PERGAULAN BEBAS
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Fiqh
Dosen Pembimbing:
Drs. Mona Eliza, M.Ag.
Disusun Oleh:
Vanny Rosa Marini
1113051000025
Jakarta, 2014
Kata Pengantar
﷽
Assalamu’alaykum warahmatullah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji hanya pantas dipanjatkan kepada Allah Azza Wa Jalla Tuhan langit dan bumi dan segala yang berada di antara keduanya, Yang Maha Memberi Nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang sering kali kufur, Yang Maha Menutupi aib hina hamba-hamba-Nya, Yang Maha Memberi petunjuk dan hidayah sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan bantuan da pertolongan-Nya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada utusan-Nya, kekasih-Nya Baginda Nabi Muhammad Saw. pembawa risalah langit, penyelamat akhlak manusia, serta untuk keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Makalah berjudul “Pergaulan Bebas” ini disusun guna memenuhi tugas akhir semester pada mata kuliah Fiqh dan untuk tambahan pengetahuan pula bagi kita yang belum mengetahuinya. Disini saya memapaparkan mulai dari definisi pergaulan bebas hingga beberapa cabangnaya berupa zina, dan penyimpangan seksual.
Ya Allah Ya Rahmaan, Engkaulah yang akan mengadili perkara-perkara yang diperselisihkan oleh hamba-hambaMu. Tunjukkanlah saya jalan kebenaran dengan izinMu atas segala kekurangan dari makalah ini. Ridhoilah usaha hamba sebagai hal yang bermanfaat bagi umat.
Jakarta Timur, 6 Juni 2014
Daftar Isi
Kata Pengantar...i
Daftar Isi...ii
BAB I : PENDAHULUAN ...1
BAB II : PERGAULAN BEBAS ...2
A. Definisi Pergaulan Bebas...2
B. Masalah Pergaulan pada Masa Kontemporer...4
C. Pentingnya Rasa Malu...6
BAB III : ZINA ...8
A. Definisi Zina...8
B. Macam-Macam Zina...8
C. Dampak Buruk Zina...9
BAB IV : PENYIMPANGAN SEKSUAL ...10
A. Definisi Penyimpangan Seksual...10
B. Macam-Macam Penyimpangan Seksual...11
PENUTUP...12
BAB I
PENDAHULUAN
Pada akhir zaman seperti saat ini, tak jarang kita temui sebuah umat yang mengaku sebagai muslim, namun hidupnya jauh dari aturan Islam. Umat di akhir zaman sedang berada diambang kehancuran, berbagai macam fitnah (kerusakan) ditimbulkan oleh umat Islam sendiri. Padahal Islam 14 abad yang lalu adalah Islam yang kaffah yang sempurna, namun seiring perkembangan zaman, runtuhnya negara-negara Islam dan bangkitnya peradaban barat membuat hampir sebagian besar umat Islam khusunya di Indonesia mengkuti budaya barat. Sesungguhnya masyarakat Islam berbeda dengan masyarakat barat, Islam datang dengan seperangkat aturannya untuk menyelamatkan akhlak manusia dari kebobrokan.
Betapa mirisnya jika kita melihat umat islam saat ini, lelaki dan wanita bisa berbaur dengan bebas pada suatu tempat, tidak ada lagi tabir yang memisahkan mereka, tidak ada lagi rasa malu yang menjadi benteng mereka. Tidak heran jika kemudian banyak muncul perzinaan, banyak anak-anak tak berdosa lahir dari sebuah hubungan yang diharamkan agama. Ini karena sesuatu kerusakan akhlak dan moral yang bahkan sudah dianggap biasa oleh masyarakat, mereka berdalih bahwa pergaulan bebas kini merupakan bagian dari perkembangan dunia dan IPTEK. Apakah mereka lupa bahwa aturan yang disampaikan oleh Rasulullah itu diperuntukkan bagi seluruh umat muslim hingga akhir zaman?
Pergaulan bebas adalah akar dari kerusakan-kerusakan yang lain. Ikhtilat, zina,
penyimpangan seksual adalah cabang-cabang dari akibat pergaulan bebas. Namun apakah yang dimaksud dengan pergaulan bebas itu ‘hanyalah’ dikhususkan untuk perbuatan seks diluar nikah? Ternyata tidak, semua pergaulan yang jauh dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya adalah pergaulan bebas.
Maka dengan latar belakang ini, izinkanlah saya dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan saya hendak menyampaikan apa yang harus disampaikan, membenarkan apa yang harus dibenarkan, dan menyalahkan apa yang harus disalahkan, insya Allah. Walau pembahasan kali ini hanya membahas sekilas tentang permasalahan yang besar namun besar harapan saya, makalah ini bisa membuka mata hati jutaan umat yang sedang terkungkung pikirannya dengan doktrin-doktrin ala barat.
BAB II
PERGAULAN BEBAS
A.
Definisi Pergaulan Bebas
Dewasa ini, rasanya sudah tidak ada lagi batas antara laki-laki dan perempuan dalam bergaul, berinteraksi dan berhubungan. Sistem kehidupan ala barat yang menggerogoti akhlak dan moral manusia khususnya umat Islam telah jauh mengarahkan umat kepada pergaulan yang sudah terlalu liberal. Pergaulan bebas semacam ini jika dibiarkan secara terus menerus tanpa ada segolongan umat yang berdakwah, maka sungguh akan terjadi kerusakan yang besar di muka bumi ini. Lalu apakah yang dimaksud dengan pergaulan bebas tersebut?
Pergaulan bebas adalah berbaurnya lelaki dan perempuan yang bukan mahram pada satu tempat dimana mereka dapat saling memandang, memberi isyarat, berbicara, bahkan saling bersentuhan yang kemudian dikhawatirkan dapat berlanjut kepada perbuatan negatif yang diharamkan oleh syariat. Pertemuan sepasang lelaki dan perempuan yang bukan mahram di tempat sepi termasuk pergaulan bebas, hal ini telah pula diwanti-wanti oleh Rasulullah:
َسْيَل ٍة
َأَرْماِب ّنَوُلْخَي َلَف ِرِآخْا ِمْوَيْلاَو ِهللااِب ُنِمْؤُي َناَك ْنَمَو
ُناَطْي ّشلا اَمُهَثِلاَث ّنِإَف اَهْنِم ٍٍمَرْحَم وُذ اَهَعَم
“Siapa beriman pada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali berduaan dengan wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya pihak ketiganya adalah setan.”1Pada hadits tersebut Rasulullah Saw. menyebutkan نولخايل yang merupakan fi’il nahyi
atau larangan. Kaidah pertama An-Nahyu dalam kajian ushul fiqh adalah
ِبوُجُوْلِل ُيْهَنْلا ِىف ُلْص
َ لا
“Pada asalnya, larangan itu menunjukkan haram.”Dan Alla telah memperingatkan dalam Al-Qur’an yang mulia bahwa
…
…
“…Dan apa yang dilarangnya atasmu maka tinggalkanlah…” (QS. Al-Hasyr [59] : 7)
Namun pada saat ini, pergaulan bebas antar lelaki dan wanita yang bukan mahram tidak hanya bisa terjadi di tempat yang sepi-sepi saja. Lelaki dan wanita yang bukan mahram bisa bebas berdekatan di tempat umum yang ramai, seolah tidak mempunyai rasa malu lagi.
Na’udzubillahi min dzalik! Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang agung kepada para lelaki muslim:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat"(QS. An-Nur [24] : 30)
Dan Allah juga tak lupa memperingatkan para wanita muslimah:
…
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (QS. An-Nur [24] : 31)
Sudah jelas bagi kita bahwa Allah dan Rasul-Nya melarang kita untuk melakukan pergaulan yang terlalu bebas seperti yang banyak orang anggap sudah biasa saat ini, dan senantiasa menundukkan pandangan kita dari apa-apa yang telah Allah dan Rasul-Nya haramkan supaya kita tetap terjaga fitrahnya. Kita sebagai umat muslim harusnya bisa
menyelematkan diri sendiri agar tidak terjatuh kepada lingkaran setan. Semoga senantiasa kita selalu menjadi hamba-Nya yang Allah selalu tutupi aib keburukannya, yang selalu Allah
istiqomahkan kita dalam ketaatan kepada-Nya penghambaan kepada Dia satu-satunya yang pantas disembah. Allah memberi balasan kepada siapa yang membangkang terhadap-Nya juga balasan kepada siapa yang hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
“…Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa [4] : 13)
B.
Masalah Pergaulan pada Masa Kontemporer
Sekarang ini tak jarang kita temui banyak sekali ikhtilat, ikhtilat adalah pencampur-bauran antar lelaki dan wanita yang bukan mahramnya di tempat umum. Syaikh Ibn Baz dalam
Fatawa ‘Ajilah Limansubi Ash-Shihhah mengatakan bahwa ikhtilat ini adalah suatu
kemungkaran dan termasuk perbuatan jahiliyah. Semoga kita senantiasa terhindar dari hal-hal yang telah dilarang Allah. Lalu apa saja masalah-masalah pergaulan pada masa sekarang ini?
1. Memandang lawan jenis yang bukan mahram nya
Wanita yang memandang lelaki di dunia nyata, televisi, majalah dan lainnya menurut Syaikh Ibn Utsaimin dalam Fatawa al-Mar’ah hukumnya ada dua: Pertama, jika memandangnya disertai syahwat dan rasa senang maka hukumnya haram karena mengandung kerusakan dan fitnah. Kedua, jika memandangnya tanpa disertai syahwat dan rasa senang maka ini tidak apa-apa.
Dan untuk para saudariku muslimah, karena wanita lebih rentan mengundang fitnah dan syahwat para kaum lelaki, maka akan lebih mulia diri kita jika menjaga diri dengan tidak mennyebarluaskan foto diri baik lewat media cetak, elektronik, dan internet.
ِءاَسّنلا َنِم ِلاَجّرلا ىَلَع ّرَضَأ ًةَنْتِف ْيِدْعَب ُتْك َرَت اَم
“Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih membahayakan kaum laki-laki daripada fitnah wanita.”2
2. Berjabatan tangan lelaki dan wanita yang bukan mahram
Syaikh Ibn Baz berfatwa dalam majalah Ad-Da’wah edisi 885 bahwa tidak boleh lelaki berjabatan tangan dengan kaum wanita yang bukan mahram karena bisa menimbulkan fitnah bagi kedua belah pihak. Rasulullah Saw. bersabda
َءاَسّنلا ُحِفاَصُأ َل ْيّنِإ
“Sesungguhnya aku tidak pernah menjabat tangan kaum wanita.”3
Aisyah ra. mengatakan, “Tangan Rasulullah Saw. tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita pun, beliau membai’at mereka hanya dengan perkataan.”4
3. Seorang wanita yang berkendara dengan lelaki yang bukan mahram nya
Sungguh suatu kerusakan yang besar pada zaman sekarang, maraknya wanita dan lelaki yang bukan mahramnya tidak malu-malu lagi untuk berdekat-dekatan bahkan duduk diatas kendaraan yang sama baik mengendari motor atau mobil.
ٍٍمَرْحَم ْوُذ ىاَهَعَمَو ّلِإ ٍة
َأَرْماِب ٌلُجَر ّنَوُلْخَي َل
2 HR. Al-Bukhari dalam an-Nikah, no. 5096; Muslim dalam adz-Dzikir, no. 2740
3 HR. An-Nasa’i dalam al-Bai’ah, no. 4181; Ibn Majah dalam al-Jihad, no. 2784; Ahmad, no.
26466
“Tidaklan seorang laki-laki berdua-duaan di tempat yang sepi dengan seorang wanita kecuali bersamanya ada mahramnya.”5
Adapun jika tidak berdua saja, ada orang ketiga atau lebih maka itu tidak apa-apa menurut Syaikh Ibn Utsaimin karena tidak termasuk khulwah (bersepi-sepian) dengan syarat hal itu terjamin dan bukan termasuk perjalanan jauh.
4. Wanita dan lelaki yang berbicara panjang lebar
Wanita dan lelaki yang bukan mahram hendaknya membatasi pergaulannya termasuk pembicaraan diantara keduanya. Baiknya mereka hanya membicarakan hal-hal yang syar’I dan seperlunya saja, mereka dianjurkan untuk tidak menambah pembicaraan yang tidak perlu. Karena pembicaraan yang ditambah-tambahkan bisa menjadi penyebab bangkitnya fitnah. Syaikh Dr. Shalih al-Wunayyan berkata dalam
Fatawa Mu’shirah yang menurut hemat saya, seorang wanita jika melihat lawan bicaranya yaitu lelaki yang bukan mahram berbicara panjang lebar, hendaknya dia mengingkarinya atau tidak meladeninya, begitu pula sebaliknya.
Karena berlama-lama bicara termasuk tunduk dalam berbicara yang telah dilarang bagi wanita, sebagaimana firman Allahu Ta’Ala:
...
...
“…Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik…” (QS. Al-Ahzab [33] : 32)
Yang dimaksud dengan tunduk dalam ayat di atas ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.
C.
Pentingnya Rasa Malu
Malu yang akan dibahas pada subbab ini adalah ءايحلا (Al-Haya’). Al-Haya’ adalah bentuk mashdar dari kata hayyina, al-hayat yang artinya “hidup”. Hidup yang dimaksud disini adalah kehidupan dunia dan akhirat. Karena itu, siapa yang tidak mempunyai rasa malu maka dia mati di dunia dan sengsara di akhirat.
perilakunya tidak seperti hewan yang menyergap apa saja sesuai keinginannya tanpa rasa malu.6
Demikianlah sesungguhnya Allah membekali kita dengan rasa malu yang seharusnya bisa kita terapkan dalam keseharian kita. Rasa malu hendaknya sudah menjadi akhlak yang mendarah daging dalam tubuh kita. Begitu mulianya rasa malu ini sehingga bisa menjadi rem bagi tingkah laku kita.
Jika rasa malu ini dijunjung tinggi oleh umat muslim sebagai bagian dari iman kepada
Rabbnya, maka kerusakan akhlak di muka bumi ini bisa diminimalisir. Jika rasa malu sudah menjadi budaya yang kita pegang teguh, niscaya akan tumbuh dalam diri kita keengganan untuk berbuat maksiat dan keburukuan. Namun sebaliknya, jika rasa malu sudah luntur dalam diri kita akan tumbul kecenderungan berbuat seenaknya, Rasulullah memperingatkan bahwa
َتْئِش اَم ْعَنْصاَف ِيْحَتْسَت ْمَل اَذِإ
“Bila kamu tidak (punya) malu, maka berbuatlah sesuka hatimu.”7
Kata berbuatlah pada hadits di atas bukanlah perintah untuk berbuat apa saja, tetapi maksutnya adalah, jika kita berbuat sewenang-wenang maka akan mendapatkan kemudharatan yang besar.
Namun keadaan akhir zaman ini sudah mengenaskan, tak lagi manusia menjadikan malu sebagai pakaiannya, sebagai akhlaknya. Sehingga banyak kita temui saat ini wanita muslimah maupun laki-laki muslim yang mengumbar aurat, berbaur dalam dalam satu tempat seakan melupakan aturan dari Rabbnya. Jika malu sudah tidak ada dalam diri kita, lantas masih adakah iman dalam hati kita? Padahal malu adalah sebagian dari iman, 14 abad yang lalu Rasulullah Saw. pembawa risalah langit, penyelamat akhlak manusia sudah memperingatkan dalam sabdanya yang dituturkan oleh Ibn Umar ra. bahwa berkata Rasulullah Saw.:
ِناَميِ ْلا َنِم َءاَيَحْلا ّنِإَف
“Sesungguhnya malu adalah sebagian dari iman.” 8
Hadits di atas hendaknya menjadi dasar untuk umat muslim dalam bertindak, bersikap apalagi bergaul sehingga tidak terjerumus kepada pergaulan bebas. Na’udzubillah, kami
berlindung kepada Allah dari segala keburukan diri kami sendiri, kami memohon kepada Allah Ta’ala supaya Dia Yang Maha Menjaga senantiasa menjaga iman dalam diri ini yang kami sendiri tak mampu untuk menjaganya.
6 Al-Muqaddam, Fikih Malu, h.14
7 Hadits Arba’in an-Nawawiyah, No.20 (HR. Bukhari)
BAB III
ZINA
A.
Definisi Zina
Sebenarnya definisi zina ialah bercampur atau berhunbungannya dua orang yang bukan pasangan sah. Larangan terhdap zina tidak hanya terbatas pada larangan untuk bersetubuh, tapi juga terhadap segala hal yang mengantarkan kepada zina. Allahu subhanahu wa ta’ala
berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra [17] : 32)
Mendekati zina saja tidak boleh, apalagi melakukannya. Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan dalam Tafsir Kalamil-Mannan bahwa “Larangan mendekati zina itu lebih tegas dibandingkan dengan larangan untuk melakukkannya karena larangan mendektati meliputi semua tindakan awal ke arah zina. Ibarat orang yang berkutat di sisi larangan, kemungkinan besar akan terjerumus ke dalamnya.”
Na’udzubillahi min dzalik. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang selalu memohon pertolongan kepada Allah supaya dijauhkan dari segala macam keburukan dan zina.
B.
Macam-Macam Zina
1. Zina Muhshan
Zina Muhshan ialah orang yang sudah baligh, berakal, merdeka dan sudah menikah namun melakukan hubungan dengan seseorang yang bukan pasangan sahnya (bukan dengan istri/suaminya) atau dalam bahasa modern dikatakan
selingkuh.
Jumhur ulama’ sepakat bahwa pelaku zina muhshan hukumannya adalah dirajam (dilempar dengan batu) sampai meninggal.
2. Zina Ghairu Muhshan
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nur [24] : 2)
Menurut firman Allah diatas, maka hukuman untuk pelaku zina ghairu muhshan ialah didera (dicambuk) sebanyak seratus kali didepan khalayak umum. Hal ini untuk menumbuhkan efek jera kepada pelaku zina sehingga diharapkan tidak lagi melakukan perbuatan hina ini.
C.
Dampak Buruk Zina
Allah dan Rasul-Nya melarang zina karena Allah dan Rasul-Nya yang lebih tau karena menghindarkan manusia dari jurang kehancuran dan menjaga kemaslahatan umat. Maka dampak buruk jika manusia tetap melakukan zina adalah
1. Penyakit Kelamin
Sebanyak 200.000 orang penderita syphilis dan 160.000 penderita gonorrhea
menjadi penghuni rumah sakit di Amerika setiap tahunnya. Akhirnya didirikan pula 650 rumah sakit yang khusu merawat para penderita penyakit kelamin ini. Fakta di atas adalah bukti nyata akan dampak zina di negara yang menganut pola hidup seks bebas.
2. Penurunan Angka Kelahiran
BAB IV
PENYIMPANGAN SEKSUAL
A. Definisi Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah adalah kegiatan seksual yang dilakukan seseorang atau dengan pasangannya untuk mendapatkan kenikmatan seksual namun menggunakan jalan atau cara yang tidak sewajarnya atau menyimpang dari kaidah umum masyarakat dan/atau agama. Penyebab terjadinya penyimpangan seksual ini bisa karena gangguan kejiwaan, trauma saat masa kecil, lingkungan pergaulan yang salah, bahkan faktor genetik
Dalam istilah medis, perilaku penyimpangan seksual ini disebut dengan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Parafilia. Kata Parafilia tersusun dari dua buah kata yakni para yang berarti samping dan filia yang berarti cinta. Istilah parafilia selanjutnya digunakan untuk menunjuk kepada sifat, perilaku dan ketertarikan seksual yang diluar batas kewajaran.
Bentuk penyimpangan seksual kini semakin menguat dengan adanya komunitas LGBT. LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an.
Salah satu penyebab dari penyimpangan seksual adalah karena pergaulan yang salah, Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam sejatinya telah mengatur batas-batas pergaulan antar manusia. Jika ada yang berdalih, mana bisa pergaulan bebas menjadi salah satu penyebab
penyimpangan sosial, maka mari kita bahas.
Perilaku penyimpangan seksual, misalnya seorang lesbian yang mencari cinta pada teman sesama perempuannya dikarenakan trauma sudah terlalu disakiti oleh mantan kekasi lelakinya. Dari awal ia sudah melakukan hubungan haram yang dilarang oleh agama, berhubungan tanpa ada status pernikahan dengan lelaki yang bukan mahram, maka ini sudah dikategorikan pergaulan bebas. Selanjutnya ia dengan hasrat nafsunya yang menyala akan mencari kepuasan seksual pada sesama jenisnya, dengan tak terkendali ia mengesampingkan akhlaknya, moralnya, malunya, serta ajaran agamanya. Kemudian sang pasangan lesbian tadi, biasanya mempunyai sosok atau penampilan yang menyerupai lelaki namun hatinya masih lembut seperti wanita, hal inilah yang dicari oleh wanita yang sudah putus cinta tadi. Padahal Rasulullah Saw. melarang wanita untuk menyerupai lawan jenisnya, lewat lisannya yang Mulia sebagaimana diuturkan oleh Ibn ‘Abbas ra.:
“Rasulullah Saw. mengutuk pria-pria yang menyerupai kaum perempuan dan perempuan-perempuan yang menyerupai kaum pria.”9
B. Macam-Macam Penyimpangan Seksual
Berbagai jenis penyimpangan sosial kini ada di tengah-tengah masyarakat, dari yang pernah kita dengar sampai yang paling aneh dan menyimpang pun ada. Dan yang akan kita bahas saat ini adalah beberapa penyimpangan seksual yang sering dikenal oleh masyarakat yakni
1. Homoseksual
Homoseksual adalah timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai jenis kelamin atau identitas gender yang sama. Homoseksual terbagi menjadi 2: a) Sesama Pria, biasanya diistilahkan dengan sebutan gay, di dalam istilah
Islam disebut al-liwath.
Hukuman dalam Islam bagi pria yang gay adalah dicemoohkan dan tidak ditahan.
b) Sesama Wanita, biasanya diistilahkan dengan sebutan lesbi, di dalam istilah Islam disebut al-sihaq.
Hukuman dalam Islam bagi wanita yang lesbi adalah diasingkan atau diusir selama satu tahun dan dipenjarakan di tahanan di rumah dengan
pengawasan penguasa setempat. 2. Pedofilia
Pedofilia adalah kelainan seksual pada orang dewasa yang suka melakukan
hubungan seks atau kontak fisik yang merangsang dengan anak-anak dibawah umur (belum dewasa).
Pelaku pedofilia kebanyakan melakukan aksinya karena trauma atau balas dendam disebabkan dulu ketika masih kecil juga pernah diperlakukan seperti itu. Maka untuk memuaskan dirinya sendiri, ia ingin anak-anak lain juga merasakan seperti apa yang ia rasakan dahulu.
PENUTUP
Wallahu ta’ala a’lam bishshowab. Segala kebenaran hanya bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, dan segala kesalahan adalah bersumber dari saya dan syetan. Alhamdulillah dengan bantuan, bimbingan dan tuntunan Allah akhirnya saya bisa menyelesaikan makalah “Pergaulan Bebas” ini yang saya harap bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah yang sedang beredar sekarang, memberi pengetahuan lebih kepada seluruh saudara-saudariku muslim dan muslimah serta berguna bagi ummat luas.
Dengan tersusunnya makalah ini yang saya harap hanyalah Ridho Allah, semoga makalah ini bisa benar-benar berguna bagi pembacanya. Sekarang kita tau akan buruknya pergaulan bebas yang ternyata sudah dianggap biasa oleh masyarakat umum, semoga kita kedepannya semakin menjaga diri dan kehormatan kita supaya tidak terjerumus kepada hal-hal yang telah dilarang oleh syariat.
Makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu saya selaku penulis dengan senang hati jika pembaca berkenan memberikan argumen, perbaikan, saran atau kritiknya. Makalah ini hanyalah ibarat setetes air dari lautan ilmu, namun saya pribadi berharap makalah ini ibarat sebuah tetesan penyejuk dahaga untuk orang yang sedang haus akan ilmu.
Ya Allah, berikanlah kami ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima. Jadikan makalah ini ladang amal jariyah bagi siapapun yang mengamalkan isinya. Tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan yang benar dan Engkau ridhoi.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’an dan Terjemahannya.
Al-Juraisy, Khalid. Fatwa-Fatwa Terkini 2. Jakarta: Darul Haq, 2008.
Al-Muqaddam, Muhammad Isma'il. Fikih Malu, Menghiasi Hidup dengan Malu. Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2008.
Al-Nawawi, Imam. Hadits Arba'in An-Nawawiyah (Terjemah). Translated by Tim Sholahuddin. Jakarta Timur: Sholahuddin Press, 2012.
—. Mutiara Riyadhushshalihin. Bandung: Mizan, 2013.
Djalil, A. Basiq. Ilmu Ushul Fiqh Satu & Dua. Jakarta: Kencana, 2010.
Ibrahim, Majdi Sayyid. Menjadi Muslimah Bahagia Sepanjang Masa. Bandung: Mizania, 2010.
Musfah, Jejen. Indeks Al-Qur'an Praktis. Bandung: Hikmah, 2010.
Musyarrofah, Umi. Hadits Dakwah & Komunikasi. Jakarta: Tasnim, 2010.
makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/03/penyimpangan-seksual.html
al-badar.net/pengertian-macam-dan-hukum-zina/