• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan besar teknologi produksi tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan besar teknologi produksi tanaman"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

KOMODITAS PADI (Oryza sativa)

Disusun Oleh :

Adris Ivory Haloho (135040200111166) Femita Hapsari (135040200111007) Jaliaman Sipayung (135040201111250)

Kelas AA

Asisten kelas : Alfian Trisna Asisten Lapang : Ardhika Pratama

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan komoditas yang strategis di Indonesia karena pada umumnya penggunaan beras sebagai bahan konsumsi makanan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang terus pesat dengan cepat, maka akan berdampak pada kebutuhan masyarakat terhadap pangan semakin besar juga salah satunya pada padi. Dari sumber Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2011 sekarang mencapai 241 juta jiwa dan kebutuhan beras mencapai 34 juta ton per tahun. Untuk produksi padi pada tahun 2011 di Indonesia mencapai 68.06 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 38.2 juta ton beras. Sedangkan untuk kebutuhan beras pada tahun 2025 diprediksi akan mencapai 48.5 juta ton atau setara dengan 70 juta ton GKG.

Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita akibat peningkatan pendapatan. Namun dilain pihak upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan produktivitas (Solehudin, 2012).

Untuk memenuhi kebutuhan beras yang sangat besar dibandingkan produksinya dibutuhkan usaha peningkatan produksi dan produktivitas padi di Indonesia. Apa lagi pada tahun mendatang, upaya peningkatan produksi beras akan mendapat suatu permaslahan besar. Dengan permasalahan yang komplek seperti ini maka di adakan suatu inovasi dan teknologi untuk menunjang produksi dari padi di Indonesia. Dalam pengembangan teknologi dan inovasi dalam bidang pertanian sangat dibutuhkan sekarang sebagai pembantu dalam mengelolah lahan maupun hasil-hasil pertanian.

(3)

mengembangkan usaha tani mempunyai peran sangat penting karena dengan pengembangan teknologi dalam bidang usaha pertanian bertujuan untuk membantu para petani dalam mendapatkan keuntungan dalam proses budidaya salah satunya budidaya padi.

1.2. Tujuan Praktikum

Pada acara Praktikum Teknologi Produksi Tanaman mengenai Teknologi Produksi Budidaya Padi terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain :

1. Untuk memahami dan menerapkan prinsip teknik produksi padi.

2. Untuk melatih keterampilan dalam menganalisa komponen teknologi produksi padi.

1.3. Manfaat

Pada acara Praktikum Teknologi Produksi Tanaman mengenai Teknologi Produksi Budidaya Padi terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh antara lain :

1. Mampu menerapkan prinsip teknik produksi padi di lahan pertanian. 2. Memiliki keterampilan dalam menganalisa komponen teknologi

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Produksi dan Teknologi Produksi Tanaman

Penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan.

Dalam periode 1970-1990 laju pertumbuhan produksi padi cukup tajam, rata-rata 4,3% per tahun. Akan tetapi kemarau panjang yang terjadi beberapa tahun kemudian menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Dalam periode 1997-2000 produksi padi kembali meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,67% per tahun, terutama karena bertambahnya areal panen. Pada tahun 2007, produksi padi meningkat sebesar 4,96% dibandingkan dengan tahun 2006 sedangkan pada tahun 2008, menurut angka ramalan BPS, produksi padi nasional mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling, meningkat 5,46% dibanding tahun 2007. Pencapaian ini telah mengantar Indonesia kembali meraih swasembada beras.

Ditinjau dari ketersediaan sumber daya lahan dan air, kemajuan teknologi, serta dukungan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pertanian, produksi padi nasional masih bisa ditingkatkan. Untuk perluasan areal sawah, tersedia lahan seluas 8,28 juta ha dan 60% di antaranya dapat dikembangkan menjadi lahan sawah irigasi dan tadah hujan dan sisanya merupakan lahan rawa. Potensi pengembangan lahan sawah di Papua, Kalimantan, dan Sumatera pun cukup besar yang perlu digali untuk meningkatkan ketahanan pangan penduduk.

(5)

Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun 0,03% per tahun, maka konsumsi beras pada tahun 2010, 2015, dan 2020 diproyeksikan berturut-turut sebesar 32,13 juta ton, 34,12 juta ton, dan 35,97 juta ton. Jumlah penduduk pada ketiga periode itu diperkirakan berturut-turut 235 juta, 249 juta, dan 263 juta jiwa. Tekanan terhadap kebutuhan beras ini akan berkurang apabila diversifikasi konsumsi pangan berhasil dilaksanakan. (Solehudin, 2012)

Produksi padi di Indonesia menemui kendala di bidang produktivitas yang sudah melandai dengan jumlah areal penanaman padi makin menyempit dan kendala pengendalian hama dan penyakit yang disebakan oleh iklim mikro yang tercipta di antara pertanaman padi. Dalam hal ini, dibutuhkan teknologi cara penanaman padi yang lebih inovatif yang dapat menambah produktivitas padi sekaligus mengendalikan organisme pengganggu tanaman padi.

Cara tanam padi jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo yang diambil dari BahasaJawa, Banyumas, terdiri atas kata legodan dowo; lego berarti luas dan dowoberarti memanjang. Dengan cara tanam jajar legowo, kelompok-kelompok barisan tanaman padi dipisahkan oleh suatu lorong yang luas dan memanjang. Bila jarak antar baris tanaman padi umumnya adalah 20 hingga 25 cm, lorong yang memisahkan antar kelompok barisan mencapai 50 cm hingga 70 cm, tergantung kesuburan tanah dan keragaan varietas padi yang ditanam. Tanah yang subur memilki lorong yang lebihsempit sedangkan keragaan varietas yang berdaun lebat dan tinggi perlu lorongyang lebih luas.

(6)

Bila jarak tanam antar barisan yang digunakan adalah 25 cm, sistem tanam jajar legowo 2:1 berarti setiap 2 barisan tanaman padi akan diselingi oleh 1 barisan kosong sebagai lorong yang lebarnya dua kali jarak antar baris sehingga luas lorong yang menyelingi adalah 50 cm. Dengan demikian, jarak tanam legowo tipe 2:1 adalah 25 cm (jarak antar barisan) x 15 cm (jarak dalam barisan) x 50 cm (jarak lorong). Tipe jarak tanam ini merupakan inovasi dari jarak tanam tegel yaitu 25 cm (jarak antar barisan) x 25 cm (jarak dalam barisan); tanpa lorong yang menyelingi kelompok barisan tanam.

Demikian halnya dengan sistem tanam jajar legowo 3:1, setiap 3 barisan tanaman padi akan diselingi oleh satu barisan lorong. Dengan demikian, jarak tanam legowo tipe 3:1 adalah 25 cm (jarak antar barisan) x 15 cm (jarak dalam barisan) x 50 cm (jarak lorong). Umumnya, bila jarak antar barisan adalah 25 cm maka jarak dalam barisan adalah 15 cm sedangkan bila jarak antar barisannya adalah 20 cm maka jarak dalam barisan adalah 10 cm. Modifikasi jarak antar barisan dan dalam barisan disesuaikan untuk tujuan peningkatan populasi tanaman padi dan penciptaan iklim mikro yang tidak mengundang timbulnya hama dan penyakit. (Solehudin, 2012)

Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagaitanaman barisan pinggir. Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi atau lebih rendah dari tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan tanaman antar barisan. (Saleh, 2012)

(7)

tanaman. Untuk populasi tanaman padi yang lebih banyak, dibutuhkan benih padi dan tenaga kerja yang lebih banyak namun tenaga kerja lebih sedikit pada penyiangan. Kenaikan jumlah gabah yangdipanen menyebakan upah pekerja juga meningkat. Walaupun demikian, cara tanam sistem legowo lebih menguntungkan bila ditinjau dari hasil gabah kering panen dan pemeliharaan. (Manalu, 2012)

2.2. Klasifikasi dan Morfologi

Berdasarkan literatur Purnomo, 2007, padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan kedalam :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Graminae Genus : Oryza Linn Species : Oryza sativa L.

Akar

Berdasarkan literatur Aak (1992) akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan atas : a. Radikula yakni akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada

benih yang sedang berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon akar mengalami pertumbuhan ke arah bawah sehingga terbentuk akar tunggang, sedangkan calon batang akan tumbuh ke atas sehingga terbentuk batang dan daun.

b. Akar serabut (akaradventif) :

Setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan tumbuh. c. Akar rambut merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan

(8)

Akar rambut biasanya berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut.

d. Akar tajuk (crown roots) adalah akar yang tumbuh dari ruas batang terendah. Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah yaitu akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan udara di dalam tanah rendah,maka akar-akar dangkal mudah berkembang. Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan berwarna coklat, sedangkan akar yangbaru atau bagian akar yangmasih muda berwarna putih. (Rohma, 2006)

Batang

Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yangmembalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas ujumg dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daunbendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi.

Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma ini timbul tunas yang disebut tunasorde pertama.

(9)

pertama ini yang menghasilkan tunas-tunas orde kedua ialah tunas orde pertama yang terbawah sekali pada batang tunggal/ utama. Pembentukan tunas dari orde ketiga pada umunya tidak terjadi,oleh karena tunas-tunas dari orde ketiga tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan dengan tunas-tunas dari orde pertama dan kedua. (Purnomo, 2007)

Daun

Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi adalah :

a. Helaian daun ; terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya memanjang seperti pita. Panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas padi yang bersangkutan.

b. Pelepah daun (upih) ;merupakan bagian daun yang menyelubungi batang, pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.

c. Lidah daun ; lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi. Lidah daun duduknya melekat pada batang. Fungsi lidah daun adalah mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun (upih). Disamping itu lidah daun juga mencegah infeksi penyakit, sebab media air memudahkan penyebaran penyakit.

(10)

daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul daun baru lainnya. (Purnomo, 2007)

Bunga

Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku148yang terakhir inilah biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai100-120 bunga.

Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu. (Purnomo, 2007)

Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah: a. Kepala sari

b. Tangkai sari,

c. Palea (belahan yang besar), d. Lemma (belahan yang kecil), e. Kepala putik

(11)

Buah

Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukkan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah (Purnomo, 2007). Jika bunga padi telah dewasa, kedua belahan kembang mahkota (palea dan lemmanya) yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya sedemikian rupa sehingga antara lemma dan palea terjadi siku/sudut sebesar 30-600. Membukanya kedua belahan kembang mahkota itu terjadi pada umumnya pada hari-hari cerah antara jam 10-12, dimana suhu kira-kira 30-320C. Di dalam dua daun mahkota palea dan lemma itu terdapat bagian dalam dari bunga padi yang terdiri dari bakal buah (biasa disebut karyiopsis).

Jika buah padi telah masak, kedua belahan daun mahkota bunga itulah yang menjadi pembungkus berasnya (sekam). Diatas karyiopsis terdapat dua kepala putik yang dipikul oleh masing-masing tangkainya. Lodicula yang berjumlah dua buah, sebenarnya merupakan daun mahkota yang telah berubah bentuk. Pada waktu padi hendak berbunga, lodicula menjad imengembang karena menghisap cairan dari bakal buah. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka. Hal ini memungkinkan benang sari yang memanjang keluar dari bagian atas atau dari samping bunga yang terbuka tadi. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk, yang kemudian menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung sarinya ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan berpindahnya tepung sari dari kepala putik maka selesailah sudah proses penyerbukkan. Kemudian terjadilah pembulaian yang menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm adalahpenting sebagai sumbercadangan makanan bagi tanaman yang baru tumbuh. (Purnomo, 2007)

2.3. Syarat Tumbuh

(12)

sekitar 23°C. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung. (Prasetyo, 2002)

2.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Fase Vegetatif

Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai). a. Tahap Perkecambahan benih (germination)

Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.

(13)

Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini.

Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.

c. Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)

Setelah kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya hingga anakan maksimal.

Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai. Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari.

(14)

beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah tanam.

Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk tidak produktif. (Hameed, 2011)

(15)

Fase Reproduktif

a. Tahap Inisiasi Bunga / Primordia (Panicle Initiation)

Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan inisiasi bunga (panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone) panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga bentuk malai terllihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.

Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut bunting sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).

b. Tahap Bunting (booting stage)

(16)

c. Tahap Keluar Malai (heading stage)

Tahap selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun. Akhir fase ini adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.

d. Tahap Pembungaan (flowering stage)

Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dalam ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary.

Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif.

Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan nonproduktif.

(17)

Fase Pemasakan / Pematangan

a. Tahap matang susu ( Milk Grain Stage )

Tiga tahap akhir pertumbuhan tanaman padi merupakan fase pemasakan. Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm.

b. Tahap gabah ½ matang (dough grain stage)

Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.

c. Tahap gabah matang penuh (Mature Grain Stage)

Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering.

Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari. (Hameed, 2011)

2.5. Teknik Budidaya

(18)

pupuk dan pengendalian organisme penggangu tanaman. Jajar legowo merupakan cara tanam dengan beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.

Ada beberapa tipe cara tanam jajar legowo yang umum dilakukan yaitu ; tipe legowo 2:1; 3:1; 4:1; 5:1; 6:1 dan tipe lainnya. Berdasarkan hasil jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil gabah tinggi adalah tipe 2:1, dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12-22%. Disamping itu sistem Legowo yang memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan (mina padi Legowo).

Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman barisan pinggir. Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan tanaman antar barisan. (Huda, 2012)

Teknik Penerapan

a. Pembuatan baris tanam

Lahan sawah dalam keadaan macak-macak, melumpur dan rata. Lakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik caplak (alat garis tanam), dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air dan matahari terbit. Jika tanam tegel (20 x 20 cm) populasinya 250.000 rumpun per ha maka dengan jajar Legowo 2:1 (40 x 20 x 10 cm) populasi tanam meningkat jadi 333.000 rumpun.

b. Tanam

(19)

1. Jajar legowo 2:1

Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).

Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

2. Jajar legowo 3 : 1

(20)

pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

3. Jajar legowo 4:1

Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

(21)

(Nurlaili, 2011)

Teknik Pemeliharaan Tanaman a. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada alur yang berjarak 20 cm dan posisi yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi pada alur 20 cm. jarak pupuk lebih dekat dengan perakaran sehingga hara yang diberikan dapat dimanfaatkan tanaman secara maksimal. (Marlina, 2012)

b. Penyiangan

Penyiangan sebaiknya dilakukan dengan landak/ gasrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong seperti pada cara tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan dapat di tekan sampai 50 %.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

(22)

itu, kegiatan pemamtauan dan pelaksanaan pengendalian penyakit dapat lebih mudah dilaksanakan.

d. Panen

Panen dilakukan apabila padi telah masak sempurna/kuning tua dan merata. Panen dapat menggunakan sabit, mower atau alat panen lainnya. (Huda, 2012)

2.6. Pengaruh Sistem atau Metode Tanam pada Produksi Tanaman

Pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas padi menggunakan perlakuan system atau metode tanam yang berbeda. Terdapat dua lahan yang ditanami dua system yang berbeda, yaitu konvensional (jajar legowo) dan SRI (System of Rice Intensification). Pada luasan lahan tersebut, petakan satu ditanami padi dengan metode SRI dan petakan lain ditanami padi dengan system jajar legowo 2 : 1.

Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam lebar (potensial). Pada jarak tanam lebar (50×50) cm, varietas padi dapat menghasilkan lebih dari 50 anakan/rumpun, dengan vigor vegetatif yang sangat baik terutama apabila tanah cukup air dan hara. Sebaliknya, pada kondisi jarak tanam rapat (20×20) cm hanya menghasilkan <20 anakan/rumpun.

Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya produktivitas pada jarak tanam rapat sebagai berikut:

(a) Varietas umumnya akan tumbuh tidak optimal apabila menerima sinar yang rendah akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak tanam rapat.

(23)

(c) Terjadinya serangan penyakit endemik setempat, akibat kondisi iklim mikro yang menguntungkan bagi perkembangan penyakit pada jarak tanam rapat.

Cara tanam padi jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar, dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.

(24)

BAB III

BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat

Waktu praktikum dilakukan setiap hari selasa mulai tanggal 23 september dan penanaman bibit padi dilakukan mulai tanggal 07 Oktober 2014, sedangkan pengamatan dilakukan tiap minggu setelah tanggal tersebut.

Tempat praktikum lapang dilakukan di lahan milik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Ngijo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat :

 Nampan digunakan sebagai tempat persemaian benih padi

 Daun pisang digunakan sebagai alas pembibitan

 Penggaris digunakan untuk membagi nampan menjadi 4 bagian

 Plastic untuk menutup nampan

 Cangkul untuk mengolah tanah

 Garu digunakan untuk membuat baris dan jarak tanam

 Meteran digunakan untuk mengukur tinggi tanaman

 Kayu digunakan untuk menandai tanaman yang hendak diamati

 Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan

Bahan :

 Benih padi sebagai komoditas yang hendak disemai

 Pasir dan kompos sebagai media pembibitan

 Air untuk mempercepat perkecambahan saat persemaian

 Bibit padi sebagai komoditas yang hendak ditanam

 Pupuk sebagai tambahan unsur hara

3.3. Cara Kerja 3.3.1. Pembibitan

(25)

mengukur panjang nampan dan membagi nampan menjadi 4 bagian (4 kelompok). Daun pisang yang telah disiapkan kemudian diletakkan sebagai alas pembibitan di nampan untuk memudahkan proses pengambilan bibit padi. Setelah nampan diberi alas, langkah selanjutnya adalah memasukkan pasir ke dalam bagian bawah nampan dan meratakannya hingga memenuhi setengah bagian nampan. Setelah media pasir, media kompos juga dimasukkan ke dalam nampan (di atas pasir) hingga bagian nampan berisi penuh oleh pasir dan kompos. Lalu, nampan yang telah berisi pasir dan kompos dibagi menjadi 4 bagian dengan alat penanda untuk mengetahui bagian perkelompok. Setelah itu benih padi ditaburkan di atas kompos dan meratakannya hingga merata dan menutupi bagian atas permukaan nampan. Kemudian benih disiram dengan air secukupnya dan nampan ditutup dengan plastic hingga 2-3 hari untuk menjaga kelembaban.

3.3.2. Persiapan Lahan

Pertama lahan harus disiapkan untuk diolah tanahnya, setelah itu dilakukan pelumpuran pada lahan yang hendak diolah. Setelah dilumpurkan, tanah di bajak dengan cangkul atau juga bisa juga dengan menggunakan traktor. Lahan yang dibajak berguna untuk membunuh gulma yang ada di lahan yang hendak ditanami, selain itu juga berguna untuk mebalik tanah sehingga unsur hara yang mengendap di dalam tanah bisa terangkat ke permukaan.

3.3.3. Penanaman

(26)

3.3.4. Perawatan Tanaman 3.3.4.1. Pemupukan

Pemupukan sangat diperlukan oleh tanaman khususnya pada tanaman padi dengan perlakuan padi konvesional . Tujuan utama dalam proses pemupukan adalah untuk memenuhi nutrisi yang dilakukan oleh tanaman padi dalam proses pertumbuhan , perkembangan dan juga dalam hal proses fotosintesis dan lai-lain. Pemupukan pada tanaman padi dengan perlakuan dengan padi konvesional dilakukan dengan beberapa tahap antara lain:

a. Pemupukan awal atau dasar

Pemupukan awal atau dasar pada tanaman padi dengan perlakuan padi konvensional dengan dosis pupuk : 100 kg Urea/ha, 100 kg SP 36/ha dan 50 kg KCl/ha. Pemupukan tersebut dilakukan saat 7 hari setelah tanam (hst) dengan cara pupuk disebar atau sering disebut broadcasting.

b. Pemupukan susulan pertama(1)

Pemupukan selanjutnya dilakukan pada tanaman padi dengan perlakuan padi konvesional saat ber-umur empat belas hari setelah tanam(14 hst) dengan dosis pupuk 150 kg urea/ha. Proses pemupukan dilakukan dengan cara menyebar di sekeliling tanaman padi atau yang sering disebut dengan teknik pemupukan broadcasting.

c. Pemupukan susulan kedua(2)

(27)

dilakukan secara berkala melainkan hanya dilakukan saat awal masa tanam dengan cara menggenangi permukaan tanah dengan air.

3.3.4.3. Penyiangan Gulma

Pada tanaman padi dengan perlakuan padi konvesional proses penyiangan Gulma yang dilakukan dengan cara melakukan penyiangan secara berkala yaitu melakukan penyiangan setiap minggu yang dilakukan setiap hari selasa. Dengan awal proses penyiangan gulma dilakukan saat tanaman padi ber-umur 14 hari setelah tanam(14 hst) Proses penyiangan yang dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara mencabuti tanaman pengganggu(gulma) yang berada disekitar tanaman padi hingga akar-akarnya menggunakan tangan. Lalu dikumpulkan dan dibuang.Tujuan penyiangan gulma tersebut adalah untuk mengendalikan pertumbuhan gulma agar tidak bersaing terhadap tanaman yang dibudidayakan (padi) dalam hal nutrisi tanaman, air, cahaya matahari dll)

3.4. Parameter Pengamatan

3.4.1. Aspek Budidaya Pertanian

(28)

2 63 44 23

-3.4.2. Aspek Hama dan Penyakit Tanaman

(29)

tanaman yang terserang penyakit. Pada sampel tersebut kemudian dilakukan skoring atau penilaian.. Hama yang ditemukan di lahan antara lain belalang (Oxyza chinensis) dan kupu (Helicoverpa armigera). Sedangkan penyakit yang ditemukan di lahan adalah Busuk Pelepah (Sheath Rot) yang dicirikan dengan daun berwarna putih pada pucuk.

Pengamatan hama yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 18 November 2014 pukul 14.00 menunjukkan nilai skoring yang hampir seragam. Mula-mula, pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang sudah membuka lebar pada setiap rumpun masing-masing tanaman yang dijadikan sampel. Pada setiap rumpun tersebut dihitung jumlah daun yang terserang hama dengan keterangan skala 0 (tidak ada serangan), 1 (luas permukaan daun terserang 1-25%), 2 (luas permukaan daun terserang 26-50%), 3 (luas permukaan daun terserang 51-75%), dan 4 (luas permukaan daun terserang 76-100%). Data jumlah daun yang terserang pada setiap sampel kemudian di masukkan dalam rumus sebagai berikut :

Keterangan :

i = Intensitas Serangan n = Skala Serangan

v = Jumlah Daun Terserang Z = Jumlah Daun

N = Skala Tertinggi (4)

Hasil yang didapatkan dari perhitungan rumus tersebut adalah sebagai berikut ; sampel 1 (1,25%), sampel 2 (3,7%), sampel 3 (5,4%), sampel 4 (3,2%), sampel 5 (9,5%), sampel 6 (2,6%), sampel 7 (5,5%), sampel 8 (9,3%), sampel 9 (32,75%), dan sampel 10 (4,5%). Nilai intensitas serangan tertinggi terdapat pada sampel ke 9 yaitu 32,75%

i=

n x V

(30)

dikarenakan letak sampel yang berdekatan dengan border sehingga strategis bagi hama.

Sedangkan pengamatan penyakit yang dilakukan hari Selasa tanggal 25 November 2014 pukul 14.00 menunjukkan rentang serangan hanya berkisar pada skala 0 - 2. Mula-mula pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah sampel yakni 10% dari keseluruhan populasi. Sampel ditentukan secara acak.

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa sampel yang tidak terserang penyakit (skala 0) sejumlah 26 tanaman, tanaman yang terserang penyakit skala 1 sejumlah 36 tanaman, dan skala 2 sejumlah 22 tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Hameed, K. A. 2011. Application of Conventional Methods on Productivity of Jasmine Rice Variety in Southern Iraq. Jordan Journal of Agricultural Sciences, 7 (3): 474-481.

Huda, M. N. dkk. 2012. Kajian Sistem Pemberian Air Irigasi Sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi Pada Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten Malang. Teknik Pengairan,3(2): 221-229.

Jumlah sampel = 10

100 x Jumlah populasi

Jumlah sampel = 10

(31)

Manalu, F. dkk.2012. Pengujian Paket Teknologi Budidaya Padi (Oryza sativa L.). Agroekoteknologi Tropika, 1(2): 92-97.

Marlina, N. dkk. 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran Pupuk Organik Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System Jajar Legowo di Lahan Pasang Surut. Lahan Suboptimal, 1(2): 138-148.

Nurlaili. 2011. Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System Jajar Legowo Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam.

Agronobis, 3(5): 22-27.

Purnomo. H. P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Prasetyo. Y. T. 2002. Budi Daya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta: Kanisisus.

Rohma, N. 2006. Menyelamatkan Pangan Dengan Irigasi Hemat Air. Jakarta: IMPULSE.

Saleh, E. dkk. 2012. Budidaya Padi Di Dalam Polibag Dengan Irigasi Bertekanan Untlik Antisipasi Pesatnya Perubahan Fungsi Lahan Sawah. Teknotan 6(1): 692-699.

Referensi

Dokumen terkait

Secara positif, internet menjadi media baru dakwah Islam yang dapat mentransmisikan pesan ajaran Islam secara efektif, terbuka, mudah diakses, dan dengan daya jangkau yang luas

Pengadaan material perlu dikaji untuk memilih metode mana yang menghasilkan nilai pengadaan material yang paling rendah, guna menekan biaya operasional.Studi kasus dilakukan

Dari tabel 1 juga dapat diketahui tingkat keuntungan atau rente optimal yang dapat diperoleh sebesar Rp 107.074,11 juta per tahun pada kondisi pengelolaan sole owner atau maximum

dibutuhkan atau dirasakan sangat perlu, dalam perkataan lain fasilitas utama ini bisa dibilang berupa hal yang sangat penting, dan tujuan utama dari berkunjung karena

Dalam praktek peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui kenyataan sebagai berikut (Kussriyanto, 1993) : Produk meningkat dengan sumber daya yang sama (1)

Aspek Lingkungan : Bagaimana aspek lingkungan tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah Bumi Serpong Damai dan bagaimana merencanakan dan merancang bangunan

Untuk menambah data klik kanan pada menu data ortu siswa pilih “Baru” lalu akan muncul form input data wali siswa kemudian mengisikan data pada textbox yang tersedia, lalu klik

Indikator Penilaian Alokasi waktu Sumber belajar Nilai budaya dan Karakter 1.1.Mendeskripsika n kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kot a dan propinsi serta