• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan CA Oral Cavity

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan CA Oral Cavity"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Ia melaksanakan berbagai fungsi untuk mempertahankan kehidupannya. Salah satu diantara fungsi tersebut adalah fungsi metabolisme yang didapat dari energi melalui proses pencernaan. Proses pencernaan sendiri merupakan proses yang pasti dilakukan oleh setiap makhluk hidup untuk menghasilkan nutrisi yang berguna sebagai energi. Dalam prosesnya ini, ia melibatkan beberapa organ yang salah satu diantaranya adalah rongga mulut. Kelainan atau masalah yang terjadi pada rongga ini tentu akan berakibat kepada nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu dari penyakit yang mungkin menyerang rongga mulut adalah cancer oral cavity.

Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka keatian yang tinggi. Data Global action against canser (2005) dari WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai angka 45% dari tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5 juta jia kematian. Di Indonesia, menurut laporan Riskesdes (2007) prevelensi kanker mencapai 4,3 per 1000 penduduk dan mejadi penyebab kematian nomo tujuh (5,7) setelah stroke, tuerkulosis, hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes melitus.

Cancer oral cavity atau yang lebih dikenal dengan kanker rongga mulut merupakan gabungan beberapa kanker dari bagian-bagian dalam rongga mulut. Diantara kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering diketemukan adalah kanker lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral sepertiga tengah (40-75%) dengan histopalogi berupa karsinoma sel skuamosa (epidermoid) jenis well differentiated dan 60% nya sudah mencapai stadium lanjut (Levine, 2001).

(2)

dari tipenya sendiri, kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe karsinoma epidermoid (hampir 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah keganasan yang jarang seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma. (Sciubba, 2001).

Secara global, insiden ini menduduki tempat nomor 4 untuk laki-laki dan nomer 6 untuk perempuan. Kanker mulut berhubungan dengan usia yang dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit kanker bibir dan mulut menurun pada laki-laki yang berkulit putih dan meningkat pada laki-laki kulit hitam serta perempuan.

Kebanyakan penderita kaker jenis ini akan datang saat sudah mencapai stadium lanjut sehingga nanti akan kesukaran dalam hal penanganannya, khusunya dalam segi pembedahannya (Vermey, 1988; Pedersen, 1992).

Pencegahan yang tepat dan penanganan yang dini tentu akan membuat prognosis penyakit ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu sebagai bagian dari tenaga pelayan kesehatan, kita sebagai perawat perlu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dewasa ehingga taraf kesembuhan pasien dapat meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi mulut ? 2. Apakah definisi kanker rongga mulut ? 3. Apakah etiologi kanker rongga mulut ?

4. Bagaimana manifestasi klinis kanker rongga mulut ? 5. Bagaimana patofisiologi kanker rongga mulut ? 6. Apa saja klasifikasi kanker rongga mulut ?

7. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita kanker rongga mulut ?

8. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang harus dijalani pada penderita kanker rongga mulut ?

9. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit kanker rongga mulut ?

(3)

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam pencegahan dan penanganan masalah kanker rongga mulut.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi rongga mulut b. Mengetahui dan memahami definisi kanker rongga mulut c. Mengetahui dan memahami etiologi kanker rongga mulut

d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis kanker rongga mulut e. Mengetahui dan memahami patofisiologi kanker rongga mulut f. Mengatahui dan memahami klasifikasi kanker rongga mulut

g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada penderita kanker rongga mulut

h. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik yang harus dijalani penderita kanker rongga mulut

i. Mengetahui dan memahami komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit kanker rongga mulut

j. Memahami dan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita kanker rongga mulut

1.4 Manfaat

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi dan Fisiologi 2.1.1 Rongga mulut

Rongga mulut atau mulut merupakan titik masuknya makanan dan udara ke dalam tubuh dan mulut dan bibir sangat penting bagi manusia untuk memungkinkan pembicaraan dengan memodifikasi perjalanan udara. Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentu k secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing'masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa,yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun diantara kulit dan

membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir (Tortoraet al., 2009).

2.1.2 Bibir dan Palatum

(5)

orbicularis oridan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membrane mukosa pada bagian internal.

Secara anatomi bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir bagian bawah, Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferor. Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan kebagian mandibular pada bagian inferor. Kedua bagian bibir tersebut secara histologi tersusun dari

epidermis, jaringan subkutan, serat otot orbicularis oris, dan membrane mukosa yang tersusun dari bagian superfisial sampai ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi.

2.1.3 Lidah

Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapsi oleh membrane mukosa. Lidah beserta otot-otot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian yang lateral simetris oleh septum median yang berada di sepanjang lidah. Lidah menempel pada tulang hyoid pada bagian inferor, prosesus styloid dari tulang temporal dan mandibula.

(6)

ditutupi oleh epitel ipih berlapis. Terdapat empat jenis papilla pada lidah, yaitu :

a. Papila Filiformis

Jumlahnya sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut memanjang dan terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan arna keputihan atau keabuan pada lidah. Papila jenis ini tidak mengandung kuncup perasa.

b. Papila Fungiformis

Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan papilla filiformis. Papila ini sedikit terkeratinasi dan berbentuk menyerupai jamur dengan dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ni memiliki beberapa kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini tersebar di antara papilla filiformis.

c. Papila Foliata

Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi mengandung lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan mengandung kuncup perasa.

d. Papila Sirkumfalata

(7)

Gambar 3. Penampang Lidah 2.1.4 Gigi

Manusia memiliki dua bah perangkat gigi , yaitu:

a. Gigi susu : gigi susu berjumlah 24 buah yaitu 4 buah gigi seri (insisivus), 2 buah gigi taring (caninum) dan 4 buah gigi geraham pada setiap rahang.

b. Gigi permanen : gigi permanen berjumlah 32 buah yaitu 4 buah gigi seri, 2 buah gigi taring, 4 buah gigi premolar, dan 6 buah gigi geraham pada setiap rahang.

Gigi melekat pada gusi dan yang tampak dari luar adalah bagian mahkota dari gigi. Mahkota gigi memiliki lima buah permukaan pada setiap gigi. Kelima permukaan tersebut adalah bakal ( menghadap kearah pipi atau bibir), lingual (menghadap kearah lidah), mesial (menghadap kearah gigi), distal (menghadap kearah gigi), dan bagian pengunyah.

Gambar 4. Gigi Susu dan Gigi Permanen

2.2 Kanker Rongga Mulut 2.2.1 Definisi

(8)

mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).

Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan beberapa jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis kanker.

Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi didalam rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir gingival, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus anterior ( Muttaqin, 2011 ).

Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap awal.

2.2.2 Etiologi

Eiologi dari kanker rongga mulut adalah : a. Multifaktor

Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup, umumnya kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet (terutama tembakau atau tembakau yang digunakan dalam sirih, dan penggunaan alkohol), meskipun faktor lain seperti bahan infeksius, kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim yang memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga berperan dalam terjadinya kanker rongga mulut.

b. Pajaan sinar matahari

(9)

c. Mutasi Gen

Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel . mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan onkogen dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan kanker yang tak terkontrol.

d. Alkohol

Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker mulut. Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko terkena kanker rongga mulut karena alkohol mengandung karsinogen atau prokarsinogen , termasuk kontaminan dari nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan oleh sitokrom P450 menjadi asetalhedid yang bersifat karsinogen. e. Tembakau dan alkohol

Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai pelarut sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke dalam jaringan mulut. Efek kombinasi penggunaan alkohol dan tembakau menjadi berlipat ganda, lebih besar dari kumulatif efek masing-masing bahan, sehingga risiko berkembangnya kanker rongga mulut pada pasien pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali lebih tinggi.

f. Tembakau

Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa rongga mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena, yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel mulut (smoker’s keratosis) sampai bercak putih keratotik yang menandai leukoplakia dan kanker mulut.

(10)

Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi yang mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi. Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar nikotin dalam tubuh dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan endorfin yang membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun yang dalam dosis besar dapat mematikan.

h. Diet

Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker mulut dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan yang mengikat molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga dapat mencegah terjadinya kanker.

i. Obat Kumur

Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah. j. Kesehatan Gigi Mulut.

Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu dari logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu atau tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak atau hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab kanker.

k. Bahan infeksius

Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan virus papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel skuamosa. HPV terutama berperan dalam kanker orofaring

2.2.3 Manifestasi Klinis

Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di dalam mulut ataupun pada bibir.

(11)

Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000), yaitu sebagai berikut.

a. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap berubah menjadi keabuan.

b. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi c. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi,

mungkin ada kerutan

d. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-kadang permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada pemeriksaan mikroskopis nampak perubahan keganasan dini.

2)Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini, terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal kanker rongga mulut. Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti.

3)Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah a) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh. b) Perdarahan pada rongga mulut.

c) Kehilangan gigi.

d) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah. e) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.

f) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.

Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan tempat terjadinya kanker, yaitu :

1. Kanker pada Bibir

a. Warna bibir tidak nampak merah muda b. Bibir nampak kering

(12)

d. Adanya ulserasi fisura

e. Nyeri pada daerah sekitar bibir

f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh 2. Kanker pada Lidah

a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah

lidah terlihat c. Nyeri tekan

d. Kadang disertai mati rasa e. Warna lidah terlihat kemerahan f. Papila terlihat tipis

3. Kanker pada Gusi

a. Terjadinya perdarahan gusi yang hebat b. Kehilangan gigi

c. Kesulitan untuk mengunyah

d. Timbul rasa sakit ketika mengunyah 4. Kanker di sekitar faring

a. Sulit menelan b. Sulit berbicara

c. Batuk disertau sputum yang mengandung darah

(13)

2.2.4 Patofisiologi

Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang memicu terjadinya karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesis terbagi menjadi 3 tahap :

1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel

normal dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.

2. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut

membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).

3. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami

poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai ukuran yang besar.

Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak

lesi yang terus menetap

menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel

bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan memperlihatkan gejala-gejala klinis

Sulit atau pada waktu

mengunyah Bintik putih atau merah di dalam mulut ataupun pada bibir

timbulnya rasa sakit

(14)

2.2.5 Klasifikasi

a) Kanker pada bibir

Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya kerusakan karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir tampak pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran merah dan putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas dan memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan putih di bagian dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous cell carcinoma (Williams, 1990).

b) Kanker pada lidah

Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepen berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa penyakit- penyakit tertentu (premalignant) seperti sifilis dan plumer vision syndrome, leukoplakia, serta eritoplakia. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastasis secara limfogen dan hematogen (Sciubba, 1999). c) Kanker dasar mulut

Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan alkohol dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila lesi berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).

Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa nodul dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah- merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari leukoplakia.

(15)

Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan risiko peningkatan kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material yang melakukan kontak langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam dan trauma pada mengunyah memberikan dampak terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi ulserasi, nodular dan infiltratif.

e) Kanker pada gusi

Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gusi bawah (mandibular) daripada gusi atas (maksila) (Daftary, 1992).

Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia inflamatori (Daftary, 1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik terlihat seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan dekstruktif (Tambunan, 1993).

f) Kanker pada palatum

Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum. Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung (Daftary, 1992).

Menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) klasifikasi kanker rongga mulut menggunakan sistem TNM. Sistem TNM ini terdiri atas :

(16)

N (Nodus) : sejauh mana keterlibatan nodus limfe sebagai sistem imun tubuh

M (Metastasis) : kondisi metastasis menggambarkan keterlibatan organ lain pada bagian distal.

Tabel 1. Sistem TNM dalam menilai klasifikasi stadium kanker rongga mulut

Stadium T Stadium N Stadium M

T0 Tidak ada tampilan

N1 Terdapat keterlibatan limfatik regional, tetapi ukuran nodus 3 cm T1 Ukuran tumor 2 cm N2 Keterlibatan pembesaran

nodus limfe satu atau lebih dengan ukuran 6 cm

T2 Ukuran tumor 4 cm M1 Kanker

menyebar ke organ bagian distal

T3 Ukuran tumor >4 cm

T4 Ukuran tumor >4 cm dan tertanam kuat pada otot atau tulang atau struktur lainnya.

N3 Keterlibatan homolateral atau bilateral nodus limfe dengan ukuran > 6 cm

Table 2. Stadium kanker rongga mulut

Stadium TNM Keterangan

Stage I TI, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran pada jaringan masih belum dianggap kanker dan tumor < 2 cm Stage II T2, N0, M0 Pada stadium ini tumor < 4 cm

Stage IIIA T3, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran >4cm, tetapi tidak didapatkan pembesaran nodus limfe dan tidak ada metastasis ke organ lainnya

Stage IIIB T1, T2, T3, N1, M0 Pada stadium ini tumor dapat berukuran kurang dari 2 cm, dibawah 4 cm atau lebih tetapi kanker belum mempengaruhi nodus homolateral limfatik.

(17)

Stage IVB Any T, N2 or N3, M0 Pada stadium ini tumor bisa berbagai ukuran, tetapi tertanam dalam pada otot, tulang atau struktur jaringan di bawahnya serta terdapat keterlibatan dari nodus homolateral atau bilateral limfatik

Stage IVC Any T, any N, any M Pada stadium ini terjadi berbagai situasi berat baik ukuran tumor, keterlibatan nodus limfatik dan metastasis ke organ lain.

2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut adalah :

1. Pembedahan

Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kanker rongga mulut. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa, pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat sel kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

2. Radiasi

(18)

Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini dilakukan lima hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua hari untuk istirahat. Waktu yang digunakan untuk terapi radiasi ini antara 10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara 2-8 minggu, agar sel yang baru dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat radiasi. 3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif, digunakan apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau telah terjadi metastase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bahan kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat enam jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, di antaranya alkylating agent, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant alkoloid, dan steroid hormone.

Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan ini adalah Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan nitrosoureas bekerja seperti alkylating agent yaitu menghalangi perubahan pada sel DNA, misalnya Carmustine dan Lomustine. Bahan anti metabolite dapat bekerja langsung pada molekul basal inti sel, yang berakibatmenghambat sintesis DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan 5-fluorouracil.

Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan menghambat sintesis RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C. Bahan plant alkoloid bekerja dengan menghalangi pembelahan sel, antara lain Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan steroid hormone bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan hormon yang menyebabkan terjadinya kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen dan Flutamide.

4. Terapi Kombinasi

(19)

5. Edukasi

Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut melalui dokter gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang sering merokok, mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi atau menghentikan kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan tembakau berhasil mengurangi resiko terjadinya kanker. Beberapa peneliti dari University of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang banyak mengkonsumsi buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-40% dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker.

6. Perawatan pemulihan setelah operasi

a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair, setelah satu minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.

b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien kanker rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan warna hijau keunguan dan semakin memburuk, segera melaporkan ke dokter.

c. Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan kerongkongan pasien kanker rongga mulut, demi menjaga kelancaran saluran pernafasan.

Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat berbicara, tidak dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan, perlu secara teliti mengamati ada tidaknya gejala dysphoria (cemas, gelisah, tidak tenang), nasal inflamasi dan gejala penyumbatan saluran pernafasan lainnya pada pasien kanker rongga mulut dan segera melaporkan kepada dokter.

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Sitologi mulut

(20)

sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan tersebut merupakan suatu lesi merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).

Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan interpretasi yang digunakna dalam laporan sitologi mulut adalah: a. Kelas I: gel-gel normal

b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas, tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang menyimpang dari normal

d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas

Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian, bila hasil sama dapat dilakukan biopsi. Untuk kelas IV dan V indikasi untuk dilakukan biopsi.

2. Biopsi

Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen, 1996; Coleman dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai (Bolden, 1982).

(21)

dapat memberikan bantuan yang tidak terhingga nilainya dalam memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian tersebut, biopsi dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang sepadan dengan biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus ditekankan bahwa Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan memakai skalpel (Sciubba, 1999).

3. Pemeriksaan Toluidine Blue

Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikan warna biru pada sel kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap. Teknik memberikan warna rongga mulut adalah :

1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik 2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali

3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc

4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit 5) Kumur dengan air

Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian. 4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)

Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan radiofarmaka FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik berlebih.

(22)

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk deteksi kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.

2.2.8 Komplikasi

a. Efek samping pembedahan

Pembedahan untuk kanker yang besar atau sulit dijangkau mungkin sangat rumit, efek samping dapat berupa infeksi, gangguan luka, masalah dengan makan dan berbicara, atau kematian sangat jarang terjadi selama atau segera setelah prosedur. Operasi juga dapat berbekas terutama operasi tulang wajah atau rahang.

b. Efek samping terapi radiasi

Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka pendek termasuk:

1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan menghilang

2) Suara serak

3) Kehilangan indra pengecap

4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan

5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan, sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.

Radiasi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang atau permanen:

1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah makan dan menelan

(23)

3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar hipofisis atau tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapat menurunkan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah metabolisme yang mungkin perlu dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek samping ini biasanya akan lebih parah pada orang yang mendapatkan kemoterapi pada saat yang sama. Untuk mengurangi efek samping tersebut diperlukan perawatan sebelum diradiasi ataupun kemoterapi.

c. Efek samping kemoterapi

Kemoterapi adalah obat yang menyerang sel-sel yang membelah dengan cepat. Tetapi sel lain didalam tubuh seperti yang di sumsum tulang, lapisan mulut dan usus, dan folikel rambut juga terpengaruh. Hal ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping darikemoterapi tergantung pada jenis, dosis, dan berapa lama obat diberikan. Efek samping tersebut adalah :

1) Rambut rontok 2) Mulut luka

3) Kehilangan nafsu makan 4) Mual dan muntah

5) Diare

6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih berkurang)

7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah rendah)

(24)
(25)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS c.1 Asuhan Keperawatan Kanker Rongga Mulut

c.1.1 Pengkajian a. Biodata

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor rekam medic, tanggal pengkajian.

b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan atau massa yang tidak sembuh. c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan yang diajukan mencakup :

1. Memar dan aktivitas flossing 2. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi

3. Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah atau tenggorok

4. Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial 5. Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah 6. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu 7. Masukan makanan yang dicerna setiap hari

8. Penggunaan alkohol dan tembakau d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah klien pernah mengalami riwayat tumor atau kanker sebelumnya.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor atau kanker pada mulut.

f. Pemeriksaan Fisik

(26)

1. Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau keadaan prakanker mulut, seperti leukoplakia, eritoplakia, submukus fibrosisi dan lain-lain

2. Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar, ulserasi, asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari keganasan diawalai ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus tidak sembuh selama dua minggu maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda lain dari ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih keras) dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan endofitik. 3. Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal, lunak,

fluktuan atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus, dan memeperlihatkan evelasi yang minimal.

4. Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan sempurna

5. Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe.

c.1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat

2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem anatomi

(27)

c.1.3 Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.

Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs Domain 2. Nutrition

Class 1. Ingestion

NOC NIC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien atau intoleransi terhadap makanan

3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan diet untuk tingkat penyakit tertentu

4. Monitor asupan kalori dan diet

5. Monitor pola penurunan atau peningkatan berat badan klien

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem anatomi

Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in oral, pharyngeal, or esophageal structure of function

Domain 2. Nutrition output, turgor kulit, membran mukosa)

2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter

(28)

2. Produksi saliva 3. Waktu reflek menelan

konsistensi makanan pasien.

4. Membantu pasien untuk menempatkan makanan di belakang mulut dan di sisi yang tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)

1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal, atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur

2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari selang dengan memeriksa rongga mulut, memeriksa residu lambung, atau mendengarkan udara yang disuntikkan sementara dan ditarik sesuai dengan prosedur

3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam sesuai dengan kondisi

4. Pantau status cairan dan elektrolit

5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan kekuatan makanan enteral

6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan muntah

7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai dengan susahnya berbicara

Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use a system of symbols

Domain 5. Perception/Cognition Class 5. Communication

NOC NIC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam

(29)

komunikasi verbal klien dapat meningkat, dengan kriteria hasil: Communication (0902)

1. Menggunakan bahasa berbicara

1. Memberikan metode alternatif komunikasi bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip mata, papan komunikasi dengan gambar dan huruf, kode tangan atau gerakan lainnya, dan komputer)

2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan 3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi

untuk menyusun rencana komunikasi efektif

c.2 Asuhan Keperawatan Klien dengan Kasus Kanker Rongga Mulut

(30)

akan tetapi karena semakin lama semakin nyeri maka dibawa ke rumah sakit. Tn. A sekarang bekerja sebagai tukang bangunan. Karena kondisi pada mulutnya tersebut, pasien menolak untuk makan, karena mulutnya perih dan terasa kering. Pasien mengungkapkan secara verbal ataupun dengan isyarat tentang nyeri yang dirasakan, sehingga dia malu akan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan pasien kesulitan dalam berbicara dan dulu nenek pasien menderita kanker mulut.

c.2.1 Pengkajian

a. Biodata/Identitas pasien

Nama : Tn. A

Umur : 50 tahun Alamat : Surabaya Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tukang Bangunan Tnggal MRS : Senin 11 April 2016 b. Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri karena munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplaking). Pasien juga mengeluh nafsu makannya menurun karena mulutnya perih dan terasa kering.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplakia) disertai lesi ulserasi yang mengeras pada rongga mulutnya.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien tidak pernah masuk rumah sakit, klien hanya pernah menderita penyakit ringan seperti demam, batuk, pilek.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Nenek pasien menderita kanker mulut. f. Pemeriksaan Fisik

B1 (breathing) : Tidak ditemukan/normal

B2 (blood) : Tidak ditemukan/normal

(31)

B4 (bladder) : Tidak ditemukan/normal

B5 (bowel) :

Sistem pengkajian fisisk, baik struktur internal dan eksternal mulut dan tenggorok diinspeksi dan palpasi. Secara umum, pemeriksaan dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan depressor lindah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah dan adanya abnormalitas.

1. Bibir

Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban, hidrasi warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya ulserasi atau fisura. Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan simetris.

2. Gusi

Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan retraksi, dan perubahan warna. Bau napas juga dicatat.

3. Lidah

Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papilla tipis lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah, selanjutnya dibagian permukaan ventera lidah dan dasar mulut lidah. Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan visualisasi adekuat terhadap faring.

4. Rongga Oral

Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan seperti kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresi dari terapi obat atau AIDS dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga oral. Leher diperiksa terhadap pembesaran nodus limpa.

B6 (bone) : Kelemahan tonus otot, Malaise

c.2.2 Analisa Data

(32)

KEPERAWATAN DS : Pasien menolak untuk

makan

DS : Pasien mengeluh mulutnya perih dan terasa kering

DO : Rongga mulut terluka (inflamasi)

DS : Keluarga mengatakan pasien kesulitan dalam berbicara

(33)

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.

2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem anatomi.

3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai dengan susahnya berbicara.

3.2.4 Intervensi dan Rasional

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.

Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs Domain 2. Nutrition

Class 1. Ingestion

NOC NIC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien atau intoleransi terhadap makanan

3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan diet untuk tingkat penyakit tertentu

4. Monitor asupan kalori dan diet

5. Monitor pola penurunan atau peningkatan berat badan klien.

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem anatomi

Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in oral, pharyngeal, or esophageal structure of function

(34)

NOC NIC output, turgor kulit, membran mukosa)

2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter

untuk secara bertahap meningkatkan konsistensi makanan pasien.

4. Membantu pasien untuk menempatkan makanan di belakang mulut dan di sisi yang tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)

1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal, atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur 2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari

selang dengan memeriksa rongga mulut, memeriksa residu lambung, atau mendengarkan udara yang disuntikkan sementara dan ditarik sesuai dengan prosedur 3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam

sesuai dengan kondisi

4. Pantau status cairan dan elektrolit

5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan kekuatan makanan enteral

6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan muntah

7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali seminggu, yang sesuai dengan usianya

(35)

dengan susahnya berbicara

Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use a system of symbols

Domain 5. Perception/Cognition Class 5. Communication

NOC NIC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam komunikasi verbal klien dapat meningkat, dengan kriteria hasil: Communication (0902)

1. Menggunakan bahasa berbicara

Communication Enhancement : Speech Deficit (4976)

1. Memberikan metode alternatif komunikasi bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip mata, papan komunikasi dengan gambar dan huruf, kode tangan atau gerakan lainnya, dan komputer)

2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan 3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi

untuk menyusun rencana komunikasi efektif.

BAB 4 KESIMPULAN

(36)

secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap awal.

Etiologi dari kanker rongga mulut adalah bersifat multifaktor, pajaan sinar matahari, mutasi gen, alkohol, tembakau dan alkohol, tembakau, nikotin, diet, obat kumur, kesehatan gigi dan mulut dan bahan infeksius.

Manifestasi dari kanker rongga mulut antara lain bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakidi dalam mulut ataupun pada bibir, luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh, perdarahan pada rongga mulut, kehilangan gigi, sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah, kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan, pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga. Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai ukuran yang besar.

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sitolgi mulut, biopsi, pemeriksaan Toluidine blue, dan pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET).

Sedangkan penatalaksanaannya dapat bervariasi sesuai dengan sifat lesi, pilihan dokter, dan pilihan pasien, diantaranya yaitu pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi kombinasi, edukasi, dan perawatan pemulihan setelah operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C,. JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

(37)

Hasibuhan, Sayuti. 2004. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker

Rongga Mulut. Melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1159/1/fkg-sayuti2.pdf diakses pada tanggal 20 April 2016 pukul 14.00

John Wiley & Sons. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2015-2017. UK Wiley Blackwell.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC

Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC

Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut. Jakarta : EGC

Sue Moorhead et al . 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes. St Louis, Missouri. Mosby.

Gambar

Gambar 4. Gigi Susu dan Gigi Permanen
Tabel 1. Sistem TNM dalam menilai klasifikasi stadium kanker rongga mulut

Referensi

Dokumen terkait

(1) Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dibidang Bimbingan Sosial dan Pengembangan Kesejahteraan

Setelah diperoleh deviasi minimum dari tiap garis spektrum maka akan di peroleh tujuan percobaan yaitu untuk mengkalibrasi spektrometer hilger dengan spektrum

mangrove namun kondisi aktualnya tambak (Gambar 30). Arahan kebijakan rehabilitasi mangrove dengan pendekatan sistem silvofishery ini menjadi jalan tengah yang

Spektrum FTIR resin epoksi (Gambar. 4c) puncak serapan tersebut bergeser ke bilangan gelombang 3398 cm -1 dan puncaknya lebih tajam, hal ini menunjukkan masih ada

Zaman tanım alanında yapılacak deprem hesabı için kaydedilmis depremler veya kaynak ve dalga yayılımı özellikleri fiziksel olarak benzestirilmis yer hareketleri kullanılabilir.

Berdasarkan paparan diatas, penulis ingin melakukan penelitian lebih jauh mengenai perubahan sosial sebagai pengaruh dari adanya modernisasi, yang penulis tuangkan dalam

Luas lahan efektif adalah seratus per tiga puluh (100/30) dikalikan luas lantai dasar bangunan ditambah infrastruktur, tempat bermain/berolahraga/upacara, dan luas lahan

Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan