• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF ini TINDAKAN KEKERASAN PADA BOARDING SCHOOL SYSTEM (Studi Kasus Pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Pariaman) | . | 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PDF ini TINDAKAN KEKERASAN PADA BOARDING SCHOOL SYSTEM (Studi Kasus Pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Pariaman) | . | 1 PB"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN KEKERASAN PADA BOARDING SCHOOL

SYSTEM

(Studi Kasus Pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah

(SUPM) Negeri Pariaman)

ARTIKEL

ZALMIROSANO

NPM. 1210018412007

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

TINDAKAN KEKERASAN PADA BOARDING SCHOOL

SYSTEM

(Studi Kasus Pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Pariaman)

1

Zalmirosano,1Uning Partimaratri,1Deaf Wahyuni Ramadhani

1

Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Bung Hatta Email: zalm75irosano@yahoo.com

ABSTRACT

Based on the rule that a person's right to follow the educational activities at boarding school system must be protected according to the Law No. 23 of 2002 on the protection of children. Law No. 14 of 2005on Teachers and Lecturers and Government Regulation No. 29 of 1990 on Secondary Education, activities education conducted in the State SUPM Pariaman is the boarding school system, should pay attention to children's rights as citizens. The problems discussed in the background of this research are: 1. What are the efforts made by SUPM Pariaman in protecting students from violence? 2. What are the constraints faced by SUPMPariaman in protecting students from violence. This study uses descriptive analytical research with socio legal approach. Data used include primary data and secondary data. Data were collected through interviews, observation and document study. Data were analyzed qualitatively from the results of the study concluded that: 1). The school has tried to preventive and repressive measures that violence does not occur either done by teachers and students. 2). The school faced obstacles in anticipation that violence does not occur, because of the lack of supervisory personnel and the lack of a budget to complete the infrastructure, and the lack of participation of 3 (three) in support of educational activities in SUPM Pariaman.

Keywords: Act, Violence, Boarding, School Systems

A.

Latar Belakang

Aturan yang menjadi dasar dalam

penyelenggaraan pendidikan di

Sekolah Usaha Perikanan (SUPM)

Negeri Pariaman diantaranya:

1. Undang-Undang RI Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 29

Tahun 1990, tentang Pendidikan

Menengah.

3. Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan

Nomor:PER.20/MEN/2012, tentang

Organisasi dan Tata Kerja Sekolah

(3)

4. Keputusan Kepala Badan

Pengembangan Sumberdaya

Manusia Kelautan dan Perikanan

Nomor:

305/BPSDMKP/2008,tentang

edoman Umum Pembinaan Sikap

dan Kepribadian Taruna dan Siswa

Pada Satuan Pendidikan Lingkup

Departemen Kelautan dan Perikanan

5. Keputusan Kepala Badan

Pengembangan Sumberdaya

Manusia Kelautan dan Perikanan

Nomor: 96/BPSDMKP/2011,tentang

Pedoman Pelaksanaan Pendidikan

Karakter (character Building) Pada

Sekolah Usaha Perikanan Menengah

di Lingkup Kementerian Kelautan

dan Perikanan.

6. Keputusan Diraktur Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah

Nomor: 201/C/Kep/0/1986, tentang

Peraturan Pembinaan Kesiswaan.

Selain aturan yang tertulis ada juga

aturan yang sifat kelembagaannya

sarat dengan muatan nilai-nilai

moral. Pendidikan sistem boarding

school di Sekolah Usaha Perikanan

Menengah (SUPM) Negeri Pariaman

lebih menekan pendidikan

kemandirian, berusaha dengan

pembelajaran yang mengintegrasikan

ilmu antara ilmu yang khusus dan

ilmu umum. Pelayanan pendidikan

dan bimbingan dengan sistem

boarding school, diperoleh

penjadwalan pembelajaran yang

lebihn leluasa dan menyeluruh,

peserta didik mengetahui setiap

aktivitas guru dan siswa selama 24

jam.

Menurut Pasal 9 ayat 1 Undang

Undang Nomor 23 tahun 2002,

tentang Perlindungan Anak, setiap

anak berhak memperoleh pendidikan

dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan

tingkat kecerdasannya sesuai dengan

minat dan bakatnya.

Berdasarkan pengamatan penulis

Sekolah Usaha Perikanan (SUPM)

Negeri Pariaman berada dibawah

Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kementerian kelautan dan

Perikanan dengan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan nomor ;

PER.20/MEN/2012, tanggal 19

Oktober 2012, tentang organisasi dan

Tata Kerja Sekolah Usaha Perikanan

Menengah.

Dalam rangka penyelenggaraan

pendidikan dengan sistem boarding

school di SUPM Negeri Pariaman,

(4)

Siswa, yang dapat menjadi acuan

bagi semua lembaga pendidikan

yang diselenggarakan oleh

Kementerian Kelautan dan Perikanan

sehingga penerapan disiplin tinggi

yang menjadi ciri khas, tidak

menjadi salah arah, dengan sasaran

yang diinginkan.. Pada

penyelenggaraan pendidikan dewasa

ini sering kali kita jumpai adanya

tindakan-tindakan yang selalu

bertentangan peraturan yang berlaku

(seringnya kekerasan menjadi dasar

dalam pembinaan mental siswa) baik

itu yang dilakukan oleh antar sesama

siswa itu sendiri maupun oleh guru

terhadap siswa.

Kerangka Teoritis.

Berdasarkan rumusan masalah dalam

studi ini digunakan teori dari Robert

B Seidiman atau pendekatan

sosiologis terhadap hukum sebagai

pisau analisis yang berdasarkan teori

pendekatan system Robert B

Seidiman. Pertemuan antara hukum

modern dan hukum setempat yang

telah ada lebih dahulu selama

puluhan bahkan ratusan tahun,

menimbulkan jurang yang menganga

antara keduanya.

Dalam teori Robert B Seidman

menyimpulkan bahwa hukum suatu

bangsa tidak dapat dialihkan begitu

saja kepada bangsa lain. Dari apa

yang telah dikemukakan oleh Robert

Seidman tersebut, maka dalam

rangka pembangunan hukum

nasional Indonesia, perlulah dihayati

betul makna pemikiran Robert B

Seidman.

Menurut Sue Raid dalam I.S.

Susanto secara etimologis

kriminologi berasal dari kata crimen

yang berarti kejahatan, dan logos

yang berarti pengetahuan atau ilmu

pengetahuan, sehingga kriminologi

untuk ilmu/pengetahuan tentang

kejahatan. Istilah kriminologi untuk

pertama kali (1879) digunakan oleh

P.Tropinard, ahli antropolgi Prancis,

sementara istilah yang banyak

dipakai sebelumnya adalah

antropologi crimina.

Menurut Nonet dan Selznick dalam

Mahmud Kusuma tipe-tipe tatanan

hukum yang hingga derajat tertentu

mengungkapkan evolusi tatanan

hukum dalam masyarakat, yang

(5)

lembaga Negara. Nonet dan Selznick

menyebutkan tiga orde hukum, yaitu

:

1. Orde hukum represif

(represif) yaitu, hukum sebagai alat

kekuasaan.

2. Orde hukum otonom

(autonoms law) yaitu, sebagai suatu

yang mampu menetralisir reaksi dari

hukum represif atau sebagai reaksi

dari alat kekuasaan dan melindungi

integritas hukum itu sendiri..

3. Orde hukum responsive

(responsive law) yaitu, hukum

sebagai suatu sarana respon terhadap

ketentuan ketentuan sosial dan

aspirasi aspirasi dalam masyarakat.

Kemudian menurut Darji

Darmodiharjo dan Sidharta,

berpendapat bahwa positivisme

hukum memandang perlu

memisahkan secara tegas antara

hukum dan moral (antara hukum

yang berlaku dan hukum yang

seharusnya), antara das Sein dan das

Sollen. Pengertian lain positivisme

hukum adalah aliran pemikiran yang

dalam yurisprudensi membahas

konsep hukum secara eklusif.

Kerangka Konseptual.

Dalam rangka untuk mengetahui

maksud yang terkandung dari judul

tesis ini, sangat perlu diperhatikan

pengertian dari beberapa konsep

sebagai berikut:

Menurut Hilman Hadikusuma bahwa

seseorang anak dalam menjalankan

kehidupannya perlu dilakukan

perlidungan baik itu dia dalam

melaksanakan pendidikan atau

dilingkungan pendidikan dengan

sistem boarding school

1. Kekerasan

Pengertian kekerasan disini dapat

diartikan bahwa kekerasan tersebut

terjadi diakibatkan anak-anak dalam

menjalankan pendidikan

dilingkungan dengan sstem boarding

school sering kali bukan dari

keinginan yang bersangkutan

melainkan adalah suatu kehendak

dari orang tua sehingga terjadi

pemaksaan terhadap seorang anak,

maka dalam hal tersebut seorang

dalam mengikuti pendidikan tidak

dengan ikhlas, dan untuk melepaskan

rasa keterpaksaan itu tadi sianak

melakukan apa saja sesuai kehendak

dia, maka didalam lingkungan

pendidikan sistem boarding school

sering terjadi tindak kekerasan

(6)

kata lain kelasnya yang lebih tinggi

adalah yang paling berkuasa.

2. Pendidikan.

Konsep dasar pendidikan Indonesia

adalah pembangunan manusia

seutuhnya yaitu, mencakup ranah

akademis dan spiritual kepribadian,

sehingga system pendidikan yang

dibangun harus mengacu pada dua

ranah tersebut. Lembaga pendidikan

lingkup Kementerian Kelautan dan

Perikanan merupakan lembaga

pendidikan yang mencetak

kader-kader sumberdaya manusia Kelautan

dan Perikanan yang tangguh bekerja

dilingkungan yang spesifik, disiplin,

bermoral dan berjiwa bahari.

3. Sistem Boarding School.

Sekolah Usaha Perikanan Menengah

(SUPM) Negeri Pariaman

menyelenggarakan pendidikan

sistem boarding school. Di

lingkungan sekolah ini mereka

dipacu untuk menguasai ilmu dan

teknologi secara intensif sedangkan

selama di lingkungan asrama mereka

ditempa secara fisik dan mental serta

pendidikan yang selalu mengarah

kepada ke tingkat disiplin yang

tinggi dan kemudian untuk

menerapkan ajaran agama atau

nilai-nilai khusus serta mengekspresikan

rasa seni dan ketrampilan hidup di

hari libur. Hari mereka adalah

hari-hari berinteraksi dengan teman

sebaya dan para guru. Rutinitas

kegiatan tersebut berlangsung dari

pagi hingga malam sampai bertemu

pagi lagi. Mereka menghadapi

makhluk hidup yang sama, orang

yang sama, lingkungan yang sama,

dinamika dan Romantika yang

seperti Itu pula.

Metode Penelitian.

Dalam Penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian

yuridis sosiologis, yaitu; penelitian

berdasarkan gejala (fenomena) yang

terjadi dalam masyarakat

HASIL PEMBAHASAN A. Upaya yang Telah dilakukan oleh Pihak SUPM Negeri Pariaman dalam

Melindungi Siswa/i dari Tindakan Kekerasan.

Pendidikan di SUPM Negeri

Pariaman dengan system boarding

school adalah merupakan suatu

pendidikan berasrama.

Lembaga pendidikan SUPM Negeri

Pariaman ini setiap tahun menerima

siswa/i sebanyak 150 (seratus lima

(7)

dan tes fisik serta wawancara,

kemudian disanalah kita menggali

minat dan bakat seorang anak didik

namun disisi lain memang ada orang

tua dengan cara paksa memasukan

anaknya untuk menimba ilmu di

SUPM, adalah seolah orang ingin

melepaskan tanggung jawab dalam

mendidik anaknya sehingga seorang

tersebut belum tentu atas

kemauannya sendiri akann tetapi

adalah paksaan dari orang tua,

kemudian dari paksaan orang tua

sianak mencari berbagai alasan untuk

bagaimana si anak bisa keluar

pendidikan tersebut

Terjadinya tindakan kekerasan

adalah pada saat malam hari maka di

jajaran urusan kesiswaan telah

melakukan berbagi langkah

antisipasi agar tindakan kekerasan

serta bagaimana kehidupan

anak-anak tersebut diasrama nyaman dan

terjaga keamanannya, selama mereka

menimba ilmu di SUPM Negeri

Pariaman ini yaitu, pihak sekolah

telah melengkapi sarana dan

prasarana diantaranya, 1 (satu) diisi

oleh 4 (empat) orang siswa dan

setiap kamar terdapat 1 (satu) kamar

mandi, setiap kamar telah dilengkapi

dengan kipas angin, dan sarana oleh

raga lainnya (lapangan bola kakik,

volley ,badminton, futsal, tennis, dan

tenis meja) kemudian menambah

personil Kekerasan yang Terjadi di

SUPM Negeri Pariaman.

1. Kekerasan yang dilakukan

oleh Guru.

Seorang guru di SUPM Negeri

Pariaman berinisial BH telah

melakukan tindak kekerasan

terhadap seorang muridnya dengan

inisial DK kelas II TPL pada hari

jumat tanggal 22 oktober jam. 10.00

wib, tahun 2010. (melakukan

kekerasan fisik), tindakan yang

dilakukan oleh BH tidak dapat

diterima oleh DK. proses

penyelesaiannya.

1. Membujuk DK agar DK tidak

pulang kerumah orang tuanya.

2. Kepala sekolah memanggil

semua wakil kepala sekolah untuk

diadakan rapat terkait terjadinya

tindakan kekerasan yang dilakukan

oleh BH.

3. Kepala sekolah memanggil

BH dan DK kemudian dilakukan

rapat yang dihadiri oleh semua wakil

(8)

proses perdamaian sesuai dengan

aturan yang beralaku diantaranya:

1. BH bersedia membuat surat

perjanjian diatas matery bahwa dia

tidak akan melakukan tindak

kekersan lagi baik terhadap DK

maupun siswa SUPM Negeri

Pariaman lainnya dan apabila masih

terjadi tindak kekerasan yang

dilakukan oleh BH, maka BH

bersedia dituntut sesuai hukum yang

berlaku. (indisipliner, dan tindak

pidana umum).

2. BH mendapat teguran tertulis

dari kepala sekolah sesuai

pelanggaran yang dilakukan.

3. BH meminta maaf kepada

DK dan semua murid kelas II TPL.

2. Kekerasan Yang dilakukan

oleh Siswa.

Seorang siswa SUPM Negeri

Pariaman bernisial ARP pada tanggal

10 Agustus 2014 jam 15.00 wib

telah melakukan tindak kekerasan

(kepala sy dipukul pakai sepatu oleh

ARP) kelas II TPL hanya

dikarenakan ARP merasa diejek

sebagai kakak kelas, sehingga terjadi

tindak kekerasan yang

mengakibatkan SY dirawat dan

akhirnya meninggal dunia 12

Oktober 2014 dirumah sakit M.Jamil

Padang.

Proses penyelesaian dari pihak

sekolah.

1. Pada tanggal 29 September

2014 jam 10.00 dilaksanakan rapat

dewan guru untuk mengambil

langkah-langkah tentang pemberian

sanksi terhadap tindakan kekerasan

yang dilakukan ARP.

2. Berdasarkan hasil rapat

dewan guru ARP dinyatakan

bersalah, sehingga ARP mendapat

sanksi dari tindakan yang

dilakukannya yaitu berupa

penjatuhan hukuman disiplin berat

diskorsing selama 1 (satu) tahun

pelajaran dengan surat keputusan

kepala SUPM Negeri Pariaman.

3. Karena si korban SY

meninggal di Rumah Sakit M.Jamil

Padang, maka proses hukum

selanjutnya diserahkan kepada pihak

berwajib sesuai dengan aturan yang

berlaku.

4. Kemudian setelah ada

laporan dari pihak Rumah sakit

bahwa yang bersangkutan meninggal

(9)

dilakukan oleh ARP tetapi karena

penyakit lain maka pihak yang

berwajib melepaskan ARP dari

tuntutan, namun dari pelanggaran

yang dilakukan di sekolah yang

bersangkutan tetap dijatuhi hukuman

disiplin.

Lembaga pendidikan boarding

school seperti SUPM Negeri

Pariaman ini, untuk kegiatan diluar

jam pelajaran dikelas yaitu

ekstrakurikuler serta pembinaan

mental dan disiplin siswa adalah

tanggung jawab pengelola kegiatan

dalam hal ini siswa benar-benar di

didik baik mental menghadapi

apapun permasalahannya dan sangat

penting adalah kedisiplinan dalam

melaksanakan kegiatan di

lingkungan SUPM Negeri Pariaman.

1. Pengelola Instalasi Restorasi

dan Kesehatan.

Pengelola restorasi dan kesehatan

siswa/i bertanggung jawab terhadap

ketersedianya makan siswa/i sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan

sehingga tidak terjadi bentrokan

jadwal, kemudian mengenai

kesehatan siswa/i juga sangat

menjadi perhatian di SUPM Negeri

Pariaman maka disediakan poliklinik

untuk melakukan tindakan pertama

terhadap siswa/i apabila terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan, pada

poliklinik tersebut bertugas satu

orang tenaga petugas kesehatan yang

ditunjuk dari Puskesmas Kampung

Dalam melalui Bupati Padang

Pariaman.

Pendidikan SUPM Negeri Pariaman

ini terdapat 100 orang yang terlibat

secara lansung dalam mengelola

pendidikan SUPM Negeri Pariaman,

30 orang guru, 47 pegawai, 17

tenaga kontrak (3 orang petugas

keamanan, 6 orang sebagai juru

masak, 8 orang lainnya sebagai sopir

dan tenaga teknis ) dan 6 sebagai

pengawas diasrama, untuk

melindungi siswa/i dari tindakan

kekerasan ada beberapa hak mereka

yang dihormati oleh semua siswa/i

maupun guru, pembimbing dan

pengawas asrama.

Sesuai dengan tugas dan tanggung

jawab masing-masing tersebut

diatas maka siswa/i SUPM Negeri

Pariaman juga mempunyai hak yang

harus juga dilindungi sesuai dengan

peraturan yang beralaku bagi setiap

guru maupun pengelola asrama dan

(10)

1. Hak untuk beribadah.

1. Hak untuk mendapatkan

perawatan.

Di Lembaga Pendidkan SUPM

Negeri Pariaman disediakan sebuah

klinik dan seorang perawat untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan

siswa/i dan selalu siap menangani

siswa/i apabila terjadi sesuatu yang

perlu penanganan medis.

2. Hak untuk mendapatkan

pendidikan

3. Hak Pelayanan Kesehatan

dan Makanan

Dalam memenuhi kebutuhan

siswa/i yang mengikuti kegiatan

pendidikan di SUPM Negeri

Pariaman disediakan juag

1. Pelayanan kesehatan

2. Makan 3 x sehari dan sneck 1

x sehari.

Dalam rangka memberikan

perlindungan terhadap siswa/i dari

tindakan kekerasan di pada lembaga

pendidikan seperti di SUPM Negeri

Pariaman ini tidak hanya sebatas

hak-hak mereka saja akan tetapi juga

sangat penting untuk memberikan

bimbingan dan pembinaan terhadap

siswa/i sebagaimana layaknya

pendidikan boarding school agar

mereka tidak melakukan sesuatu hal

yang akan dapat merugikan orang

lain dan bertentangan dengan

peraturan yang berlaku di SUPM

Negeri Pariaman dan dilakukan

secara efektif setiap hari mulai dari

pagi sampai malam bergitu setiap

harinya yang dilakukan oleh

pembimbing asrama maupun

pengawas asrama. Untuk

pelaksanaan hak-hak siswa/i di

lingkungan SUPM Negeri Pariaman

telah dilakukan secara baik, namun

disisi lain masih terjadi tindakan

kekerasan yang dilakukan oleh siswa

maupun siswa, ini dikarenakan masih

adanya kekurangan tenaga sebagai

pembimbing dannpengawas asrama,

dari jumlah siswa/i sebanyak 444

orang yang betul-betul mengawasi

siswa/i diasrama baik pembimbing

maupun pengawas sebanyak 11

(sebelas). Karena kurangnya tenaga

pengawasan 1 berbading 40 maka

masih adanya terjadi tindakan

kekerasan di SUPM Negeri Pariaman

oleh sebab itu perlu dilakukan

penambahan personil maupun sarana

yang lain agar siswa/i dalam

(11)

Pariaman dapat berjalan dengan baik

sesuai dengan saran dari

Ombudsman Perwakilan Sumatera

Barat agar segera dilakukan

pemasangan CCTV untuk setiap

asrama dan kelas sehingga

peralakuan tindakan kekerasan ini

tidak turun temurun seperti lembaga

pendidikan lain yang selalu

menimbulkan dampak kurang bai

bagi lembaga pendidikan di

Indonesia.

Maka bila dikaitkan dengan teori

Robert B Saidman dan William J

Chambliss, maka bekerjanya hukum

dapat digambarkan sebagai berikut:

(Robert B. Saidman dan William J

Chambliss, Law, Order, and Power).

Selanjutnya SUPM Negeri Pariaman

sebagai lembaga pendidikan yang

menjalankan peraturan tersebut harus

benar benar dapat menerapkan

sebagaimana mestinya sehingga

semua siswa/i dapat memahami dan

dalam setiap kegiatan maupun

kesalahan yang dilakukan, sanksi

yang diberikan sesaui dengan

peraturan yang berlaku.

Sedangkan untuk sebagai pemegang

peranan disini adalah guru, maupun

pegawai serta pembimbing asrama

sangat diperlukan kearifan seseorang

dalam melaksanakan pendidikan bagi

seorang siswa di SUPM Negeri

Pariaman dimana siswa/i yang terdiri

dari berbagai macam cara berfikir

dan tingkat kemanpuannya menerima

atau mentaati aturan yang ada masih

sangat rendah maka perlu

diperhatikan sikap dan tingkah laku

siswa/i tersebut.

B. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Sekolah dalam melindungi Siswa/I SUPM Negeri Pariaman dari Tindak Kekerasan.

Berdasarkan hasil penelitian di

Sekolah Usaha Perikanan Menengah

(SUPM) Negeri Pariaman dengan

guru, pembimbing serta pengawas

asrama melalui wawancara dapat

dilihat dari beberapa kendala dalam

mengatasi tindakan kekerasan yang

dialami oleh siswa/i SUPM Negeri

Pariaman baik yang dilakukan oleh

guru, pembimbing maupun

pengawas asrama dan antar siswa/i

itu sendiri (kelas III terhadap kelas

II, maupun kelas II kepada kelas I /

senioritas seseorang siswa).

1. Kurangnya tenaga pengawas

(12)

sehingga sering terjadinya tindakan

kekerasan

2. Banyaknya guru,

pembimbing maupun pengawas

siswa diasrama yang masih berusia

muda.

3. Kurangnya sarana dan prasarana

untuk tempat tinggal bagi guru,

3. Tingkat pemahaman siswa/i

terhadap aturan-aturan yang berlaku

di lingkungan SUPM Negeri

Pariaman masih kurang.

4. Kurangnya kesadaran siswa/i

untuk menuntut ilmu di SUPM

Negeri Pariaman sebabnya siswa/i

tersebut melanjutkan pendidikan di

SUPM Negeri Pariaman, karena

adanya paksaan dari orang tua,

5. Keterbatasan anggaran untuk

melengkapi sarana dan prasarana

yang ada (anggaran pemasangan

CCTV di setiap asrama yang seperti

dianjurkan oleh Ombudsman pada

saat ada laporan ke pihak

ombudsman perwakilan Sumatera

Barat bahwa di SUPM Negeri

Pariaman telah terjadi tindak

kekerasan ), sehingga siswa/i tidak

dapat terawasi dengan baik.

6. Sebagian masyarakat yang

tinggal disekitar SUPM Negeri

Pariaman belum begitu mendukung

kelancaran pendidikan di SUPM

Negeri Pariaman.

7. Pemerintah Daerah belum

sepenuhnya mendukung keberadaan

SUPM Negeri Pariaman. Semenjak

berdiri baik dari Pemerintah Propinsi

Sumatera Barat maupun dari

Pemerintah Kabupaten Padang

Pariaman.

A. Simpulan

1. Kegiatan pelaksanaan

pendidikan di lingkungan SUPM

Negeri Pariaman dengan system

boarding school telah berjalan

sebagaimana mestinya

2. Kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan pendidikan di SUPM

Negeri Pariaman dilihat beberapa

faktor, belum semua orang tua

memahami bahwa pendidikan di

SUPM Negeri Pariaman dengan

system boarding school, kurangnya

tenaga guru, pembimbing dll

3. Untuk Kesejahteraan

Masyarakat, (masyarakat nelayan),

SUPM Negeri Pariaman Sebagai

Lembaga Pendidikan Menengah

(13)

Pariaman diwajibkan menerima anak

nelayan sebanyak 40 % dari jumlah

keseluruhan siswa/i,

B. Saran-saran

1. Diharapkan kepada orang tua

siswa/i supaya lebih memberi

perhatian dan bimbingan maupun

kasih sayang pada anak.

2. Diharapkan kepada

Pemerintah Daerah Propinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten dapat

memberikan perhatian.

3. Diharapkan kepada

Pemerintah Pusat (Kementerian

Kelautan dan Perikanan) menambah

anggaran.

4. Diharapkan kepada seluruh

pihak yang terkait dalam

penyelengggaran pendidik di SUPM

Negeri Pariaman agar mematuhi

aturan yang ada.

5. Kepada masyarakat

dilingkungan SUPM Negeri

Pariaman diharapkan dapat

memberikan motifasi terhadap

siswa/i.

DAFTAR PUSTAKA

Buku– buku

Anthon F. Susanto, 2010.

Dekonstruksi hukum. Genta

Publishing. Yokyakarta.

Asrori S. Karni, 2009. Etos Studi

Kaum Santri (Wajah Baru

Pendidikan Islam). Bandung PT.

Mizan Pustaka.

A.Tafsir, dkk,2004, Cakrawala

Pemikiran Pendidikan Islam,

Bandung Mimbar Pustaka.

Bambang Sunggono, 2011,

Metodologi Penelitian Hukum,

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bambang Waluyo,2008, Penelitian

Hukum Dalam Praktek, Jakarta Sinar

Grafika.

Hadi sutrisno, 1993, Sampel

Merupakan Bagian dari Populasi,

Yokyakarta Statika 2.

I.S Sutanto, 2011, Kriminologi.

Genta Publishing. Yokyakarta.

J.S Camdi 2002, Terampil Berbicara

Pembelajaran dan Sastra Indonesia,

Jakarta Balai Pustaka Edisi ke tiga.

Kamisa,1977. Kamus Lengkap

(14)

Mahmud Kusuma, 2009. Hukum

Menyelami Semangat Progresif.

Antony Lib.Yokyakarta

Nurhayati Jamas, 2009. Dinamika

Pendidikan Islam di Indonesia Pasca

Kemerdekaan, PT. Raja Grafindo.

Soerjono Soekanto, 1980. Pokok

pokok Sosiologi Hukum, Jakarta.

Raja Grafindo.

Soerjono Soekanto, 2011. Faktor

faktor yang mempengaruhi

Penegakan Hukum, Jakarta

Rajawali.

Taqiyudin, 2008.Sejarah Pendidikan.

Bandung, Mulia Press.

Unicef, 2002, Perlindungan

Terhadap Anak yang Berhadapan

dengan Hukum, Jakarta Unicef.

Satjipto Raharjo,1991, Ilmu Hukum,

Bandung: Citra Aditya Bhakti.

_____________, 1979, Hukum dan

Masyarakat, Bandung:Angkasa.

Sofyan S. Wilis, 1981, Problema

Remaja dan Pemecahannya.

Bandung: Angkasa.

Soerjono Soekanto, 2011,

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum, Jakarta; Rajawali

Press.

_____________,1980. Pokok-Pokok

Sosiologi Hukum, Jakarta; Raja

Grafindo.

_____________, 1982, Suatu

Tinjauan Hukum Terhadap Masalah

Sosial, Bandung, Alumni Bandung.

_____________, 1980, Sosiologi

Hukum dalam Masyarakat, Jakarta;

Angkasa.

Wagiati Sutejo, 2008. Hukum

Perlindungan Anak, Bandung Refika

Aditana.

Yetisma Saini, 2009. Hukum

Perlindungan Anak. Padang.

Universitas Bung Hatta.

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang Undang Hukum

Pidana.

Undang - Undang nomor 36 Tahun

1990 tentang konfrensi Hak-Hak

Anak.

Undang Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang – Undang Nomor 23 tahun

(15)

Undang Undang nomor 20 Tahun

2003 tentang Pendidikan Nasional.

Undang Undang Nomor 11 Tahun

2012 tentang Peradilan Anak.

Website.

Http:/id//eprints.uny/ac.id, jam

12.00, Tanggal 10 februari 2014, hari

Senin.

Http:/id SH fong Com, jam 16.00,

Tanggal 3 Maret 2014.

Sumber Lain.

Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor :PER

20/MEN/2012, tentang Organisasi

dan Tata Kerja Sekolah Usaha

Perikanan Menengah (SUPM)

Negeri.

Keputusan Kepala Badan

Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kelautan dan Perikanan

Nomor:KEP.305/BPSDM KP/2008,

tentang Pedoman Umum Pembinaan

Sikap dan Kepribadian Taruna dan

Siswa Pada Satuan Pendidikan

Lingkup Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

Keputusan Kepala Badan

Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kelautan dan Perikanan

Nomor: KEP.96/BPSDM KP/2011,

tentang Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter (Character

Building) Pada Sekolah Usaha

Perikanan Menengah di Lingkungan

Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

Keputusan Kepala Sekolah Usaha

Perikanan Menengah Negeri

Pariaman Nomor:

93.SK.93/SUPM-PRM/DL.630/VII/2013, tentang

Penetapan Peraturan Kehidupan

Siswa (PERDUPSIS) dan Penilaian

Prestasi serta Pelanggaran Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Banyak fraktur subkondilar mandibular bilateral dan kebanyakan fraktur kondilar pada orang dewasa memerlukan reduksi terbuka. Pada kasus fraktur subkondilar bilateral, baik

Konsep awal yang digunakan adalah alat pencetak kue culut yang saat ini digunakan pada IKM La Madre, dimana penggunakan memiliki keluhan pada saat menggunakan

Taktik Belajarnya : Duduklah di depan kelas dan buat catatanmu selama pelajaran, Ketika belajar, jalan modar-mandir sambil mengingat informasi yg penting, Dalam mengingat

Jadwal yang ditetapkan Dosen Pembimbing Akademik) 5-9Pebruari2018 Kuliah Senester Pendek untuk Matakuliah

*Stiker mobil untuk pelari yang membawa kendaraan bisa diambil di tempat Race Pack Collection agar mendapatkan prioritas jalan pada saat hari acara lari berlangsung.. tag

Sehingga, dapat disimpulkam bahwa strategi promosi merupakan perencanaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka panjang untuk

Lebih jauh lagi, bagi anak-anak tersebut, konvensi ini mempersyaratkan negara untuk “menentukan kegiatan di mana mereka diperbolehkan bekerja dan [untuk] menetapkan jumlah jam kerja

Muhidin, Bc.IP.SH selaku KASI BINADIK Lembaga Permasyarakatan Narkotika Klas II-A Yogyakarta sebagai Nara sumber yang telah meluangkan waktunya dalam membantu dan