PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
PENDAHULUAN
•
PENGANTAR
•
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
•
DEFINISI PENDIDIKAN
•
SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
•
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
A. PENGANTAR
•
Manfaat Psikologi Pendidikan
•
Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
•
Pendidikan Informal
•
Pendidikan Formal
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
1. Pendidikan Informal
“
Proses belajar yang relatif tak disadari yang
kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup
sehari-
hari”
Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah,
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
2. Pendidikan Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan
secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”.
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
3. Pendidikan Non Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk
dalam jenjang pendidikan formal”.
C. DEFINISI PENDIDIKAN
•
Definisi Awam
•
Definisi Psikologi
C. DEFINISI PENDIDIKAN
1. Definisi Awam
“Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan,
kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat
membuat seseorang menjadi warga negara yang
baik”.
C. DEFINISI PENDIDIKAN
2. Definisi Psikologi
• PROSES
“Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan
memudahkan dalam kehidupan
bermasyarakat”
• HASIL
“Mencakup segala perubahan yang terjadi
sebagai konsekuensi atau akibat dari
D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
•
JOHN HEINRICH
PESTALOZZI
•
FRANCIS GALTON
•
STANLEY HALL
•
WILLIAM JAMES
•
CATTEL
•
BINET
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI TEORI &
PRAKTEK PENDIDIKAN
•
Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
•
Kontribusi Bagi Peserta Didik
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
& PRAKTEK PENDIDIKAN
1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
•
Penggunaan
audio visual aids
•
Membantu dalam pengelolaan sekolah
•
Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran
•
Membantu terhadap produksi buku pelajaran
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
2. Kontribusi Bagi Peserta Didik
•
Mengerti hakekat belajar
•
Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif
bagi siswa
•
Membantu perkembangan kepribadian siswa
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
3. Kontribusi Bagi Pendidik
•
Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan
individu
•
Mengetahui metode mengajar yang efektif
•
Memahami permasalahan anak didik
•
Membantu dalam evaluasi belajar
•
Meningkatkan kemampuan meneliti
•
Mengarahkan pendidik dalam menangani
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
•
Introspeksi
•
Observasi
•
Metode Klinis
•
Metode Diferensial
•
Metode Ilmiah
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Instrospeksi
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2. Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga
yang diperoleh merupakan data
overt behavior
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
3. Metode Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih
rinci mengenai perilaku penyesuaian dan
kasus-kasus perilaku menyimpang.
Studi Kasus Klinis
Studi Kasus Perkembangan
•
Longitudinal
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
4. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan
individual yang terdapat di antara anak didik.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
5. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam
memecahkan permasalahan dan merupakan suatu
pendekatan objektif yang terbuka untuk
dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan
mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian
berikutnya.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
6. Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap
faktor-faktor atau variabel-variabel yang
BAB II
BAKAT & INTELEGENSI
•
PENDAHULUAN
•
INTELEGENSI
•
BAKAT
•
LINGKUNGAN & HEREDITAS
•
KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
•
DIKOTOMI DESA-KOTA
A. PENDAHULUAN
B. INTELEGENSI
•
Sejarah Intelegensi
•
Pengertian Intelegensi
•
Teori-teori Intelegensi
•
Pengukuran Intelegensi
B. INTELEGENSI
1. Sejarah Intelegensi
Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan
kecepatan individu dalam mengerjkan tes.
Pra 1800-an tes hanya untuk mengukur satu kemampuan
1880 Ebbinghause menemukan berbagai tes memori
Alfred Binet & Theopile Simon
membedakanintelegensi anak normal dengan anak lemah pikir
Tes Binet-SimonB. INTELEGENSI
2. Pengertian Intelegensi
TERMAN Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
BINET Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.
STREN Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru.
B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN
Dua faktor intelegensi, yaitu:
Faktor G: mencakup semua kegiatan
intelektual dan dimiliki oleh semua orang.
B. Intelegensi
3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE
Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu : Perilaku nyata (trial & error)
Perseptual (trial & error)
Ideational
B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE:
Verbal Comprehention (V)
Number (N)
Spatial Relation (S)
Word Fluency (W)
Memory (M)
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
KUALITATIF
Perbedaan intelegensi
disebabkan karena kualitas individu yang berbeda.
KUANTITATIF
Perbedaan intelegensi
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET
IQ = Intelligence Quotient
MA = Mental Age
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet
KLASIFIKASI IQ
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER
Wechsler-Bellevue Intellegence Scale
(1939)
Wechsler Intellegence Scale for Children
(1949)
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Wechsler
KLASIFIKASI
IQ
Very Superior 130 ke atas
B. INTELEGENSI
C. BAKAT
•
Sejarah Bakat
•
Pengertian Bakat
•
Bakat & Intelegensi
C. Bakat
1. Sejarah Bakat
Pendidikan = Bakat Ideal
Aplikasi Bakat pendidikan & lapangan kerja
Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak
Mekanis Sosial
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam
William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau
tergantung dari latihan
Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: 1. Achievement Kemampuan aktual
2. Capacity Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual
Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek :
aspek tindakan (performance/act)
aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)
aspek ekspresif
C. Bakat
3. Bakat dan Intelegensi
Binet dan Weschler menekankan pada
berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.
Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.
Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental.
Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan
C. Bakat
4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) :
a. Analisis jabatan/lapangan
b. Deskripsi jabatan/lapangan studi
c. Menemukan persyaratan yang diperlukan
D. LINGKUNGAN & HEREDITAS
•
Studi terhadap keluarga
D. Lingkungan & Hereditas
1. Studi terhadap Keluarga
Galton orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi
Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan
D. Lingkungan & Hereditas
2. Studi terhadap Anak Kembar
Penelitian Hardy dan Heyes, 1988:
Kembar monozigotik dibesarkan bersama:
IQ hampir sama faktor nature berperan besar
IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan besar
Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah
IQ hampir sama faktor nature berperan kecil
E. KELAS SOSIAL
•
Havighurst
kelas sosial & intelegensi, laki-laki &
perempuan
•
Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat
intelegensi
F. DIKOTOMI DESA-KOTA
•
Crow & Crow (1989)
intelegensi anak kota
anak desa
G. JENIS KELAMIN
G. JENIS KELAMIN
Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner,
1979):
Kemampuan verbal (p
l)
Kemampuan matematika (l
p)
Kemampuan spasial (l
p)
Problem solving (l
p)
BAB III
KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU &
ANTISIPASI PENDIDIKAN
•
PENDAHULUAN
•
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
•
PENDIDIKAN BAGI
SLOW LEARNER
A. PENDAHULUAN
•
Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada
lapangan pendidikan
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
•
Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris,
Korea, Taiwan) dan di Indonesia
•
Anak berbakat
•
Identifikasi anak berbakat
•
Model identifikasi
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring
anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap masalah bakat dan aktualisasi diri di AS.
Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk
mengidentifikasi anak berbakat.
Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat: a. Tingkat Nasional
b. Tingkat Swasta
Untuk penjaringan anak berbakat dengan:
a. Akselerasi
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan
pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Taiwan SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted & Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah ini:
a. Gifted dalam kemampuan umum
b. Gifted dalam bakat akademik
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Indonesia.1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu
1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat. Prosesnya:
1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ.
2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes hasil belajar.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
2. Anak Berbakat
Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara konsisten luar biasa. (Paul Witty)
Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali.
Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
Penjaringan Anak Berbakat.
A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 % dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam
Semiawan, 1994).
B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137 (moderately gifted)
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
Penyaringan Anak Berbakat
Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang.
Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Renzulli
IQ > Rata-rata
Task comitment
Kreativitas
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Triandis
Sekolah Teman Sebaya
Keluarga Intelegensi
Kreativitas Keuletan
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
5. Layanan Pend.Anak Berbakat
Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994):
Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan pada aspek intelektual.
Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata.
Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.
Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif.
Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan.
C.
MENTAL RETARDATION
•
Karakteristik MR
•
Kategori MR
C.
MENTAL RETARDATION
1. Karakteristik MR
Menurut PPDGJ III:
a. IQ = 75 ke bawah
b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial
c. Adaptive behavior buruk
MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena melibatkan hal-hal yang kompleks:
hubungan antar keluarga
menjadi beban semua orang
C.
MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
1). Ditinjau dari skala IQ
a. Mild MR
- Stanford Binet : 52 - 67
- Wechsler : 55 - 69
b. Moderate MR
- Stanford Binet : 36 - 51
C.
MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
c. Severe MR
- Stanford Binet : 20 - 35
- Wechsler : 25 - 39
d. Profound MR
- Stanford Binet : <= 19
C.
MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan kesehatan:
a. Debil : IQ 50 - 75
b. Imbicil : IQ 25 - 49
c. Idiot : IQ < 25
3). Ditinjau dari istilah dalam pendidikan:
a. Dull : IQ 75 - 85
b. Educable : IQ 50 - 74
c. Trainable : IQ 25 - 49
C.
MENTAL RETARDATION
3. Faktor Penyebab MR
Sebab Biologis
A). Pranatal: infeksi, detoksifikasi, virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex, siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme.
B). Masa pranatal dengan penyebab tidak jelas: microcephallus, hydrocephallus, meningocelle, kelainan kromosom, BB <
minimum, bayi dari ibu psikosis
Sebab Psikologi dan sosial
D.
EXCEPTIONAL PEOPLE
Pengertian
D.
EXCEPTIONAL PEOPLE
1. Pengertian
Individu yang secara jelas/signifikan dan sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang sangat dasar (Harring, 1982).
Beberapa istilah terkait:
Disabled
Impaired
Disordered
Handicaped
D.
EXCEPTIONAL PEOPLE
2. Kategori
Exceptional People
Kategori Harring (1982):
Sensory Handicapped
Mental Deviation
Communication Disorder
Learning Disabilities
Behavioral Disorders
D.
EXCEPTIONAL PEOPLE
2. Kategori
Exceptional People
Kategori Indonesia:
a. Tuna Netra (SLB A)
b. Tuna Wicara & Tuna Rungu (SLB B)
c. Tuna Grahita (SLB C)
d. Tuna Daksa (SLB D)
e. Tuna Laras (SLB E)
BAB IV
PERENCANAAN KEGIATAN
BELAJAR-MENGAJAR
•
PENDAHULUAN
•
TUJUAN INSTRUKSIONAL
•
MODEL INSTRUKSIONAL
•
KURIKULUM
A. PENDAHULUAN
•
“Apa yang akan saya lakukan?”
•
“Perubahan apa yang saya inginkan dari siswa
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
•
Guru yang efektif
•
Model tujuan instruksional yang bertujuan
C. MODEL INSTRUKSIONAL
Penentuan tujuan-tujuan spesifik
Penilaian Pendahuluan
Pengajaran Evaluasi
C. MODEL INSTRUKSIONAL
Penentuan tujuan-tujuan spesifik
Penilaian
Pendahuluan Pengajaran Evaluasi Jika tujuan tidak tercapai, perbaiki
Jika tujuan tercapai, kembangkan
D. KURIKULUM
•
Definisi kurikulum
D. KURIKULUM
1. Definisi Kurikulum
D. KURIKULUM
2. Model Pemilihan Tujuan (Ralph Tyler)
Komponen-komponen dalam kurikulum (Model Tyler):
Siswa
Masyarakat
Bidang studi
BAB V
PROSES BELAJAR
•
KOMUNIKASI
A. KOMUNIKASI
•
Pengertian komunikasi
•
Unsur-unsur dalam komunikasi
•
Model proses persuasi
A. KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Berasal dari bahasa Latin “communicere” = “memberitahukan”, “berpartisipasi”, “menjadi milik bersama”
Susanto (1973): komunikasi berarti memberitahukan (dan menyebarkan) untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama (commoness).
Hovland, Janis, Kelly: komunikasi merupakan suatu proses dimana
A. KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi primer - sekunder
Komunikasi langsung - tidak langsung
A. KOMUNIKASI
2. Unsur-unsur dalam Komunikasi
Komunikator (pemberi informasi, berita atau pesan) dan
Komunikan / receiver (penerima informasi, berita atau pesan).
Informasi, berita dan pesan.
A. KOMUNIKASI
terjadi dalam wujud tindakanA. KOMUNIKASI
3. Model Proses Persuasi
Pesan yang
persuasif Batasan(Batasan kembali proses sosbud kelompok)
A. KOMUNIKASI
4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar
Tiga fungsi sosial pendidik dalam pendidikan:
Fungsi sebagai komunikator
Fungsi sebagai inovator
A. KOMUNIKASI
4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar
Tiga tipe kemampuan seseorang memperoleh atau menerima tanggapan :
Tipe Visual
Tipe Auditif
A. KOMUNIKASI
4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar
Metode untuk memperoleh umpan balik dalam komunikasi proses belajar dan mengajar :
•Metode tanya jawab
•Metode diskusi dan seminar
•Metode tugas
B. PEMBELAJARAN AKTIF
•
Latar belakang& pengertian
•
Untuk apa
•
Mengapa
•
Bagaimana
B. PEMBELAJARAN AKTIF
1. Latar Belakang & Pengertian
Upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan :
Secara Kuantitatif
Secara Kualitatif
Pendidikan yang semakin merata.
B. PEMBELAJARAN AKTIF
1. Latar Belakang & Pengertian
CBSA (Raka Joni, 1993):
Melihat kegiatan belajar mengajar sebagai pemberian makna secara konstruktivistik terhadap pengalaman bagi peserta didik.
B. PEMBELAJARAN AKTIF
2. Untuk Apa
Tuntutan masa depan
kreatif
ekspresif
B. PEMBELAJARAN AKTIF
3. Mengapa
Memberikan umpan bagaiman peserta didik belajar
membentuk sikap yang diperlukan, mengelola perolehannya untuk menjadi bekal dan dasar bagi pengalaman belajar
berikutnya, atas prakarsa sendiri.
B. PEMBELAJARAN AKTIF
4. Bagaimana
Yang perludiperhatikan:
Persiapan pembelajaran aktif yang bermakna dan kondusif
Mengandung unsur pengamatan terhadap objek yang dipelajari dengan memperhatikan keseimbangan otak kanan dan kiri.
Interpretasi. Mencatat ciri khas dari suatu objek tahap
B. PEMBELAJARAN AKTIF
4. Bagaimana
Ramalan.Perkiraan secara anlogi atau dengan
menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru maupun menggunakan pengalaman baru.
B. PEMBELAJARAN AKTIF
4. Penilaian Pembelajaran Aktif yang Bermakna
Yang perlu diperhatikan:
Peserta didik harus menyadari kriteria apa yang akan di capai dan penting untuknya.
BAB VI
EVALUASI BELAJAR
•
PENDAHULUAN
•
FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
•
ANALISIS TAKSONOMIS
A. PENDAHULUAN
•
Usaha melakukan evaluasi terhadap hasil belajar
siswa
A. PENDAHULUAN
1.
Usaha Melakukan Evaluasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Cara-cara yang dilakukan untuk menilai hasil belajar siswa :
Ujian/ testing
Melakukan tugas tertentu
Membuat karangan
mereproduksi materi yang telah diajarkan
A. PENDAHULUAN
2.
Penilaian Dan Prediksi Terhadap Penguasaan
Materi Pada Siswa
Penilai berusaha menentukan atau memperkirakan sejauh mana peserta didik mengalami kemajuan ke arah tujuan (pendidikan) yang harus dicapai dan/atau untuk menentukan apakah peserta didik telah memenuhi syarat dalam suatu kategori tertentu.
Penilaian hasil-hasil pendidikan biasanya disebut rapor
Bentuk-bentuk rapor :
Mempergunakan lambang A, B, C, D, E
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
•
Dasar psikologis
•
Dasar didaktis
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
1. Dasar Psikologis
Evaluasi pendidikan berguna sebagai bahan orientasi untuk menghadapi usaha-usaha yang lebih jauh
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
1. Dasar Psikologis
a. Di pandang dari segi anak didik
•Anak-anak belum dapat “mandiri pribadi”
Butuh pendapat orang dewasa dalam menentukan sikap ,tingkah lakunya dan orientasi dalam suatu sikap tertentu
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
1. Dasar Psikologis
b. Di pandang dari segi pendidik
Orang membutuhkan untuk mengetahui sejaumana usahanya telah mencapai tujuan sebagai pedoman dan dasar untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
2. Dasar Didaktis
a. Ditinjau dari segi anak didik
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
2. Dasar Didaktis
b. Ditinjau dari segi pendidik
Guru dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalan
Membantu menilai readiness (kesiapan) anak dalam belajar
Mengetahui status anak dalam kelasnya
Membantu menempatkan murid dalam suatu kelompok yang tepati
Membantu memperbaiki metode belajar dan mengajar
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
2. Dasar Administratif
Memberikan data untuk menentukan status anak didik dalam kelasnya
Memberikan ihtisar hasil usaha yang telah dilakukan oleh suatu lembaga
Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepada orangtua, atau pejabat pemerintah , guru-guru dan murid.
C. ANALISIS TAKSONOMIS
•
Segi kognitif ( Tokoh : Bloom)
•
Segi afektif (Tokoh : Krathwohl)
C. ANALISIS TAKSONOMIS
1. SEGI KOGNITIF (Bloom)
Memperhatikan
Merespon
Menghayati Nilai
Mengorganisasikan
C. ANALISIS TAKSONOMIS
2.. SEGI AFEKTIF (Krathwohl)
Memperhatikan
Merespon
Menghayati nilai
Mengorganisasikan
C. ANALISIS TAKSONOMIS
3. SEGI PSIKOMOTORIS (E.J. Simpson)
Persepsi
Set
Respon Terbimbing
Respon Mekanistis
D. TEKNIK PENILAIAN
•
Tes subjektif
D. TEKNIK PENILAIAN
1. Tes Subjektif
Kelemahan Tes subjektif :
Sukar dinilai secara tepat
Sukar untuk komprehensif
Kecenderungan pendidik memberikan nilai seperti biasa
D. TEKNIK PENILAIAN
1. Tes Subjektif
Tes subjektif dapat digunakann dalam situasi :
Mengkaji pendapat siswa tentang suatu persoalan
Mengetahui hasil yang diperoleh anak didik setelah mengadakan suatu kegiatan
Mengetahui kemampuan mengarang
D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
Tes benar-salah atau tes Ya-Tidak (True-False Test, Yes-No Test)
D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Kekuatan Kelemahan
Mudah, cepat dan objektif
Mengurangi faktor terkaan
Digunakan hanya untuk menilai ingatan saja
Sukar
Sering terjadi lebih dari satu jawaban yang
tepat
D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
Matching Test
KEKUATAN
Dapat digunakan untuk menilai :
Problem dengan penyelesaiannya
Teori dengan penyusunannya sebab dan akibatnya singkatan dan kata-kata lengkapnya
Istilah definisinya
Mudah disusun
Menghilangkan faktor menerka-nerka
D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
Tes IsianKEKUATAN KELEMAHAN
- Masalah yang diujikan disjikan dalam
keseluruhannya
- Baik untuk menyelidiki pengetahuan pelajar
Seringkali hanya untuk menilai kecakapan