• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah perkembangan islam di brunai.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah perkembangan islam di brunai.doc"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERKEMBANGAN ISLAM DI BRUNAI DARUSSALAM

Disusun Oleh

MUSLIADI PASARIBU 11682100570

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji Syukur Alhamdulillah, tidak lupa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktu yang telah di tentukan.

Dengan pokok bahasan “Perkembangan Islam di Brunei Darusalam”. Penulis menyadari bahwa sanya penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Guna melengkapi atau memperbaiki makalah ini selanjutnya.

Semoga makalah ini berguna dalam memperdalam ilmu pengetahuan kitasemua.Kritik dan saran sangat di butuhkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Pekanbaru, April 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...1

BAB II PEMBAHASAN A. Brunei Darussalam awal sejarah...2

B. Kedatangan Islam di Brunei Darussalam...5

C. Islam di Brunei Darussalam sebelum Kolonial...10

D. Pusat Perkembangan Islam di Brunei Darussalam...19

E. Konterporer Islam di Brunei Darussalam...20

F. Pendidikan Islam di Brunei Darussalam...22

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...27

B. Saran ...27 DAFTAR PUSTAKA

(4)

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkembangannya Islam mengalami kemajuan yang sangat signifikan, meskipun pada Negara tertentu mengalami fliktuasi, dan bahkan ada yang hamper punah seperti halnya di Spanyol. Penyebaran islam terjadi dengan berbagai cara, diantaranya ialah orang – orang islam yang pergi kesuatu daerah dengan tujuan berdakwah, selain itu ada pula yang bertujuan berdagang tetapi sambil mendakwahkan Islam sebagai agamanya.

Kemudian selain berdakwah dan berdagang, mereka juga melakukan perkawinan dengan anak bangsawan, penguasa dan lain sebagainya. Karena Islam masuk kesuatu daerah tidak dengan paksaan, Islam juga tidak mengenal pembagian kasta dalam masyarakat karena menganggap kedudukan manusia itu sama di mata Tuhan, dan proses masuknya Islam yang berusaha membaur dengan suatu adat istiadat disuatu daerah, membuat proses masuknya Islam menjadi mudah diterima oleh suatu masyarakat dimana proses penyebaran itu dilakukan.

Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara dikalangan sejarawan, khususnya dalam aspek kebudayaan, masih belum terungkap secara sempurna. Menurut Azyumardi Azra hal ini disebabkan antara lain karena kajian sejarah islam dengan berbagai aspeknya di Asia Tenggara, baik itu dari kalangan orang asing maupun dari kalangan orang pribumi belum mampu merumuskan suatu paradigm sejarah yang dapat dijadikan pegangan bersama yang kadang – kadang sulit untuk dipertemukan atau disatukan antara satu dengan yang lain. B. RUMUSAN MASALAH

1. Brunei Darussalam awal sejarah

2. Kedatangan Islam di Brunei Darussalam 3. Islam di Brunei Darussalam sebelum Kolonial 4. Pusat Perkembangan Islam di Brunei Darussalam 5. Konterporer Islam di Brunei Darussalam

6. Pendidikan Islam di Brunei Darussalam C. TUJUAN

1. Menambah pengetahuan tentang bagaimana penyebaran islam di Asia Tenggara khususnya di Brunei Darussalam.

2. Menumbuhkan kesadaran bahwa betapa beratnya penyebaran islam ke seluruh dunia.

3. Mendorong orang agar menceritakan kepada yang lain yang belum tahu sejarah islam di asia tenggara khususnya diBrunei Darussalam.

(5)

A. BRUNEI DARUSSALAM AWAL SEJARAH

Negara Brunei Darussalam merupakan salah satu negara kecil di Asia Tenggara jika dibandingkan dengan negara tetangganya (Malaysia dan Indonesia). Secara geografis Brunei Darussalam terletak di pantai Barat Laut Kalimantan. yang di bagian Baratnya merupakan daratan pantai yang berawa dan disebelah Timurnya berbukit. Nama Brunei Darussalam mengandung arti suatu “negara yang penuh dengan kedamaian” dan beribu kotakan Bandar Sri Bagawan. Brunei terbagi atas empat distrik atau bagian yaitu : Distri Brunei, Distrik Tutong, Distrik Belait, dan Distrik Temburong. Dari berbagai sumber seperti Catatan Arab, Cina, dan Tradisi Lisan.

Banyak yang menyatakan bahwa Brunei merupakan Negara kerajaan tertua di Malayu dan menjadikan Malayu sebagai bahasa utama. Dari berbagai catatan China, Brunei dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan catatan arab dikenal dengan istilah Dzabaj atau Ranjd.

Brunei zaman dahulu disebut dengan kerajaan Borneo dan kemudian berubah menjadi Brunei, nama Borneo ini diduga merupakan nama lain dari pulau Kalimantan. Ada versi lain yang mengatakan Brunei berasal dari kata Baru nah yang dalam sejarah dikatakan bahwa pada awalnya ada rombongan Klan atau suku sakai yang dipimpin oleh Patih Berbia yang pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru.

Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang kedudukannya sangat strategis karena diapit oleh bukit dan air sehingga bisa untuk transportasi dan kaya akan ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai. Dan merekapun mengucapkan kata Baru nah yang artinya tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai hati mereka untuk mendirikan suatu negeri yang sesuai dengan yang mereka inginkan.

(6)

negara yang bersendikan ajaran – ajaran “ahlu al sunnah wal jamaah” dan Mazhab Syafi’i ditetapkan sebagai Mazhab resmi negara dalam perlambangan negara. Bahkan didapatkan informasi bahwa itu telah ditetapkan jauh sebelumnya yaitu sejak raja ke 24.

Sultan Abdul Momin pada tahun 1852 – 1885, sedangkan Mazhab lainnya dianggap sebagai kegiatan akademik saja. Sehingga Brunei Darussalam merupakan satu – satunya negara di dunia yang menetapkan dasar negara tidak hanya Islam tetapi juga Ahlussunnah Wal Jamaah bermazhab Syafi’i. Islam masuk ke Brunei pada masa Raja ke 5, Sultan Bolkiah pada tahun 1485 – 1524setelah jatuhnya Malaka ke Portugis.

Sebahagian ahli sejarah mengatakan bahwa Brunei sudah ada sejak abad ke-7 atau abad ke-8 M. Kerajaan ini kemudian ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya pada awal abad ke-9 dan kemudian dijajah lagi oleh Majapahit. Ketika Majapahit mulai runtuh, Brunei kemudian berdiri sendiri dan mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan ke Lima Bolkiah yang berkuasa pada tahun 1473 sampai 1521. Brunei pernah menguasai seluruh Pulau Kalimantan dan Filipina.

Pada tahun 1888 Inggris yang pada saat itu merupakan negara terkuat, masuk dan menjajah Brunei. dan mulai saat itu Brunei menjadi sekutu Inggris dan pada saat yang bersamaan pula, Malaysia juga dikuasai Inggris. Kemudian kedua penduduk dari negara tersebut bersatu dan mengadakan perlawanan dan dalam rentan waktu yang panjang, kemudian kedua Negara tersebut merdeka.

Malaysia merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957, dan ketika itu Brunei masih dinyatakan bergabung dengan dengan Malaysia. Setelah kemerdekaannya keadaan Malaysia belum belum begitu stabil terutama pada tahun 1960-an karena orang – orang China sering konflik dengan masyarakat Malayu. Dan Brunei dan Malayu yang penduduknya rumpun melayu berusaha keras dalam mengamankan negaranya. Setelah betul – betul aman, barulah Brunei memisahkan diri dari Malaysia.

(7)

warganya yang bermukim di Jerudong disebut orang Kedayan, dan berasal dari Jawa. Leluhur mereka tiba di Brunei dimasa daulat Sultan Bolkiah. Inilah suku pertama di Brunei. Situasi politik di Brunei sangat tenang dan sumber kekayaan utama dihasilkan adlah minyak mentah, dan gas cair yang begitu melimpah. Tanahnya pun subur dan lahan pertanian seperti karet, merica, dan rempah – rempah cukup menjanjikan. Kepala pemerintahannya dipimpin oleh Raja

PM Syarifuddin sebagaimana yang dikutip oleh Ajid Thohir mengatakan dalam tulisannya yang sangat menarik bahwa Brunei pada (lima abad lalu) warganya yang bermukim di Jerudong disebut orang Kedayan, dan berasal dari Jawa. Leluhur mereka tiba di Brunei dimasa daulat Sultan Bolkiah. Inilah suku pertama di Brunei. Situasi politik di Brunei sangat tenang dan sumber kekayaan utama dihasilkan adlah minyak mentah, dan gas cair yang begitu melimpah. Tanahnya pun subur dan lahan pertanian seperti karet, merica, dan rempah – rempah cukup menjanjikan. Kepala pemerintahannya dipimpin oleh Raja.

Profil Negara Brunai Darussalam

1. Nama resmi : Negara Brunei Darussalam

2. Lagu kebangsaan : Allah Peliharakan Sultan 3. Motto : Selalu menuruti arahan Tuhan 4. Ibu kota (terbesar) : Bandar Seri Begawan 5. Bahasa resmi : Melayu

6. Pemerintahan : Monarki absolut Islam 7. Nama Sultan : Hassanal Bolkiah

8. Luas wilayah : Total : 5.765 km2 – Air (%) : 8.6%

9. Penduduk : Perkiraan Juli 2008 : 381,371 jiwa dengan jumlah Kepadatan : 66/km2

(8)

B. KEDATANGAN ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM

Berkaitan dengan masuknya Islam di Brunei ditemukan beberapa sumber yang berbeda yaitu :

a) Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa Islam mulai diperkenalkan di Brunei pada tahun 977 melalui jalur timur Asia Tenggara oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Islam menjadi agama resmi negara semenjak Raja Awang Alak Betatar masuk Islam dan berganti nama menjadi Muhammad Shah (1406-1408).

Perkembangan Islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) sehingga banyak ahli agama Islam pindah ke Brunei. Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada masa pemerintahan Sultan Bolkiah (sultan ke-5), yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, kepulauan Suluk, kepulauan Balabac samapai ke Manila.

Masuknya Islam di Brunei didahului oleh tahap perkenalan. Islam masuk secara nyata ketika raja yang berkuasa pada saat itu menyatakan diri masuk Islam, lalu diikuti oleh penduduk Brunei dan masyarkat luas. Sehingga cukup beralasan jika Islam mengalami perkembangan yang begitu cepat.

b) Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dikatakan bahwa agama Islam masuk ke Brunei pada abad ke-15. Sejak itu, kerajaan Brunei berubah menjadi kesultanan Islam. Pada abad ke-16 Brunei tergolong kuat di wilayahnya, dan daerah kekuasaannya meliputi pula beberapa pulau di Filipina selatan.

Perubahan nama dari kerajaan menjadi kesultanan memberi informasi bahwa Islam di Brunei mendapat perhatian yang serius dari pihak pemerintah. Hal ini menjadi salah satu faktor sehingga penganut agama Islam semakin bertambah banyak.

(9)

d) Menurut Azyumardi Azra bahwa awal masuknya Islam di Brunei yaitu sejak tahun 977 kerajaan Borneo (Brunei) telah mengutus P’u Ali ke istana Cina. P’u Ali adalah seorang pedagang yang beragama Islam yang nama sebenarnya yaitu Abu Ali. Pada tahun itu juga diutus lagi tiga duta ke istana Sung, salah seorang di antara mereka bernama Abu Abdullah. Peran para pedagang muslim dalam penyebaran Islam di Brunei telah terbukti dalam catatan sejarah.

e) John L. Esposito seorang orientalis yang pruduktif banyak menulis tentang sejarah Islam, menurutnya bahwa Islam pertama kali datang di Brunei pada abad ke-15 dan yang pertama kali memeluk Islam adalah raja Berneo.

Pendapat Esposito ini sejalan dengan pendapat lainnya bahwa pihak raja atau sultan yang lebih awal menyatakan diri masuk Islam, lalu kemudian diikuti oleh masyarakatnya. Data dan informasi di atas memberi penegasan bahwa raja Brunei sejak dahulu besar perhatiannya terhadap Islam dan dapat diterima oleh lapisan masyarakat. Mereka dapat menerima Islam dengan baik ditandai dengan sambutan positifnya terhadap kedatangan pedagang Arab Muslim.

Islam masuk di Brunei melalui suatu proses yang panjang tidak pernah berhenti. Menurut Ahmad M. Sewang ada suatu proses yang dinamakan adhesi, yaitu proses penyesuaian diri dari kepercayaan lama kepada kepercayaan baru (Islam). Proses tersebut juga disebut proses islamisasi yang dapat berarti suatu proses yang tidak pernah berhenti.

Kedatangan Islam di Brunei membolehkan rakyat menikmati sistem kehidupan lebih tersusun dan terhindar dari adat yang bertentangan dengan akidah tauhid. Awang Alak Betatar adalah raja Brunei pertama yang memeluk Islam dengan gelar Paduka Seri Sultan Muhammad Shah (sultan ke-1 tahun 1383-1402). Ia dikenal sebagai penggagas kerajaan Islam Brunei.

Awang penganut Islam sunni lebih dipecayai dari pada Syarif Ali yang berketurunan ahl al-bait, yang bersambung dengan keluarga Nabi Muhammad saw melalui pjalur cucunya Sayidina Hasan. Syarif Ali dikawinkan dengan putri Sultan Muhammad Shah, setelah itu ia dilantik menjadi raja Brunei atas persetujuan pembesar dan rakyat. Sebagai raja dan ulama, Syarif Ali gigih memperjuangkan Islam dengan membangun masjid dan penerapan hukum Islam.

(10)

konsep kepemimpinan yang sudah ada yaitu sunni. Raja-raja Brunei sejak dahulu kala secara turun temurun adalah kerajaan Islam dan setiap raja bergelar sultan. Di samping itu, kerajaan Brunei dalam kunstitusinya secara tegas menyatakan bahwa kerajaan Brunei adalah negara Islam yang beraliran sunni (ahl sunnah wa al-jama‘ah).

Islam berkembang di Brunei karena pihak kesultanan menjadikan sunni sebagai prinsip ketatanegaraan dan pemerintahan dalam Islam. Menurut Hussin Mutalib bahwa pihak Sultan pernah memperingatkan agar hati-hati terhadap Syiah. Aliran Syiah di Brunei tidak mendapat posisi penting untuk berkembang bahkan menjadi ancaman bagi Sultan. Pada masa Sultan Hassan (sultan ke-9 tahun 1582-1598), dilakukan beberapa hal yang menyangkut tata pemerintahan: 1) menyusun institusi-institusi pemerintahan agama, karena agama memainkan peranan penting dalam memandu negara Brunei ke arah kesejahtraan,

2) menyusun adat istiadat yang dipakai dalam semua upacara, di samping itu menciptakan atribut kebesaran dan perhiasan raja, 3) menguatkan undang-undang Islam.

Pada tahun 1967, Omar Ali Saifuddin III (sultan ke-28 tahun 1950-1967) telah turun dari tahta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah menjadi sultan Brunei ke-29 (1967-sekarang). Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town telah diubah namanya menajdi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa Baginda yang meninggal dunia tahun 1986.

Usaha-usaha pengembangan Islam diteruskan oleh Yang Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Wadaulah. Di antara usahanya yaitu pembinaan masjid, pendidikan agama, pembelajaran al-Qur’an dan perundang-undangan Islam. Setelah Brunei merdeka penuh tanggal 1 Januari 1984, Brunei menjadi sebuah negara Melayu Islam Braja.

Melayu diartikan sebagai negara Melayu yang memiliki unsur-unsur kebaikan dan menguntungkan. Islam diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dianut negara yang bermazhab ahl al-sunnah wa al-jama’ah sesuai dengan kontitusi cita-cita kemerdekaan, sedang Braja diartikan sebagai suatu sistem tradisi Melayu yang telah lama ada.

(11)

sebagai agama resmi negara Brunei dan agama mayoritas, namun agama lain tidak dilarang.

Kementerian agama Brunei berperan besar dalam menentukan kebijaksanaan dan aturan bagi penduduknya. Buku-buku keagamaan harus lebih dahulu melalui sensor kementerian itu sebelum boleh beredar di masyarakat. Segala bentuk patung dilarang, walaupun patung Winston Churuchil dibangun di perempatan utama di ibu kota Bandar Seri Begawan.

Hukum Islam berpengaruh besar pada undang-undang di negara itu. Kementerian agama sangat berhati-hati terhadap unsur-unsur yang dapat merusak akidah tauhid, sehingga buku pun harus disensor dan tidak lagi diizinkan pembangunan patung yang dianggap juga dapat merusak iman seseorang. Selain itu, yang perlu juga diketahui bahwa Brunei sebagai negara Islam di bawah pemimpin sultan ke-29 yaitu Sultan Hassanal Bolkiah. Sultan ini telah banyak melakukan usaha penyempurnaan pemerintahan antara lain dengan melakukan pembentukan majelis Agama Islam atas dasar Undang-Undang Agama dan Mahkamah Kadi.

Majelis ini bertugas menasehati Sultan dalam masalah agama Islam. Usaha lain yang dilakukan yaitu menjadikan Islam benar-benar berfungsi sebagai pandangan hidup rakyat Brunei dan satu-satunya idiologi negara. Untuk itu, dibentuklah jabatan Hal Ehwal Agama yang bertugas menyebarkan paham Islam. Untuk kepentingan penelitian agama Islam.

Pada tanggal 16 September 1985 didirikan pusat dakwah, yang juga bertujuan melaksanakan program dakwah serta pendidikan kepada pegawai-pegawai agama dan masyarakat luas dan pusat pameran perkembangan dunia Islam. Atas dasar itu, sehingga secara kuantitas masyarakat Muslim di Brunei semakin hari semakin bertambah banyak.

(12)

Tabung Amanah Islam Brunei (TAIB), lembaga keuangan ini dikelola secara profesional sesuai dengan prnsip dasar Islam.

Data sejarah ini menunjukkan bahwa Sultan memiliki perhatian dan semangat besar untuk mengembangkan Islam dan menyejahtrakan kehidupan umat Islam Brunei. Untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan umat Islam Brunei, Sultan dalam sambutannya dalam peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad saw. tahun 1991 mengeluarkan dekrit yang isinya melarang organisasi al-Arqm melakukan aktifitas keagamaan.

Sultan memerintahkan seluruh jajaran pemerintahannya agar melarang organisasi asing melakukan kegiatan yang dapat mengancam keutuhan dan keharmonisan umat Islam yang selama ini sudah terbina dengan baik. Organisasi al-Arqm dianggap organisai yang akan memeceh belah umat Islam dan berusaha menghilangkan tradisi Melayu di Brunei.

Dalam satu sumber dikatakan bahwa di Brunei seluruh pendidikan rakyat mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi ditanggung oleh negara atau diberikan secara gratis. Perhatian negara terhadap peningkatan sumber daya manusia menjadi prioritas, utamanya pengembangan sumber daya manusia islamik.

Salah satu langkah yang ditempuh dalam peningkatan ini yaitu negara mengirim sejumlah kaum muda untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri atas biaya negara, sehingga jumlah siswa yang dikirim setiap tahunnya mencapai angka 2000 orang. Pendidikan gratis di semua tingkatan, menunjukkan bahwa Brunei adalah negara kaya. Meskipun Brunei yang luas wilayahnya tergolong kecil, menempati urutan 148 di dunia (setelah Siprus dan sebelum Trinidad dan Tobago) sebanding dengan luas wilayah kabupaten Aceh Tengah.

Anggota ASEAN ini merupakan salah satu negara makmur di dunia dengan tingkat income percapita masuk 10 besar dunia. Karena itu, sangat beralasan bila agama Islam di negara ini mengalami perkembangan yang cepat dan mempunyai istana besar dan megah. Perdagangannya yang maju antara lain menjadikan negara nomor satu dalam angka “Export per capita”

C. ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM SEBELUM KOLONIAL

(13)

Brunei pada jaman dahulu dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab, Brunei disebut dengan Zabaj atau Randj. Sedangkan pada catatan tradisi lisan Syair Awang Semaun (SAS), kata Brunei berasal dari perkataan baru nah yang bermakna ”tempat yang sangat baik”. Sumber-sumber dari berbagai bangsa yang meriwayatkan Brunei amat beragam.

Kerajaan Brunei dapat disebut sebagai kerajaan Melayu yang paling lama bertahan. Dengan eksistensinya yang cukup lama, maka perunutan sejarahnya juga memerlukan sistematika penulisan yang komprehensif, mencakup fase-fase penting kepemimpinan. Dalam hal ini, sejarah Kerajaan Brunei dapat ditelusuri melalui dua fase, yaitu fase pra-Islam pada masa Kerajaan Brunei Tua, dan fase Islam pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah dengan nama Kerajaan Brunei.

1. Kerajaan Brunei Pra-Islam

Data tentang sejarah Kerajaan Brunei pra-Islam tidak banyak ditemukan. Beberapa sumber, termasuk berbagai buku dari Pusat Sejarah Brunei sendiri hanya menyentil sedikit data. Catatan-catatan mengenai Kerajaan Brunei pra-Islam yang ditemukan hanya diperoleh melalui secuil manuskrip yang bersumber dari sejarah Cina. Namun, catatan sejarah tersebut lebih banyak bercerita tentang Kerajaan Puni. Hal itu dapat dimaklumi, karena Kerajaan Puni merupakan kerajaan terakhir sebelum berubah menjadi Kerajaan Brunei dengan tata pemerintahan Islam. Mengacu pada sejarah Cina, Kerajaan Brunei telah ada semenjak abad ke-6 M. Hal itu terbukti dengan adanya hubungan perdagangan Brunei dengan Dinasti Liang (502-566 M) di Cina. Kala itu, Brunei lebih dikenal dengan nama Po-li. Penyebutan nama Kerajaan Brunei berbeda-beda sesuai dengan sebutan yang digunakan oleh masing-masing Dinasti Cina.

(14)

Hsu Yun-tsiau, sejarawan Cina, meneliti bahwa kerajaan ini mungkin terletak di pantai timur tanah Melayu, yakni Kelantan.

Sebelum menjadi Kerajaan Brunei seperti sekarang ini, oleh Pusat Sejarah Brunei, lebih banyak disebut sebagai Kerajaan Brunei Tua dibandingkan dengan nama-nama Cina sebagaimana yang dikenal dalam sejarah Cina. Sebab beberapa istilah Cina seperti Po-li, Po-lo maupun Puni tidak terlalu dekat dengan kata ”Brunei” saat ini. Mengingat bahwa Po-li, Po-lo, Puni, dan Brunei merujuk pada tempat yang sama, maka boleh jadi mereka memiliki adat kebiasaan yang sama.

Sayangnya, rekam sejarah tentang Kerajaan Brunei Tua yang ditemukan saat ini sangat minim, sehingga gambaran peristiwa masa silam tak dapat terekam dengan jelas kecuali beberapa aktivitas penduduk di Kerajaan Puni berikut ini. Aktivitas Ekonomi, Sosial, dan Budaya Sejauh ini, gambaran sejarah yang ditemukan baru mengungkapkan adat kebiasaan orang Puni (Brunei di masa Dinasti Ming, tahun 1368-1643 M).

Orang Puni pada masa itu sering melakukan hubungan perniagaan (pertukaran barang) dengan Negeri Cina. Disebutkan bahwa berlangsungnya perniagaan akan dimulai setelah kapal Cina berlabuh selama tiga hari, baru kemudian Raja Puni memulai menaksir harga tiap-tiap barang. Selama berunding masalah harga, Raja Puni akan menjamu para tamunya dengan beragam masakan. Setelah harga ditetapkan, maka dipukullah gong sebagai pertanda peradagangan dimulai. Konon, jika harga barang belum ditetapkan, maka siapapun tidak diperbolehkan untuk memulai membeli. Barang siapa yang melanggar ketetapan tersebut maka akan dihukum mati, kecuali saudagar, hukumannya akan diringankan. Ketika dinasti Ming berkuasa, beberapa barang perniagaan yang ditukarkan pada masa itu berupa tikar emas, tembikar, porselen, plumbun (lead), barang perak, emas, kain sutera, kain kasa, dan kiap.

(15)

Adat kebiasaan orang Puni di masa lalu juga terekam dalam jejak sejarah yang bercerita tentang kebiasaan orang Puni dalam melangsungkan pemakaman.

Pada masa itu, jika ada orang yang mati, maka mayatnya akan dimasukkan keranda yang dibuat dari buluh, kemudian dibawa ke hutan dan ditinggalkan begitu saja. Dua bulan kemudian, barulah pihak keluarga mulai bercocok tanam (dalam kisah ini tidak diceritakan tempat keluarga tersebut bercocok tanam, apakah di tempat mayat atau di tempat lain). Selain itu, orang-orang Puni juga biasa mengadakan kenduri setiap tahun hingga tujuh tahun. Selama itu, mereka mengadakan jamuan, bersuka ria, menari dan menyanyi dengan diiringi gendang seruling dan bunyi-bunyian seperti gong, canang, tawak-tawak, dan gulingtangan. Jamuan makanan diletakkan di atas daun yang kemudian mereka buang setelah makan. Orang-orang Puni juga mempunyai tradisi yang khas terutama dalam hal meracik obat luka yang dikenal dengan nama pokok. Obat luka itu berasal dari akar. Oleh orang Puni, akar itu digoreng sampai hangus lalu abunya digosokkan ke bagian yang luka. Menurut riwayatnya, meski luka itu dapat menyebabkan kematian, namun mereka yakin bahwa luka itu tetap dapat disembuhkan dengan obat tersebut.

Dalam hal agama, beberapa penduduk Puni menganut agama Buddha. Walaupun menganut agama Buddha, namun mereka tidak memiliki arca. Tetapi, mereka membangun rumah Buddha yang bertingkat-tingkat, dengan atap yang berbentuk menara. Sementara, di bawah menara terdapat dua buah rumah kecil berisi mutiara yang dinamakan Sen Fu (Sacred Buddha). Pada saat hari Buddha tiba, Raja Puni berangkat ke upacara untuk memuja bunga dan buah yang diadakan selama tiga hari bersama penduduk negeri itu. Meskipun banyak penduduk Puni menganut agama Buddha, terdapat segelintir orang yang sudah menganut agama Islam.

(16)

istilah Cina biasanya merujuk kepada orang Islam. Ma-ha-mo-sha inilah yang menjadi Raja Puni semasa pemerintahan Hung-wu dalam Dinasti Ming, yang dalam sejarah Brunei tak lain adalah Sultan Muhammad Shah atau Sultan Brunei. Di sinilah sesungguhnya pemerintahan Islam di Kerajaan Brunei dimulai.

2. Kerajaan Brunei Islam

Rentang sejarah pemerintahan Islam di Kerajaan Brunei diawali semenjak dipimpin oleh Raja Puni Ma-ha-mo-sha tahun 1363 M. Pada masa pemerintahan Islam, terjadilah rentetan peristiwa sejarah yang mencatat bahwa Kerajaan Brunei Islam ini mengalami pasang surut yang disebabkan oleh penaklukan kerajaan lain serta munculnya kolonialisme di Asia Tenggara yang kemudian mempengaruhi situasi politik di dalam negeri. Rentetan sejarah itu digambarkan dalam beberapa fase pemerintahan, yaitu:

a) Fase kerajaan Brunei Islam sebelum kolonialisme yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Muhammad shah atau Sultan Brunei I hingga Sultan Bolkiah alias Sultan Brunei ke lima.

b) Fase kerajaan Brunei Islam masa kolonialisme yang terjadi saat tampuk pemerintahan dijalankan oleh Sultan Abdul Kahar alias Sultan Brunei ke enam. ü Fase kerajaan Brunei Islam pascakolonialisme yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Hassanal Bolkiah hingga saat ini.

1) Kerajaan Brunei Islam Sebelum Kolonialisme

Perkembangan agama Islam di Brunei tidak lepas dari pengaruh para musafir, pedagang Arab, serta mubaligh-mubaligh yang berdatangan silih berganti sejak sebelum tahun 977 M. Pada masa itu, agama Islam belum menjadi agama resmi di Kerajaan Brunei. Agama Islam baru menjadi agama resmi pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah (1363-1482). (Al-Sufri, 1992; 2000), dan berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Syarif Ali atau Sultan Brunei

2) Kerajaan Brunei Islam pada Masa Kolonialisme

(17)

”Perang Kastila”. Situasi istana yang tidak kondusif itu dimanfaatkan oleh Spanyol untuk menaklukkan Brunei.

Upaya penaklukan Kerajaan Brunei bermula ketika pihak kolonial Spanyol menyampaikan surat yang berisi permohonan kepada baginda raja Sultan Saiful Rijal agar memberi keleluasaan kepada para misionaris untuk turut menyebarkan ajaran Kristiani dan memberikan jaminan keselamatan bagi mereka di Brunei. Bahkan, isi surat tersebut menghina kesucian dan kemuliaan Islam serta Nabi Muhammad Saw. Surat tersebut menjadikan baginda Sultan marah besar. Bulan April 1578 M, terjadilah pertempuran antara Kerajaan Brunei dengan pihak penjajah yang memakan banyak korban jiwa dari pihak tentara Brunei.

Selain itu, terjadi perampasan harta benda milik istana dan pembesar-pembesar kerajaan oleh kolonial Spanyol. Kendati sempat porak-poranda akibat pertempuran itu, namun semangat juang dan nasionalisme rakyat Brunei berhasil memukul mundur musuhnya pada bulan Juli 1578 M. Sultan Saiful Rijal mangkat pada tahun 1581 M dan digantikan oleh Sultan Shah Brunei. Masa pemerintahan Sultan Shah Brunei terbilang paling singkat yaitu pada tahun 1581 hingga 1582 M saja. Saking singkatnya, tak banyak cerita yang didapat dari masa pemerintahan beliau ini.

Tampuk kepemimpinan Kerajaan Brunei kemudian diteruskan oleh Sultan Mohammad Hasan (1582-1598 M) yang sukses mengembalikan masa kejayaan Brunei di masa lalu. Pada masa ini, terlihat kemajuan di berbagai bidang, di antaranya bidang pendidikan, keagamaan, serta perdagangan. Kemajuan di bidang pendidikan ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah Islam yang didirikan. Di bidang keagamaan, kegiatan dakwah Islam ramai dikunjungi orang. Saat itu, perdagangan juga berjalan dengan sangat baik sehingga kemashuran Brunei terdengar dimana-mana. Masa kejayaan itu terenggut ketika Kerajaan Brunei berada di bawah kolonial Inggris.

(18)

meminta perlindungan pihak Great Britain (Inggris). Kerajaan Brunei kemudian menyepakati Perjanjian Persahabatan dan Perniagaan dengan Inggris. Sayangnya, perjanjian tersebut tidak memberikan keuntungan bagi Brunei.

Kerajaan Brunei kemudian memperbaharui perjanjian baru dengan Inggris yang disebut dengan Perjanjian Naungan dan Perlindungan yang sekali lagi tidak menguntungkan Brunei. Bahkan, akibat perjanjian ini, Brunei kehilangan wilayah Limbang dan serta merta mempersempit wilayah kekuasaan Kerajaan Brunei. Perjanjian demi perjanjian kemudian dibuat susul menyusul pada tahun 1905, kemudian, 1906, 1959, 1971, hingga perjanjian tahun 1979 M yang merupakan perjanjian tambahan untuk merevisi perjanjian tahun 1888. Perjanjian-perjanjian tersebut dibuat guna mengakhiri perjanjian istimewa antara Kerajaan Brunei dengan Inggris yang bertentangan dengan tanggung jawab antar bangsa sebagai negara yang berdaulat. Pada tahun 1960an terjadi beberapa peristiwa penting terkait dengan pembentukan negara Malaysia, yang saat itu mencakup wilayah Persekutuan Tanah Melayu, Sabah, Sarawak, Singapura, dan Brunei. Karena beberapa perundingan terkait jaminan masa depan Brunei tidak disepakati, maka Brunei mengambil keputusan untuk tidak masuk ke dalam negara Malaysia dan membentuk kedaulatan sendiri.

Demi mewujudkan kedaulatan yang mandiri, maka pada tahun 1962, Kerajaan Brunei mengadakan pemilihan umum pertama, yang sayangnya terkotori oleh penghianatan beberapa pemimpin-pemimpin yang tergabung dalam Tentera Nasional Kalimantan Utara (TNKU) untuk menggulingkan kerajaan yang sah.

Peristiwa itu sempat memakan korban jiwa yang tidak sedikit, namun banyak memberi pelajaran bagi Kerajaan Brunei di masa depan. Keadaan sempat membaik hingga pada tahun 1967 ketika Sultan Haji Omar ‘Ali Saifuddin menurunkan diri dan mengangkat putra sulungnya, Sultan Hassanal Bolkiah menjadi Sultan Brunei ke-29. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan guna mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.

3) Kerajaan Brunei Islam Pasca Kolonialisme

(19)

Brunei dan memprakarsai kemerdekaan Brunei melalui pembaharuan perjanjian-perjanjian Brunei dengan Inggris.

Pada tahun 1961, Sultan Hassanal Bolkiah diangkat menjadi Duli Pengiran Muda Mahkota pada usia 15 tahun. Beliau kemudian dinobatkan menjadi Sultan Brunei ke-29 di usia 21 tahun. Semenjak menjadi Duli Pengiran Muda Mahkota, baginda telah memberikan kecenderungan terhadap kemajuan dan pembangunan negara di bidang agama, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan, hingga keamanan. Pada masa pemerintahannya, pada tanggal 1 Januari 1984, Kerajaan Brunei merdeka dan menjadi kerajaan yang berdaulat.

Usaha menuju ke arah kemerdekaan ini sebelumnya telah dirintis oleh ayahanda beliau, Sultan Haji Omar ‘Ali Saifuddin Sa‘adul Khairi Waddien yang dengan penuh kebijakan menandatangani Perjanjian Perlembagaan Bertulis Negeri Brunei tahun 1959. Sejak awal pengangkatannya, Sultan Hassanal Bolkiah merombak sistem kementrian dan berusaha mewujudkan tata pemerintahan yang bersih, jujur, amanah, sesuai dengan konsep dan falsafah negara, sebagai ”Negara Melayu Islam Beraja”.

Pada masa ini, Sultan Hassanal Bolkiah juga mendirikan sebuah masjid termegah dan terbesar di Brunei, yang ia beri nama ”Masjid Jami‘ Asr-Hassanil Bolkiah”. Masjid yang dibangun tahun 1988 ini tidak hanya menaungi kurang lebih 3.000 umat Islam untuk sholat berjamaah, melainkan juga menjadi tempat yang istimewa karena dilengkapi dengan ruang perpustakaan, ruang pertemuan serta lounge yang sangat indah.

Model arsitektur dan interior masjidnya menjadi kebanggaan kaum muslim dan keluarga besar Kesultanan Brunei Darussalam. Arsitektur Masjid Jami‘ Asr-Hassanil Bolkiah mampu menyaingi arsitektur dan interior Masjidil Haram di Makkah. Kini, masa kejayaan Kerajaan Brunei dapat dikatakan terulang kembali semenjak dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah Mu‘izzaddin Waddaulah (1967-kini).

(20)

yang mengawali bagaimana pentingnya MIB pada tahun 1991. Menurutnya, MIB merupakan “identitas dan citra yang kokoh ditengah-tengah Negara-negara non-sekuler lainnya di dunia”. Maka wajar, ketika kerajaan ini menyambut tahun 1991, diiringi dengan berbagai perayaan peristiwa-peristiwa keagamaan.

Oleh karena itu, ideology resmi Negara atau falsafah kehidupan bernegara tercantum dalam MIB tersebut. Hal ini, bisa dilihat dengan pernyataan sebuah surat kabar resmi pemerintah yang menggambarkan sebagai berikut”..Kerajaan Islam Melayu menyerukan kepada masyarakat untuk setia kepada Rajanya, melaksanakan Islam dan menjadikannya sebagai jalan hidup serta jalan kehidupan dengan mematuhi segala karakteristik dan sifat dasar bangsa Melayu sejati Brunei Darussalam, termasuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa Utama..”. Munculnya MIB ini, barangkali sangat berpengaruh oleh kentalnya ajaran islam yang diamalkan masyarakatnya, sehingga berpengaruh sampai dalam kehidupan bernegara.

Sejak awal kemerdekaannya, Brunei dikenal sebagai Negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Terkait dengan ini, Islam di Brunei sejak awal kedatangannya sampai saat ini masih eksis. Atau hal ini, muncul karena peran yang sangat dominan dari etnis Melayu dalam mengembangkan institusi-institusi Islam dan Kesultanan Melayu. Karena hal ini, bisa dilihat dari semakin menguatnya beberapa bukti bahwa inti dari MIB adalah hasil elaborasi dari lembaga adat dan tradisi Melayu Brunei.

Dari sebuah hasil penelitian pada tahun 1984 oleh Departemen Sastra Melayu Universitas Brunei Darussalam, menyebutkan bahwa beberapa perubahan social yang terjadi di Brunei dapat dikategorikan sebagai berikut: Penduduk Brunei Darussalam seluruhnya, baik secara cultural maupun psikologis, sedang mengatasi keragaman yang ada ditengah-tengah mereka, disebabkan oleh kondisi geografis dan histories di Brunei Darussalam sendiri.

(21)

penelitiannya “Penduduk yang diakui sebagai Melayu, meliputi : Melayu Lokal, Dusun, Murut, Kedayah, Bisayah, dan komunitas-komunitas lainnya dalam warga pribumi Brunei Darussalam, ditambah dengan warga Malaysia dan Indonesia”. Sementara pada poin kedua, mempertegas adanya proses birokratisasi dalam pemerintahan Brunei Darussalam. Sedangkan pada poin ketiga, memunculnya fenomena bahwa perlunya pembangunan sebuah ideology nasional dan mengartikulasikan budaya Nasional. Sebagai sebuah kesimpulan dalam penelitian tersebut, ditulis bahwa “Karena pemerintahan mendukung kuat terhadap konsep Kerajaan Islam Melayu, maka kultur khas Brunei Darussalam harus diusahakan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip ini”.

Ada hal yang menarik di Negara Brunei Darussalam ini, misalnya Pertama, larangan gerakan Islam al-Arqam, Kedua, larangan kepada orang-orang asing manapun yang menjadi ancaman keharmonisan system keagamaan di Brunei Darussalam. Darul Arqam yang berpusat di Suburd, Malaysia, maka mulanya dilarang oleh pemerintahan Malaysia, tetapi pada kenyataannya kelompok ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi umat islam.

Usaha ini, juga mengindikasikan semakin kuatnya keinginan pemerintah Brunei Darussalam untuk membedakan diri antara “islam Brunei” dengan “islam Bukan Brunei”. Atau dapat diinterpretasikan bahwa Pemerintah Brunei Darussalam ingin menciptakan garis pemisah antara yang dipandang sebagai islam pribumi dengan islam yang dianggap dari luar dan tidak sama dengan Islam Pribumi. Pada perkembangan selanjutnya, Islam menjadi posisi yang sangat penting dalam Pemerintah Brunei Darussalam, baik sebagai ideology nasional maupun sebagai prinsip hidup yang mengatur kehidupan sehari-hari.

(22)

akibat dari pemerataan penduduk Melayu-muslim dengan China sehingga sulit bagi muslim untuk menjadi calon legislative. Secara umum dapat dikatakan bahwa dari sisi politik muslim Singapura masih menyisakan persoalan.

Namun demikian, dilihat dari realitas yang terjadi ditengah masyarakat, isu politik boleh dikatakan tidak terlalu menarik bagi mereka, karena mereka berada pada posisi minoritas. Strategi perjuangan politis masih dianggap belum dapat membawa banyak keuntungan bagi masa depan mereka.

D. PUSAT PERKEMBANGAN ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM

Perkembangan Islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) sehingga banyak ahli agama Islam pindah ke Brunei. Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada masa pemerintahan Sultan Bolkiah (sultan ke-5), yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, kepulauan Suluk, kepulauan Balabac samapai ke Manila.

Masuknya Islam di Brunei didahului oleh tahap perkenalan. Islam masuk secara nyata ketika raja yang berkuasa pada saat itu menyatakan diri masuk Islam, lalu diikuti oleh penduduk Brunei dan masyarkat luas. Sehingga cukup beralasan jika Islam mengalami perkembangan yang begitu cepat.

E. KONTERPORER ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM

Brunei memperoleh kemerdekaannya dari inggris pada tahun 1984. Konstitusi Brunei menegaskan bahwa Agama resmi Brunei adalah Islam mengikuti mazhab Syafi’i. Meski Agama lain seperti kristen, budha, dan hindu dapat di anaut dan dilaksanakan secara damai dan harmonis, namun pemerintah menegaskan sejumlah batasan bagi pemeluk agama non-Islam, antara lain seperti pelarangan bagi non muslim untuk menyebarkan agamanya. Akhir tahun 2000 dan 2001 pemerintah menahan beberapa orang kristen, karena dugaan aktivitas subtivitas (bawah tanah).

(23)

Berbagai pememluk agama hidup berdampingan secara damai, namun interaksi gereja terhalang oleh etos Islam yang dominan yang tidak memperbolehkan pemeluk Islam mempelajari ajaran agama lain. Pada saat yang sama, tokoh-tokoh Islam mengorganisir sejumlah kegiatan untuk mengajarkan dan menyebarkan Islam yang mereka istilahkan dengan “dialog” meski dalam kenyataannya hanya merupakan interaksi satu arah.

Kerajaan Brunei Darussalam dikenal menganut ideologi jerajaan Islam melayu atau melayu islam beraja (MIB). Berbagai pertemuan dan seremonial ditutup dengan doa. Pada setiap acara kenegaraan, non-muslim harus memakai pakaian nasional yang mencakup tudung kepala bagi perempuan dan kopiah bagi laki-laki, kostum yang identik dengan muslim.

Seperti yang ditegaskan oleh Sultan Haji Hassanal Bolkiah Muizzaddin wa Daulah mengawali tahun 1991 : “melayu islam beraja harus menegaskan identitas dan citra Brunei Darussalam yang kokok di tengah-tengan negara non-sekuler lainnya di dunia”.

Sebuah surat kabar resmi pemerintah menjelaskan tentang melayu islam beraja sebagai berikut :“kerajaan ilam melayu menyerukan kepada masyarakat untuk setia kepada rajanya, melaksanakan islam dan menjadikannya sebagai jalan hidup serta menjalani kehidupan dengan mematuhi segala karakteristik dan sifat sejati bangsa Melayu Brunei Darussalam, termasuk manjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa utama”.

Seiring dengan penekanan berbagai urgensi (MIB) sebagaimana ditegaskan pemerintah, awal tahun 1991 ditandai dengan macam-macam peristiwa perayaan keagamaan, mulai dari isra’ mi’raj nabi Muhammad, perayaan nuzul Al-Quran, perayaan Idul Fitri, tahun baru hijrih, serta keikut sertaan Brunei dalam forum islam regional maupun internasional, misalnya menjadi tuan rumah pertemuan komite eksekutif dewan dakwah regional islam asia tenggara, menghadiri pembukaan Organisasi Konfrensi Islam (OKI).

(24)

Karena itu, MIB, nampaknya dapat digambarkan sebagai upaya pemerintah untuk membangun sebuah ideologi nasional serta mengartikulasikan budaya nasional sehingga diharapkan dapat memberikan arahan dalam mengelola perubahan sosial yang cepat, dan dalam pembangunan bangsa. Melayu Islam Beraja berkaitan erat dengan evolusi adat istiadat dan tradisi melayu brunei. Melalui mib pemerintah menginginkan agar nilai-nilai budaya islam dan melayu dilaksanakan, acara upacara keagamaan yang banyak tertera dalam kalender muslim memberikan gambaran tentang bagaimana ideologi negara itu diungkapkan dalam kehidupan berbangsa.

Selain itu, posisi posisi sentral islam lagi-lagi diperkuat dengan didirikannya tabung amanah islam brunei (TAIB) atau dana amanah islam brunei, yaitu lembaga finansial pertama di brunei yang dijalankan berdasarkan syariat islam, tujuannya adalah mengelola dana TAIB dan kemudian mendukung investasi dan perdagangan yang meliputi investasi di bidang bursa dan pasar uang, berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi dan industri baik di dalam negeri maupun di luar negri, dan menjalankan fungsi-fungsi lainnya yang akan diatur berkala. Lembaga ini beroperasi melalui sistem tabungan dan tabungan itu kemudian diinvestasikan dengan tujuan mendapatkan keuntungan, keuntungan itu diberikan pada periode tertentu setelah di potong zakat dan biaya manajemen TAIB.

F. PENDIDIKAN ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan menusia melaui upaya pengajaran dan pelatihan : proses, perbuatan, cara mendidik.[18]Pendidikan juga disebut sebagai sistem training dan pengajaran yang didesain untuk memberi pengetahuan dan keterampilan.

Pendidkan bukan hanya suatu upaya yang melahirkan proses pembelajaran yang bermaksud membawa manusia menjadi sosok yang potensial secara intelektual melalui transfer of knowledge yang kental. Tetapi proses tersebut bermuara kepada upaya pembentukan masyarakat yang berwatak, beretika, dan estetika serta bermoral.

(25)

Al-Qur’an dan Sunnah yang akhirnya akan mewujudkan satu masyarakat yang bertamadun tinggi, penuh rahmat dan kebahagiaan serta mendapat keredaan Allah. Pendidikan Islam berusaha untuk mengembangkan semua aspek dalam kehidupan manusia.

Aspek-aspek tersebut meliputi antara lain, spritual, intelektual, imajinasi, keilmiyahan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, maka pendidikan bertujuan untuk memadukan paling tidak tiga aspek pada diri manusia yaitu : aspek intelektual , spritual dan emosional.

Term yang biasa diidentikkan dengan istilah pendidikan adalah pengembangan sumber daya manusia . Kemajuan suatu bangsa terkadang diukur dengan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu hampir semua negara berusaha secara maksimal untuk meningkatkan sumber daya manusianya.

Brunei Darussalam sebagai sebuah negara sudah barang tentu akan memperhatikan sumber daya manusianya hal ini selalu ditekankan oleh para menteri kabinet dalam setiap pidatonya tentang tantangan mengelola perubahan dalam konteks pembangunan nasional.

Oleh karena itu pemerintah Brunei meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia yang menurutnya terletak pada pelatihan generasi muda. Bahasa Melayu dan Inggris memiliki penekanan yang sama pada pendidikan dasar dan pelajaran diajarkan dalam bahasa Inggris. Penekanan pada bahasa Inggris ini diimbangi dengan pengajaran MIB (Melayu Islam Beraja atau Kerajaan Islam Melayu), seperti ajaran agama Islam, yang merupakan program pengajaran moral inti di sekolah. Pelajaran satu tahun dalam bidang MIB terutama diwajibkan untuk mahasiswa . Sekolah-sekolah sekunder bahasa Arab juga diajarkan sejak pada tahun 1970, dan bagi siswa yang memenuhi syarat kemudian dikirim ke Al-Azhar University di Kairo. Bruneib Religious Teachers College (sekolah Guru Agama Brunei) yang didirikan pada tahun 1972, melatih dan mempersiapkan guru-guru agama yang terampil.

(26)

Pendidikan formal di Brunei dimulai tahun 1912 dengan mulai dibukanya Sekolah Melayu di Bandar Brunei (Bandar Sri Begawan sekarang) . Kemudian dikuti dengan pembukaan sekolah lain tahun 1918 di wilayah Brunei-Muara, Kuala Belait dan Tutong khusus untuk murid laki-laki berusia 7-14 tahun dengan kurikulum pelajaran mencakup membaca dan menulis dalam bahasa Arab dan Latin. Sebelumnya tahun 1916, masyarakat Tionghoa telah mendirikan sekolah sendiri di Bandar Sri Begawan . Baru pada tahunn 1913 Sekolah Dasar Swasta pertama berbahasa Inggris berdiri di Seria. Sampai dengan tahun 1941, jumlah sekolah di Brunei mencapai 32 buah yang terdiri dari 24 sekolah Melayu, 3 sekolah swasta Inggris, 5 sekolah Cina dengan jumlah murid 1.714 orang dan 312 orang murid wanita.

Pada tahun 1966 sekolah Melayu pada tingkat pendidikan menengah dibuka di Belait, Tahun 1984 kurikulum pendidikan nasional mewajibkan para siswa untuk menguasai dwibahasa yaitu bahasa Melayu dan bahasa Inggris, Puncaknya berupa berdirinya Universiti Brunei Darussalam tahun 1985 sebagai lembaga tertinggi di bidang pendidikan.

Prioritas utama pemerintah kerajaan Brunei dalam pendidikan adalah menuju arah kemajuan dan pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia di era globalisasi, peningktan sektor pendidikan termasuk pendidikan teknik dan kejuruan di mana kurikulumnya selalu ditinjau ulang. Program pendidikan diarahkan untuk menciptakan manusia yang berakhlak dan beragama dan menguasai teknologi. Pemerintah telah menetapkan tiga bidang utama dalam pendidikan yaitu : Sistem dwibahasa di semua sekolah, Konsep melayu Beraja (MIB) dalam kurikulum sekolah dan Peningkatan serta perkembangan sumber daya manusia termasuk pendidikan vokasional (kejuruan).

(27)

Sistem pendidkan Islamtelah mengalami perubahan yang pada awalnya dilakukan secara pribadi oleh paraulama melalui lembaga yang mereka miliki yang lebih bersifat tidak resmi atauinformal.

Pendidikan Islam bagi orang Brunei ditujukan kepada semua lapisan masyarakat tidak hanya untuk satu-satu kelompok masyarkat saja. Pendidikan tidak boleh hanya berpusat di Istana-Istana atau di kediaman golongan elite saja , tetapi kini juga bertempat di masjid-masjid, atau surau-surau, balai-balai ibadat, pondok-pondok pengajaian agama Islam tidak terkecuali juga di rumah-rumah guru-guru agama.

Kampong Air adalah merupakan pusat pelajaran agama. Pada tahun 1950an pendidikan Islam belum memiliki kurikulum tersendiri dan tidak terikat dengan waktu , pengajian hanya bersifat perorangan, tenaga pengajar hanya menerima ehsan dan pemberian sukarela dari pelajarnya, pelajar-pelajar ini masih didominasi kaum lelaki.

Namun sekarang pendidikan agama lebih sistimatik, guru-guru agama harus ditatar di sekolah agama yang dikenal. Pendidkan agama Islam juga menjadi salah satu mata pelajaran yang diterapkan di seluruh sekolah. Ajaran agama Islam merupakan program pengajaran moral inti sekolah-sekolah di Brunei, dan tanpa mengabaikan pelajaran lain termasuk bahasa Ingggris tetap menjadi penekanan.

Pemerintah Brunei senantiasa berusaha keras untuk memulihkan nafas keislaman dalam suasana politik yang baru. Di antara langkah-langkah yang diambil adalah mendirikan lembaga-lembaga moderen yang selaras dengan tuntutan Islam. Disamping menerapkan hukum syariah dalam pandangan negara. Didirikan pula Pusat Kajian Islam serta lembaga keuangan Islam.

Dr. Haji Awang Asbol Bin Haji Mail mengatakan bahwa di Brunei kerajaan memainkan peranan penting , dia bada satu pusat dakwah, kita cuba menerapkan falsafah Islam Melayu kerajaan, memang selaras dengan Islam memang sudah dibuat kemudian disambung lagi oleh Sultan Hassanaal Bolkiah, malah setiap keramaian Islam, pegawai-pegawai pekerjaan diwajibkan datang, dijemput seperti maulid Nabi.

(28)

sehingga mereka mendapatkan pandangan yang konprehensif.. Di Universitas Brunei Darussalam ada faculty of Islamic Studies, jadi digalakkan di fakultas ini ada interaksi, yang di Islamic Studies juga tahu disiplin lain, yang juga belajar sains juga mengerti apa prinsip-prinsip Islam mengenai sains, dianggap sebagai satu diskursus yang baik bukan dipaksakan.

Selanjutnya akan diuraikan perkembangan sekolah di Brunei, sekolah menengah agama Islam Shamsuddiniah, merupakan sebuah sekolah menengah agama . Sekolah ini terletak di Kampung Parit Medan, Kundang Ulu, Muar. Tempatnya yang jauh dari kesibukan bandar ini memberikan satu keistimewaan kepada sekolah ini, di mana ia sering menjadi pilihan ibu bapak yang mau memberikan anak-anak mereka didikan agama yang sempurna disamping untuk mengelakkan mereka dari gejala sosial yang kian meruncing dewasa ini.

Seperti umunya madrasah dinegara lain, pelajaran yang diajarkan di Madrasah Shamsuddiniah adalah pelajaran agama seperti : tauhid, fikih, Hadis, nahwu, saraf dan lain-lain. Menjelang tahun 1956, meskipun dengan fasilitas yang seadanya sekolah ini diminati oleh masyarakat .Madrasah ini juga melakukan perubahan kurikulum mengikuti sistem pendidikan yang dipergunakan oleh sekolah-sekolah Arab negeri Johor ketika itu.. Dengan terjadinya kurikulum tersebut maka Madrasah Shamsuddiniah dengan nama resminya didaftarkan sebagai Sekolah Menengah Agama (Rendah) negeri Johor di Jabatan Agama Johor madrasah ini didaftarkan di bawa JAIJ untuk menentukan kedudukannya sebagai institusi yang sah.

(29)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Kerajaan Brunei merupakan salah satu kerajaan tertua di antara kerajaan-kerajaan lain di tanah Melayu. Keberadaan Kerajaan Brunei diperoleh berdasarkan catatan Cina, Arab, dan tradisi lisan. Dalam catatan sejarah Cina, Brunei pada jaman dahulu dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab, Brunei disebut dengan Zabaj atau Randj. Sedangkan pada catatan tradisi lisan Syair Awang Semaun (SAS), kata Brunei berasal dari perkataan baru nah yang bermakna ”tempat yang sangat baik”. Islam telah masuk di Brunei Darussalam diperkirakan pada abad ke 13 Masehi, yaitu ketika Sultan Muhammad Shah pada tahun 1368 telah memeluk islam. Akan tetapi jauh sebelum itu, sebenarnya terdapat bukti bahwa islam telah berada di Brunei Darussalam ini. Misalnya dengan diketemukannya batu nisan seorang China yang beragama Islam dengan catatan tahun 1264 Masehi, Namun pada masa ini, Islam belum cukup berkembang secara meluas. Barulah ketika Awang Khalak Betatar memeluk Islam dengan gelar Sultan Muhammad Shah, islam mulai berkembang secara luas. Kerajaan Brunei dapat disebut sebagai kerajaan Melayu yang paling lama bertahan. Dengan eksistensinya yang cukup lama, maka perunutan sejarahnya juga memerlukan sistematika penulisan yang komprehensif, mencakup fase-fase penting kepemimpinan. Dalam hal ini, sejarah Kerajaan Brunei dapat ditelusuri melalui dua fase, yaitu fase pra-Islam pada masa Kerajaan Brunei Tua, dan fase Islam pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah dengan nama Kerajaan Brunei.

B. SARAN

(30)

menumbuh kembangkan rasa cinta terhadap agama islam. Jangan sekali – kali merasa bosan dan jenuh untuk menambah wawasan anda semua, sebaiknya jangan pula merasa puas akan wawasan pengetahuan yang anda miliki dan teruslah menambahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Sufri, Haji Awang Mohd. Jamil. 2001. Tarsilah Brunei: Sejarah Awal dan Perkembangan Islam. Kementrian Kebudayaan.

Azra, Azyumardi. 1989. Islam di Asia Tenggara. Yayasan obor. Jakarta

Hadi Muthohar, Abdul. 2003. Pengaruh Mazhab Syafi’i Di Asia Tenggara. Aneka Ilmu. Semarang

Al-Sufri, Haji Awang Mohd. Jamil. 2000. Latar Belakang Sejarah Brunei. Kementrian Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait