• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Konflik Iran dan Amerika Antara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dinamika Konflik Iran dan Amerika Antara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Indra Pratama P S

Mahasiswa S2 Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gajah Mada

Dinamika Konflik Iran dan Amerika : Antara Ideologi dan Sumber Daya.

Dinamika Konflik Iran dan Amerika : Antara Ideologi dan Sumber Daya

Stabilitas politik umat muslim dari pelbagai negara di Timur Tengah saat ini tengah memasuki babak yang sangat krusial. Goncangan isu terkait kerjasama energi nuklir, distrust hubungan multilateral antar negara, hingga konflik ideologi yang berlanjut pada perang menjadi sebuah ancaman. Bukan hanya di wilayah Timur Tengah saja, dunia di belahan barat (Amerika dan Eropa) dan beberapa negara kuat di Asia yang notabene bukan siapa-siapa dalam lingkup kedekatan geografis di Timur Tengah pun ikut gencar untuk ambil bagian dalam konflik yang ada. Sangat mustahil jika campur tangan yang dilakukan oleh negara-negara barat seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Cina atau Rusia merupakan uluran tangan tanpa kepentingan besar, atau minimal memiliki upaya peningkatan bargain di dunia Timur Tengah. Bukan hanya stabilitas politik internal yang terganggu atas konflik yang ada, namun kondisi hubungan internasional campur tangan dari pelbagai negara diluar Timur Tengah juga berkontribusi dalam proses konflik yang ada.

Dua negara yang sedang mengalami konflik dalam stabilitas politik luar negeri adalah Republik Islam Iran dengan Amerika Serikat. Permasalahan kontroversial terkait nuklir, ideologi, dan saling tuduh terkait politik luar negeri sangat identik dengan Iran dan Amerika Serikat. Iran sebagai negara Syi’ah dan anti-Amerika dan menganggap Amerika sebagai

musuh utama dalam tatanan politik luar negeri serta menyebut Amerika sebagai The Great

Satan (Setan Besar). Selain itu, upaya pengembangan nuklir oleh Iran merupakan upaya yang sangat ditakuti oleh Amerika Serikat. Bagaimana dengan Amerika? Amerika sendiri menganggap Iran sebagai sebuah kerikil dalam upaya menguasai Sumber Daya yang ada di Timur Tengah.

Bentuk konflik dari kedua negara yang ada dapat dilihat dari sejarah kisruh dari masing-masing kebijakan dalam dan luar negeri antara Iran dengan Amerika Serikat selama 25 (dua puluh lima) tahun terakhir dimana dapat sedikit disimpulkan bahwa terdapat sebuah

1 iPenulis merupakan Mahasiswa Magister Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah

(2)

“strategi permainan” semacam “konflik spiral” antar komponen-komponen yang ada, dimana masing-masing pihak mencoba untuk menahan diri namun secara sangat agresif saling menampakkan hubungan yang sangat buruk1. Dalam berbagai media, Iran dan Amerika

merupakan dua negara yang bermusuhan. Iran merupakan negara yang sangat stabil dan berani menentang berbagai hegemoni yang dilakukan Amerika, berani untuk terus mengembangkan energi nuklir yang dimiliki, serta mempertahankan ideologi meski semuanya ditentang oleh Amerika. Amerika melalui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terus melakukan upaya untuk menggembosi segala upaya yang dilakukan oleh Iran guna memperoleh kejayaan. Dua negara yakni Iran dan Amerika Serikat secara ideologi keduanya sangat kontras berbeda namun sama-sama mencoba menjadi garda terdepan dalam pengembangan pertahanan yang dimiliki. Dari keadaan yang ada, kedua negara mencoba untuk berlomba dalam kemajuan politik, ekonomi, dan militer.

I. Upaya Determinasi dan Propaganda oleh Amerika

Dalam adanya invasi Irak pada Maret 2003, Amerika pada saat itu kembali coba untuk memperluas upaya invasi awal yang dimiliki ke Iran. Pada saat itu pula muncul sebuah pertanyaan ,“Apakah Iran yang selanjutnya?” perwakilan dari pemerintahan Presiden Bush coba untuk mengembangkan alasan sederhana terkait sederetan peristiwa terkait mengapa pula pemerintahan Iran sebaiknya melalui “perubahan rezim” seperti pengambilalihan kekuasaan di Irak2. Beberapa serangkaian tuduhan yang diluncurkan oleh Amerika yakni Iran

telah dituduh sebagai lokasi berlabuhnya para teroris, sebagai lokasi pengembangan senjata nuklir yang kemungkinan besar sangat ditakuti oleh pihak Amerika, dan sebagai dalang atas serangan beberapa fasilitas sarana yang dimiliki oleh Amerika di berbagai negara. Iran pada saat yang bersamaan juga menjawab tuduhan bahwasannya tuduhan yang diluncurkan Amerika sangatlah tidak berdasar dan hanya tuduhan yang memiliki muatan politik3. Hal ini

juga memiliki kemungkinan bahwasannya terdapat permainan intervensi Amerika Serikat dalam sistem politik di Irak.

Melihat kondisi yang ada tentunya akan muncul pertanyaan bahwasannya motif apakah yang mendasari manuver Amerika melncurkan berbagai tuduhan ke Iran, padahal notabene Amerika merupakan negara adidaya yang besar dan kuat, memiliki modal persenjataan yang canggih dalam hal militer, sistem politik serta perekonomian negara yang maju. Sebenarnya sederhana ketika muncul pertanyaan terkait motif dibalik tuduhan yang ada. Motif yang dimiliki Amerika sebenarnya belum sampai pada tahap kepentingan penguasaan sumber daya terbesar yang dimiliki oleh Iran yakni minyak. Memang benar motif

2 1Lubna Abid Ali. Historic US – Iran Relations: Revisiting Ideology and Geostrategy. Pakistan Journal of American Studies, Vol. 26,

Nos. 1 & 2, Spring & Fall. 2008.

2Beeman, William O. Iran and The United States : Postmodern Culture Conflict in action. Anthropological Quarterly; Fall 2003; 76,

4; ProQuest pg.671.

(3)

yang dimiliki Amerika sebenarnya adalah minyak, namun kemudian Amerika memanfaatkan situasi dahulu melalui propaganda terhadap Iran dan mencoba melakukan dominasi bargaining position di wilayah Timur Tengah. Dari situlah salah satu penyebab kemudian muncul berbagai kebijakan yang saling menahan diri namun secara agresif sangat kontras saling menunjukkan kekuatan masing-masing pihak. Modus determinasi dan propaganda itulah yang kemudian berlanjut pada kepentingan ekonomi dari Amerika Serikat.

Selama ini, Iran merupakan salah satu penyuplai minyak terbesar bagi India dan Cina. India dan Cina inilah yang kemudian menjadi salah satu ketakutan Amerika untuk kemudian mampu menguasai perekonomian dunia mengingat; pertama, India dan Cina secara geopolitik lebih dekat dengan Iran; kedua, terdapat pertukaran perdagangan antara Iran dengan India dan Cina4. India dan Cina merupakan negara yang pada saat ini dapat dikatakan

memiliki program pengembangan teknologi yang sangat bagus. Sebagai penopang atas pengembangan teknologi yang ada, Iran menyuplai minyak yang dimiliki ke India dan Cina untuk kebutuhan roda perekonomian dan militer. Pada tahun 2004 saja misalnya, kebutuhan minyak di Cina mencapai 100 juta ton dan 32% dari keseluruhan diambil dari Timur Tengah. Dan pada 2008, 58% dari total kebutuhan diimpor dari Timur Tengah khususnya Iran5.

II. Pengembangan Nuklir Iran dan Stabilitas Politik

Program pengembangan energi nuklir di Iran bukanlah aktivitas baru, aktivitas ini

telah dimulai oleh Syah dalam kepemimpinannya pada awal 1970an6. Namun, upaya untuk

memperoleh manfaat program pengembangan energi nuklir secara penuh sempat tertunda melalui berbagai situasi yang menjadi permasalahan besar bagi Iran, dalam kondisi internal berupa penggulingan rezim Syah oleh Khomeini dan dalam lingkup eksternal berupa peperangan dengan Irak7. Stabilitas politik di Iran sempat terganggu melalui perang yang

terjadi. Perang yang berlangsung selama 8 (delapan) tahun bermula dari Teluk Persia.

Adanya dugaan bahwasannya terdapat intervensi oleh Amerika terhadap konflik Iran-Irak sangatlah tidak mengejutkan. Ini mengingat sifat dari negara adidaya seperti Amerika Serikat tentunya akan cenderung mempertahankan status quo. Sebagai negara yang akan tetap memegang kendali penuh, Amerika Serikat akan tetap memperkuat kekuatan terhadap dominasi yang dimiliki dalam lingkup global, sehingga ketika muncul pengembangan kekuatan baru semacam nuklir pastinya akan disikapi dengan serius dan penuh kecurigaan mengingat pengembangan tersebut memiliki kemungkinan sebagai peluang ancaman besar terhadap dominasi yang dimiliki oleh Amerika Serikat sendiri8.

3 4Lihat : George H. Quester, “The Shah and the bomb,” Policy Sciences 8, no. 1 (March 1977): 21-32; dalam Iran and instability in the

Middle East. Imad Mansour. International Journals : ProQuest. 2008.

5Fatkurrohman. 2010. “Cina Incar Minyak Iran” (hal.20-21) dalam Isu dan Realita Konflik Kawasan. Jogjakarta : Gadjah Mada University

Press.

6Lihat : Colin Dueck and Ray Takeyh, “Iran’s nuclear challenge,” Political Science Quarterly 122 no. 2 (summer 2007): 189–205 ; dalam

Iran and instability in the Middle East. Imad Mansour. International Journals : ProQuest. 2008.

(4)

Dalam perjanjian yang ada, justifikasi yang ada memang telah diberikan seiring dengan adanya legalitas untuk riset energi nuklir oleh masyarakat sipil di Iran. Namun pembebasan yang ada terkait perjanjian yang ada tersebut akan memperlemah daya tawar yang sah dalam kekuatan Iran serta telah terdapat pada beberapa isu ini, memicu reaksi yang memiliki kemungkinan untuk menyebar luaskan penolakan dari berbagai negara ketika mulai berdampak buruk, lebih jauh lagi akan cenderung di asingkan dalam hubungan diplomatik yang ada, mendapatkan sanksi, atau bahkan serangan militer. Anggota yang terdapat pada akta perjanjian juga akan tetap memberikan justifikasi moral, sejak negara ini masih lekat dengan status negara yang mengembangkan energi nuklir, penguatan justifikasi yang ada juga didukung oleh berbagai negara yang tidak mengembangkan energi nuklir di wilayah yang

dimiliki9. Namun, agenda pengembangan nuklir Iran dan pelaksanaannya dengan peraturan

IAEA tidak diterima secara universal. Hal ini dikarenakan ketidakterbukaan dan transparansi yang dimiliki oleh Iran ketika muncul banyak pertanyaan dari berbagai negara yang ada9.

Dengan demikian melalui pengembangan nuklir yang ada, melalui Teheran diyakini secara penuh memiliki kekuatan dan kemampuan dalam mengendalikan panggung internasional secara terus menerus10. Masih menjadi pertanyaan besar terkait mengapa dan seberapa besar

pengembangan energi nuklir mampu menjadi ancaman bagi pertahanan dan keamanan di dunia. Ketika memang merupakan sebuah ancaman yang besar, tentunya hal ini juga sekaligus akan mengancam sistem politik dan ekonomi serta keamanan dari berbagai negara yang ada.

III. Diskusi : Iran vs Amerika Serikat, Antara Ideologi dan Sumber Daya

Kondisi di Timur Tengah saat ini dalam kondisi sangat paradoks. Iran di satu sisi mempertahankan ideologi konvensional yang dimiliki yakni Syi’ah, namun di sisi yang lain Iran juga terus mengembangkan teknologi Nuklir yang dimiliki. Dalam kasus ideologi yang dimiliki Iran sendiri, yakni Syi’ah, perkembangan demokrasi yang dimiliki dalam pengambilan sikap sangat rendah serta cenderung memiliki keyakinan ekstrimis akan hal-hal baru yang sangat tidak sesuai dengan pengembangan kemajuan energi nuklir yang dilakukan, namun pada kenyataannya hal tersebut mampu menjadi kekuatan stabilitas negara. Iran dapat dikatakan sebagai negara Timur Tengah yang memiliki stabilitas sangat baik. Pada sisi yang bersamaan, Amerika Serikat yang merupakan negara adidaya memiliki sistem politik pemerintahan dan perekonomian, serta keamanan militer yang sangat mumpuni. Namun paham anti-Islam yang dimiliki Amerika Serikat menjadi bumerang bagi Amerika sendiri. Amerika tidak sadar bahwasannya Amerika menganut paham demokrasi liberal yang secara

4 9Lihat. “Implementation of the NPT safeguards agreement in the Islamic Republic of Iran,” IAEA. 2006. On compliance, see Farideh Farhi,

“Iran’s nuclear file: The uncertain endgame,” Middle East Report Online, 2005. For an Iranian perspective on the nuclear program, see Kaveh L. Afrasiabi, “Iran: Nuclear Challenges,” ; dalam Iran and instability in the Middle East. Imad Mansour. International Journals : ProQuest. 2008.

10The Iranian Journal of International Affairs, spring 2007, online edition. 5 Robert J. Einhorn, “A transatlantic strategy on Iran’s nuclear

(5)

penuh harus siap untuk menghormati kepentingan di berbagai negara, termasuk kepentingan Iran dalam program pengembangan nuklir yang dimiliki.

Kondisi paradoks yang ada menimbulkan tanda tanya besar mengapa Amerika menolak pengembangan nuklir yang dilakukan oleh Iran padahal Amerika merupakan negara adidaya dengan paham demokrasi yang sangat diakui dunia. Selain itu, seringkali Amerika turut campur dalam stabilitas politik di berbagai negara. Dalam kaitannya dengan hegemoni Amerika beserta kekuatan yang dimiliki di dunia, terdapat dua aspek terkait penolakan atas demokrasi yang ada, yang walaupun terdapat kaitan dalam beberapa ukuran yang terpisah11.

Kesepakatan pertama dengan apakah yang sesungguhnya diambil: berapa banyak negara yang benar-benar demokratis? Apakah jumlah mereka benar-benar meningkat atau justru menurun seiring perkembangan zaman? Kondisi apakah yang kemudian mampu menjadi perhatian untuk bentuk demokrasi-liberal sebagai kebebasan atas tekanan, aturan hukum, pemilihan yang bebas dan adil, dan bentuk lainnya? ; Kedua, yang lebih subjektif lagi, aspek yang menjadi perhatian dalam berdirinya sistem demokrasi dunia: bagaimana hal ini dapat digambarkan dalam kondisi yang diakui dan menarik sementara belum ada ukuran yang pasti tekait demokrasi?.

Ideologi, Nuklir, dan Sumber Daya di Iran

Jika menggunakan sudut pandang ideologi, tidak ada yang salah dengan ideologi yang diterapkan oleh Iran mengingat proses tersebut merupakan keyakinan pribadi yang diterapkan di regional wilayah dan dengan catatan selama ideologi yang ada tidak melanggar batas-batas hak asasi manusia dengan ideologi yang berbeda maka tidak ada masalah. Namun kadangkala sangat sulit mengingat hal ini merupakan aspek nilai yang tidak dapat diukur dengan ukuran pasti. Syi’ah di Irak seringkali dipandang sebagai ideologi yang mainstream, ekstrimis, keras, dan bahkan radikal. Tetapi jika dihadapkan pada kontribusi pemimpin syi’ah di Iran saat ini yakni Ahmdinejad, dia mampu meyelamatkan Iran dari tekanan internasional terkait dengan program yang oleh masyarakat internasional dinilai prestisius akan justifikasi dan kecaman yang ada. Ketangguhan Ahmadinejad dalam memimpin dan melindungi masyarakat memberikan kontribusi yang amat sangat besar dari mayoritas masyarakat syi’ah. Bahkan ketangguhan kepemimpinan politik Ahmadinejad bukan hanya mendapat dukungan yang fantastis dari masyarakat, pemimpin spiritual tertinggi Iran yakni Ayatollah Ali Khamenei memberikan legitimasi kepada Ahmadinejad. Jika dibandingkan dengan hasil persentase Indonesia yang notabene merupakan negara yang sangat demokratis, perolehan persentase suara Ahmadinejad dalam pemilihan masih diatas persentase dari keterpilihan SBY12. Hal ini

membuktikan bahwasannya negara dengan ideologi yang tidak demokratis, belum tentu lebih

5

11Plattner , Marc F. 2015. Is Democracy in Decline? (pg.6-7). International Journals : Journal of Democracy.

12Fatkurrohman. 2010. “Singh, Ahmadinejad, dan SBY”(hal.73-74) dalam Isu dan Realita Konflik Kawasan. Jogjakarta : Gadjah Mada

(6)

buruk dibanding negara-negara demokratis. Dan pada saat ini, Iran dipimpin oleh pemimpin yang berkarakter mirip dengan Ahmadinejad dalam hal kedaulatan politik antar negara, yakni Rouhani.

Terkait dengan urusan nuklir yang sedang dikembangkan oleh Iran, seperti pemberitaan lama yang ada bahwasannya Amerika tetaplah negara adidaya yang selalu ikut campur dalam urusan luar negeri. Keberhasilan dari menteri luar negeri Iran yakni Mohammad Javad Zarif beserta tim negosiator dalam wacana menciptakan kerangka kerja dengan negara-negara P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina, dan Jerman) telah membuka harapan namun tetap saja kesepakatan yang akan dibuat terdapat celah yang rapuh untuk kubu Iran13. Di satu sisi, embargo atas Iran oleh PBB memiliki harapan untuk segera

dicabut. Namun di sisi lain, kesepakatan kerja yang ada masih sangat rapuh. Kerapuhan tersebut berupa adanya upaya Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang memiliki akses untuk masuk secara rutin dalam semua instalasi nuklir milik Iran, termasuk akses tehadap militer milik Iran. Artinya, hal ini akan memperlemah pengembangan energi nuklir yang dimiliki oleh Iran.

Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh Iran tentunya tak lepas dari konflik politik luar negeri yang sedang berlangsung. Amerika Serikat beserta sekutunya trus mencoba untuk memperlemah kekuatan yang dimiliki oleh Iran. Salah satu bentuk yakni adanya embargo yang diberlakukan di Iran dan nota kesepakatan yang dimiliki oleh negara 5P+1 pun juga cenderung memiliki kepentingan yang lebih besar. Keuntungan bagi Iran memang memiliki peluang yang baik dalam pembangunan ekonomi, namun bagi Amerika beserta sekutunya dalam negara-negara P5+1 akan menjadi semakin kuat dengan peluang ketersediaan akses masuk pada semua instalasi nuklir milik Iran. Hal ini sangatlah tidak seimbang jika dilihat dari sudut pandang geopolitik dimana Iran yang hanya mendapat keuntungan dalam hal pembangunan ekonomi sedangkan Amerika Serikat beserta sekutunya mendapat keuntungan kekuatan yang sangat besar dalam hal penguasaan keamanan dan energi.

IV. Kesimpulan

Konflik yang berlangsung antara Iran dengan Amerika Serikat merupakan konflik internasional yang telah berlangsung cukup lama. Selama puluhan tahun dan sudah sangat mengendap bagi masing-masing pihak. Iran yang memiliki ideologi dan kepentingan dalam hal kebesaran pengembangan energi nuklir untuk masa depan negaranya menjadi momok yang menakutkan bagi pihak Amerika Serikat beserta sekutunya. Konflik yang tercipta bukan

(7)

hanya sekedar konflik perebutan sumber daya minyak dan permasalahan pembangunan perekonomian Iran saja, namun lebih jauh lagi terkait kedaulatan politik antar negara dan sumber energi nuklir yang dimiliki. Sangat jelas bahwa kekhawatiran Amerika Serikat sebenarnya bukan ketakutan yang mendasar, namun merupakan bentuk lain dari keinginan untuk menguasai sumber energi nuklir yang ada dan mempertahankannya. Sangat tidak mungkin jika negara sebesar Amerika yang memiliki sekutu negara-negara hebat namun memiliki kakhawatiran terhadap Iran. konflik yang ada diharapkan tidak berlanjut pada peperangan yang menelan korban.

Dalam prosesnya, resolusi yang harus diambil adalah langkah-langkah yang mementingkan kebutuhan bersama serta memiliki keuntungan yang sama bagi kedua belah

pihak14. Artinya mampu melakukan upaya damai dalam demokrasi dan penghargaan atas

ideologi antar negara selama tidak merusak aspek hak asasi manusia baik oleh Iran maupun Amerika Serikat, mengurangi tindakan represif bagi kedua belah pihak dalam diplomasi kenegaraan, serta negosiasi akan peluang ancaman yang membahayakan.

7 14Nobel: Women's Initiative Calls for Peace between, Human Rights within, Iran and the US Anonymous Peacework; Jul/Aug 2006; 33,

(8)

Daftar pustaka

Beeman, William O. Iran and The United States : Postmodern Culture Conflict in action. Anthropological Quarterly; Fall 2003; 76, 4; ProQuest pg.671.

Connaughton, Richard. 2002. Military Intervention and Peacekeeping: The Reality.UK : Ashgate Publishing.

Dueck, Colin and Ray Takeyh, “Iran’s nuclear challenge,” Political Science Quarterly 122 no. 2, (summer 2007): 189–205 ; dalam Iran and instability in the Middle East. Imad Mansour. International Journals : ProQuest. 2008.

Einhorn, Robert J. The Iranian Journal of International Affairs, spring 2007, online edition. 5 : “A transatlantic strategy on Iran’s nuclear program,” Washington Quarterly 27, no. 4 (autumn 2004): 21–32.

Fatkurrohman. 2010. “Cina Incar Minyak Iran” (hal.20-21) dalam Isu dan Realita Konflik Kawasan. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.

Fatkurrohman. 2010. “Singh, Ahmadinejad, dan SBY”(hal.73-74) dalam Isu dan Realita Konflik Kawasan. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.

IAEA. “Implementation of the NPT safeguards agreement in the Islamic Republic of Iran,” IAEA. 2006. On compliance, see Farideh Farhi, “Iran’s nuclear file: The uncertain endgame,” Middle East Report Online, 2005. For an Iranian perspective on the nuclear program, see Kaveh L. Afrasiabi, “Iran: Nuclear Challenges,” ; dalam Iran and instability in the Middle East. Imad Mansour. International Journals : ProQuest. 2008.

Kompas edisi 12 April 2014. “Akankah dituntaskan di Selat Hormus?”. Diakses pada tanggal 14 April 2015.

Lubna Abid Ali. Historic US – Iran Relations: Revisiting Ideology and Geostrategy. Pakistan Journal of American Studies, Vol. 26, Nos. 1 & 2, Spring & Fall. 2008.

Negosiasi Nuklir Iran : Berpijak pada Kerangka Perjanjian yang Rapuh. 12 April 2015(hal.4). Kompas.

Nobel Women's Initiative Calls for Peace between, Human Rights within, Iran and the US Anonymous Peacework; Jul/Aug 2006; 33, 367; ProQuest Research Library. pg. 25.

Plattner , Marc F. 2015. Is Democracy in Decline? (pg.6-7).

International Journals : Journal of Democracy.

Quester, George H. “The Shah and the bomb,” Policy Sciences 8, no. 1 (March 1977): 21-32; dalam Iran and instability in the Middle East. Imad Mansour. International Journals : ProQuest. 2008.

Rourke, John T. 2005. International Politics on the World Stage, 10th ed. Boston et al: McGraw-Hill.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan APB disebab- kan oleh peningkatan persentase aktiva produktif bermasalah lebih be- sar dibandingkan dengan persentase peningkatan total aset produktif akibatnya

Kohesi leksikal berupa kata atau frase bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau yang mengikuti.Kohesi leksikal terdiri atas

Hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara komposisi nutrisi hidroponik dengan varietas pakchoy, tetapi terdapat pengaruh pertumbuhan yang

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan fakta bahwa skor rata-rata pre-menstruation syndrome pada responden di SMAN 3 Kota Kediri sesudah diberikan relaksasi nafas

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi afiks Bahasa Jawa yang membentuk verba denominal serta memaparkan fungsi, makna, dan produktivitas afiks derivasional

Pemanfaatan sengkubak untuk pengobatan yang diketahui oleh komunitas lokal Melayu Sintang adalah bersifat pengobatan dari luar, seperti untuk “jaram” (istilah etnis Melayu

Berkat pertumbuhan penerimaan pajak yang jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi, angka tax ratio Indonesia pun menunjukkan perbaikan, dari sebelumnya pada tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I tersebut dapat diinterpretasikan bahwa (1) adanya tim ahli penyimpul pikiran dan penyimpul pendapat dengan tugas