realisasi mencapai 420 % serta pengadaan KRL sejumlah 68 unit dari target 10 unit atau realisasi mencapai 680 %;
Rehabilitasi, terdiri dari rehabilitasi prasarana dan sarana KA, untuk kegiatan rehabilitasi sarana telah dilaksanakan sebanyak 47 unit kereta ekonomi (K3/KMP3) dari target 100 unit atau realisasi mencapai 47%, 18 unit KRL dari target 5 unit atau realisasi mencapai 360%, dan 26 unit KRD dari target 34 unit atau realisasi mencapai 76,5%;
Penyediaan Dana PSO,
Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian subsidi pada
angkutan kereta ekonomi yang bertujuan untuk meringankan beban masyarakat sehingga daya beli masyarakat menjangkau terhadap harga tiket kereta api kelas ekonomi serta mendorong perpindahan moda angkutan dari
kendaraan pribadi maupun motor ke angkutan umum khususnya kereta api. Dalam kurun waktu 2005–2013 terjadi peningkatan jumlah PSO yang signiikan yaitu dari Rp 140 Miliar pada tahun 2004 menjadi Rp. 704,8 Miliar pada tahun 2013 atau mengalami peningkatan lebih dari 5 (lima) kali, dimana kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 130,5 milyar dibanding tahun sebelumnya.
Hingga akhir tahun 2014, sektor transportasi perkeretaapian telah mendapat beberapa capaian penting yang telah dilaksanakan antara lain dimulainya konstruksi pembangunan MRT Jakarta; pembangunan jalur ganda KA Lintas Utara Jawa 725 Km; pembangunan beberapa jalur ganda lainnya seperti jalur ganda lintas Duri–Tangerang; lintas Parungpanjang–Maja, dan lintas Cirebon–Prupuk. Selain itu juga telah dilakukan pembangunan jalur KA yang dilaksanakan oleh PT. KAI antara lain lintas Araskabu– Kualanamu; dan KA akses Bandara Soekarno Hatta via Tangerang; dan dimulainya pembangunan jalur KA Trans Sulawesi antara Makassar– Parepare. (*)
Referensi Prihartono, et al. 2015. Draft
Lampiran Pidato Presiden Republik Indonesia 14 Agustus 2015. Direktorat Transportasi, Kementerian PPN/Bappenas http://beritatrans.com/2015/08/14/ jokowi-pemerintah-akan- kebut- pembangunan-jalan-tol-dan-kereta-api-di-indonesia/ diakses 13
Kelengkapan Regulasi Jalan Tol
Tingkatkan Investasi
P
eluang investasi besar untuk bisnis jalan tol itu bukan tanpa alasan. Pemerintah telah membuat regulasi yang kuat sebagai payung hukum yang memberi jaminan bagi para investor. Ada lima peraturan yang telah dibuat pemerintah untuk mendukung peningkatan investasi di bisnis jalan tol.Kelima peraturan tersebut yaitu Undang-Undang (UU)
“peluang investasi jalan tol di indonesia tahun 2015 sangat
besar dan akan terus meningkat di tahun mendatang,” kata
kepala Badan pengatur Jalan tol (BpJt) kementerian pekerjaan
umum Herry trisaputra Zuna saat wawancara dengan
Majalah
Partnership
.
Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2013; PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan UU No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum.
“Khusus pengaturan mengenai tata cara dan mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur Jalan Tol diatur dalam Perpres 38 Tahun 2015 beserta peraturan pelaksanaannya,” tutur Herry.
Selain regulasi yang memberi kepastian hukum bagi investor, Kementerian PUPR juga membuat kebijakan percepatan pembangunan jalan tol. Kebijakan tersebut tercantum dalam dokumen ‘Peluang Investasi Jalan Tol di Indonesia’ yang dipublikasikan Oktober 2014.
8
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015dimaksud yaitu dengan menggarisbawahi kewajiban badan usaha pelaksana (BUP) untuk melakukan pendanaan, membangun, melakukan operasi, dan pemeliharaan proyek. Dengan kewajiban yang sudah menjadi tanggung jawab BUP tersebut, proses lelang harus mampu menjaring BUP yang dapat melaksanakan konstruksi
sekaligus mendatangkan keuntungan agar proyek dapat
terlaksana segera setelah perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) ditandatangani.
“Untuk itu dalam dokumen disyaratkan peserta lelang sudah harus berbicara dengan perbankan dan menunjuk kontraktor yang akan melaksanakan proyek. Kami memastikan hal ini dilakukan,” papar Herry. Lebih lanjut dijelaskan, pengembangan bisnis jalan tol dengan skema KPBU ini didukung oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) dengan menjamin contingent liability. Sedangkan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) berperan lewat pemberian porsi
Berita Utama
Kebijakan tersebut yaitu peraturan perundang-undangan yang mendukung percepatan pembangunan jalan tol; penguatan kerangka kerja institusi dan pengaturan jalan tol lewat pembentukan BPJT sebagai badan regulator di bidang jalan tol; pembentukan Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur yang diketuai Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian; perjanjian pengusaha jalan tol
yang bankable dan investor friendly; formulasi sistem yang tepat untuk penyesuaian tarif tol; serta pengelolaan risiko pembebasan tanah dengan penyiapan mekanisme revolving fund melalui Badan Layanan Umum (BLU)-BPJT dan land capping.
Keberadaan regulasi dan kebijakan ini, kata Herry, dilakukan seiring dengan program pemerintah untuk mencapai target pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 kilometer (km) selama lima tahun mendatang. BPJT dalam hal ini bertugas untuk memastikan perencanaan dilakukan dengan matang, proses lelang berjalan transparan, melaksanakan pengendalian pembangunan, memastikan proyek beroperasi, dan memastikan pemeliharaan jalan tol.
pinjaman dengan tenor menarik. PT SMI juga memberi pinjaman atas cash deiciency pada tahun-tahun awal jalan tol beroperasi.
“Skema ini dilakukan dengan memanfaatkan kelebihan dan kepastian proses pengadaan tanah sesuai UU Nomor 2 tahun 2012 dan turunannya. Sehingga BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) dapat melaksanakan tugas tanpa menunggu tanah bebas 100 persen seperti terjadi selama ini,” kata Herry.
Herry menegaskan, pemerintah saat ini mengarahkan agar seluruh proyek jalan tol dikembangkan dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Menurut penjelasan Herry kepada Partnership, saat ini terdapat 33 ruas jalan tol yang sudah beroperasi dan 34 ruas tol yang sedang dalam tahap pengusahaan dilakukan dengan skema KPBU.
Digambarkan Herry, peran swasta dalam bisnis jalan tol sepanjang 1.000 km yaitu 85 persen dibangun oleh badan usaha dengan skema Build Operate Transfer (BOT), Supported Build Operate Transfer (SBOT), dan penugasan pemerintah kepada BUMN.
Berdasarkan data yang dilansir BPJT Kementerian PU, panjang jalan tol yang telah terbangun yaitu sepanjang 948 km, dibangun oleh BUJT seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), PT Astratel Nusantara
yang berada di bawah Grup Astra, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), PT MNC Infrastruktur Utama, PT Bangun Tjipta Sarana, dan PT Lintas Marga Sedaya.
Dalam mencapai target pembangunan jalan tol untuk memperkuat infrastruktur, Herry menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi. Namun dari tantangan tersebut, regulasi tidak termasuk di dalamnya. “Kendala pemerintah dalam mewujudkan pembangunan jalan tol terutama tanah yang belum tersedia dan sulit pengadaan. Fasilitas pembiayaan perbankan juga menjadi tantangan tersendiri,” kata Herry.
Data yang dilansir BPJT Kementerian PU, selama tahun 2015 pemerintah telah menandatangani PPJT pada beberapa ruas jalan tol antara lain Medan – Kualanamu – Tebingtinggi, Medan – Binjai, Soreang – Pasirkoja; Palembang – Indralaya; dan Bakauheni – Terbanggi Besar. Sedangkan ruas jalan tol sepanjang 1.584 km sedang dalam tahap konstruksi hingga 2019. Sementara untuk ruas jalan tol yang dalam tahap
persiapan dan pelaksanaan tender memiliki total panjang 348 km.
Untuk proyek jalan tol 2015, BPJT melakukan pelelangan pengusahaan jalan tol untuk beberapa ruas antara lain Soreang – Pasirkoja (Panjang 11 km dengan biaya investasi Rp1,5 triliun; Kayuagung – Palembang – Betung sepanjang 112 km dengan investasi Rp14,43 triliun; Manado – Bitung sejauh 39 km senilai Rp3,89 triliun; Balikpapan – Samarinda sepanjang 99 km senilai Rp6 triliun; Pandaan – Malang 37,62 km dengan investasi Rp2,97 triliun; dan Serpong – Balaraja 30 km senilai Rp5,18 triliun.
“Selain proyek-proyek tersebut, saat ini sedang dilakukan konstruksi untuk jalan tol Trans Jawa, Jabodetabek, non Trans Jawa, dan Trans Sumatra,” ujar Herry. Dari proyek tersebut, dua di antaranya masuk dalam proses prakualiikasi yaitu Samarinda-Balikapapan dan Pandaan Malang; dua proyek dalam proses pelelangan yaitu Manado-Bitung dan Serpong-Balaraja.
Sementara itu, sebanyak lima proyek telah dan akan menandatangani PPJT yaitu Palembang-Indralaya, Bakau-heni-Terbanggi Besar, dan Soreang-Pasir Koja, serta Kayuagung – Palembang – Be-tung dan Pekanbaru-Kandis-Du-mai. “Selanjutnya akan segera menyu sul prakualiikasi untuk setidaknya empat proyek jalan tol dalam waktu dekat,” kata Herry. (*)
Seluruh regulasi yang
ada saling terkait dan
saling melengkapi dalam
mendukung untuk
mewujudkan infrastruktur
jalan, terutama jalan tol di
10
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015Berita Utama
M
ewujudkan sistem transportasi tol laut, juga perlu adanya dukungan moda di dalam pulau yang efektif dan eisien. Pembangunan berbasis rel dinilai efektif karena selain dapat merangsang ekonomi di masing masing daerah, transportasi berbasis rel juga lebih eisien dalam mengangkut logistik atau pun penumpang. Selain itu, kereta juga tidak pernah mengalami kemacetan.Pengembangan transportasi masal berbasis rel juga menjadi salah satu program utama Kementerian Perhubungan. Dalam lima tahun ke depan, Kemenhub akan fokus melakukan pemerataan pembangunan kereta api ke seluruh Indonesia.
Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Hermanto Dwiatmoko, mengatakan bahwa Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian menargetkan dapat membangun jaringan kereta api nasional sepanjang 12.100 kilometer (km) untuk pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta jaringan kereta api perkotaan pada tahun 2030 nanti.
Selain itu, Ditjen Perkeretapian Ke-menhub juga menargetkan memi-liki lokomotif untuk angkutan pe-numpang mencapai 2.805 unit dan gerbong kereta api penumpang se-banyak 27.960 unit. Sedangkan un-tuk angkutan barang, ditargetkan jumlah lokomotif dapat mencapai 1.995 unit dan gerbong mencapai 39.655 unit.
Untuk mewujudkan sarana dan prasarana perkeretapian hingga 2030 nanti, Kemenhub membutuhkan
dana investasi kurang lebih US$ 60 miliar Kebutuhan dana tersebut tidak akan berasal dari pemerintah seluruhnya, namun diharapkan juga dari pasrtisipasi badan usaha. Porsi pemerintah hanya sebesar 30% atau kurang lebih US$ 18 miliar dan sisanya sebesar 70% atau sekitar US$ 42 miliar akan didapatkan dari investor swasta dengan mengembangkan pola dan mekanisme pembiayaan/ investasi melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Skema KPBU merupakan alternatif pendanaan yang paling tepat dalam penyelenggaraan infrastruktur perkeretaapian karena selain membutuhkan investasi yang besar dari badan usaha juga memerlukan dukungan pemerintah untuk melancarkan proses pembangunan infrastruktur
Dalam Rencana Induk Perkeretapian Nasional Tahun 2030, beberapa model skema KPBU yang dapat digunakan sebagai alternatif kerjasama antara lain : Design Bid Build, Private Contract, Design Build, Build-Operate-Transfer
(BOT), Long Term Lease Agreement, Design Build Finance Operate
(DBFO), Build-Own-Operate (BOO). Untuk mendorong keterlibatan badan usaha secara bertahap dan proporsional, perlu dilakukan
Skema KPBU: Alternatif
Pendanaan Infrastruktur
Kereta Api
skema kerjasama pemerintah dengan Badan usaha (kpBu)
mulai dijadikan tulang punggung pendanaan untuk membangun
infrastruktur perkeretaapian. dari delapan proyek yang direncanakan
dibangun dengan skema kpBu pada tahun 2013, satu diantaranya
sudah ditetapkan pemenang lelangnya.
fragmentasi lingkup pekerjaan sesuai dengan kemampuan pendanaan badan usaha. Strategi fragmentasi tersebut sangat dibutuhkan untuk menentukan skala investasi (besar dan sedang) sehingga peran badan usaha dapat menjadi lebih luas.
Meski sistem KPBU masih memerlukan penyempurnaan, Kemenhub telah mencoba
merencanakan proyek pembangunan prasarana kereta
api dengan memakai pola KPBU sejak tahun 2013. Beberapa proyek yang sudah direncanakan antara lain: Perkeretaapian Bandara Soekarno-Hatta-Halimperdanakusumah(SHIA), LRT Bandung, Integrated Gedebage Multipurpose Terminal, Pembangunan Monorel di Provinsi Sumatera Selatan, Monorel Pulau Batam, proyek kereta api dari Muara Enim (Provinsi Sumatera Selatan) -Pulau Baai (Provinsi Bengkulu), dan proyek kereta api dari Puruk Cahu ke Batanjung melalui Bangkuang (Provinsi Kalimantan Tengah).
Dari delapan proyek yang direncanakan tersebut, baru satu proyek yang ditetapkan pemenang lelangnya yaitu proyek kereta api dari Puruk Cahu ke Batanjung melalui Bangkuang di Provinsi Kalimantan Tengah. Me lalui Keputusan Gubernur Kalteng nomor 188.44/341/2015, Pemprov Kalteng sebagai PJPK menetapkan PT. Perkeretaapian Tambun Bungai sebagai Badan Usaha Penyeleng-gara Pra sarana Perkeretaapian Umum untuk Prov Kalteng dari Puruk Cahu ke Batanjung melalui Bangkuang. Saat ini badan usaha penyelenggara tersebut sedang menjalankan proses pengadaan lahan dan ijin AMDAL.
Adapun proyek yang saat ini sedang dalam proses lelang adalah LRT Bandung. Saat ini sudah ada dua peserta yang lulus pada tahap Pra Qualiication dan akan dilaksanakan proses lelang pada bulan April 2016 mendatang. Untuk pembangunan awal koridor 1 pemerintah daerah tidak memberikan dana dukungan tunai infrastruktur atau Viability Gap
Funding (VGF) tetapi menyediaan 6 lahan untuk Transit Oriented.
Untuk Perkeretaapian Bandara Soekarno-Hatta-Halimperdanakusu-mah(SHIA), Kemenhub masih akan mereview hasil Feasibilty Study, mengingat nilai VGF pada hasil stu-di PT. Sarana Multi Infrastruktur dinilai masih terlalu besar. Kemente-rian Perhubungan akan melakukan kajian ulang terkait integrasi jalur KA eksisting dan jalur LRT Jabo-detabek dengan adanya perubahan lebar rel. Trase yang semula Halim Perdanakusuma-Manggarai-Dukuh Atas-Tanah Abang-Pluit-Bandara Soetta, diubah menjadi Gambir – Kota/Kampung Bandan – Pluit – Bandara Soetta serta menggunakan asset jalur KA eksisting sehingga lebih efektif.
Melihat perkembangan skema KPBU di sektor perkeretapian yang sudah berjalan cukup bagus, dalam waktu dekat Kemenhub akan mengusulkan proyek baru untuk dilaksanakan dengan skema KPBU. Proyek yang dimaksud adalah pengoperasian dan pemeliharaan LRT Jabodetabek.
Proyek ini diusulkan untuk
melaksanakan amanat Peraturan Presiden Nomor. 98
tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit
12
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015Penunjukan Langsung Yang
Transparan Untuk Percepatan Proyek
Infrastruktur di Indonesia
B
erdasarkan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, telah diamanatkan bagi Pemerintah untuk mendorong partisipasi swasta, masyarakat dan pemerintah daerah dalam pelayanan dan penyelenggaraan sarana dan prasarana. Dalam rencana 5 tahun kedepan, Pemerintah Indonesia menargetkan sekitar 220 proyek infrastruktur baik yang akan didanai oleh iskal, oleh pola Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau dengan hutang luar negeri. Demi percepatan pembangunan infrastruktur, maka Pemerintah mulai melakukan penugasan pada BUMN melalui mekanisme penunjukan langsung. Terdapat banyak regulasi yang telah diterbitkan pada tahun 2014 dan 2015 yang mengatur penugasan BUMN pada pembangunan infrastruktur tertentu.Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur sudah ada sejak tahun 2005, namun selama 10 tahun ini masih belum optimal dalam mencapai target yang dibuat
adalah Proyek MRT Jakarta yang memerlukan waktu 10 tahun dari tahun 2004 penyiapan Prastudi Kelayakan sampai ground breaking
pada tahun 2014. Rencana pembangunan MRT/LRT untuk koridor Kota Jakarta ke Bandara Sukarno-Hatta sudah lebih dari 10 tahun juga masih dalam proses dan belum pasti karena skemanya diubah dari KPBU unsolicited
menjadi pendanaan iskal. Rencana KPBU pengolahan sampah dan limbah di 5 wilayah Jakarta sudah lebih dari 10 tahun masih belum jelas terkait skema kerjasama yang akan dilakukan. SPAM Semarang Barat yang memerlukan waktu 8 tahun untuk proses penyiapan proyek dari tahun 2008 sampai 2015. Bahkan, proses penyiapan proyek SPAM Umbulan yang sudah berjalan selama 20 tahun masih belum selesai untuk memulai konstruksi.
Untuk itu perlu dilakukan percepatan dalam persiapan proyek. Salah satu cara yang telah dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan penunjukan langsung pada BUMN. Dari segi komitmen politik, mekanisme ini menimbulkan kepastian politik. Cara ini juga akan banyak mempersingkat waktu persiapan koordinasi antar institusi. Namun, level of fairness and transparent menjadi pertanyaan bagi semua pihak. Dikhawatirkan akan ada moral hazard yang akan dari tahun ke tahun. Bahkan, telah
disadari oleh Pemerintah Pusat bahwa tingkat kesuksesan proyek KPBU kurang dari 2% terhadap target proyek. Penyebab utama tidak suksesnya KPBU di Indonesia terutama karena keterbatasan dari sisi pembiayaan penyiapan proyek, keterbatasan pengadaan konsultan dan investor untuk menyiapkan proyek infrastruktur yang matang dan layak dikerjasamakan dengan Skema KPBU, serta permasalahan teknis pembebasan tanah.
Salah satu penyebab kurang suk-sesnya penyediaan infrastruktur dengan pola KPBU adalah lama-nya proses penyiapan proyek infra-struktur tersebut oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Koordinasi dan penyiapan dokumen membutuhkan waktu yang sangat panjang karena ada kecenderungan saling menunggu antar instansi. Penyediaan dokumen yang membu-tuhkan proses penganggaran dan pengadaan yang cukup panjang disebabkan oleh diperlukannya tender konsultan dan tenaga ahli. Penyiapan proyek secara unsolicited
dengan penyiapan proyek yang dise-rahkan kepada badan usaha swasta telah dilakukan beberapa tahun ter-akhir, namun juga belum memberi-kan hasil yang memuasmemberi-kan.
Contoh penyiapan proyek infrastruktur yang sangat panjang
Leny Maryouri
PhD Candidate,
Construction Management, Curtin University, Perth, Australia
kolom
mengarah pada kolusi dan korupsi. Untuk menghindari ketiadaan
fairness dan transparent serta untuk membuka kompetisi yang adil, maka proses kerjasama penunjukan langsung perlu dilakukan dengan cara yang terbuka. Berdasarkan rekomendasi studi PhD Leny Maryouri, 2015, terdapat sebuah metode untuk mempercepat proses penyiapan proyek infrastruktur, yaitu Project Delivery Partnership
(PDP) atau Kerjasama Penyediaan Proyek Infrastruktur yang dilanjutkan dengan Service
hybrid dari EPC dan privatisasi. Sejak awal, badan usaha yang terlibat dalam penyiapan proyek infrastruktur KPBU berkoordinasi dengan Pemerintah dimana risiko dan ketidak-pastian proyek untuk pemerintah dan sektor swasta bisa terstruktur secara lebih awal dan lebih pasti, terutama untuk mengelola biaya investasi, pengembalian atas investasi dan
cost overrun lainnya.
PDP telah sukses diterapkan untuk membangun infrastruktur
Gambar 1 : Project Delivery Partnership Framework, Sumber : (Maryouri et al., 2015)
Delivery Partnership (SDP) untuk memastikan infrastruktur yang terbangun memberikan manfaat yang baik pada masyarakat (Lihat pada Gambar Project Delivery Partnership Framework). PDP bisa diartikan juga sebagai penunjukan langsung yang terstruktur. Konsep PDP adalah modiikasi dari KPBU (terutama unsolicited) menjadi
yang relatif memerlukan investasi besar serta kesediaan swasta untuk berinvestasi. Contoh proyek yang dikembangkan dengan PDP meliputi Cross Rail Link di London, Inggris, dan pengembangan Urban Integrated Transport System di Kuala Lumpur, Malaysia. Waktu yang diperlukan dari proses integrasi perencanaan bersama
transpa ran sesuai kapasitas yang ada. Se hingga, akan tercipta kom-petisi yang adil secara optimal pada semua potensi untuk berpe-ran membangun infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia.
Semoga percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia bisa tercapai dengan baik. (*)
pemerintah dan swasta hingga
inancial closing dan ground breaking hanya berkisar 2 tahun.
PDP merupakan proses kerjasama yang diharapkan akan mempersingkat proses perencanaan, pengadaan, penyiapan sampai
inancial closing dalam menyiapkan proyek infrastruktur. PDP akan ditindak-lanjuti dengan SDP sesuai hasil rekomendasi dari proses evaluasi.
14
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015K
anada hingga hari ini telah memiliki lebih dari 46.000 kilometer trek kereta api. Industri transportasi kereta api merupakan elemen penting dari sistem transportasi di Kanada. Di negeri tetangga Amerika Serikat ini, industri transportasi kereta api menghasilkan sekitar $10 miliar per tahun. Dari total itu, 95% berasal dari kereta angkutan barang sedangkan 5% sisanya dihasilkan dari kereta komuter antarkota serta kereta wisata yang umumnya melayani perjalanan jarak pendek.Sebagai gambaran, Kanada memiliki bermacam layanan transportasi kereta api yang diantaranya, kereta api kelas
shortline yang merupakan
Kanada banyak membangun infrastruktur transportasi Kereta Api untuk menghubungkan berbagai
wilayah sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan. Sebagian infrastruktur tersebut
dikembangkan dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Negara bagian di
Kanada pun sangat antusias terhadap skema KPBU untuk infrastruktur transportasi kereta api.
LRT yang menghubungkan pusat Kota Edmonton dengan wilayah sekitar.
reportase
komponen fundamental dari jaringan kereta api di negara ini. Kereta api ini biasanya mengangkut barang yang beroperasi dari satu kota ke kota lain di Kanada. Ada juga kereta api penumpang yang khusus melayani antar negara bagian. Pada tahun 2009 penumpang kereta api penumpang antar negara bagian telah mencapai 4,5 juta penumpang. Sebagai transportasi jarak pendek antar kota, disediakan pula kereta komuter seperti halnya kereta Jabodebatek di Indonesia. Kereta komuter di Kanada banyak yang dioperasikan oleh lembaga transportasi yang dibentuk oleh negara bagian.
Sementara hal yang hampir Sementara yang hampir serupa dengan kereta komuter terdapat
kereta yang menghubungkan antara stasiun kereta api yang terdapat di kota dengan bandara. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan aksesibilitas ke bandara serta meningkatkan koneksi antar moda angkutan. Khusus untuk dalam kota, pemerintah negara bagian banyak yang mengembangkan Light Rail Transit (LRT) atau biasa disebut trem. Nah, di Kanada, pengembangan kereta komuter, kereta tujuan bandara hingga LRT dan infrastrukturnya juga tak lepas dari skema KPBU.
Dalam catatan Public Private Partnership (PPP) Inc, lembaga PPP Center di Kanada, negara ini paling tidak telah menjalankan skema KPBU untuk pembangungan infrastruktur transportasi kereta
kanada Bangun infrastruktur
kereta api untuk konektivitas kota
Evergreen Rapid Transit Project. Yang menarik, pembangunan infrastruktur transportasi kereta api selalu melibatkan pemerintah negara bagian setempat. Banyak negara bagian yang mulai menyadari bahwa moda angkutan kereta api merupakan sarana penghubung antar wilayah sekaligus solusi mengatasi kemacetan dan polusi. Karenanya dengan tangan terbuka mereka selalu menyambut baik pengembangan infrastruktur transportasi kereta api baik yang dilakukan dengan anggaran pemerintah maupun melalui skema KPBU.
Antusiasme itu paling tidak tercermin dari pendapat Michael Roschlau, Ketua Asosiasi Transit Perkotaan Kanada yang mengatakan, LRT mengalami kebangkitan di kota seluruh Kanada dengan adanya berbagai jalur baru yang tengah
direncanakan maupun sedang dalam pembangunan. Layaknya kota besar dunia lain, kota-kota di Kanada pun mengalami persoalan kemacetan. Kondisi itu, sebutnya, mendorong pembangunan LRT dan kereta komuter yang dipercaya sebagai cara mengatasi kemacetan. Langkah yang mayoritas dilakukan negara bagian ini menurut Roschlau ternyata didukung publik secara luas.
Roschlau beranggapan untuk memenuhi ekspektasi publik terhadap pembangunan LRT hingga kereta komuter, skema KPBU pantas menjadi pilihan. Sebagai informasi, pemerintah negara bagian kerap menerima saran dan masukan dalam setiap pembangunan infrastruktur yang menggunakan skema KPBU. Saran dan masukan itu berasal dari PPP Inc. Sementara P3 Canada Fund juga akan memberikan jaminan pembiayaan. (*)
api yang diantaranya LRT Kota Edmonton, GO Transit East Rail Maintenance Facility yang terletak di Kota Whitby, Lachine Train Maintenance Centre di Montreal, Quebec hingga Lincoln Station Project yang terletak di Kota Coquitlam, British Columbia.
LRT di Kota Edmonton sendiri menghubungkan masyarakat di Mill Woods dan tenggara Edmonton ke pusat kota. Dengan begitu, pusat kota Edmonton akan lebih mudah diakses. LRT ini mampu membawa penumpang sebanyak 49.000 setiap harinya. Sebelumnya PPP Inc telah menawarkan proyek ini secara kompetitif. Badan usaha yang terpilih berhak untuk merancang, membangun, keuangan, mengoperasikan dan memelihara LRT ini selama periode 30-tahun. Stephen Mandel, Walikota Edmonton, sangat mengapresiasi kinerja PPP Inc dan menyatakan pihaknya dengan tangan terbuka menyambut proyek LRT ini. Dengan LRT, akses ke kota Edmonton menurutnya akan lebih mudah.
Sementara untuk GO Transit East Rail Maintenance Facility yang terletak di Kota Whitby, ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pemeliharaan dan memperluas jaringan transportasi kereta api. Serupa dengan, Lachine Train Maintenance Centre di Montreal, Quebec juga dimaksudkan sebagai fasilitas pemeliharaan kereta api. Adapun Lincoln Station Project yang terletak di Kota Coquitlam, British Columbia merupakan sebuah stasiun transit
16
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015Tol Serpong-Balaraja, Membuka Akses
Kawasan Kabupaten Tangerang
terdapat sejumlah proyek jalan tol yang masuk dalam proses
pelelangan tahun 2015, salah satunya jalan tol serpong-Balaraja.
Jalan tol serpong-Balaraja akan dibangun sepanjang 30 kilometer
(km) dengan total nilai investasi sebesar rp5,18 triliun.
P
royek jalan tol Serpong-Balaraja ini merupakan sambungan dari jalan tol yang telah ada sebelumnya yaitu Ulujami-Serpong. Jalan tol ini akan menjadi jalur strategis karena menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kabupaten Tangerang.Bukan hanya menghubungkan jalan tol Ulujami-Serpong, ruas tol ini juga akan tersambung dengan jalan tol Tangerang-Merak dan jalan tol Jakarta-Serpong yang telah beroperasi jauh sebelumnya. Jalur tol Serpong-Balaraja akan mulai dibangun dari Bumi Serpong Damai, Kecamatan Serpong dan melewati enam kecamatan yaitu Cisauk, Legok, Curug, Panongan, Tigaraksa, dan Balaraja.
Jalan tol ini dibangun dengan tiga tahap yaitu tahap I rute Serpong-Legok sepanjang 11 km, dilanjutkan dengan tahap II rute Legok-Citralaya sejauh 8 km, dan tahap III jalur Citralaya-Balajara sepanjang 12 km. Untuk pembebasan lahan, diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp1,7 triliun.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, proyek ini sedang dalam tahap lelang dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
“Saat prakualiikasi ada empat peserta yang sudah lolos. Sekarang kami masih menunggu peserta melengkapi dokumen lelang. Dari empat peserta itu, kemungkinan tiga peserta akan melanjutkan dan tertarik dengan proyek ini,” kata Herry kepada Partnership, pada pertengahan Desember 2015.
Empat peserta yang dinyatakan lolos tahap prakualiikasi adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP); Konsorsium SP Road dan PT Prabu Persada; Konsorsium PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Astratel Nusantara, dan PT Transindo
Karya Investama; serta Konsorsium PT Nusantara Infrastruktur Tbk dan Egys, kontraktor asal Korea Selatan.
“Targetnya memang beberapa kali mundur, tetapi kami optimistis ini bisa jalan terus. Saat ini juga sudah berjalan baik. Soal konstruksi, kami menunggu dokumen lelang dan pembebasan tanah yang masih terus dilakukan,” ujar Herry.
Data BPJT yang diperoleh Majalah Partnership menunjukan, progres pengadaan lahan seksi I (Serpong-Legok) sepanjang 11 km sudah mencapai hampir 100 persen, sementara pembebasan lahan untuk seksi II (Legok-Citralaya) dan seksi III (Citralaya-Balaraja) masih belum dimulai.
Membuka Kawasan Produktif
Proyek jalan tol Serpong-Balaraja ini sebenarnya sudah mulai diwacanakan sejak tahun 2002 oleh Bupati Tangerang saat itu, Ismet Iskandar. Namun menghadapi tantangan terkait pengadaan tanah. Pada awalnya, proyek tol ini memang ditargetkan mulai beroperasi pada awal tahun 2014.
Herry menjelaskan, proyek tol Serpong-Balaraja akan mengurai kemacetan di kawasan Puri, Jakarta Barat. Para pengendara dari Merak bisa langsung menuju Balaraja yang selama ini selalu macet. Keberadaan tol ini juga
Profil KPBU
Keberadaan jalan tol
akan menarik minat
warga, dan tentu
menjadi daya tarik
akan menyambungkan jalan tol Serpong-Bandara dan tol BSD-Jakarta.
Dengan situasi seperti itu, Herry optimistis para investor sangat tertarik dengan prospek bisnis dari keberadaan tol ini. Selain kemudahan akses, proyek ini diperkirakan akan meningkatkan minat masyarakat untuk membeli properti di kawasan Serpong.
“Investor itu melihat demand. Saat ini orang sudah nyaman tinggal di kawasan BSD (Bumi Serpong Damai) karena bisa langsung masuk tol dan harga sudah mahal. Bayangkan kalau dari titik akhir tol yang sekarang, ditambah ruas tol 10 kilometer lagi, orang akan berbondong-bondong karena akses mudah,” tutur Herry.
Penggarapan proyek jalan tol Serpong-Balaraja ditujukan untuk membuka sejumlah kawasan yang selama ini tertutup agar dapat berkembang menjadi wilayah pro-duktif. Pembukaan kawasan ini akan mengarah pada peningkatan perekonomian masyarakat, khu-susnya di Kabupaten Tangerang.
Herry menjelaskan, salah satu bukti bahwa proyek ini sangat diminati badan usaha adalah ketika PT Bumi Serpong Damai (BSD) Tbk ikut memprakarsai pelaksanaan proyek tersebut. BSD disebut memiliki kepentingan untuk menambah akses jalan menuju proyek BSD City yang menjadi proyek andalan perusahaan tersebut. “Keberadaan jalan tol akan menarik minat warga, dan tentu menjadi daya
tarik untuk pemasaran proyek properti. Kemudahan akses yang membuat sebuah lokasi properti menjadi strategis tentu akan meningkatkan harga jual,” ujar Herry.
Jalan tol Serpong-Balaraja akan membuka akses menuju BSD City bagian barat yang direncanakan menjadi area tahap dua dan tiga. PT BSD Tbk masih memiliki lahan yang belum dikembangkan (landbank) seluas 3 ribu hektare dari luas lahan secara keseluruhan sekitar 6 ribu hektare.
Khusus untuk kawasan Serpong, selama ini sudah didukung akses memadai seperti tol Jakarta-Tangerang dan tol Bintaro-Serpong yang terhubung dengan JORR. (*)
18
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015 JENIS-JENIS TEKNOLOGIH-BAHN
AEROMOVEL
MONOREL
S
ekretaris DinasPerhubungan (Dishub) Kota Bandung, Enjang Mulyana, menyebutkan, LRT Bandung rencananya akan akan dibangun dengan dua koridor yang melayani rute kawasan permukiman, kawasan komersil, kawasan perkantoran, dan kawasan pendidikan atau kampus. “Untuk jalurnya kami memanfaatkan ruas-ruas jalan milik Pemda. Di atasnya nanti akan dibuatkan rel. Artinya, posisi rel untuk LRT itu ada di
Impian Kota Bandung Miliki LRT
Segera Terwujud
impian kota Bandung memiliki
Light Rapid Transportation
(lrt) bakal segera terwujud. Jika tidak ada
aral melintang, proyek kereta api ringan tersebut siap dibangun tahun 2016 melalui skema investasi
kerjasama pemerintah dengan Badan usaha (kpBu). saat ini sudah diperoleh dua konsorsium badan
usaha yang lulus prakualiikasi. Keduanya, yakni PT PT Len Industry (Persero) yang bergabung dengan
pt Wijaya karya (Wika) persero, dan smrt international yang menggandeng t-Files.
Profil KPBU
atas jalan milik Pemda. Jadi, tidak akan terlalu sulit untuk urusan pembebasan lahannya,” ujar Enjang kepada Partnership ketika ditemui di kantornya, awal November 2015.
Biaya pembangunan LRT ini tergolong cukup besar. Untuk Koridor 1, estimasi anggaran berkisar Rp2,2 triliun. Sementara Koridor 2 diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp3,9 triliun. Biaya sebesar itu diperuntukkan antara lain untuk
pekerjaan konstruksi, pembangunan stasiun, pembangunan depo, pekerjaan sinyal dan telekomunikasi, serta pembebasan lahan. Mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan, Pemerintah Kota (Pemko) Bandung
memutuskan menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan investasi
kepada badan usaha. Pembangunan Koridor 1 ditargetkan sudah dapat dibangun mulai tahun 2016 dan diharapkan dapat selesai dalam kurun waktu 2-3 tahun.
PENGEMBANGAN JALUR LRT
JUSTIFIKASI TRASE TERPILIH - KORIDOR 1
Trase
terpilih diperhitungkan melewati
kantong
demand
lebih banyak:
- Kawasan permukiman: Wilayah
Cibeunying, Wilayah Tegallega.
- Kawasan komersil: BIP, BEC, Factory
Outlet Dago, Hotel di sepanjang Jalan
Ir. H. Juanda.
- Kawasan perkantoran: Bank di
sepanjang Ir. H. Juanda, Balai Kota di
Jalan Merdeka, Jalan Asia Afrika.
- Kawasan Pendidikan: Unpad, ITB,
Unikom, Unpas.
Pertimbangan lain merujuk pada
pertimbangan:
- Ketersediaan ROW jalan,
- Kemudahan pelaksanaan, dan
- Konektivitas dengan jaringan
pelayanan transportasi ke/ dari
kawasan luar Kota Bandung.
Trase
terpilih diperhitungkan melewati
kantong
demand
lebih banyak:
- Kawasan permukiman: Wilayah
Gedebage, Wilayah Bojonagara, dan
Cimahi Selatan.
- Kawasan komersil: Pasar Gedebage,
Factory Outlet Jalan Riau, BIP, BEC,
Istana Plaza.
- Kawasan perkantoran: Perkantoran
di Jalan Riau, Balai Kota di Jalan
Merdeka, Perkantoran di Jalan
Pajajaran.
Pertimbangan lain merujuk pada
pertimbangan yang sama dengan
trase koridor 1.
dan 4. Tingginya jumlah kendaraan itu ternyata tidak berbanding lurus dengan ketersediaan ruas jalan. Setiap tahun populasi kendaraan di Kota Bandung tumbuh sekitar 9,28%, sementara ruas jalannya hanya bertambah 1,2%. “Dengan adanya LRT, pengguna kendaraan pribadi diharapkan dapat berkurang secara signiikan,” tandasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung, Kamalia Purbani, yang ditemui terpisah mengatakan, sebagai sebuah Kota Metropolitan, kebutuhan akan sistem angkutan umum massal menjadi sesuatu yang tidak terelakkan bagi Kota Bandung. Oleh karena itu, pembangunan LRT sudah sangat mendesak bagi kota berpenduduk 2,7 juta itu. Terlebih kemacetan di Kota Bandung saat ini sudah mulai meningkat, terutama pada akhir pekan.
Dalam rencana induk transportasi, kata Kamalia, Pemko Bandung sudah menyiapkan konsep Bandung
Urban Mobility. Salah satu program dari konsep Bandung Urban Mobility, yakni pembangunan LRT. Pembangunan LRT ini beriringan dengan rencana pembangunan transportasi lain, yakni lima ruas tol, program monorel Provinsi Jawa Barat yang menghubungkan rute-rute dari luar Kota Bandung, pembangunan double track
KA Padalarang-Cicalengka, pembangunan kereta cepat
Jakarta-Gedebage, dan moda transportasi monorel dalam kota.
Kamalia optimistis proyek LRT ini dapat diwujudkan. Apalagi saat ini sudah ada dua konsorsium yang
dinyatakan lulus prakualiikasi. Keduanya adalah PT LEN Industry yang bergabung dengan PT WIKA, dan SMRT International yang menggandeng T-Files. Konsorsium ini merupakan dua dari lima konsorsium yang ikut prakualiikasi pada 20 Mei 2015. Tiga konsorsium lainnya dinyatakan gagal, yakni konsorsium MGGS‐CGGC‐CSR, konsorsium PT CRI dan Ansteel, dan konsorsium CFTEC‐CICO‐ PT Monorel Pratama Indonesia. Ketiganya dinyatakan tidak lulus dalam kriteria administrasi.
Dalam prakualiikasi pertama awal 2015, PT LEN dan SMRT juga sebenarnya dinyatakan gagal dalam kriteria administrasi. Akan tetapi, dalam prakualiikasi ulang, PT LEN Industri menggandeng PT WIKA untuk memenuhi agregat minimal Rp3 triliun, sesuai dengan nilai investasi.
PT LEN Industry merupakan merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pengembangan dan pruduksi alat-alat elektronika. Perusahaan ini berlokasi di Kota Bandung. Sedangkan PT WIKA merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi yang berlokasi di Jakarta. Sementara SMRT International merupakan perusahaan konstruksi asal Singapura. Karena berbasis di Si ngapura, mereka diwajibkan menggandeng perusahaan lokal. Pilihannya adalah T-Files yang ber-lokasi di Bandung. Perusahaan ini bergerak di bidang desain dan tek-nologi produksi. Salah satu bidang usaha nya ialah pembangunan pem-bangkit listrik berbasis kelautan.(*)
JUSTIFIKASI TRASE TERPILIH - KORIDOR 2
Menurut Enjang, LRT dibangun untuk mengatasi kemacetan di Kota Wisata itu. Keberadaan LRT juga diharapkan menjadi tulang punggung transportasi umum, sebagai feeder dari transportasi umum, dan sebagai land mark
20
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015Proses pembangunan jalan tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi.
B
adan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan, dari total 34 ruas tol yang sedang dalam tahap pengerjaan, satu di antaranya adalah ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Saat ini, proyek tol tersebut sudah memiliki Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT).Kepala BPJT Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mengatakan, peluang investasi jalan tol sangat besar. “Peluang investasi jalan tol di Indonesia tahun 2015 sangat besar dan
Ruas Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi
Ditargetkan Beroperasi 2017
akan terus tumbuh pada tahun mendatang. Terlebih dengan target capaian pembangunan jalan tol baru sepanjang 1.000 km dalam lima tahun ke depan,” ujar Herry Trisaputra Zuna kepada Majalah Partnership, 4 Oktober 2015.
Proyek tol MKTT dikerjakan dengan konsorsium yang telah ditetapkan pemerintah yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Waskita karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. sebagai pemenang tender investasi ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.
Selain anggaran dari konsorsium sebesar 30 persen, proyek tol sepanjang 61,7 kilometer ini digarap dengan sumber pendanaan dari pinjaman bank sebanyak 70 persen. Jalan tol ini mendapat pinjaman dari sindikasi bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Sumut (Persero), sebesar Rp2,8 triliun dari total investasi Rp4,3 triliun.
Konsorsium empat perseroan BUMN itu membentuk BUJT dengan nama PT Jasa Marga Kualanamu Toll sebagai pengelola dan pemegang konsesi selama 40 tahun. Komposisi kepemilikan saham untuk pengelolaan tol MKTT ialah PT Jasa Marga 55 persen, PT Waskita Karya 15
Profil KPBU
persen, PT Hutama Karya 15 persen, dan PT Pembangunan Perumahan 15 persen.
“Jasa Marga melakukan penyertaan modal sebesar Rp44 miliar atau 44 ribu saham atau sebesar 55% pada perusahaan tersebut,” demikian pernyataan resmi Jasa Marga.
Dari total panjang tol MKTT 61,70 km, pengadaan tanah terbagi dalam lima seksi yaitu seksi 1 dan 2 rute Medan-Kualanamu sepanjang 17,80 km; seksi 3 P a r a b a r a k a n - L u b u k p a k a m sepanjang 4,83 km; seksi 4 di Lubuk Pakam-Perbaungan sepanjang 12,86 km; dan seksi 5 di Perbaungan-Teluk Mengkudu sepanjang 9,57 km.
“Progres pembebasan lahan masih terus berlanjut sementara konstruksi juga dilakukan. Karena
kalau menunggu tanah bebas seluruhnya 100%, konstruksi tidak akan jalan,” kata Herry.
BPJT menargetkan, pembebasan tanah seluruhnya selesai pada pertengahan tahun depan. Saat ini pembebasan lahan pada setiap seksi bervariasi mulai antara 70%-100%. “Saya lupa persisnya. Tetapi memang pembebasan lahan selalu menjadi tantangan di setiap pembangunan infrastruktur, terutama jalan tol,” ujar Herry.
Sejauh ini, pemerintah telah membangun seksi Tanjung Morawa (Medan)-Perbarakan-Kualanamu sepanjang 17,80 km sebagai bentuk dukungan atau
viagibility gap funding (VGF) agar proyek tersebut layak secara inansial. Jalur yang dibangun pemerintah merupakan seksi 1 dalam proses pembangunan yang akan dilakukan dalam dua seksi.
Seksi 2 adalah yang akan
dibangun oleh investor sepanjang 44 km yang terbentang dari Perbarakan hingga Tebing Tinggi. Investor juga akan membagi menjadi dua seksi untuk proses pembangunan jalan tol
Medan-Tebing Tinggi-Kualanamu sepanjang 44 km tersebut. Seksi 1 yaitu Perbarakan-Lubuk Pakam dan seksi 2 rute Lubuk Pakam-Tebing Tinggi.
Herry Trisaputra Zuna mengatakan, ruas tol Medan – Kualanamu –Tebingtinggi merupakan bagian dari rencana penambahan jalan tol sepanjang total 1.584 km yang telah memasuki tahap konstruksi hingga 2019.
22
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015U
ntuk mengeisienkan biaya pembangunan Kereta Api Ekspress Bandara Soekarno Hatta-Halim Perdana Kusuma, Kementrian Perhubungan berencana melakukan perubahanjalur rute kereta bandara tersebut. Perubahan tersebut dilakukan karena Kemenhub menilai besaran dana dukungan tunai infrastruktur (Viability Gap Fund,VGF) pada hasil Feasibilty Study (FS) yang dilakukan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dinilai terlalu besar. Untuk itu, Kemenhub akan mereview ulang hasil studi tersebut.
Dirjen Kereta Api, Hermanto Dwiatmoko mengatakan pada
bulan Oktober 2015 lalu, Menteri Perhubungan telah melayangkan surat kepada Menteri Keuangan terkait review hasil studi tersebut. Surat Nomor : PR 007/7/3 Phb 2015 tertanggal 28 Oktober 2015, menyebutkan perihal bahwa Kementerian Perhubungan akan melakukan kajian terkait integrasi jalur Kereta Api (KA) eksisting dan jalur Light Rail Trasport (LRT) Jabodetabek dengan adanya perubahan lebar sepur. Sehingga trase yang semula berawal dari Bandara Halim Perdanakusuma-Manggarai-Dukuh Atas-Tanah Abang-Pluit-Bandara Soetta, diubah menjadi Gambir – Kota/ Kampung Bandan – Pluit – Bandara Soetta.
Hermanto menambahkan bahwa Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan meminta agar rel KA Ekspres bukan didesain dedicated
atau khusus untuk gerbong kereta ekspres saja tetapi bisa juga dilalui kereta lain termasuk KRL bandara. Oleh karena itu, ukuran rel kereta ekspres harus seragam dengan rel yang ada saat ini.
Selain merubah trase, Kemenhub juga akan mengkaji ulang struktur pembiayaan proyek Kereta Api Ekpress Bandara Soetta-Halim. Dimana sebelumnya keseluruhan pengadaan proyek dari tahapan pembangunan proyek sampai pengoperasian kereta api ekpres bandara akan dibiayai dengan skema KPBU, nantinya hanya pengoperasian serta pembelian
“rolling stock” (rangkaian gerbong kereta api) saja yang tetap dikerjasamakan dengan skema KPBU. Sedangkan kegiatan pembangunan prasarana akan dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan dengan pagu Kemenhub dari APBN.
Dengan begitu, nilai proyek yang semula mencapai Rp.24 triliun akan berkurang drastis. Dan nilai VGF yang berdasar hitungan awal terlalu besar bisa dikurangi Presiden Joko Widodo (dua dari kanan) meninjau proyek pembangunan jalur kereta api di
kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pertengahan Desember 2015.
Profil KPBU
Pembangunan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta
Menekan Biaya dengan
Perubahan Rute
sehingga dananya bisa bisa dipakai untuk membangun proyek infrastruktur yang lain.
Sementara menunggu proses lelang Kereta ekpres Bandara Soetta- Halim berjalan, untuk mempercepat pengoperasian kereta api menuju Bandara Soetta Kemenhub juga telah menyiapkan pembangunan prasarana proyek kereta api umum bandara Soekarno Hatta melalui kota Tangerang bersama PT. KAI sejak tahun 2014 yang lalu. “Kita sudah tanda tangan kerja sama penyelenggaraan perkeretapian untuk bandara dengan KAI. Kami dari Ditjen Perkeretapaian sudah menyelesaikan dari Batu Ceper sampai Tangerang dan sudah dioperasikan pada 8 Juni 2014. Kemudian dari Batu Ceper sampai Bandara Soekarno Hatta kurang lebih 12 km itu akan dibangun oleh PT KAI,” ujar Hermanto.
Perjanjian kerja sama tersebut diadakan sebagai salah satu tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 mengenai penugasan kepada PT. KAI (persero) untuk membangun prasarana perkeretaapian Bandara Soekarno-Hatta via kota Tangerang (Stasiun Batu Ceper Bandara Soekarno Hatta). Dan sesuai dengan Pasal 307 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, bahwa setiap Badan Usaha yang akan menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umum harus diberikan hak penyelenggaraan yang dituangkan dalam perjanjian antara Pemerintah dengan Badan Usaha.
Adapun nilai investasi untuk penyelenggaraan perkeretaapian KA Bandara Soekarno Hatta sebesar Rp.2,5 Triliun dengan jangka waktu konsesi selama 30 tahun dan dapat diperpanjang. Ruang lingkup perjanjian meliputi: pembangunan,
pengoperasian, perawatan dan pengusahaan prasarana perkeretaapian serta serah terima prasarana perkeretaapian.
Sebagai bentuk kompensasi atas penyelengaraan prasarana KA Bandara, Kementerian Perhubungan memberikan konsesi pengelolaan kereta api Bandara Soekarno – Hatta,Tangerang Banten selama 30 tahun kepada PT Kereta Api Indonesia (persero).
Sebagai badan penyelengara prasarana KA Bandara, lewat PT. Railink, PT. KAI telah memulai proses pembangunan jalur kereta Bandara sejak Oktober 2015 lalu. Selain bertugas melakukan pengadaan rolling stock atau kereta, PT. Railink juga diserahi tugas untuk mengoperasikan KA Bandara Soetta. PT. Railink merupakan anak usaha PT. KAI dan PT. Angkasa Pura II.
Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto memaparkan pembangunan telah dimulai pada area bandara karena praktis tidak ada persoalan lahan pada area milik PT Angkasa Pura (AP) II itu. Sedangkan proses kontruksi pembangunan rel baru dari Stasiun Batu Ceper-Bandara Soetta, belum bisa dilakukan karena masih terkendala masalah lahan.
Rencananya proyek jalur KA umum
Bandara Soetta yang membentang sepanjang 36,3 kilometer akan dibangun melayang (elevated) dan bawah tanah (underground). Selain terintegrasi dengan jaringan kereta listrik (KRL), KA Bandara ini juga akan terintegrasi dengan halte Transjakarta dan Mass Rapid Transit (MRT) dan Sistem Automatic People Mover System
(APMS) yang sedang disiapkan oleh pihak bandara untuk mendukung mobilitas penumpang dari terminal ke stasiun.
PT Railink menargetkan KA Bandara Soetta sudah dapat di-operasikan pada tahun 2017. Se-dangkan jam operasinya mengikuti penerbangan. “Jam beroperasi nya mengikuti penerbangan, jika jam penerbangannya jam 05.00 WIB, kami sudah beroperasi jam 04.00WIB,” tutur Heru. Setiap hari, Railink akan mengoperasikan 124 perjalanan dengan 10 rangkaian. Satu rangkaian terdiri dari 6 kereta hingga 10 kereta yang ditargetkan bisa membawa 13.000 penumpang dari dan ke Bandara Soetta per hari.
24
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015S
eperti diketahui dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2015-2019 pemerintah mengalokasikan anggaran untuk sarana dan prasarana transportasi massal berbasis rel sebesar Rp. 234 triliun. Dengan anggaran itu, pemerintah akan membangun jaringan kereta api pada pulau-pulau besar Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Rencananya, pemerintah akan membangunan jaringan kereta baru yang membentang sepanjang 3.258 kilometer (km). Jika terealisasi, maka proyek ini merupakan yang terpanjang pasca era pemerintahan kolonial Belanda. Saat ini, sekitar 985 Km rel yang ada, merupakan peninggalan jaringan kereta era penjajahan.Pemerintah sengaja membangun jaringan kereta api tersebut diluar Jawa agar daerah-daerah tersebut bisa berkembang dan maju secara ekonomi. Langkah pemerintah
itu menurut Dharmaningtyas, Direktur Institut Studi Transportasi (Instran) sudah tepat. Tyas, demikian ia biasa disapa menegaskan mayoritas daerah di luar Jawa mengalami deisit infrastruktur. Karenanya dengan rencana pemerintah membangun jaringan kereta api di berbagai wilayah di luar Jawa
sudah tepat. “Kebijakan Presiden Jokowi ini sudah tepat mengingat selama 70 tahun merdeka, ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa itu justru semakin melebar,” katanya saat ditemui
Majalah Partnership.
Baginya, langkah pemerintah itu sesuai dengan apa yang INSTRAN
suarakan selama ini. Tyas mengungkapkan saat ini 58% penduduk Indonesia tinggal di Jawa, sebab itu infrastruktur yang memadai menumpuk di Jawa. Di sisi lain, daya dukung ekologis Jawa sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengimbangi jumlah penduduk. Karenanya, kebijakan pembangunan infrastruktur transportasi massal tidak boleh terlepas dari strategi pemerataan populasi ke seluruh wilayah. Dijelaskannya, ideologi pelambatan di Jawa dan ideologi percepatan di luar Jawa perlu dijalankan, sehingga terdapat keseimbangan antara Jawa dan luar Jawa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang utuh. Disisi lain, pembangunan transportasi massal seperti kereta api di luar Jawa tentu ikut mendorong arus urbanisasi yang tidak hanya menuju ke Jakarta saja, tapi ke Sumatra dan Kalimantan, Sulawesi serta Papua, sehingga ada pemerataan penduduk. Kalau dibangun di luar Jawa, menggunakan APBN pun dapat dimaklumi karena efek dominonya bisa sampai ke Jawa.
Meski begitu ia tak menutup mata keterlibatan badan usaha
Pembangunan Kereta Api
untuk Pemerataan Penduduk
dan Ekonomi
pemerintah sudah berada pada jalur yang tepat dengan membangun
banyak infrastruktur kereta api di berbagai wilayah indonesia.
pembangunan infrastruktur perkeretaapian di berbagai wilayah itu diyakini
akan mempercepat pemerataan penduduk dan ekonomi.
24
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015edukasi
Dharmaningtyas,
Direktur INSTRAN dan Ketua
Bidang Advokasi MTI
Pemerintah akan
membangunan jaringan
kereta baru yang
membentang sepanjang
3.258 kilometer (km). Jika
terealisasi, maka proyek
ini merupakan yang
melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam mengembangkan
perkeretaapian. Hanya, keterlibatan badan usaha dalam
pembangunan infrastruktur baiknya dikhususkan untuk kereta api angkutan hasil tambang maupun perkebunan mengingat pengembalian investasinya tidak panjang. Khusus untuk angkutan penumpang, Tyas menegaskan, sebaiknya sebatas manajemen hingga operasionalnya saja. Dharmaningtyas yang juga Ketua Bidang Advokasi MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) menambahkan, dengan
keterlibatan badan usaha dalam manajerial sampai operasional perkeretaapian maka akan timbul keseimbangan peran pemerintah dan badan usaha. Dengan begitu, ekonomi akan tercipta kokoh. “Jadi peran badan usaha ya
sebatas mengimbangi,” tegasnya. Namun yang perlu diperhatikan pula dalam operasional itu adalah bagaimana menciptakan transportasi massal yang nyaman, aman serta terjangkau. Karenanya Tyas mengingatkan agar load factor selalu dicermati dalam membangun transportasi massal dengan skema KPBU. Jadi jangan sampai nantinya jumlah pengguna tidak sesuai perkiraan permintaan. Pasalnya situasi ini dapat menyebabkan penurunan yang signiikan dalam jumlah pendapatan.
Seperti diketahui berdasarkan Kepmen PPN Nomor Kep 82/M. PPN/HK/05/2015, pemerintah menawarkan enam proyek KPBU siap ditawarkan dalam pembangunan infrastruktur transportasi massal berbasil rel yang diantaranya pembangunan
Kereta Api Barang dan Penumpang Bandara Internasional Soekarno Hatta – Halim Perdanakusuma, Light Rail Transit (LRT) Bandung, Jawa Barat serta Kereta Api Barang dan Penumpang Tanjung Enim-Tanjung Api-Api Sumatera Selatan. Sementara proyek KPBU prospektif ialah proyek terminal terpadu kereta api Gedebage, Bandung dan pembangunan Monorel, Sumatera Selatan. Sebagai informasi rencana pembangunan monorel Sumatera Selatan telah diubah menjadi LRT dengan penugasan kepada PT Waskita Karya Tbk. Adapun KPBU yang potensial ialah Proyek pembangunan Kereta Api Barang dan Penumpang Batam, Kepulauan Riau, dan Pembangunan Kereta Api Barang dan Penumpang Pulau Baai-Muara Enim, Bengkulu-Sumatera Selatan. (*)
26
| Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol
| 2015transportasi. Akan tetapi, pemerintah tidak bisa lepas tangan sepenuhnya, mengingat infrastruktur dan transportasi menyangkut kebutuhan masyarakat luas. “Kerjasama pemerintah dengan badan usaha tidak akan muncul kalau tidak ada pemerintah di depan. Jadi, anggaran pemerintah harus tetap menjadi pokok utama untuk mendongkrak partisipasi swasta,” tuturnya.
Ke depan, lulusan Transportasi Teknik, Technische Universitat Wien, Austria, pada 1996, ini memiliki harapan bagaimana infrastruktur dan transportasi menjadi tulang punggung bagi negara. Namun, ia kurang setuju jika di sektor transportasi ada moda yang diprimadonakan. “Saya kira semua moda harus didorong pada saat yang bersamaan. Karena masing-masing daerah itu punya karakteristik sendiri-sendiri. Di kota, transportasinya juga harus bagus agar tidak macet setiap hari seperti di Jakarta. Di desa, juga harus terakses dengan baik. Kawasan Timur juga harus terhubung dengan kawasan Barat. Begitu juga kawasan perbatasan, juga harus dilayani,” pungkasnya. (*)
S
osok Prof Danang Parikesit di sektor transportasi sudah tak asing lagi. Saat ini, Danang Parikesit merupakan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Chairman The International Forum for Rural Transport and Development London, serta Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Danang Parikesit juga aktif terlibat dalam penelitian kolaboratif internasional, konsultan, komite penasihat nasional di bidang transportasi dan pembangunan perkotaan. Dari berbagai pengalamannya berkecimpung di sektor transportasi nasional hingga luar negeri, tentu pengetahuannya di bidang transportasi tidak perlu diragukan.Danang melihat, sektor transportasi di Tanah Air masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang serius agar proyek-proyek transportasi yang dicanangkan bisa diwujudkan. “Kalau kita melihat infrastruktur dan transportasi sebagai indikator kemajuan sebuah negara dan kemajuan pertumbuhan ekonomi atau pondasi kemajuan ekonomi, kita harus kerja keras lebih lama dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya,” ujarnya kepada Partnership awal Desember 2015.
Menurut Danang, bicara infrastruktur dan transportasi tidak bisa terlepas dari dua hal. Pertama, infrastruktur dan transportasi harus mampu menumbuhkan ekonomi bangsa. Karena itu, infrastruktur dan transportasi harus dibangun pada pusat-pusat kegiatan ekspor dan kegiatan akselerasi pertumbuhan ekonomi. Kedua, infrastruktur dan transportasi memiliki kemampuan untuk menekan inlasi. Untuk dapat menekan inlasi, maka pembangunan infrastruktur dan transportasi harus merata di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, biaya angkutan atau logistik bisa ditekan. “Infrastruktur dan transportasi punya dua perspektif, yakni satu untuk pertumbuhan dan satunya untuk pemerataan,” katanya.
Danang melihat penyediaan infrastruktur dan transportasi di tanah air masih terdapat ketimpangan, baik antara perkotaan dan perdesaan, maupun antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia. Salah satu penyebab belum maksimalnya penyediaan infrastruktur dan transportasi itu adalah keterbatasan anggaran pemerintah. Danang menilai, pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebenarnya sudah tepat sebagai solusi mendapatkan pendanaan penyediaan infrastruktur dan