• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Penge ndalian Penyakit Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknik Penge ndalian Penyakit Tanaman"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN I. PENDAHULUAN

Pengendalian penyakit tumbuhan dilakukan untuk melindungi tanaman atau mengurangi tingkat kerusakan tanaman. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yang pada dasarnya adalah pengelolaan segitiga penyakit, yaitu menekan populasi patogen serendah-rendahnya, membuat tanaman tahan terhadap serangan patogen, serta mengusahakan lingkungan agar menguntungkan tanaman tetapi tidak menguntungkan kehidupan patogen.

Cara pengendalian umumnya bertujuan untuk menyelamatkan populasi dibandingkan menyelamatkan sedikit individu tanaman. Umumnya, kerusakan atau kehilangan hasil dari satu atau beberapa tanaman saja dari sekian populasi tanaman di suatu lahan dianggap bukan masalah. Dengan demikian, pengendalian umumnya dilakukan pada populasi tanaman pada suatu areal, walaupun pada kasus tertentu pengendalian dapat juga dilakukan hanya pada satu atau beberapa individu tanaman (terutama pohon, tanaman hias, dan kadang-kadang tanaman yang terinfeksi virus).

Penyakit yang sangat serius pada tanaman tertentu biasanya dimulai dari adanya bagian kecil dari tanaman yang terinfeksi dan menjadi sakit, kemudian menyebar dengan cepat, dan sukar untuk disembuhkan setelah penyakit mulai berkembang. Untuk itu, hampir semua metode pengendalian ditujukan untuk melindungi tanaman agar tidak menjadi sakit dari pada menyembuhkannya setelah mereka menjadi sakit. Hanya sedikit penyakit infeksi pada tanaman yang dapat di kendalikan dengan baik di lapang dengan cara terapi. Banyak sekali cara-cara pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit tumbuhan, dan cara-cara tersebut kemudian dikelompokkan menjadi cara undang-undang, biologis, fisik, dan kimia. Cara pengendalian dengan Undang-undang bertujuan untuk menghilangkan patogen dari inang atau dari area geografis tertentu. Kebanyakan metode pengendalian melalui bercocok tanam bertujuan membantu tanaman untuk menghindari kontak dengan suatu patogen, membuat kondisi lingkungan tidak sesuai untuk patogen atau menghindarkannya untuk mendukung patogen, dan memusnahkan atau mengurangi jumlah patogen dalam tanaman, lahan, atau area.

(2)

yang lebih baru (sejak tahun 1995), senyawa kimia yang masih diuji beroperasi dengan cara mengaktifkan pertahanan tanaman (systemic acquired resistance) melawan patogen.

Pengendalian penyakit kadang dapat ditempuh dan berhasil dengan penerapan satu cara pengendalian saja, misalnya pengendalian bulai pada jagung dapat diatasi dengan menggunakan perlakuan benih menggunakan fungisida, namun seringkali pengendalian sukar dilakukan dengan apalikasi satu cara saja, sehingga digunakan kombinasi berbagai cara pengendalian termasuk manipulasi lingkungan.

Studi epidemiologis, yang mengkaji perkembangan penyakit dalam suatu area selama waktu tertentu, dapat juga menolong untuk menentukan seberapa efektif berbagai cara pengendalian untuk penyakit tertentu. Pada umumnya, pengurangan atau peniadaan inokulum awal adalah sangat efektif untuk pengelolaan patogen monosiklik. Pengendalian seperti penggunaan rotasi tanaman, penghilangan inang alternatif, dan fumigasi tanah dapat mengurangi inokulum awal. Pada patogen polisiklik, inokulum awal dapat berlipat setiap saat selama musim pertumbuhan. Untuk itu, pengurangan inokulum awal biasanya harus digabungkan dengan tipe lain cara pengendalian (seperti cara perlindungan kimia atau ketahanan horizontal) yang juga mengurangi laju infeksi. Banyak pengendalian, sebagai contoh, peniadaan patogen dari suatu area, sangat berguna baik untuk patogen monosiklik maupun polisiklik.

II. DASAR-DASAR PERTIMBANGAN DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengendalian penyakit tanaman adalah untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman yang kita usahakan; dengan arti yang lebih luas lagi, adalah untuk memaksimalkan penggunaan lahan pertanian secara efisien dan efektif, atau juga mengoptimasikan produktifitas lahan pertanian tersebut, guna mendapatkan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, sandang, serta kebutuhan lain yang memintanya terus semakin meningkat diseluruh dunia.

Tujuan dari pengendalian penyakit tanaman tersebut adalah untuk mencegah terjadinya kerugian ekonomis serta menaikkan nilai hasil produksi dari tanaman yang kita usahakan. Oleh karena itu, pada umumnya kita hanya memperhatikan dan mengendalikan penyakit tanaman yang dapat menimbulkan kerugian yang berarti jelas.

(3)

pengendalian tersebut, haruslah lebih besar daripada nilai biaya yang dikeluarkan untuk pengendaliannya.

Pengendalian penyakit tanaman adalah salah satu aspek dari banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan sesuatu tanaman. Oleh karena itu, kita perlu memecahkan usaha pengendalian penyakitnya, dalam suatu program penanaman tanaman yang kta usahakan, agar dapat memberikan hasil yang setinggi-tingginya, baik kuantitas maupun kualitas dari hasiltersebut. Bahkan kalau mungkin didalam satu tindakan tersebut secara operasionalnya dapat sekaligus dilakukan pengendalian terhadap beberapa penyakit, hama dan gangguan lainnya.

Sering kali suatau anjuran tentang pengendalian suatu penyakit tanaman tak dapat dilakukan dengan tepat untuk semua daerah atau lokasi. Oleh karena itu, masalah pengendalian setiap macam penyakit tersebut perlu diperhatiakn sendiri-sendiri untuk setiap daerah sesuai dengan tempat serta lokasinya.

Cara pengendalian yang paling tepat mungkin akan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, atau antara petani yang satu dengan petani yang lain, bahkan juga tergantung pada cuaca, tempat, dan lahan pertaniannya, keadaan serta jenis maupun tipe tanaman, cara bercocok tanam, nilai hasil tanaman, dan lain sebagainya.

Jelaslah bahwa maksud dan tujuan dari pengendalian penyakit tanaman tersebut ialah untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi, mantab dan berkesinambungan, tetapi secara ekologis dan ekonomis dapat dipertanggung jawabkan; bahkan sekarang ini perlu pertimbangan terhadap kelestarian lingkungan.

Jadi penyakit tanaman tersebut haruslah ditekan atau dikurangi sampai dibawah ambang ekonomi. Sifatnya adalah dinamis dan regional sebab yang dihadapi adalah proses yang berubah-ubah dari interaksi yang kompleks antara patogen penyebab penyakit, lingkungan, tanaman inang, keadaan sosial dan ekonomi pertaniannya. Oleh karena itu, konsep pengendalian ini berdasarkan pada ekologi, yaitu suatu ilmu yang mempelajari hubungan fungsional timbala balaik antara komponen-komponen ekosistem. 2. Kerugian Akibat Penyakit Tanaman

1. Mengurangi Kuantitas Hasil

(4)

produktifitasnya. Parasit-parasit sering pula menghasilkan toksin, sehingga kerugian yang dialami akan jauh lebih besar lagi dari yang kita duga.

Sehubungan dengan hal ini, maka dapat dikemukakan bebrapa angka sebagai akibat penyakit, antara lain sebagai berikut. Penyakit ”hoya blanca” pada padi di Cuba, Venezuela, dan panama dapat menurunkan hasil padi 25-50 %. Penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Puccinia polysora, dapat menurunkan hasil jagung di Afrika barat sampai 40%. Kerugian karena penyakit busuk/hawar daun dan umbi pada kentang oleh Phythopthora infestans, pernah ditaksir sampai 10% untuk seluruh dunia, yang berarti hilangnya sampai 22,5 juta ton kentang setiap tahunnya. Di Afrika pertanaman ubi kayu yang sehat memberikan hasil 14 ton/ha, sedangkan yang sakit mosaic oleh virus Ruga bemisiae, hanya menghasilkan 2 ton/ha. Di Uganda penyakit bakteri pada kapas oleh Xanthomonas malvacearum dapat dikendalikan, maka produksi serat kapas akan naik sampai sekitar 100%, dan lain-lain.

2.Menurunkan Kualitas Hasil

Penyakit tertentu akan menurunkan mutu atau kualitas dari hasil tanaman, tanpa mengurangi kuantitas hasilnya. Misalnya, penyakit kudis pada kentang yang disebabkan oleh Streptomyces scabies, praktis tidak menurunkan timbangan atau kuantitas hasil kentang, bahkan umbi yang berkudis pun, sebenarnya tidak mempunyai kejelekan untuk dikonsumsi. Tetapi, karena umbi yang berkudis tersebut kelihatannya tidak baik, maka kurang menarik bagi para konsumen, sehingga harganya rendah.

Kerusakan pada tanaman hias, pada umumnya sangat merugikan dan mengurangi nilai tanamn tersebut. tetapi sebaliknya kalau sesuai dengan selera konsumen, maka penyimpangan oleh penyakit justru dapat mempertinggi nilai tanaman tersebut. misalnya, menjadi belangnya daun tanaman Abutilon atau daun keladi hias, begitu pula menjadi pecahnya bunga tulips yang diserang virus, menjadi sangat indah dan menarik, sehingga harganya menjadi mahal. Banyak lagi penyakit atau gangguan oleh penyakit seperti pada buah-buahan dan sayur-sayuran yang menyebabkan menurunnya kualitas dan harganya, bahkan tak berharga sam sekali.

3.Peningkatan Biaya Produksi untuk Pengendalian

(5)

harus dilakukan beberapa kali dalam musim penghujan. Begitu pula penyakit RBL pada cengkeh, berhasil baik dikendalikan dengan system infuse memakai “tetracycline tree injection” yang harus diimpor dan terbatas penyebarannya, serta harganya mahal. Hal ini tak terjangkau oleh petani yang serba terbatas keadaaanya. Pemakaian terusi (sulfat tembaga) untuk fungisida di Amerika Serikat tiap tahunnya rata-rata 72,5 ribu ton . untuk mengendalikan penyakit sigatoka pada piang di Amerika Tengah, yang disebabkan oleh Cercospora musae/Mycosphaerella musicola, diperlukan sebanyak 22,5 ribu ton tiap tahunnya.

Tidak boleh pula melupakan bahwa fungisida dapat membahayakan kesehatan. Memang pada umumnya fungisida agak kurang berbahaya dibandingkan dengan insektisida, nematisida, atau pestisida lainnya, tetapi dengan bertambahnya pemakaian fungisida yang banyak mengandung air raksa (Hg), seperti Tillex, maka perlu perhatian yang serius.

Usaha-usaha pengendalian yang lain pun memerlukan biaya pula. Misalnya pada pengendalian cendawan akar putih (Fomes lignosus = Leptoporus lignosus= Rigidoporus lignosus) pada karet dan tanaman keras lainnya, diperlukan pembongkaran tunggul-tunggul, penggalian selokan isolasi serta pembukaan atau penelanjaran leher akar, yang semuannya ini memrlukan biaya yang banyak.

Sehubungan dengan biaya yang cukup banyak, maka untuk mengendalikan suatu penyakit tertentu, kita perlu dan terpaksa memilih dan menanam varietas atau mengalihkan tanaman yang tahan atau kuarang dirusak oleh suatu penyakit, meskipun kuantitas dan kualitas hasilnya agak rendah. Misalnya kita terpaksa menanam kopi robutsa karena adanya serangan penyakit karat daun kopi Hemileia vastatrix, dimana kopi robutsa ini kualitasnya lebih rendah dari kopi arabica. Begitu pula terpaksa mengganti kopi dengan teh atau kina karena kopi Arabica habis diserang penyakit karat ini, terutama di Ceylon.

4.Menyebabkan Kerusakan Hasil Panen Selama Pengangkutan dan Penyimpanan

(6)

Tidak hanya buah-buahan segar yang dapat diserang atau dirusak dalam penyimpanan, hasil-hasil pertanian dalam bentuk yang kering pun, dalam udara biasa bisa terserang oleh cendawan dan bakteri. Apalagi sayur-sayuran yang berbentuk daun, umbi, dan buah seperti kubis, bayam, tomat, kangkung, kentang, dan sebagainya, sering membusuk oleh saprofit dan parasit, sehingga dalam ilmu penyakit tanaman kita kenal dengan penyakit gudang/bahan simpan (storage diseases), dan penyebabnya disebut pathogen penyimpanan (storage pathogens).

5. Menimbulkan Gangguan Pada Manusia dan Hewan yang Memakannya

Kerugian yang disebabkan oleh gangguan pada manusia dan hewan yang memakainya ini tidak banyak diberitakan. Pada prinsipnya penyakit tanaman dapat menimbulkan gangguan pada manusia dan hewan yang memakannya. Contohnya Claviceps purpurea dapat membentuk racun yang berbahaya dalam trigu yang diserangnya dan menyebabkan penyakit “Ergotisme”. Penyakit etogisme ini menyebabkan jari tangan, kaki dan bahkan hidung serta telinga penderita bengkak-bengkak dan dapat menyebabkan putusnya bagian-bagian tersebut, hingga akhirnya penderita mati.

Karena penyakit tanaman dapat menimbulkan kerugian melalui berbagai cara dan peristiwa maka menentukan besarnya kerugian karena suatu penyakit bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Kerugian akibat penyakit tanaman yang sering diperhatikan adalah berkurangnya kuantitas hasil. Namun, kerugian semacam ini pun tidak disebutkan dengan teliti, karena belum adanya cara-cara tertentu yang dapat dipakai untuk memperhitungkan besarnya kerugian itu, apalagi kerugian secara tak langsung serta kualitasnya.

III. PERKEMBANGAN PENYAKIT

Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan penyakit di dalam suatu populasi tanaman disebut Epidemiologi. Ilmu ini merupakan bagian dari Ilmu Penyakit Tanaman dan menjadi dasar pengendalian suatu patogen. Hal-hal yang dipelajari dalam epidemiologi adalah proses yang berkaitan dengan perkembangan penyakit. Dalam bab ini akan diuraikan tentang bagaimana timbulnya suatu penyakit, sumber inokulum dan penyebarannya serta lingkungan yang mendukung perkembangan penyakit.

1. Timbulnya Penyakit

(7)

Konsep yang pertama yaitu apabila suatu penyakit terjadi dan hanya disebabkan oleh tiga faktor yaitu patogen (P), inang (I) dan lingkungan (L), maka konsep tersebut disebut dengan konsep segitiga penyakit (plant disease triangle). Sedangkan apabila faktor penyebab terjadinya penyakit terdiri dari ketiga faktor di atas ditambah faktor manusia (M) maka konsepnya disebut dengan konsep segiempat penyakit (plant disease square).

Pada konsep segitiga penyakit, apabila salah satu faktor penyebab tidak ada, maka tidak akan ada suatu kejadian penyakit. Contohnya apabila ada satu faktor yaitu patogen tidak ada, yang ada hanya tanaman inang yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak optimal untuk pertumbuhannya, maka kemungkinan tidak akan terjadi penyakit. Sebaliknya, apabila dalam kondisi pertumbuhan tanaman tersebut di atas dan ada patogen di sekitar tanaman tersebut serta lingkungan mendukg pertumbuhan patogen, maka kecenderungan untuk terjadinya infeksi penyakit pada tanaman tersebut cukup besar. Apabila ada suatu tanaman inang ditanam pada lingkungan yang baik yaitu tanah yang subur dengan pengolahan yang baik dan pemberian pupuk yang cukup dan seimbang, makaakan menjamin pertumbuhan tanaman yang sehat. Dalam kondisi pertumbuhan tanaman yang sehat, walaupun ada patogen dan lingkungan mendukung pertumbuhannya, maka kecil kemungkinan penyakit dpat terjadi. Hal ini dikarenakan tanaman inang kemungkinan dapat tahan terhadap serangan patogen, sedangkan apabila tanaman inang tidak baik dalam pertumbuhannya yang berarti kondisinya rentan, kemudian ada patogen dan lingkungan mendukung pertumbuhan patogen, maka kemungkinan terjadinya infeksi penyakit sangat besar.

Perkembangan dari patogen tidak hanya dipengaruhi oleh kerentanan tanaman inang saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Misal, adanya kelembaban yag tinggi dan suhu yang cocok merupakan kondisi lingkungan yang baik untuk jenis patogen tertentu.

(8)

resisten, mengusahakan lingkungan pertanaman agar mengurangi serangan patogen, memilih waktu tanam agar terhidar dari serangan patogen dan melakukan pencegahan pada perkembangan penyakit, dan sebagainya.

2. Sumber inokulum

Peledakan suatu penyakit hampir semua disebabkan oleh adanya pemindahan dari organisme penyebab penyakit, baik itu berupa spora, sel bakteri, partikel virus, ataupun yang lainnya dari tubuh tanaman yang sakit ke tubuh tanaman yang sehat. Keadaan awal ini yang disebut dengan sumber inokulum, sedangkan yang dimaksud dengan inokulum adalah spora atau bentuk penyakit yang lain yang dapat menyebabkan infeksi.

Sumber inokulum dapat berasal dari satu daerah atau lokal, dapat pula berasal dari luar area. Sumber penyakit yang berasal dari area dapat berasal dari sisa-sisa tanaman lepas panen atau dari tanaman penghubung (intermediate host). Sumber penyakit yang mempunyai penyebaran jauh, kemungkinan terjadinya penyakit di lain tempat adalah kecil, apabila dibandingkan dengan sumber penyakit yang ada di dalam satu area.

Sekali lagi yang dimaksud dengan sumber inokulum adalah awal terjadinya penyakit. Sumber ini dapat berupa spora, sel bakteri, atau partikel virus. Sumber inokulum ini dapat berarti pula sebagai ketahanan (survival) dari suatu penyakit. Beberapa bentuk sumber inokulum dari patogen diantaranya:

(1) Biji

Biji yang terkontaminasi atau yang telah terinfeksi merupakan salah satu sumber inokulm yang umum dijumpai. Kebanyakan penularan penyakit yang melalui biji adalah lewat lembaga. Berbagai jenis penyakit virus dapat ditularkan oleh biji, misalnya pada kasus tomato mosaic virus, cucumbar mosaic virus. Beberapa penyakit dari jenis bakteri juga dapat ditularkan lewat biji, misal Pseudomonas phaseolicola. Di samping itu juga penyakit yang disebabkan oleh jamur, misal penyakit late blight pada kentang yang disebabka oleh jamur Phytophthora infestan.

(2) Sisa tanaman.

Sisa tanaman yang dimaksud sebagai sumber inokulum adalah sisa tanaman yang telah terinfeksi dengan patogen. Salah satu contohnya adalah sisa daun gandum yang terinfeksi jamur Gaeumannomyces graminis merupakan sumber inokulum utama untuk penyakit take all.

(9)

Tanaman penghubunga atau tanaman volunter adalah tanaman yang dihuni patogen selama tidak ada tanaman inang. Cotohnya adalah beberapa jenis tanaman penghubung yang membawa patogen penyakit karat Puccinia stiiformis, demikian juga umbi kentang yang terinfeksi dan masih tertinggal di dalam tanah merupakan inokulum penting untuk penyakit late blight pada kentang yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestan.

(4) Kanker

Kanker baik yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat merupakan sumber inokulum untuk tanaman musim berikutnya. Kasus ini ditemukan pada penyakit kanker yang menyerang tanaman apel yang disebabkan oleh jamur Nectrina galligena.

(5) Inang alternatif atau inang sementara

Inang ini dapat diidentifikasikan sebagai tanaman inang yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Dengan kata lain inang alternatif adalah tanaman lain yang bukan inang pokok yang dapat ditumpangi patogen selama inang pokoknya tidak ada. Inang jenis ini dapat merupakan salah satu sumber inokulum. Contohnya spora dari jamur Puccia graminis diproduksi pada inang sekunder atau inang alternatif, dan jamur penyebab penyakit karat pada tanaman barberry yaitu Berberis vulgaris mempunyai inang sekunder yaitu cemara berjarum lima.

3. Penyebaran Inokulum

Inokulum diproduksi di tempat dimana tanaman inang itu tumbuh dan biasanya akan dipindahkan ke suatu tempat untuk berkembangnya infeksi. Trasportasi dari beberapa patogen yang berasal dari dalam tanah mempunyai problem yang lebih banyak bila dibandingkan dengan patogen lain, seperti propagul yang berasal dari udara, atau air. Sebagai contohnya adala patogen yang menginfeksi akar yaitu Gaeumannomyces graminis yang dapat hidup pada sisa-sisa jerami di waktu tidak ada inang dan dari patogen ini sangat sedikit propagul yang dapat disebarkan. Infeksi dari patogen ini hanya akan terjadi jika ada inang baru dan bila akar dari tanaman inang yang baru tersebut bersentuhan dengan sisa jerami yang telah terinfeksi. Apabila tidak, maka infeksi tidak akan terjadi.

Jadi pada dasarnya mempelajari tentang penyebaran spora atau inokulum sangatlah penting untuk mendukung penelitian perkembangan penyakit. Dalam proses penyebaran inokulum ini dibutuhkan beberapa agen penyebar yaitu angin, air, serangga, hewan baik hewan kecil maupun besar, dan manusia.

(10)

Epidemi yaitu meningkatnya penyakit dalam suatu populasi tumbuhan yang rentan. Terjadinya epidemi apabila :

1) Terdapat sejumlah besar inang yang rentan

2) Inokulum dalam keadaan virulen yang berlebihan.

3) Kondisi lingkungan yang cocok yang berlangsung dalam waktu relatif cukup lama.

Untuk menghindari terjadinya epidemi di suatu daerah dapat diusahakan dengan peramalan epidemi. Yaitu pendugaan dari kejadian yang akan datang, secara sederhana menceritakan sesuatu penyakit yang akan datang. Metode yang digunakan dalam peramalan didasarkan pada :

1) Kondisi cuaca selama bulan-bulan antar waktu tanam terutama yang berpengaruh terhadap ketahanan hidup dari inokulum. 2) Kondisi cuaca selama masa tanam.

3) Banyaknya penyakit pada tanaman.

4) Banyaknya inokulum pathogen di udara, tanah dan bahan tanaman.

Pada peramalan epidemi peranan pengamatan penyakit tanaman dalam metode pengendalian sangat penting baik pengamatan secara langsung dan tidak langsung maupun pengamatan dalam kaitan dengan pengendaliannya.

Dengan adanya peramalan ini dapat dilakukan usaha-usaha untuk tidak terjadinya epidemi dengan mengantisipasi faktor-faktor yang mendukung terjadinya epidemi tersebut.

IV. KONSEP PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN Konsep pengendalian penyakit tanaman meliputi :

1) Prinsip pengendalian yaitu pedoman atau pegangan dari suatu tindakan pengendalian.

2) Strategi pengendalian merupakan perencanaan atau managemen pelaksanaan dari usaha pengendalian.

3) Taktik Pengendalian yaitu ilmu pengetahuan khusus yang digunakan untuk tujuan praktek pengendalian.

4) Aplikasi Pengendalian yaitu prosedur pengendalian yang dapat dilaksanakan di lapangan.

Pengendalian penyakit tanaman pada prinsipnya digolongkan menjadi :

1) Eksklusi yaitu usaha mencegah masuknya penyakit ke daerah baru.

2) Eradikasi yaitu menurunkan, menginaktifkan atau membasmi pathogen.

(11)

4) Resistensi yaitu usaha untuk mengurangi perusakan penyakit melalui inang dengan membuat ketahanan pada inang tersebut.

PRINSIP STRATEGI Teknik/Taktik

1. Ekslusi

(mencegah) Prohibisi (larangan) Karantina Intersepsi

(menghalangi) Karantina Uji kesehatan tanaman Eliminasi

(menghapus) Sertifikasi Disinfeksi 2. Eradikasi

(membasmi) Removal (pemindahan / penghapusan)

Pemeriksaan

perkebunan/kebun buah

Eliminasi

(menghapus) Membinasakan inang alternative Pemeliharaan

organisme antagonis Meniadakan makanan pokok

Destruksi

(membinasakan) KimiaApi

Pengerjaan tanah 3. Proteksi

(perlindungan) Mencegah infeksi Penggunaan fungisida Menghindarkan

infeksi Modifikasi lingkungan Modifikasi cara

bercocok tanam 4. Resistensi

(ketahanan) Mengembangkan tanaman tahan SeleksiHibridikasi Irradiasi

Proteksi silang Mengurangi virulensi

Aplikasi pengendalian yang dapat diterapkan di lapangan : 1. Pada Taktik Karantina

(12)

(2) Pemeriksaan di perbatasan terhadap lalu lintas tanaman. Untuk menghalangi masuknya penyakit ke daerah baru.

2. Taktik Pengendalian dengan Uji Kesehatan Tanaman dilakukan dengan penggunaan biji yang bebas penyakit misalnya perlakuan biji jagung dengan Ridomil untuk membebaskan dari penyakit bulai Sclerospora maydis.

3. Taktik Pengendalian Sertifikasi. Aplikasinya di lapangan dilakukan dengan:

(1) Pemberian sertifikat tanaman sehat. (2) Menghilangkan tanaman berpenyakit.

4. Taktik Pengendalian dengan Desinfeksi. Aplikasinya di lapangan dengan :

(1) Perlakuan biji dengan bahan kimia misalnya biji kapas yang dicelup Subimat untuk mematikan Xanthomonas malvacearum penyebab penyakit bercak daun bersudut.

(2) Perlakuan dengan air panas, misalnya biji kubis yang dicelup air panas 50 0C selama 30 menit untuk mengatasi

Xanthomonas campestris penyebab penyakit busuk hitam. 5. Taktik Pengendalian dengan Pemeriksaaan pada Kebun

Pemeliharaan Tanaman maupun Kebun-kebun Buah, dengan aplikasi pengendalian :

(1) Deteksi pada cabang-cabang terinfeksi. (2) Membinasakan tanaman terinfeksi.

6. Taktik Pengendalian Pembinasaan Inang Alternatif dilakukan aplikasi pengendalian dengan membinasakan gulma inang yaitu gulma-gulma yang mungkin menjadi inang dari suatu penyakit. 7. Taktik Pengendalian dengan Pemeliharaan Antagonis. Dilakukan

aplikasi pengendalian dengan menggunakan tanaman antagonis sebagai tanaman sela misalnya tanaman Tagetus sp. atau penggunaan organisme antagonis terhadap patogen misalnya Trichoderma sp.

8. Taktik Pengendalian dengan Meniadakan Makanan Utama. Aplikasinya di lapangan dilakukan dengan pergiliran tanaman yaitu menanam tanaman digilir dengan tanaman yang bukan menjadi inang dari penyakit utama.

9. Taktik Pengendalian Secara Kimia. Aplikasinya dilakukan dengan : (1) Fumigasi tanah dengan bahan kimia misalnya untuk nematoda

puru akar.

(2) Eradikasi dengan bahan kimia.

10. Taktik Pengendalian dengan Api. Aplikasi pengendaliannya dilakukan dengan :

(1) Membinasakan tanaman terinfeksi dengan dibakar. Misalnya penyakit kanker pada tanaman jeruk.

(13)

(3) Membinasakan tanaman residu.

11. Taktik Pengandalian dengan Pengerjaan Tanah. Aplikasinya dengan menghilangkan tanaman terinfeksi.

12. Taktik Pengendalian dengan Pengembangan Fungisida. Aplikasinya dilakukan dengan :

(1) Penyemprotan tanaman dengan fungisida. (2) Penghembusan tanaman dengan fungisida.

13. Taktik Pengendalian dengan Modifikasi Lingkungan. Aplikasi pengendaliannya dengan :

(1) Pemotongan dahan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban misalnya penyakit cacar daun teh.

(2) Mengurangi tajuk tanaman agar sinar matahari cukup.

(3) Mengubah pH tanah agar tidak sesuai dengan kebutuhan pathogen, misalnya penyakit kudis pada kentang dengan pemberian belerang untuk menurunkan pH, menaikkan pH dengan pengapuran untuk mengatasi penyakit akar gada pada kubis.

14. Taktik Pengendalian dengan Modifikasi Cara Bercocok Tanam. Aplikasinya dilakukan dengan :

Tanggal penanaman yang diatur. Misalnya penanaman jagung dimajukan untuk menghindari Sclerospora maydis penyebab penyakit bulai sehingga pada waktu musim penghujan datang saat penyakit bulai berkembang, tanaman jagung sudah cukup tahan terhadap penyakit.

15. Taktik Pengendalian Seleksi. Aplikasinya dilakukan dengan pemuliaan selektif.

16. Taktik Pengendalian Hibridisasi. Aplikasinya dilakukan dengan pemuliaan silang.

17. Taktik Pengendalian Irradiasi. Aplikasinya dilakukan dengan mutasi terinduksi.

(14)

V. TEKNIK/CARA PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN A. Pengendalian Penyakit Secara BIologis

Dewasa ini terdapat cukup banyak penelitian di luar indonesia mengenai pengendalian biologis, bahkan ada yang hasilnya sudah diaplikasikan dalam sekala besar. Pada banyak contoh mekanisme pengendalian ini belum diketahui dengan pasti, bahkan mungkin suatu usaha pengendalian biologis dapat bermanfaat melalui beberapa mekanisme.

1. Antagonisme

Asaz pengendalian biologis sudah dipakai sejak tahun 1970-an terhadap jamur akar putih (R. microporus) pada karet. Jamur-jamur sporofit diberi lingkungan yang baik untuk berkembang agar melapukkan sisa-sisa akar yang menjadi tempat bertahannya jamur akar putih. Ini dilakukan dengan peracunan tunggul atau peracunan pohon dan dengan penanaman penutup tanah kacangan. Usaha ini ditinggalkan lagi pada tahun 1980-an dengan pemberian belerang untuk membantu berkembangnya Trichoderma spp. dalam tanah yang mempunyai daya antagonistik terhadap jamur akar putih. Seterusnya untuk menjadi adanya antagonistik yang efektif dalam tanah, sejak beberapa tahun yang lalu tersedia campuran ‘triko’ yang mengandung T. koningii untuk menginokulasi tanah. Dewasa ini di banyak Negara diketahui bahwa Trichoderma spp dan Gliocladium spp dapat dipakai untuk mengendalikan macam-macam penyakit jamur lewat tanah.

Pengendalian biologis juga dapat dilakukan dengan pathogen yang tidak virulen dari jenis yang sama sebagai pesaing (kompetitor). Dijepang penyakit layu fusarium pada ubi jalar dan pada strowbery (Fusarium oxysporum) dikendalikan dengan jamur F. oxysporum nonpatogenik. Busuk akar pada gula bit karena R. solani dikendalikan dengan jamur R. solani nonpatogenik dan yang berinti dua (binucleate).

2.Plant Growt-Promoting Rhizobacteria

Telah dikenal pula adanya jasad renik dalam rizosfer yang dapat digunakan untuk pengendalian biologis, meskipun jasad ini tidak berpengaruh langsung pada pathogen lewat tanah. Di Amerika Serikat jasad ini disebut sebagai Plant growt-promoting rhizobacteria (PGPR) yang mempunyai aktivitas pengendalian biologis terhadap Phythium, meskipun in vitro jasad tidak mempunyai daya antibiosis terhadap Phythium.

3. Pengimbasan ketahanan

(15)

Bahkan sekarang sudah diketahui bahwa banyak organisme-filoplan yang dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap satu atau beberapa penyakit tertentu, tidak melalui proses antagonism (kompetisi, predasi, dan pembentukan antibiotika). Tanaman kopi arabika yang disemprot dengan suspensi bakteri (Bacillus thuringiensis, Xanthomonas campestris pv. manihotis) menjadi tahan terhadap penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) secara sistemik selama 5 minggu, sedang disemprot dengan khamir (Saccharomyces cerevisiae) ketahanannya tidak sistemik berlangsung selama 4 minggu. Tanaman yang menjadi tahan secara sistemik jika disemprot dengan uredospora H. vastatrix yang sudah di autoklaf, atau dengan makromolekul yang melalui filter dari air cucian uredospora.

Dewasa ini masalah pengimbasan ketahanan, yang sering juga disebut sebagai immunitas merupakan bidang penelitian yang terbuka lebar. Ketahanan dapat terjadi karena inokulasi dengan pathogen, bukan pathogen, metabolit mikroba, dan sisa-sisa tumbuhan, termasuk ekstrak pupuk kandang. Satu pengimbas dapat membuat tanaman menjadi tahan terhadap macam-macam pathogen. Pada ketimun, inokulasi daun pertama dengan organisme pembuat nekrosis dapat melindungi tanaman terhadap 13 patogen, yang meliputi jamur, bakteri, dan virus, bahkan serangga. Pada umumnya proteksi bertahan selama 4-6 minggu. Ketahanan dapat diperoleh dengan perawatan dengan oksalat-oksalat, dikalium/ natrium fosfat, dan trikalium/natrium fosfat.

Memang, untuk filoplan diharapkan bahwa mikrobia yang dapat mengimbas ketahanan akan mempunyai arti yang lebih penting daripada yang bersifat antagonistik terhadap pathogen melalui amtibiosis atau persaingan nutrient. Sehubungan dengan hal itu pemakaian fungisida yang berspektrum luas harus dihadapi.

4.Proteksi Silang

Pada penyakit virus pengendalian biologis dilakukan dengan proteksi silang (cross-protection) atau preimunisasi. Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah hanya sedikit menderita kerusakan, tetapi akan terlindung dari infeksi strain yang kuat. Strain yang dilemahkan (attenuated) dapat dibuat dengan pemanasan in vitro (misalnya pada Virus Mosaik Tembakau, virus mosaik ketimun, dan virus mosaik semangka), pendinginan in vivo (Virus Mosaik Kedelai), dan dengan asam nitrit (Virus bercak-cincin papaya). Proteksi silang ini sudah banyak dilakukan dibanyak Negara, antara lain di Taiwan dan Jepang.

5. Tanaman Campuran

(16)

bakteri Pseudomonas gladioli pada akar bawang daun. Bawang daun juga telah dicoba untuk mengendalikan penyakit layu fusarium pada tomat dan strowbery.

B.Pengendalian Penyakit Tanaman Secara Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi merupakan pengendalian dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian ini sering dilakukan oleh petani. Oleh karena itu pengendalaian secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemberantasan penyakit.

Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian penyakit sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan ini yang sering dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama . Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian penyakit perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan.

Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian penyakit tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian penyakit secara ramah lingkungan, seperti penggunan pestisida nabati atau biopestisida.

Diantara pestisida, diindonesia fungisida paling sedikit dipakai. Dewasa ini dikenal dengan fungisida protektan dan fungisida sistemik. Fungisida protektan mencegah terjadinya infeksi, dan mode of action-nya terjadi diluar badan tanaman. Fungisida sistemik terserap masuk kebadan tanaman, dapat terangkut merata, dan membunuh patogen yang sudah masuk ke dalam badan tanaman. Karena jamur merupakan patogen yang paling penting, pestisida yang paling banyak dipakai dalam pengendalian penyakit tumbuhan adalah fungisida atau “racun jamur” untuk mengendalikan bakteri dipakai bakterisida, dan untuk nematode dipakai nematisida.

(17)

membunuh jamur, tetapi menghambat pertumbuhannya. Sedangkan genestatik berarti mencegah sporulasi. Fungisida yang bersifat genestatik disebut juga eradikan.

Fungisida yang baik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Meracun patogen sasaran

2. Tidak meracuni tumbuhan

3. Tidak meracuni manusia, ternak, ikan, dan sebangsanya 4. Tidak meracuni tanah dan lingkungan, termasuk jasad renik 5. Murah dan mudah didapat

6. Tidak mudah terbakar

7. Dapat disimpan lama tanpa menurun mutunya 8. Tidak merusak alat-alat

9. Mudah disiapkan dan dipakai

10. Dapat merata dan melekat kuat pada permukaan badan tanaman 11. Aktif dalam waktu yang tidak terlalu lama, agar tidak banyak meninggalkan residu pada hasil pertanian dan kurang mencemari lingkungan

12. Kalau dapat, selain membunuh jamur juga dapat membunuh serangga, tungau dan sebangsanya yang merugikan

Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam, khususnya kekayaan alam hayati, dan agar pestisida (termasuk fungisida) dapat digunakan secara efektif, peredaran, penyimpanan, dan penyimpanan pestisida diwilayah indonesia diatur dengan peraturan pemerintah No. 7 tahun 1973. Pelaksanaan peraturan tersebut ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan mentri pertanian No. 280/1973 dan No. 994/1984 tentang prosedur pendaftaran dan izin pestisida, dan No. 429/1973 tentang syarat-syarat pembungkusan dan pemberian label pestisida.

Dibandingkan dengan insektisida dan herbisida, pada umumnya fungisida mempunyai daya meracun yang rendah terhadap mamalia (termasuk manusia). Untuk menilai daya meracun ini lazimnya dipakai LD50 atau lethal 50% yaitu dosis yang menyebabkan matinya

50% dari hewan percobaan. Makin rendah nilai LD50nya, makin tinggi

daya meracun suatu pestisida terhadap mamalia.

(18)

concentrate. Sedang yang sebagai tepung dan disediakan untuk penyerbukan dijual dengan kode D = Dust atau DC= dust concentrate. Fungisida yang dijual dalam bentuk butiran untuk ditaburkan diberi kode F= flowable bila terdiri atas wettable powder yang butir-butiranya lebih halus yang dijual sebagai suspense kental dalam suatu cairan. Sedangkan SP = soluble powder adalah bahan berbentuk tepung yang dapat larut didalam air.

Kebanyakan bahan kimia yang dipakai dalam pengendalian penyakit tumbuhan belum diketahui dengan pasti bagaimana mekanisme kerjanya. Pada umumnya bahan kimia dipakai karena toksisitasnya yang langsung terhadap patogen dan hanya efektif sebagai protektan pada titik masuknya patogen. Bahan kimia seperti ini menghambat kemampuan patogen untuk mensintesis substansi tertentu untuk dinding selnya, dengan bertindak sebagai pelarut membrane sel patogen, dengan membentuk kompleks-kompleks dengan koenzim patogen dan membuatnya menjadi tidak aktif, atau dengan mengaktifkan enzim yang menyebabkan presipitasi protein patogen. Fungisida sistemik dan antibiotika diserap oleh inang, ditranslokasikan di dalam badan tumbuhan, dan efektif terhadap patogen pada tempat infeksi, sebelum atau setelah terjadinya infeksi. C. Pengendalian Penyakit Tanaman Dengan Peraturan

1. Karantina Tumbuhan

Tujuan karantina tumbuhan adalah mencegah pemasukan dan penyebaran Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) ke suatu negara atau daerah yang masih bebas dari OPT tersebut. Berbagai usaha dilakukan melalui peraturan-peraturan karantina baik secara nasional maupun internasional. Berbagai perjanjian bilateral, multilteral, konvensi dan kerjasama regional dilakukan guna mencegah penyebaran jenis OPT yang selama ini dianggap potensial merugikan tanaman pertanian atau tanaman lainnya.

(19)

Peranan karantina kecuali melindungi tumbuhan dan hewan juga berusaha untuk menjaga mutu melalui sertifikasi karantina.

Setiap tumbuhan dan bagian-bagiannya yang dilalu-lintaskan antar negara selalu mempunyai risiko sebagai pembawa OPTK yang dapat mengancam produksi pertanian. Oleh karena itu, setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah RI atau yang dilalulintaskan antar area di dalam wilayah RI dikenakan tindakan karantina. Tindakan karantina meliputi; pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan.

Pelaksaaan karantina tumbuhan di Indonesia telah didukung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai yaitu UURI Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan PP Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Isi peraturan perundang-undangan tentang karantina sudah diharmonisasikan dengan ketentuan dan persetujuan internasional yang ditetapkan melalui persidangan Konvensi Internasional Perlindungan Tumbuhan atau IPPC. Dalam ketentuan UU No. 16/1992 diatur persyaratan pemasukan (impor) dan pengeluaran (ekspor) yang cukup ketat yaitu keharusan adanya Surat Kesehatan Tanaman(Phytosanitary Certificate) dan Surat Kesehatan Hewan (Animal Health Certificate) dari negara asal/tujuan menyertai komoditas yang dilalulintaskan. Importir atau eksportir berkewajiban melaporkan tentang tibanya suatu komoditas untuk kemudian dilakukan pemeriksaan oleh petugas karantina sebelum dikeluarkan dari daerah pabean.

2.Eradikasi (Pembersihan)

Dalam undang-undang nomor 12 pasal 21 tertulis bahwa PHT meliputi tindakan eradikasi. Pemerintah dapat memerintahkan atu melakukan eradikasi jika terdapat pertanaman dengan OPT yang berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara luas. Seterusnya hal ini diatur dalam pasal 25, 26, dan 17. Kepada pemilik tanaman dapat diberi ganti rugi yang menyangkut tanamannya yang tidak sakit yang terpaksa harus dibongkar.

Penyakit-penyakit yang baru saja masuk ke suatu daerah sedapat mungkin dihilangkan sebelum meluas. Usaha pembersihan (Eradikasi) ini perlu dilakukan oleh semua penananam, sebab kalu tidak dilakukan eradikasi usaha akan sia-sia. Oleh Karena itu tindakan harus didasarkan atas peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tanpa peraturan yang tegas, para penanam yang tanamannya belum menunjukkan gejala, meskipun kemungkinan besar telah terjangkit, akan segera membongkar tanamannya.

(20)

Sedangkan contoh eradikasi yang tidak berhasil yaitu pada penyakit hawar kastanye (Endothia parasitica) di Amerika Serikat.

Eradikasi hanya akan berhasil bila dilakukan terhadap penyakit yang meluas dengan lambat. Usaha ini tidak dapat diharapkan hasilnya bila diterapkan untuk penyakit yang menyebar lewat udara dengan cepat.

Referensi

Dokumen terkait

Kelalaian dalam praktek medik jika memenuhi beberapa unsur (1) duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan sesuatu tindakan atau untuk tidak melakukan suatu tindakan

Fitur user adalah kumpulan dari fitur-fitur yang didapatkan dari segi user. Seleksi fitur dengan menggunakan fitur user dilakukan untuk mengetahui fitur yang berpengaruh

Dari hasil penelitian tentang faktor resiko kejadian Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Poli Klinik Urologi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari mulai tanggal 5 Mei s/d 5 Juni

[r]

- Tingkat pencahayaan 250 lux - Pencahayaan alami maksimal - Untuk kenyamanan akustik stabil - Penghawaan alami maksimal - Pengaman kebakaran yaitu smoke detector, fire alarm

terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas pelaksanaan izin lingkungan dari ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan di bidang perlindungan dan

Beberapa keuntungan pemakaian serat alam dibandingkan dengan serat sintetis (fiber glass) untuk komponen otomotif antara lain adalah: bisa diperbarui (renewable)

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu guru-guru SD dan MI dalam belajar mengajar di sekolah, kurangnya tenaga pengajar menjadikan pentingnya kegiatan ini untuk