• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI KEUANGAN KEWAJIBAN LANCAR DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKUNTANSI KEUANGAN KEWAJIBAN LANCAR DAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KEWAJIBAN LANCAR

&

KONTIJENSI

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Nerissa Arviana

(1613012)

Junita Waode Ndika (1613014)

Yessica Christine W (1613142)

KELAS: AKUNTANSI A

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmatnya sehingga tugas Makalah Akuntansi Keuangan I dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Selama proses penyelesaian makalah ini terdapat beberapa hambatan dan kesulitan

namun disertai semangat, ketekunan, kerja keras, dorongan, dan bantuan dari berbagai teman.

Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pak

Marselinus Asri, S.E, M.Si., Ak., CA dan kepada rekan-rekan mahasiswa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, mungkin hal ini

karena masih terbatasnya pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh karena itu kami

memohon maaf yang sebesar-besarnya dan dengan terbuka menerima saran dan kritik yang

sifatnya membangun. Semoga hasil penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan di masa mendatang.

Makassar, 20 Januari 2018

(3)

DAFTAR ISI

4. Uang Muka atau Deposito Pelanggan... 7

5. Pendapatan Di Terima Dimuka... 7

6. Utang Pajak Penjualan... 7

7. Utang Pajak Penghasilan... 7

8. Kewajiban yang Berhubungan dengan Karyawan... 7

9. Utang Jangka Panjang... 8

10. Utang Jangka Pendek... 8

B. Kontijensi... 9

1. Kelebihan dari Kontijensi... 9

2. Kerkurangan dari Kontijensi... 9

C. Penyajian dan Analisis... 12

1. Penyajian Kewajiban Lancar... 12

(4)

Utang dapat menimbulkan kewajiban keuangan ataupun kewajiban pelaksanaan. Sebagai contoh, kewajiban keuangan misalnya hutang usaha, hutang pajak, hutang dividen, hutang bunga dan sebagainya, sedangkan kewajiban pelaksanaan, misalnya sewa yang diterima di muka, beban yang diterima di muka, uang garansi pembelian dari para pembeli.

Kontinjensi (contingencies) dalam FASB (Financial Accounting Standard Board) Statement No. 5 adalah “suatu kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian untuk perusahaan yang pada akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak terjadi.”

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Kewajiban Lancar?

2. Apa saja yang termasuk dalam Kewajiban Lancar? 3. Apa yang dimaksud dengan Kontinjensi?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan Kontinjensi?

5. Bagaimana cara menyajikan dan menganalisis Kewajiban Lancar dan Kontijensi?

C. Tujuan

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Kewajiban Lancar. 2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam Kewajiban Lancar. 3. Untuk memahami pengertian dari Kontijensi.

4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari Kontijensi. 5. Menjelaskan penyajian dan analisis Kewajiban Lancar dan Kontinjensi.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kewajiban Lancar

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yg membahas tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan dinyatakan bahwa karakteristik esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban (obligation) masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.

(5)

perusahaan yang timbul dari transakasi dari waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang, atau jasa, di waktu yang akan datang. Sebagai contoh adalah kewajiban yang timbul dari pembelian secara kredit, peminjaman uang dari bank, dan kewajiban untuk membayar gaji atau upah kepada para karyawan.

Kejadian yang timbul akibat kewajiban yaitu di antaranya, barang yang sudah dibeli dari pemasok tapi perusahaan belum membayarnya (kewajiban dagang, trade account payable atau account payable), pemasok sudah membayar tetapi perusahaan belum mengirimkan barangnya (pendapatan diterima dimuka atau unearned revenue). Penyebab lain timbulnya kewajiban antara lain, karena adanya peminjaman dari satu perusahaan ke perusahaan lain, adanya barang yg dijual dengan garansi, pembagian dividen tunai dan sebagainya.

Kewajiban lancar dapat diartikan sebagai kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban perusahaan pada masa sekarang untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian pada masa lalu. Suatu hal dapat dikategorikan sebagai sebuah kewajiban apabila memenuhi tiga karakteristik utama, yaitu:

1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.

2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.

3. Transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi dimasa lalu.

Suatu kewajiban melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan, sehingga salah satu karakteristik yang terpenting yaitu tanggal di mana kewajiban tersebut harus dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo. Karakteristik mengenai berapa lama tanggal yang ditentukan untuk melunasi kewajiban tersebut adalah perumusan dalam pengklasifikasian kewajiban, yaitu apakah jangka waktu pelunasannya kurang atau lebih dari jumlah periode tertentu. Pengklasifikasian kewajiban dibagi menjadi dua, kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Berikut beberapa jenis kewajiban lancar adalah sebagai berikut:

1. Utang Usaha

(6)

2. Wesel Bayar

Wesel Bayar adalah janji tertulis untuk mebayar sejumlah uang pada suatu tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi dengan bentuk lainnya. Utang jenis ini diperlukan sebagai bagian dari transaksi pembelian atau penjualan. Sedangkan wesel bayar kepada bank berasal dari pinjaman kas atau uang tunai.

3. Utang Dividen

Utang Dividen memiliki pengertian sebagai jumlah yang terutang oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai hasil dari otorisasi dewan komisaris atau direksi (ada tanggal pengumuman, perusahaan menempatkan pemegang saham sebagai kreditor atas sejumlah dividen). Dividen digolongkan menjadi kewajiban lancar karena dividen akan dibayar pada satu tahun berikutnya setelah pengumuman kepada para pemegang saham. Sementara itu, dividen saham preferen kumulatif yang belum diumumkan juga dianggap sebagai kewajiban lancar karena dividen yang tertunggak tersebut bukan merupakan kewajiban, sampai dewan direksi mengambil tindakan mengotorisasi pembagian laba perusahaan.

4. Uang Muka dan Deposito Pelanggan

Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan maupun dari karyawannya sendiri. Perusahaan menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pembayaran kewajiban yang diharapkan di masa depan dan juga sebagai jaminan untuk kemungkinan kerusakan barang yang ada di tangan pelanggan. Sementara perusahaan menerima deposito dari karyawan atas jaminan dan pengembalian properti perusahaan yang digunakan oleh karyawan yang membantu kegiatan operasional karyawan tersebut.

5. Pendapatan Diterima Di Muka

Pendapatan diterima dimuka adalah kondisi di mana perusahaan menerima kas sebagai pembayaran hasil perdagangan maupun jasa dari pelanggan sebelum melakukan pertukaran barang atau melakukan jasa tertentu dan hak kepemilikan belum didapat pelanggan namun sudah dicatat sebagai pendapatan oleh perusahaan.

6. Utang Pajak Penjualan

(7)

7. Utang Pajak Penghasilan

Setiap Pajak Penghasilan Negara memiliki porsi yang berbeda terhadap jumlah laba tahunan. Dengan menggunakan informasi dan nasihat yang tersedia, perusahaan harus mempersiapkan pengembalian pajak penghasilan dan menghitung utang pajak penghasilan yang dihasilkan dari operasi periode berjalan. Utang pajak atas laba perusahaan, seperti yang dihitung per pengembalian pajak harus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.

8. Kewajiban yang Berhubungan dengan Karyawan

Perusahaan juga melaporkan jumlah yang terutang kepada karyawan untuk gaji dan upah pada akhir periode akuntansi. Bentuk dari kewajiban yang berhubungan dengan karyawan dikategorikan menjadi:

a. Pemotongan gaji

Pemotongan gaji adalah pajak premi asuransi, tabungan karyawan, dan iuran serikat kerja. Jika jumlah yang dipotong belum diserahkan kepada pihak yang berwenang pada akhir periode akuntansi, maka jumlah itu harus diakui sebagai kewajiban lancar.

b. Absensi yang dikompensasi

Absensi yang dikompensasi memiliki pengertian sebagai absensi dari pekerjaan, yang meliputi cuti, sakit, dan hari libur.

c. Perjanjian Bonus

Perusahaan-perusahaan besar memberikan bonus kepada semua karyawannya sebagai tambahan atas gaji atau upah regular mereka. Dan jumlah bonus tersebut bergantung kepada laba tahunan perusahaan terkait. Pembayaran bonus kepada karyawan dapat dianggap sebagai tambahan upah dan harus dimasukkan sebagai pengurang dalam menentukan laba bersih tahun berjalan. Kewajiban, yaitu utang bonus pembagian laba, biasanya akan dibayar dalam periode waktu yang singkat dan harus dicatat sebagai kewajiban lancar dalam neraca.

9. Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun

Contohnya adalah obligasi, wesel hipotik, dan utang jangka panjang lainnya yang jatuh tempo dalam tahun fiskal berikutnya. Utang jangka panjang tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan:

a. Ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang tidak ditunjukkan sebagai aktiva lancar.

(8)

10. Kewajiban Jangka Pendek yang Diharapkan Akan Didanai Kembali

Kewajiban dengan jangka waktu yang pendek adalah jenis utang yang telah pasti akan jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi perusahaan, tergantung mana yang lebih lama dan biasanya sesuai dengan kebijakan perusahaan. Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar jangka panjang. Dan oleh karena itu, diperkirakan tidak memerlukan penggunaan modal kerja selama periode berikutnya.

a. Kriteria Pendanan Kembali

Untuk menentukan situasi di mana kewajiban jangka pendek dapat dikeluarkan dari kewajiban lancar, suatu perusahaan harus mengeluarkan kewajiban jangka pendek tersebut dari kewajiban lancar, dengan syarat:

(1) Perusahaan harus memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang.

(2) Perusahaan harus menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan pedanaan kembali tersebut.

Maksudnya, perusahaan bermaksud mendanai kembali kewajiban jangka pendek sehingga penggunaan modal kerja tidak diperlukan lagi selama tahun fiskal.

B. Kontinjensi

Kontinjensi adalah kondisi di mana terjadi ketidakpastian mengenai apakah kewajiban untuk mentransfer kas atau aktiva yang lain telah timbul dan atau jumlah yang akan diminta untuk melunasi kewajiban tersebut, atau dalam arti yang lebih luas, kontinjensi adalah suatu atau serangkaian kondisi atau situasi, yang melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak terjadi.

1. Keuntungan Kontinjensi

Keuntungan kontinjensi adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva yang keberadaannya tidak pasti, akan tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah:

a. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain-lain. b. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.

c. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin akan menguntungkan. d. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.

(9)

Kerugian kontinjensi melibatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi adalah pengertian dari kewajiban kontinjensi.

a. Kemungkinan Kerugian

Suatu estimasi kerugian dari kerugian kontinjensi harus diakrualkan dengan membebankannya ke beban dan kewajiban dicatat hanya jika:

(1) Informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukkan bahwa kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada laporan keuangan.

(2) Apabila jumlah kerugian dapat diestimasi secara rasional.

b. Proses Pengadilan, Tuntutan, dan Penilaian

Perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam menentukan apakah suatu kewajiban harus dicatat berkenaan dengan proses pengadilan yang tertunda atau yang mengancam serta tuntutan dan penilaian yang sebenarnya atau yang mungkin.

(1) Periode waktu di mana terjadi penyebab dasar dari tindakan. (2) Kemungkinan dari suatu hasil yang tidak menguntungkan.

(3) Kemampuan untuk membuat taksiran yang layak atas jumlah kerugian.

c. Biaya Jaminan dan Garansi

Jaminan atau garansi produk adalah suatu janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk meperbaiki kekurangan dalam kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk. Garansi ini biasanya digunakan oleh perusahaan sebagai teknik promosi penjualan. Untuk periode spesifik setelah waktu penjualan ke konsumen, manufaktur menjanjikan perbaikan atau servis tanpa bayaran, mengembalikan harga jual, atau bahkan “uang kembali dua kali lipat”. Jaminan dan garansi memerlukan biaya di masa depan. Tambahan biaya seperti ini, biasanya disebut “after-costs” atau “post-sale costs”. Perusahaan umumnya menyediakan 2 jenis garansi kepada konsumen:

(1) Garansi jaminan yaitu garansi di mana produk sesuai kesepakatan spesifikasi dalam kontrak pada saat produk terjual. Jenis garansi ini termasuk harga jual dari produk perusahaan.

(10)

d. Tanggung Jawab Lingkungan

Dalam berbagai industri, konstruksi dan operasi aset jangka panjang melibatkan kewajiban untuk penghentian aset tersebut. Ketika perusahaan pertambangan membuka sebuah tambang terbuka, maka perusahaan itu juga harus mengembalikan lahan tersebut setelah kegiatan pertambangan.

1. Akuntansi Pengakuan atas Penghentian Aset

Perusahaan harus mengakui kewajiban penghentian aset atau Asset Retirement Obligation (ARO) apabila memiliki kewajiban hukum yang berkaitan dengan penghentian aset jangka panjang dan apabila dapat diestimasi kewajibannya. (1) Kejadian yang Wajib

Contoh kewajiban hukum yang membutuhkan pengakuan kewajiban meliputi, tetapi tidak terbatas pada:

(a)Menonaktifkan fasilitas nuklir.

(b)Membongkar, mengembalikan, dan mereklamasi minyak dan gas.

(c)Penutupan tertentu, pembaharuan, dan penghapusan biaya fasilitas tambang.

(d)Penutupan dan pasca penutupan biaya tempat pembuangan. (2) Pengukuran

Perusahaan awalnya mengukur ARO pada nilai wajar, yang berarti jumlah yang perusahaan akan bayar dalam pasar untuk menyelesaikan ARO.

(3) Pengakuan dan Alokasi

Untuk mecatat ARO dalam laporan keuangan, perusahaan memasukkan biaya terkait dengan ARO tersebut sejumlah aset jangka panjang yang berkaitan, dan mencatat suatu kewajiban dengan jumlah yang sama. Perusahaan tidak boleh mencatat kapitalisasi biaya penghentian aset dalam akun terpisah karena tidak ada keuntungan di masa depan yang dapat berkaitan dengan biaya-biaya itu sendiri. Pada periode selanjutnya, perusahaan mengalokasi biaya ARO untuk pengeluaran di luar periode masa kegunaan aset tersebut.

e. Jaminan Diri

(11)

Berbanding terbalik dengan namanya, jaminan diri bukanlah asuransi melainkan asumsi risiko. Beberapa perusahaan seperti ini menambah pengeluaran dan kerugian.

C. Penyajian Dan Analisis

1. Penyajian Kewajiban Lancar

Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama pada bagian kewajiban dan ekuitas pemegang saham dalam neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar, akun-akun tersebut dapat dicantumkan menurut periode atau tanggal jatuh temponya dan sesuai dengan tingkat likuidasinya.

Informasi yang bersifat tambahan yang berkaitan dengan kewajiban lancar harus memenuhi persyaratan full disclosure. Selain itu, terdapat pengecualian penting jika kewajiban yang jatuh tempo pada periode berjalan harus dibayar dari aset yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang seperti pelunasan obligasi yang jatuh tempo pada periode sekarang. Jika suatu perusahaan mengeluarkan kewajiban jangka pendek dari kewajiban lancar karena pendanaan kembali, hal-hal berikut harus dimasukkan dalam catatan atas laporan keuangan:

1. Deskripsi umum dari perjanjian keuangan.

2. Persyaratan dari kewajiban baru yang telah atau akan terjadi. 3. Persyaratan dari sekuritas modal yang telah atau akan terjadi.

2. Penyajian Kontinjensi

Perusahaan mencatat kerugian kontijensi dan kewajiban apabila kerugiannya merupakan sebuah estimasi yang dapat dipastikan dan apabila kemungkinan kerugian kecil, maka pengungkapan harus memuat sifat kontinjensi dan estimasi kemungkinan kerugian.

Perusahaan harus mengungkapkan kewajiban kontinjensi lain meskipun kemungkinan kerugian dapat mengecil, yaitu sebagai berikut:

1. Jaminan atas utang pihak lain.

2. Kewajiban bank komersil di bawah “surat kredit yang selalu siap”.

3. Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau property lain yang berkaitan) yang sudah terjual atau ditetapkan.

(12)

Likuiditas yang berkaitan dengan kewajiban merupakan masalah waktu yang diharapkan untuk membayar kewajiban. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila dapat melunasi kewajiban-kewajibannya dan mampu bertahan terhadap masalah keuangan. Terdapat dua rasio yang dapat menghitung tingkat likuiditas perusahaan, yaitu:

1. Rasio Lancar

Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan total aset lancar dengan total kewajiban lancar. Dengan persediaan, khususnya bahan mentah dan barang dalam proses, dipertanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah mereka menjadi barang jadi dan apa yang akhirnya akan terwujud dalam penjualan barang dagang.

Rasio Lancar= Aset Lancar Kewajiban Lancar

2. Rasio Uji Asam

Banyak analisis menyukai rasio uji asam atau rasio cepat yang mengaitkan total kewajiban lancar dengan kas, investasi jangka pendek, dan piutang.

RasioCepat=Kas+Investasi Jangka Pendek+Piutang(net) Kewajiban lancar

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(13)

untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian pada masa lalu dan Kontinjensi adalah kondisi dimana terjadi ketidakpastian mengenai apakah kewajiban untuk mentransfer kas atau aktiva yang lain telah timbul dan atau jumlah yang akan diminta untuk melunasi kewajiban tersebut, atau dalam arti yang lebih luas, kontinjensi adalah suatu atau serangkaian kondisi atau situasi, yang melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak terjadi.

B. Saran

Dalam mempelajari ilmu akuntansi harus dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam mengerjakan atau memahami materinya karena akuntansi ini seperti halnya matematika hasilnya butuh kepastian untuk mendapatkan jawaban yang benar atau bisa disebut juga sebagai ilmu pasti, karena dalam akuntansi apabila terjadi kesalahan maka yang akan timbul adalah tidak balancenya angka-angka atau nilai dalam suatu akun.

DAFTAR PUSTAKA

Blog Mahasiswa: Universitas Udayana. (2016, November 2016). Retrieved Januari 20, 2018, from Universitas Udayana: https://student.unud.ac.id/1506305058/news/9182

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square menunjukan bahwa di Kecamatan Sukorame yang berpengaruh adalah tingkat pengetahuan ibu (p = 0,034< 0,05), tingkat pendidikan

Misalnya Anda akan melakukan konversi data bilangan desimal yang ada pada sel A1 menjadi bilangan biner, heksa-desimal, dan oktal dengan jumlah karakter hasil 4..

Tet api kerana urusan di sempadan (melalui Hussein Bridge) yang dianggar 1 jam menjadi 2.5 jam (Immigrat ion Israel banyak menyoaljaw ab ahli rombongan) maka kami sampai t erlew at

Odoo dapat mengintegrasikan seluruh proses bisnis terkait manajemen rantai pasok makanan halal dimulai dari proses pengadaan, produksi, hingga penjualan dan

Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan penyampaian yang selain bersifat pengajaran terhadap anak dan juga mengurangi rasa tertekan dalam hal belajar Bahasa Mandarin

Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Media Scrapbook dalam Pembelajaran IPS. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menunjukan sebagian besar responden dengan jumlah 9 orang atau sebesar 30% responden memberikan tanggapan setuju tanggapan tidak setuju terhadap pernyataan, bahwa

Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II ini mencapai tingkat 89 % jadi sudah dapat dikatakan tuntas, untuk itu tidak perlu lagi diadakan pembelajaran pada siklus