• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Laporan Keluarga Binaan tentang K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Laporan Keluarga Binaan tentang K"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini yaitu dari 0 – 5 tahun. Masa ini sering juga disebut dengan fase “Golden Age”. Golden Age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh

kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan.

Usia 0 – 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga dikatakan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Masa kritis anak pada usia 6 – 24 bulan, karena kelompok umur ini merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat (Alatas, 2007).

Soetjiningsih dalam Barus (2005) menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial dan adatif. Pemantauan perkembangan anak berguna untuk menemukan penyimpangan/hambatan perkembangan anak sejak dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat

(2)

diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh kembang anak.

Salah satu proses kemampuan motorik anak adalah kemampuan motorik kasar yang berkaitan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh gerakan otot-otot besar (Alatas, 2007).

Pengaruh asupan zat gizi terhadap gangguan perkembangan anak menurut Brown dan Pollit (1996) melalui terlebih dahulu menurunnya status gizi. Status gizi yang kurang tersebut akan mrnimbulkan kerusakan otak, letargi, sakit dan penurunan pertumbuhan fisik. Keempat keadaan ini akan berpengaruh terhadap perkembangan intelektual. Gangguan perkembangan yang tidak normal antara lain ditandai dengan lambatnya kematangan sel-sel syaraf, lambatnya gerakan motorik, kurangnya kecerdasan dan lambatnya respon sosial (Barus, 2005).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan tentang masalah keterlambatan perkembangan motorik kasar bayi di Dusun IV, Desa Patumbak 1, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.

1.2.2 Tujuan Khusus

(3)

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah, diagnosa dan kebutuhan. 3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah potensial.

4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan yang menimbulkan penanganan segera.

5. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan. 6. Mahasiswa dapat melakukan rencana yang telah ditetapkan. 7. Mahasiswa dapat mengevaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan.

1.3 Metode Pengkajian 1. Observasi

Memantau secara langsung setiap keluarga untuk mengadakan keluarga binaan.

2. Wawancara

Dengan melakukan Tanya jawab langsung kepada setiap keluarga binaan yang berhubungan dengan penulisan keluarga binaan ini.

1.4Manfaat

1. Keluarga Binaan

(4)

2. Desa

Dengan asuhan ini dapat menghasilkan masyarakat yang sehat dan jauh dari masalah kesehatan.

3. Institusi

Dapat menambah informasi tentang kesehatan keluarga dan masyarakat 4. Penulis

(5)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motorik Kasar Bayi

2.1.1 Pengertian Motorik Kasar Bayi

Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat dan sebagainya.

Perkembangan motorik kasar pada bayi memiliki rangkaian tahapan yang berurutan. Artinya setiap tahapan harus dilalui dan dikuasai dahulu sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Tidak semua bayi akan menguasai suatu keterampilan di usia yang sama, karena perkembangan anak bersifat individual. Tapi perbedaan itu tidak disebabkan bayi yang satu lebih pandai daripada bayi yang lain (bidanku.com, diakses pada 27 Maret 2014).

2.1.2 Tahapan Perkembangan Motorik Kasar Bayi

Tahapan perkembangan motorik kasar pada bayi sesuai dengan pertumbuhan usianya yaitu:

1. Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring

Sejak lahir bayi sudah memiliki refleks untuk menggerakkan kaki dan tangannya secara sederhana. Menginjak usia 1 bulan, bayi mulai belajar menggerakkan kaki dan tangannya ke atas.

(6)

2. Mengangkat Kepala saat Telungkup

Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bisa dilakukan bayi usia 2 bulan. Namun tidak menutup kemungkinan jika sebelum usia 2 bulan, bahkan 1 bulan, bayi sudah bisa melakukannya.

3. Memiringkan badan saat berbaring

Memiringkan badan umumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4 bulan. 4. Telungkup Sendiri

Bayi berusaha untuk telungkup sendiri umumnya dapat dilakukan di usia 4-5 bulan.

5. Duduk

Di usia 4-6 bulan bayi belum bisa duduk sendiri, namun orangtua sudah bisa memposisikannya duduk saat bayi di gendong atau diletakkan di kereta bayi.

6. Merangkak

(7)

7. Berdiri

Berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya di usia 9 bulanan lalu di usia 10-12 bulan, bayi sudah mulai berdiri tanpa bantuan.

8. Berjalan

Meskipun beberapa bayi sudah bisa berjalan sebelum menginjak usia 1 tahun, namun berdasarkan penelitian umumnya anak dapat berjalan di rentang usia 13-15 bulan (ruly.blogdetik.com, diakses pada 26 Maret 2014).

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Terlambatnya Perkembangan Motorik Kasar Bayi

Faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan perkembangan sistem motorik kasar pada bayi yaitu:

1. Kecukupan Gizi

Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan fisik anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motoriknya pun akan terasah dengan baik. Sebaliknya, kondisi gizi yang kurang/buruk tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan kemampuannya secara umum.

2. Kematangan Otot

(8)

demikian akan sulit pula menstimulasinya karena otot-ototnya yang belum matang tidak bisa digunakan dengan paksa.

3. Berat Badan

Berat tubuh kurang atau berlebihan amat berkemungkinan membuat bayi jadi sulit mengembangkan kemampuan motorik kasarnya.

4. Kenyamanan

Kekurangnyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh bayi, misalnya seperti bedong dan kaus kaki. Terkadang bayi jadi sulit mengerakkan kaki karena terikat bedong atau enggan melangkah karena kaus kakinya yang licin sering membuatnya gampang terjatuh.

5. Pengalaman Negatif

Misalnya saat belajar merangkak, bayi pernah terjatuh yang membuat gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan melakukan latihan sehingga kemampuannya jadi terlambat muncul.

6. Sakit

(9)

2.1.4 Cara Menstimulasi Perkembangan Motorik Kasar Bayi

Menstimulasi perkembangan motorik kasar bayi dapat dilakukan dengan tindakan berikut ini:

1. Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring.

Stimulasi bayi dengan menggantungkan mainan warna-warni dan berbunyi. Bayi akan tertarik untuk menggapainnya dengan kaki atau tangan. Atau bisa juga menstimulasinya dengan mengajak bermain sambil mengerak-gerakkan tangan dan kakinya.

2. Mengangkat kepala saat telungkup

Stimulasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggoyangkan mainan yang berbunyi diatas kepalanya. Kita juga bisa merangsangnya dengan memanggil namanya dari arah depan atau membelai kepala dan leher belakangnya.

3. Memiringkan badan saat berbaring

Latihlah gerakan ini dengan membunyikan mainan dari arah samping atau memanggil namanya. Jika bayi melakukannya, biarkan dia berusaha mengambil mainan yang ada di tangan kita. Orangtua dapat menstimulasinya sesering mungkin secara bergantian antara sisi kiri dan kanan.

4. Telungkup Sendiri

(10)

goyangkan/bunyikan mainan di depan posisi bayi saat miring. Biasanya bayi akan tertarik untuk menggapai mainan yang mengeluarkan bebunyian tadi hingga lambat laun dia akan telungkup. Kita dapat menstimulasinya berulang kali sampai dia bisa melakukannya sendiri.

5. Duduk

Pada usia 4-6 bulan, orangtua sudah bisa memposisikan bayi untuk duduk saat di gendong atau diletakkan di kereta bayi. Sering-seringlah melakukannya karena posisi ini dapat melatihnya untuk mampu duduk sendiri meski cuma sebentar tanpa di bantu di usia 6-7 bulan. Lalu di usia 8 bulan sudah dapat duduk sendiri. Agar bayi senang melakukannya, ajaklah ia berinteraksi dengan aneka mainan.

6. Merangkak

Caranya, berikan kesempatan bayi untuk berada di lantai yang bersih. Letakkan mainan favorit atau benda menarik di depannya. Tentu dalam melakukannya, pastikan semuanya aman. Berikan semangat kepada bayi meskipun awalnya dia hanya menggeser posisinya sedikit dengan perut atau posisinya malah mundur ke belakang. Jangan lupa, setelah dia berhasil melakukannya, berilah pujian dengan kata-kata dan tepuk tangan.

7. Berdiri

(11)

ini, kita bisa menaruh mainan kegemarannya di tempat yang bisa di jankau anak.

8. Berjalan

Stimulasi yang tepat dapat membuatnya lebih cepat berjalan. Caranya, dengan memperlihatkan mainan menarik sewaktu ia berdiri hingga memotivasi/ merangsangnya untuk melangkah. Sering menitahnya pun dapat membuatnya lebih cepat terampil berjalan. Cobalah minta sang anak untuk mengayunkan kaki 1-2 langkah. Misalnya, dengan meminta ia berjalan menuju ayahnya yang terpisah 2-3 langkah di depan dan siap memeluknya. Awalnya mungkin bayi akan takut, namun bila terus di latih, bayi akan berani melakukannya. Buatlah suasana riang agar anak tertarik melakukannya.

2.2 Asupan Gizi pada Bayi (Usia 6-24 Bulan)

Pada usia 0-6 bulan, ASI Eksklusif sangat baik diberikan pada bayi. Pada usia selanjutnya, bayi tetap mendapat atau diberi ASI. Akan tetapi, seiring perkembangan dan pertumbuhannya, kecukupan zat gizi bayi tidak bisa terpenuhi hanya dari ASI. Karena itulah, bayi perlu mendapat makanan pendamping ASI (MPASI).

(12)

Menurut pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. Fiastuti Witjaksono MS, SpG(K) mengungkapkan bahwa MPASI merupakan masa atau titik kritis makan anak.

Menurut Lilian Juwono (2004), MPASI yang memenuhi syarat adalah:

1. Kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat).

2. Bersih dan aman. Artinya tak aada patogen bakteri penyebab penyakit atau organisme yang berbahaya lainnya. Tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau toksin. Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras maupun yang membuat anak tersedak. Tidak terlalu panas serta tidak terlalu pedas atau asin.

3. Mudah dimakan oleh anak dan disukai anak.

4. Bahan makanan tersebut tersedian di daerah dimana keluarga tinggal dan harganya terjangkau.

5. Mudah disiapkan.

2.2.1 Zat-zat Gizi

Zat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi adalah sebahai berikut. 1. Energi

(13)

2. Protein

Kebutuhan protein pada usia 6-24 bulan adalah 20 gram yang berfungsi untuk membentuk sel-sel baru yang akan menunjang proses pertumbuhan seluruh organ tubuh juga pertumbuhan, dan perkembangan otak anak.

3. Lemak

Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang sel-sel saraf otak untuk kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam linoleat/omega 6, asam linolenat/omega 3) serta asam lemak non-esensial (asam oleat/omega 9, EPA, DHA, AA).

4. Vitamin A

Vitamin A berperan untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan kulit, dan membuat pertumbuhan optimal bagi anak.

5. Vitamin C

Vitamin ini berfungsi untuk pembentukan kolagen (tulang rawan), meningkatkan daya tahan tubuh, dan menyerap kalsium yang diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat.

6. Yodium

(14)

7. Kalsium

Kalsium penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi dalam otot, membantu penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah anemia dan membantu membentuk sel darah merah).

8. Zinc/zat seng

Zinc tersebar di semua sel, jaringan, dan organ tubuh. Zinc diperlukan untuk pertumbuhan, fungsi otak, yang mempengaruhi respon tingkah laku dan emosi anak. 9. Zat besi

Zat ini diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mempengaruhi penggunaan energi yang diperlukan tubuh, pembentukan sel darah yang membantu proses penyebaran zat gizi serta oksigen ke seluruh organ tubuh.

10. Asam folat

(15)

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KELUARGA BINAAN

I. PENGKAJIAN

Dusun IV Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.

A. Kependudukan

1. Nama KK : Budi Amdani

2. Jumlah anggota keluarga : 3 Orang

a. Laki-laki : 1 Orang

b. Perempuan : 2 Orang

3. Distribusi anggota keluarga menurut kelompok umur dan jenis kelamin

No. Kelompok Umur L P

1. 0 - 11 bulan - 1

2. 1 - 4 tahun -

-3. 5 - 6 tahun -

-4. 7 - 15 tahun 1

-5. 15 - 49 tahun 1 1

6. 50 - 60 tahun -

-7. > 60 tahun -

-Jumlah 2 2

(16)

4. Distribusi anggota keluarga menurut tingkat pendidikan No. Tingkat pendidikan Jumlah

1. Tidak Sekolah

-2. Belum Sekolah 1

3. Belum Tamat TK

-4. Belum Tamat SD 1

5. Tidak Tamat SD

-6. Tamat SD

-7. Tamat SLTP 2

8. Tamat SLTA

-9. Tamat PT/Akademi

-Jumlah 4

5. Distribusi anggota keluarga menurut mata pencaharian (17 tahun ke atas)

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani

-2. Nelayan

-3. Peternak

-4. Pengusaha Industri 2

5. Pekerjaan Buruh Kerja

-6. Pengrajin

-7. PNS (ABRI/Sipil)

(17)

-9. Pensiunan

-10. Lain-lain

-Jumlah 2

B. Status Kesehatan 1. Kesakitan

a. Anggota keluarga yang sakit : Ada, Bayi

b. Proporsi sakit : Tidak Ada

- Bayi : Ada

- Balita : Tidak Ada

- Ibu : Tidak Ada

2. Sarana tempat berobat : Praktek Swasta

3. Kematian anggota keluarga dalam 1 tahun terakhir : Tidak Ada

C. Pelayanan Kesehatan 1. KIA

a. Kehamilan : Tidak Ada

1) Umur kehamilan : Tidak Ada

2) Frekuensi pemeriksaan kehamilan : Tidak Ada

Alasan periksa : Tidak Ada

3) Imunisasi TT : Tidak Ada

(18)

4) Pemberian tablet FE : Tidak Ada

5) PMT Bumil : Tidak Ada

6) Vitamin : Tidak Ada

7) Buku KIA/KMS Bumil : Tidak Ada

8) Bumil mengikuti Tabulin : Tidak Ada 9) Bumil dengan faktor resiko : Tidak Ada

b. Persalinan (umur bayi maksimal 11 bulan 29 hari) : Tidak Ada

c. Ibu Nifas : Tidak Ada

d. Ibu Meneteki : Ada

e. Bayi dan Balita : Ada

f. Prasekolah : Tidak Ada

g. Usia Sekolah : Ada

h. Remaja : Tidak Ada

i. Dewasa : Ada

j. Menopause : Tidak Ada

k. Lansia : Tidak Ada

l. Imunisasi : BCG, Polio III, DPT

III, Hepatitis B 2. Keluarga Berencana

Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak pasca melahirkan.

3. Jenis industri RT : Ada (Rumah Makan)

(19)

Anggota keluarga mengalami demam : Tidak Ada Periksa darah ke laboratorium : Tidak Ada 5. Perkesmas

Penderita sakit dirawat dirumah : Tidak Ada 6. Laboratorium

Anggota keluarga periksa ke laboratorium : Tidak Ada

D. Perilaku Terhadap Kesehatan Umum 1. Perilaku gosok gigi dan mandi

- Frekuensi : 2x Sehari

- Tempat mandi : Kamar mandi di dalam rumah - Penggunaan sabun : sabun padat bersama

- Frekuensi gosok gigi : 2x sehari - Jumlah sikat gigi : 9 buah 2. Perilaku BAB

Tempat BAB : di Closet (WC)

3. Kebiasaan mengambil air minum

Tempat dan apakah dimasak : Air Sumur dan di masak 4. Kebiasaan ganti pakaian sehari : 1x Sehari

(20)

7. Keluarga sadar gizi (kadarzi) a. Hasil kadar gizi

1) Keluarga makan aneka ragam makanan : Ya

2) Keluarga memantau kesehatan dan pertumbuhan dengan cara timbang berat badan : Tidak

3) Keluarga gunakan garam beryodium dalam makanan sehari-hari : Ya

4) Ibu memberi ASI sampai bayi berumur 4 bulan : Ya 5) Keluarga biasa makan pagi : Ya, Pukul 08.30 WIB 6) Makan 3x sehari : Ya

b. Status kadarzi : Sadar gizi

E. Lingkungan

1. Kesehatan Lingkungan

a. Pembuangan kotoran : Ada dan Sesuai b. Penyediaan air bersih : Ada, Sumur

c. Pembuangan sampah : Dikumpulkan dan Dibakar d. Pembuangan air limbah : Ada, dari galian tanah/selokan e. Jendela rumah/ventilasi : Ada

f. Cerobong asap dapur : Ada

g. Ruang tidur : Ada, 3 ruang kamar tidur

(21)

i. Bebas tikus : Ya

j. Bebas lalat : Tidak

k. Pekarangan rumah : Cukup bersih l. Kelayakan rumah : Layak

2. Sosial ekonomi

Keluarga ini termasuk golongan ekonomi menengah keatas, dengan pekerjaan suami dan istri adalah pengusaha industri (pemilik rumah makan) dengan penghasilan ± Rp. 2.000.000,- per bulan.

3. Sosial budaya

Suku bapak Budi Amdani adalah Piliang (Padang) namun lingkungan sekitar rumahnya adalah mayoritas suku jawa. Beliau mengikuti adat istiadat dan aturan setempat. Jadi keluarga bapak Budi Amdani sudah berbaur dengan masyarakat setempat.

4. Kebutuhan kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat

(22)

II. INTERPRETASI DATA

Diagnosa : Bayi perempuan usia 8 bulan 24 hari dengan keterlambatan perkembangan motorik kasar.

Dasar : Ibu mengatakan bahwa bayi perempuannya berusia 8 bulan 24 hari, proporsi tubuh yang kurus dengan berat badan 9,2 kg dan belum memiliki kemampuan untuk telungkup sendiri serta merangkak yang pada umumnya dapat dilakukan bayi usia 8 – 10 bulan.

Masalah : Keterlambatan perkembangan motorik kasar bayi. Dasar : - Berat badan bayi : 9,2 kg

- Bayi belum bisa telungkup sendiri dan merangkak.

Kebutuhan : - Keluarga membutuhkan penyuluhan tentang pentingnya stimulasi motorik kasar dan pemenuhan asupan gizi yang cukup pada bayi.

III. DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik dan mental.

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

(23)

V. PLANNING/INTERVENSI

a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan motorik kasar yang normal pada bayi.

b. Jelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.

c. Jelaskan kepada keluarga tentang cara menstimulasi motorik kasar pada bayi.

d. Jelaskan kepada keluarga tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk bayi usia 6-24 bulan.

e. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.

f. Anjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

VI. IMPLEMENTASI

a. Menjelaskan kepada keluarga tentang perkembangan motorik kasar yang normal pada bayi.

1) Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring.

(24)

2) Mengangkat kepala saat telungkup.

Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bisa dilakukan pada bayi usia 2 bulan. Namun tidak menutup kemungkinan jika sebelum usia 2 bulan, bahkan 1 bulan, bayi sudah bisa melakukannya.

3) Memiringkan badan saat berbaring.

Memiringkan badan umumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4 bulan.

4) Telungkup Sendiri.

Bayi berusaha untuk telungkup sendiri umumnya dapat dilakukan di usia 4-5 bulan.

5) Duduk.

Di usia 4-6 bulan bayi belum bisa duduk sendiri, namun orangtua sudah bisa memposisikannya duduk saat bayi di gendong atau diletakkan di kereta bayi.

6) Merangkak.

(25)

7) Berdiri.

Berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya di usia 9 bulanan lalu di usia 10-12 bulan, bayi sudah mulai berdiri tanpa bantuan.

8) Berjalan.

Meskipun beberapa bayi sudah bisa berjalan sebelum menginjak usia 1 tahun, namun berdasarkan penelitian umumnya anak dapat berjalan di rentang usia 13-15 bulan.

b. Menjelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.

1) Kecukupan Gizi

Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan fisik anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motoriknya pun akan terasah dengan baik. Sebaliknya, kondisi gizi yang kurang/buruk tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan kemampuannya secara umum.

2) Kematangan Otot

(26)

3) Berat Badan

Berat tubuh kurang atau berlebihan amat berkemungkinan membuat bayi jadi sulit mengembangkan kemampuan motorik kasarnya.

4) Kenyamanan

Kekurangnyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh bayi, misalnya seperti bedong dan kaus kaki. Terkadang bayi jadi sulit mengerakkan kaki karena terikat bedong atau enggan melangkah karena kaus kakinya yang licin sering membuatnya gampang terjatuh. 5) Pengalaman Negatif

Misalnya saat belajar merangkak, bayi pernah terjatuh yang membuat gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan melakukan latihan sehingga kemampuannya jadi terlambat muncul. 6) Sakit

Bayi sering mengalami sakit, diantaranya infeksi telinga, batuk, pilek maupun radang tenggorokan yang akan membuat perkembangan motoriknya terlambat dibanding bayi seusianya.

c. Menjelaskan kepada keluarga tentang cara stimulasi motorik kasar pada bayi.

1) Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring.

(27)

tangan. Atau bisa juga menstimulasinya dengan mengajak bermain sambil mengerak-gerakkan tangan dan kakinya.

2) Mengangkat kepala saat telungkup.

Stimulasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggoyangkan mainan yang berbunyi diatas kepalanya. Kita juga bisa merangsangnya dengan memanggil namanya dari arah depan atau membelai kepala dan leher belakangnya.

3) Memiringkan badan saat berbaring.

Latihlah gerakan ini dengan membunyikan mainan dari arah samping atau memanggil namanya. Jika bayi melakukannya, biarkan dia berusaha mengambil mainan yang ada di tangan kita. Orangtua dapat menstimulasinya sesering mungkin secara bergantian antara sisi kiri dan kanan.

4) Telungkup Sendiri.

(28)

5) Duduk.

Pada usia 4-6 bulan, orangtua sudah bisa memposisikan bayi untuk duduk saat di gendong atau diletakkan di kereta bayi. Sering-seringlah melakukannya karena posisi ini dapat melatihnya untuk mampu duduk sendiri meski cuma sebentar tanpa di bantu di usia 6-7 bulan. Lalu di usia 8 bulan sudah dapat duduk sendiri. Agar bayi senang melakukannya, ajaklah ia berinteraksi dengan aneka mainan.

6) Merangkak.

Caranya, berikan kesempatan bayi untuk berada di lantai yang bersih. Letakkan mainan favorit atau benda menarik di depannya. Tentu dalam melakukannya, pastikan semuanya aman. Berikan semangat kepada bayi meskipun awalnya dia hanya menggeser posisinya sedikit dengan perut atau posisinya malah mundur ke belakang. Jangan lupa, setelah dia berhasil melakukannya, berilah pujian dengan kata-kata dan tepuk tangan.

7) Berdiri.

(29)

8) Berjalan.

Stimulasi yang tepat dapat membuatnya lebih cepat berjalan. Caranya, dengan memperlihatkan mainan menarik sewaktu ia berdiri hingga memotivasi/merangsangnya untuk melangkah. Sering menitahnya pun dapat membuatnya lebih cepat terampil berjalan. Cobalah minta sang anak untuk mengayunkan kaki 1-2 langkah. Misalnya, dengan meminta ia berjalan menuju ayahnya yang terpisah 2-3 langkah di depan dan siap memeluknya. Awalnya mungkin bayi akan takut, namun bila terus di latih, bayi akan berani melakukannya. Buatlah suasana riang agar anak tertarik melakukannya.

d. Menjelaskan kepada keluarga tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk bayi (6-24 bulan).

Ajari anak makan makanan bervariasi, perkenalkan dengan satu persatu, tapi bergantian untuk semua makanan karena tidak ada satupun makanan yang kandungan gizinya sempurna. MPASI harus memenuhi persyaratan tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. Menurut Lilian Juwono (2004), MPASI yang memenuhi syarat adalah:

1) Kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat).

(30)

berbahaya atau toksin. Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras atau yang membuat anak tersedak, atau tidak terlalu panas serta tidak terlalu pedas.

3) Mudah dimakan oleh anak dan disukai anak.

4) Bahan makanan tersebut tersedia di daerah dimana keluarga tinggal dan harganya terjangkau.

5) Mudah disiapkan.

e. Menganjurkan keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.

f. Menganjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

VII. EVALUASI

Tanggal: 24 Maret 2014 Pukul : 09.00 WIB

a. Keluarga sudah mengerti tentang perkembangan motorik kasar normal pada bayi

b. Keluarga sudah mengerti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi

c. Keluarga sudah mengerti tentang cara stimulasi motorik kasar pada bayi d. Keluarga sudah mengerti tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk

(31)

e. Keluarga bersedia tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.

f. Keluarga bersedia berkolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi jika dibutuhkan.

DATA PERKEMBANGAN 1

Tanggal : 25 Maret 2014 Pukul : 13.00 WIB

Data Subjektif : - Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam keadaan baik/tidak sakit. - Ibu mengatakan tetap memberikan ASI kepada bayinya.

- Ibu mengatakan bahwa bayinya kurang nafsu makan dalam mengkonsumsi Makanan Penambah ASI (MPASI).

- Ibu mengatakan mulai melakukan cara-cara menstimulasi perkembangan motorik kasar pada bayinya.

Data Objektif:

- Keadaan Umum : Baik - Kesadaran : Composmentis

- Tekanan Darah : - - Nadi : 95 x/i

- Pernafasan : 36 x/i - Suhu : 36,7ºC Assesment :

Diagnosa : Bayi perempuan usia 8 bulan 25 hari dengan keterlambatan perkembangan motorik kasar.

(32)

Tindakan Segera : Kolaborasi keluarga dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

Planning/Perencanaan :

a. Jelaskan kepada keluarga tentang pijat bayi yang mampu menstimulasi perkembangan motorik kasar bayi.

b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara pemberian makan yang baik pada bayi. c. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai

jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.

d. Anjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

DATA PERKEMBANGAN 2

Tanggal : 26 Maret 2014 Pukul : 15.00 WIB

Data Subjektif : - Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam keadaan baik/tidak sakit. - Ibu mengatakan tetap memberikan ASI kepada bayinya.

- Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mau mengkonsumsi MPASI yang di buat oleh ibu yaitu nasi bubur tim dengan campuran kentang, wortel dan daging ayam yang di potong-potong halus.

- Ibu mengatakan mulai melakukan cara-cara menstimulasi perkembangan motorik kasar pada bayinya.

(33)

Data Objektif:

- Keadaan Umum : Baik - Kesadaran : Composmentis

- Tekanan Darah : - - Nadi : 94 x/i

- Pernafasan : 34 x/i - Suhu : 36,8ºC Assesment :

Diagnosa : Bayi perempuan usia 8 bulan 26 hari dengan keterlambatan perkembangan motorik kasar.

Potensial Masalah : Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik dan mental.

Tindakan Segera : Kolaborasi keluarga dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

Planning/Perencanaan :

a. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap melakukan pijat bayi agar membantu perkembangan motorik kasar pada bayinya.

b. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan makanan yang dapat memenuhi asupan gizi yang baik pada bayinya.

c. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.

(34)

BAB 4 PEMBAHASAN

a. Analisa Data

Sebelum dilakukan konseling, keluarga belum mengerti tentang perkembangan motorik kasar normal pada bayi, faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi, cara stimulasi motorik kasar pada bayi dan pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk bayi (6-24 bulan). Keluarga bersedia tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap dan bersedia berkolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi jika dibutuhkan.

4.2 Pembahasan

Perkembangan motorik kasar anak yang tidak optimal bisa menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi. Perkembangan motorik kasar yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler. Faktor keluarga juga mempengaruhi perkembangan motorik, seperti anak yang sering di gendong atau di letakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik kasar.

Keterlambatan motorik kasar pada bayi Tn. Budi Amdani tersebut dikarenakan faktor keterbatasan waktu dan faktor pengasuhan yang diberikan kepada bayi. Kebutuhan nutrisi dan gizi pada bayi tidak terpenuhi sehingga menyebabkan

(35)
(36)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Asuhan keluarga binaan pada bayi Tn. Budi Amdani dengan masalah keterlambatan perkembangan motorik kasar. Adapun kebutuhan yang diperlukan dalam asuhan yaitu konseling mengenai pentingnya stimulasi motorik kasar dan pemenuhan asupan gizi yang cukup pada bayi.

Rencana yang dilakukan yakni pelaksanaan dan intervensi yang diberikan yaitu :

1. Mengadakan kunjungan rumah.

2. Memberi informasi dan penyuluhan tentang perkembangan motorik kasar yang normal pada bayi.

3. Memberi informasi dan penyuluhan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.

4. Memberi informasi dan penyuluhan tentang cara menstimulasi motorik kasar pada bayi.

5. Memberi informasi dan penyuluhan tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk bayi usia 6-24 bulan.

6. Menganjurkan keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.

(37)

7. Menganjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

Setelah melakukan pelaksanaan diperoleh hasil ibu telah mengetahui dan mengerti tentang permasalahan dan penanganan pada keterlambatan perkembangan motorik kasar bayi.

5.2 Saran

1. Keluarga Binaan

Setelah dilakukan Asuhan kebidanan pada keluarga maka akhirnya setiap keluarga dapat menyadari akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. 2. Desa

Diharapkan kepada masyarakat desa agar memberikan dorongan serta dorongan moral dalam menjalankan program penanganan masalah keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.

3. Kesehatan Kader

Diharapkan agar penyuluh tidak bosan-bosannya memberikan penyuluhan agar masyarakat semua mengerti arti pentingnya kesehatan.

4. Institusi

Referensi

Dokumen terkait