• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Perang Badar dan Perang Uhud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Deskripsi Perang Badar dan Perang Uhud"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Deskripsi Perang Badar & Perang U ud Dede Komarudin Soleh1

Abstract

The hostility of Quraish to the Prophet Muhammad (PBUH) and his companions was getting harder. The muslims were tortured and their property were seized, until they left their homeland towards Medina. One time, the Prophet Muhammad (PBUH) and his companions got a news about a trade group of Abū Sufyān towards Shām. Muslims planned to seek compensation to them on the property that had been seized when they were in Mecca. But they failed and even had to deal with the forces of Mecca. Then there was the Battle of Badr, and the muslims won. So that the Quraish wanted to revenge on the Battle of Uhud. This paper aims to explain the story of the Battle of Badr and the Battle of Uhud.

Kata Kunci: Kafilah, Abū Sufyān, Syām, Quraisy, Mekah, Abū Jahal, Madinah, Badar, Uhud

A. Pendahuluan

Nabi Muhammad Saw. dilahirkan di Mekah sekitar tahun 571 M2 dari keluarga Banī Hasyim. Pada usia 40 tahun, ia menerima wahyu ketika sedang menyendiri di Gua Hira. Kemudian ia mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan setelah itu baru berdakwah secara terbuka. Ia mendapatkan respon yang beragam dari masyarakat Quraisy, ada yang menerima namun lebih banyak yang menentang. Pada periode ini, Nabi Muhammad Saw. dilindungi oleh pamannya Abū ālibṬ . Sepeninggal pamannya, kepemimpinan Banī Hasyim dilanjutkan oleh salah seseorang yang keras permusuhannya terhadap beliau., yakni Abū Jahal3, yang

menghilangkan perlindungan serta meningkatkan penganiayaan terhadap warga Muslim. Derasnya penghinaan dan penganiayaan yang dilontarkan oleh kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Saw. akhirnya berujung pada hijrahnya Nabi Saw. dan para sahabatnya ke Madinah.

B. Perang Badar4

Perang Badar merupakan peperangan besar pertama dalam sejarah Islam. Pada peperangan ini, kaum muslimin yang berjumlah 305 orang5, berhadapan dengan kaum kafir

1 Penulis adalah alumnus Program Studi Tafsir Hadis STAI Persis Bandung, saat ini (2014) sedang menempuh pendidikan pada program pascasarjana UIN SGD Bandung, Prodi Ilmu Hadis.

2 Philip K Hitti. History of The Arabs (London, 1970) hal 111. Demikian pula disebutkan dalam Safiyu Rahman Al-Mubarakfuri. Al-Rahīqul Makhtūm. Terj. Hanif Yahya Lc. et. al. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad Saw dari Kelahiran hingga Detik-Detik Terakhir (Jakarta, 2005) hal 64

3 Yakni ‘Amr bin Ḥisyām

(2)

Quraisy yang kuantitasnya lebih banyak, yakni sekitar 1000 orang.6 Peperangan ini terjadi pada

tanggal 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriah, atau sekitar tanggal 17 Maret 624 Masehi.

1. Ekspedisi Dagang Abū Sufyān menuju Syām dan Upaya Pencegatan Kaum Muslimin

Pada tahun ke 2 Hijriah, serombongan kaum Quraisy berjumlah 30 hingga 40 orang melakukan ekspedisi perdagangan ke Syām dibawah pimpinan Abū Sufyān bin arbḤ dengan membawa dagangan yang cukup besar, mencapai kurang lebih 50.000 dinar.7 Karena dalam

perdagangan ini hampir seluruh penduduk Mekah memiliki saham. Berita ekspedisi dagang tersebut sampai ditelinga kaum muslimin, maka dibawah komando Nabi Muhammad Saw. kaum muslimin bermaksud untuk mencegat mereka. Pencegatan tersebut sebagai upaya menuntut ganti rugi atas harta kekayaan kaum muslimin yang dirampas oleh kaum musyrik semasa di Mekkah.8

Akan tetapi, setibanya Nabi Saw. di ‘Usyairah, kafilah Abū Sufyān telah lewat (baca: lolos) 2 hari sebelumnya. Selanjutnya kaum muslimin bertekad untuk menunggu kembalinya mereka dari Syām. Dalam penantian tersebut Rasulullah Saw. mengutus Ṭ ḥal ah bin ‘Ubaidillah dan Sa’īd bin Zayd untuk menghimpun informasi tentang keberadaan kafilah dagang itu. Kedua utusan itu bergerak hingga ke daerah Ḥaura’. Kemudian mereka segera kembali dan memberitahukan kepada Nabi Saw. tentang keadaan kafilah dagang itu. Sebetulnya Abū Sufyān telah mencium adanya rencana pencegatan yang akan dilakukan oleh kaum muslimin ketika mereka hendak menuju Syām.9 Oleh karena itu ia merasa khawatir kalau-kalau ia dicegat

sekembalinya dari Syām.

2. Laporan ke Mekah dan Keberangkatan Pasukan Qurays

Demi melindungi aset perdagangan yang dibawanya, Abū Sufyān memberikan upah kepada Ḍam am bin ‘Amr Al-Gifārīḍ untuk pergi ke Mekah, untuk memberitahukan kaumnya serta meminta bala bantuan mereka. Setibanya di Mekah, utusannya itu meneriakan bahwa kafilah dagang yang dipimpin Abū Sufyān sedang dalam ancaman dan memerlukan pertolongan. Mendengar berita tersebut Abū Jahal memanggil orang-orang disekitar Ka’bah untuk segera dikerahkan.10 Kemudian berangkatlah kaum kafir Quraisy dari Mekah untuk melindungi

kaumnya yang tengah diintai dan hendak dicegat oleh kaum muslimin pada perjalanan pulang dari Syām. Diantara mereka turut serta para gembong Quraisy Mekah, kecuali Abū Lahab yang diwakili oleh Al-‘Ās bin Hisyām Ibn Al-Mugīrah yang berhutang kepadanya. Tokoh-tokoh Quraisy yang ikut serta adalah Abū Jahal, Walīd bin ‘Utbah, Syaibah bin Rabī’ah, dan Umayyah bin Khalaf.11 Keikutsertaan mereka karena memiliki saham atas barang dagangan yang dibawa 6 Muhammad Sa’īd Ramadan Al-Būṭi. Fiqhu Sirah (tt, 1990) hal 214

7 Haekal. Op.Cit. hal 246 8 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 214 9 Haekal. Op.Cit. hal 247 10 Ibid

(3)

oleh kafilah dagang itu, dan juga sebagai agenda balas dendam atas tewasnya ‘Amr bin Al-a rAl-ami

Ḥ ḍ ketika sedang berjaga di Nakhlah.12

3. Misi Pencegatan dan Kedatangan Pasukan Qurays

Sementara dari pihak muslimin, pada suatu malam13 tepatnya pada tanggal 8 Rama an 2

Hijriah,14 mereka berangkat meninggalkan Madinah. Dalam perjalanan ini mereka yang

berjumlah 300-an orang menggunakan 70 ekor unta yang dinaiki secara bergantian, tak terkecuali Nabi Saw. Beliau bergantian dengan Ali bin Abī ālibṬ dan Martad Ibnu Abi Martad Al-Ganawi. Dari ketiga ratus lima orang tersebut terdiri dari 83 orang Muhājirīn, 61 orang Aus, dan sisanya orang Khajraz.15 ‘U man bin Affan yang kelak menjadi khalifah ke 3 tidak ikut serta

dikarenakan menjaga istrinya, Ruqayah, putri ke 2 Rasulullah yang sedang sakit.16

Khawatir Abū Sufyān kembali lolos, sesegera mungkin kaum muslimin berangkat sambil terus mencari informasi. Ketika sampai disebuah lembah bernama Żafirān mereka mendapatkan berita bahwa kaum Quraisy Mekah berangkat untuk melindungi kafilah mereka.17. Hal itu

menuntut Nabi Saw. untuk bermusyawarah dengan para tentaranya. Dari kalangan Muhājirīn memberikan dukungan kepada beliau, diantaranya Miqdād bin ‘Amr dengan penuh setia mengatakan, “Rasulullah, teruskanlah apa yang sudah ditunjukan Allah. Kami akan bersama Anda. Kami tidak akan seperti orang Israil yang berkata kepada Musa: ‘Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah. Kami disini akan tinggal menunggu’. Tetapi, ‘pergilah bersama Tuhanmu dan berperanglah, kami bersamamu akan juga ikut berjuang.’”18

Akan tetapi Nabi Saw. terus memandang kepada mereka dan berkata, “Berikanlah pendapatmu sekalian kepadaku wahai manusia!”.19 Kata-kata ini ditujukan kepada kaum Ansār

yang mana mereka telah menyatakan Iqrār ‘Aqabah untuk melindungi beliau seperti kepada keluarga sendiri.20 Sadar akan siapa yang dituju oleh Nabi Saw., kemudian dari pihak Ansār, Sa’ad bin Mu’āż berkata, “Demi Allah, sepertinya Anda menghendaki ketegasan sikap kami

mempertahankan aqidahnya.

12 Suatu ketika Rasulullah Saw. mengutus beberapa orang Muhājirīn ke Nakhlah. Setibanya disana para utusan itu bertemu dengan kafilah Quraisy yang membawa barang-barang dagangan dibawah pimpinan ‘Amr bin Al-Ḥaḍrami. Teringat akan kekejaman kafir Quraisy dan harta benda yang terampas, lalu mereka bermaksud untuk membalas dendam. Setelah menimbang-nimbang dan berunding kemudian salah seorang diantara mereka, yakni Wāqid bin Abdullah Al-Tamīmi, melepaskan anak panah dan mengenai ‘Amr bin Al-Ḥaḍrami hingga tewas. Awalnya Rasulullah tidak merestui tindakan mereka, mengingat hal itu mereka lakukan di bulan Rajab yang notabene termasuk salah satu bulan suci yang didalamnya dilarang untuk melakukan peperangan. Akan tetapi kemudian Rasulullah mendapat wahyu QS. Al-Baqarah ayat 217 yang melegitimasi tindakan para utusannya itu. (Lihat: Muhammad Husein Haekal. Hayatu Muhammad. Terj. Ali Audah. Sejarah Hidup Muhammad. Cet-41. 2013. Bogor: Litera Antarnusa)

13 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 214 14 Haekal. Op.Cit. hal 248 15 Ibid

16 KH. Munawar Khalil. Kelengkapan Tarikh Nabi (Jakarta, 1983) hal 119 17 Haekal. Op.Cit. hal 249

18 Ibid.

(4)

wahai Rasulullah” Nabi menjawab, “Benar!”. Sa’ad berkata lagi, “Kami telah beriman dan membenarkan kenabian dan kerasulan Anda. Dan kami telah menjadi saksi bahwa apa yang Anda bawa adalah al-Haq. Atas dasar itulah kami telah menyatakan janji dan kepercayaan kami untuk setia dan taat kepada Anda. Jalankanlah apa yang Anda kehendaki dan kami bersama Anda. Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, sekiranya Anda menghadapi lautan dan terjun kedalamnya, kami pasti akan ikut bersama Anda.”21 Mendengar statemen ini Nabi Saw.

nampak bahagia dan merasa puas. “ Berangkatlah dalam kegembiraan! Karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu diantara dua golongan.22 Demi Allah, seakan-akan aku kini melihat tempat-tempat mereka bergelimpangan” jawab beliau.23

4. Pasukan Muslimin Berangkat ke Badar

Berangkatlah Nabi Saw. dan para sahabatnya menuju Badar. Setibanya disuatu tempat didekat Badar, Rasulullah pergi menemui seorang Arab tua. Dari orang ini beliau mengetahui bahwa kafilah Quraisy berada tidak jauh dari tempat itu.24 Sekembalinya beliau kepada para

sahabatnya, ditugaskanlah Ali bin Abī ālibṬ , Zubayr bin Al-‘Awwām, Sa’ad bin Abi Waqqās dan beberapa sahabat lainnya untuk menjadi intel disebuah sumber air di Badar. Para intel ini kembali dengan dua orang anak. Dari keterangan dua orang anak ini diketahui bahwa rombongan Qurays dari Mekah telah berada dibalik bukit pasir ditepi lembah. Diketahui pula bahwa setiap hari rombongan itu memotong 9 hingga 10 ekor ternak. Maka Nabi Saw. menyimpulkan bahwa mereka berjumlah 900 hingga 1000 orang. Disamping itu diketahui pula bahwa para tokoh Quraisy ikut serta didalamnya.25

Penugasan intel untuk memata-matai tidak sampai disana. Sekembalinya Ali bin Abi ālib

dengan kedua orang anak itu, diutus kembali dua orang sahabat lainnya untuk mengintai dilembah Badar. Hingga sampai beritanya kepada Abū Sufyān melalui Majdi bin ‘Amr yang melihat kedua orang utusan itu. Kemudian ia (Abū Sufyān) menemui kafilahnya untuk membatalkan perjalanan pulang melalui jalan itu. Sehingga sampai keesokan harinya, kaum muslimin tidak menemui rombongan kafilah dagang itu. Keadaan tentu menjadi berubah, rival yang tadinya hendak ditemui oleh kaum muslimin adalah kafilah dagang yang baru kembali dari perniagaan di Syām, kini tinggal pasukan besar yang datang dari Mekah. Beberapa orang diantara mereka bertukar pikiran dengan Nabi Saw. dan mengusulkan untuk kembali saja ke Madinah. Ketika itu turun wahyu kepada Nabi Saw., Allah Swt. berfirman,

“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai

21 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 214

22 Ihdā Ṭā’ifatain, yakni antara kafilah dagang yang pulang dari Syam dan kafilah yang dating dari Mekkah 23 Ibid

(5)

kekuatan senjatalah26 yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (QS. Al-Anfal [8]:7)

Keraguan untuk melanjutkan rencana peperangan terjadi pula dikalangan kafir Quraisy. Hal itu dikarenakan rombongan yang hendak dilindungi telah selamat dari cegatan kaum muslimin. Untuk apa mereka berada disana. Akan tetapi Abū Jahal bersikeras untuk tetap melangsungkan peperangan. Ia berkata,

“Demi Allah, kami tidak akan kembali sebelum tiba di Badar. Disana kami akan tinggal selama tiga hari, memotong hewan ternak, makan-makan dan minum arak, dan menyaksikan para biduanita menyanyikan lagu-lagu hiburan. Biarlah semua orang Arab mendengar tentang perjalanan kita dan biarlah mereka gentar kepada kita selamanya.”27

Lantas mereka bergerak hingga sampai disebelah sebrang lembah Badar -kecuali Banī Zuhrah yang patuh kepada Al-Akhnas bin Syuraiq, mereka lebih memilih untuk kembali ke Madinah- Nabi Saw. telah tiba disebelah sebrang lainnya. Hingga posisinya nyaris berhadap-hadapan, dekat mata air Badar.28 Ketika itu Habāb bin Munżir bertanya kepada Nabi,

“‘Ya Rasulullah, apakah pemilihan tempat ini atas dasar wahyu dari Allah Swt yang tidak dapat diubah lagi? atau hanya sebuah siasat perang?’ Rasulullah menjawab, ‘Tempat ini ku pilih hanya sebagai tipu muslihat peperangan’ Kemudian Hābab mengusulkan, ‘Ya Rasulullah, jika demikian, ini bukan tempat yang tepat. Ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang terdekat dengan musuh. Kita buat kubu pertahanan disana dan menggali sumur-sumur dibelakangnya. Kita buat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dengan memiliki air yang cukup, sedangkan mereka tidak akan memperoleh air minum.’ Rasulullah menjawab, ‘pendapatmu benar’”.29

Kemudian Nabi Saw. dan para sahabatnya bergerak menuju tempat yang diusulkan oleh Habāb. Kemudian Sa’ad bin Mu’āż mengusulkan agar dibuatkan kemah untuk Nabi Saw. sebagai tempat perlindungan serta menyiapkan kendaraan untuk beliau, apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan Nabi Saw. dapat menyelamatkan diri ke Madinah. Lalu Nabi Saw. menerima baik usulan itu.

5. Terjadinya Peperangan

Pada suatu pagi tanggal 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriah dihari jum’at terjadilah peperangan itu, dimulai dengan duel antara Ḥamzah bin Abdul Mu alibṭ dengan Al-Aswad bin Abdul Asad. Ḥamzah berhasil melumpuhkan Al-Aswad yang hendak menghancurkan kolam air. Menyaksikan hal itu, ‘Utbah bin Rabī’ah, Syaibah, dan Walīd bin ‘Utbah maju untuk menyerang. Dari pihak muslim tampil menghadang Ḥamzah bin Abdul Mu alibṭ , Ali bin Abī 26 Maksudnya kafilah Abū Sufyān yang membawa dagangan dari Syām. sedangkan kelompok yang datang dari Mekah dibawah pimpinan ‘Utbah bin Rabī'ah bersama Abū Jahal.

27 Al-Būṭi. Op. Cit. hal 215 28 Ibid

(6)

ālib

, dan ‘Ubaydah bin Al- āriḤ ṡ. Ketiga pasukan Quraisy itu berhasil ditebas dan semuanya tewas. Melihat kenyataan demikian, maka pasukan Quraisy semuanya maju untuk menyerbu.30

Karena besarnya jumlah pasukan Quraisy yang menyerbu, Nabi Saw. kembali ke kemahnya ditemani Abu Bakr. Dalam penuh kecemasan beliau menghadapkan wajahnya ke kiblat dan berdoa,

نإ اممهللا ينت دعو يذلما كرصنف اممهللا كلوسر ب ذمكت نا لواحت اهئليخب تتأ دق شيرق هذه ممهللا

دبعت ل مويلا ةباصعلا هذه كلهت

Allahummā hāihi quraisyun qad ‘atat bikhuyalā’ihā tu āwilu an tukadzdziba ra ūlakaḥ

Allahummā fa na ruka lladzī wa’adtanī Allahummā in tahluka hādzihi l’i ābatu lyauma lāṣ

tu’bad

Ya Allah ini kaum Quraisy yang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha untuk mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, berikanlah pertolongan-Mu yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan ini31 sekarang binasa tidak ada lagi ibadah kepada-Mu.32

Dalam kehanyutan do’a beliau, Abu Bakr berusaha menangkan hati Nabi Saw. seraya berkata, “Wahai Rasulullah, bergembiralah! demi diriku yang berada ditangan-Nya. Sesungguhnya Allah pasti menunaikan apa yang telah dijanjikan kepadamu.”33

Sekarang Nabi Saw. keluar menemui para sahabatnya dan berkata,

“Demi dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan menempatkannya didalam syurga”

Kata-kata ini membangkitkan semangat juang para sahabat. Tanpa ragu lagi mereka maju berperang. Akhirnya satu per satu nyawa berguguran, dari kelompok kafir Quraisy terbunuh hingga 70 orang. Termasuk didalamnya Abū Jahal dan Umayyah bin Khalaf. Abū Jahal tewas ditangan Mu’āż bin ‘Amr bin Jamuh, sementara Bilāl berhasil membayar kekejaman yang ia terima dari Umayyah bin Khalaf ketika di Mekah. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin dengan jumlah syuhada sebanyak 14 orang. Disamping 70 orang tewas dari pasukan Quraisy, sebanyak 70 orang juga menjadi tawanan. Allah Swt. benar-benar menurunkan pertolongan-Nya, betapa tidak tentara muslimin yang berjumlah sedikit itu mampu menaklukan tentara kafir yang berjumlah tiga kali lipat lebih banyak atas pertolongan-Nya.

Hari peperangan itu disebut pula dengan Yaum Al-Furqān (hari pembeda),34 dimana

melalui peperangan itu Allah Swt. hendak membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Dia telah mengangkat derajat kebenaran. Keterbatasan jumlah serdadu muslimin yang berjalan diatas

30 Haekal. Op.Cit. hal 256 31 Pasukan Muslimin 32 Haekal. Ibid

(7)

kebenaran mampu mengalahkan serdadu kafir Quraisy yang berjalan diatas kebatilan meski dengan jumlah personil yang jauh lebih besar.

Itulah deskripsi peristiwa perang Badar. Sebuah peristiwa besar yang menjadi awal pembuka episode peperangan-peperangan selanjutnya.

C. Perang U ud 35

Kekalahan di Badar meninggalkan kesan yang mendalam bagi kaum kafir Quraisy di Mekah. Para perempuan mereka setiap hari berduka, teringat para suami, anak, bapak, dan kawan yang menjadi korban pada peperangan itu. Sehingga para tokoh Quraisy yang selamat pada peperangan Badar bersepakat untuk melancarkan balas dendam. Terlebih setelah satuan Zayd bin Ḥ ṡāri ah berhasil merampas perdagangan mereka dalam perjalanan dagang menuju Syām melalui Irak, kebencian mereka kepada kaum muslimin semakin menjadi-jadi. Para pembesar Quraisy seperti Jubayr bin Mu ’imṭ , Ṣafwān bin Umayyah, Iqrimah bin Abī Jahal,

āri bin Hisyām

, Ḥuway ib bin ‘Abdul‘Uzzaṭ , dan yang lainnya bersepakat untuk menjual aset dagangan yang selamat dari Badar.36 Mereka menghimbau para pemegang saham dalam

perdagangan itu agar membantu dengan harta tersebut untuk memerangi Nabi Muhammad Saw.37

1. Keberangkatan Pasukan Quraisy Menuju Madinah

Setelah dilakukan perundingan, akhirnya pasukan Quraisy berangkat menuju Madinah38

dengan membawa serta kaum perempuan mereka. Para perempuan ini dipimpin oleh Hindun binti ‘Utbah. Wanita inilah yang memiliki dendam kesumat terhadap kaum muslimin dan juga yang paling bersikeras meminta untuk ikut serta ke Madinah pada saat perundingan. Pasukan ini diikuti pula oleh suku-suku yang bersekutu dengan Quraisy, diantaranya suku Al- ābīsyḤ , Kinanah, dan penduduk Tihamah.39 Disebutkan, jumlah pasukan itu mencapai lebih dari 3000

orang, yang terdiri dari 200 pasukan berkuda, dan 3000 unta serta 700 diantaranya adalah pasukan berbaju besi.40

2. Korespondensi ‘Abbās bin Abdul Mu alib kepada Nabi Muhammad Saw.

Sementara kaum muslimin di Madinah telah mengetahui –dari persiapan hingga keberangkatan- kaum Quraisy yang hendak menyerang. Informasi itu didapatkan dari paman Nabi Saw., yakni ‘Abbās bin Abdul Mu alibṭ yang berkorespondensi melalui seseorang dari kabilah Gifār untuk disampaikan kepada Nabi Saw. di Madinah. Surat itu sampai dalam waktu 3

35 Nama sebuah gunung yang letaknya hamper 1 mil dari Madinah (Lihat: Dr. Syauqi Abu Khalil. Aṭlas Ḥadīṡ Al-Nabawi. Terj. Muhammad Sani & Dedy Januarsyah. Atlas Hadits. Cet-2. 2008. Jakarta: Almahira)

36 Haekal. Op.Cit. hal 290

37 Al-Mubarakfuri. Op.Cit. hal 364

38 Ketika mereka sampai di Abwa’, ekspresi kebencian sebagian orang diantara mereka semakin memanas setelah melihat makam ibunda Nabi, Aminah binti Wahb. Sampai-sampai mereka hendak membongkarnya. Tetapi pemuka-pemuka mereka mencegahnya, karena jika hal itu dilakukan maka Banu Bakr dan Banu Khuza’ah akan membongkar pula kuburan mayat-mayat mereka (Lihat: Haekal. Ibid. hal 291)

(8)

hari ketika Nabi berada di Qubā’, dibacakan oleh Ubay bin Ka’ab dihadapan Nabi Saw. Setelah mendengar isi surat itu, Nabi Saw. memerintahkan agar dirahasiakan. Akan tetapi ketika Nabi Saw. kembali ke Madinah dan membicarakan isi surat itu kepada Sa’ad bin al-Rabī’ dirumahnya, istri Sa’ad mendengar percakapan Nabi Saw. dengan suaminya sehingga isi surat itu menjadi tidak rahasia lagi.41

Kemudian Nabi Saw. mengutus 2 orang anak Fu ālahḍ yang bernama Anas dan Mu’nis untuk menyelidiki keadaan pasukan Quraisy. Berdasarkan penyelidikan mereka ternyata pasukan Quraisy telah mendekati Madinah. Lalu Nabi Saw. mengutus kembali Habāb bin Al -MunżirbinAl-Jamuh. Ternyata benar seperti apa yang telah digambarkan oleh ‘Abbās bin Abdul Mu ālib ṭ dalam surat itu. Pada saat itu keadaan mencekam, masyarakat muslim Madinah khawatir atas serbuan yang hendak dilakukan oleh pasukan yang datang dari Quraisy. Sehingga disepanjang malam itu para pemuka muslimin di Madinah berjaga-jaga.

3. Musyawarah Nabi Saw. dan Para Sahabat

Selanjutnya, dikeesokan harinya Nabi Saw. bermusyawarah dengan para sahabatnya dan juga dihadiri kaum munāfiq terkait tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi pasukan itu. Satu sumber menyebutkan bahwa Nabi Saw. berpendapat untuk tinggal saja di Madinah,42

sedang sumber yang lain menyebutkan bahwa Nabi Saw. menawarkan dua pilihan kepada mereka antara bertahan didalam kota Madinah atau pergi keluar menjemput musuh.43 Diantara

mereka yang memilih pendapat pertama adalah ‘Abdullah bin Ubay bin Salūl yang diikuti oleh sebagian besar sahabat Nabi Saw. Akan tetapi sebagian besar diantara mereka yang pernah dan yang tidak merasakan atmosfir peperangan Badar memilih untuk berangkat keluar. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, bawalah kami keluar menghadapi musuh supaya mereka tidak memandang kita takut dan tidak sanggup menghadapi mereka.”44

Setelah terus menerus didesak, akhirnya Nabi Saw. menyetujui pendapat mereka yang ingin berangkat menghadapi musuh diluar kota Madinah. Tetapi ketika Nabi Saw. melakukan persiapan didalam rumahnya dan dibantu oleh Abū Bakr dan ‘Umar mengenakan serban dan baju besinya, orang-orang yang berada diluar yang memaksa Nabi Saw. untuk menghadapi musuh diluar kota menyesal setelah Usayd bin u ayrḤ ḍ dan Sa’ad bin Mu’āż mengatakan kepada mereka bahwa sebaiknya mereka mentaati saja apa yang menjadi pilihan Nabi Saw.45 Akhirnya

ketika Nabi Saw. keluar menemui mereka, mereka yang telah memaksa itu berkata kepadanya, “Ya Rasulullah, kami telah memaksa anda untuk keluar padahal tidak sepatutnya kami berbuat demikian. Karena itu jika anda suka, duduklah!.” Lalu Nabi menjawab, “Tidak pantas bagi seorang Nabi apabila telah mengenakan pakaian perangnya bermaksud untuk meletakannya kembali sebelum berperang”46

41 Haekal. Op.Cit. hal 292 42 Ibid

43 Al-Būṭi. Op.Cit. hal 236 44 Ibid

45 Haekal. Op.Cit. 295

(9)

4. Menjemput Musuh

Kemudian pada hari sabtu, tanggal 7 Syawwal tahun ke 3 Hijriah Nabi Saw. keluar bersama pasukannya yang berjumlah 1000 orang. Namun ketika tiba di Syauṭ,47 ditengah

perjalanan antara Madinah dan U udḥ , ‘Abdullah bin Ubay melakukan desersi dan diikuti oleh sepertiga pasukan yang umumnya adalah para pendukungnya48 dan juga kelompok Yahudi.49

Akibat desersi tersebut, jelas jumlah pasukan dari Madinah menjadi semakin lebih sedikit, yakni hanya 700 orang, dari kalangan orang-orang yang benar-benar beriman. Lagipula Nabi Saw. tidak merekomendasikan untuk meminta pertolongan kepada kaum musyrikīn untuk melawan musyrikīn. Dalam ungkapan lain Nabi Saw. tidak memerlukan mereka. Ketika sampai di Syaikhān Nabi Saw. sempat melakukan inspeksi pasukan, mereka yang dianggap belum cukup usia tidak diizinkan untuk ikut serta berperang, kecuali Rafi’ bin Khudayj dan Samurah bin Jundab. Meskipun baru berusia 15 tahun keduanya diizinkan untuk berperang, berhubung Rafi’ mahir dalam memanah, sedangkan Samurah baru mendapatkan izin setelah diketahui bahwa ia lebih kuat daripada Rafi’ dalam berduel.50

5. Terjadinya Peperangan

Setelah sampai di U udḥ , Nabi Saw. mengatur barisan dan ditempatkannya sebanyak 50 pemanah dilereng-lereng gunung yang dipimpin oleh ‘Abdullah bin Jubayr. Kepada para pemanah itu Nabi Saw. mengintruksikan agar mereka melindungi dari belakang dan tetap bertahan pada posisinya, tidak bergerak walaupun pasukan menyerang maupun diserang. Tugas mereka adalah menghujani dengan panah barisan pasukan berkuda. Demikian halnya di pihak pasukan Quraisy, mereka menyusun barisan yang terbagi kepada barisan sayap kanan, yang dipimpin oleh Khālid bin Al-Walīd, dan barisan sayap kiri, yang dipimpin oleh Iqrimah bin Abī Jahal.51 Sementara para perempuan mereka menabuh genderang dan meneriakan

nyanyian-nyanyian untuk memberikan semangat.

Menjelang pertempuran, Nabi Saw. menyerahkan pedangnya kepada Abū Dujānah untuk digunakan sesuai fungsinya untuk menghantamkan pedang tersebut kepada musuh.52 Dari pihak

muslimin panji diserahkan kepada Mu ’ab bin Umayrṣ , sementara di pihak Quraisy dipegang oleh ‘Abdul Uzza al ah bin Abī al ahṬ ḥ Ṭ ḥ . Peperangan pun pecah disekitar panji kaum Quraisy, baik dari pihak muslimin maupun pihak Quraisy, satu persatu pahalawan mereka berguguran. U mān bin Abī al ahṡ Ṭ ḥ mengambil alih panji setelah terbunuhnya Ṭ ḥal ah ditangan Ali bin Abī

47 Al-Mubarakfuri. Op.Cit. hal 371

48 Disebutkan dalam Ṣahīhul Bukhāri bahwa kaum muslimin berselisih dalam menanggapi tindakan desersi itu, sehingga turun ayat ke 88 surat An-Nisa, “Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya”

49 Haekal. Op.Cit. hal 296

50 Al-Mubarakfuri. Op.Cit. hal 371, Al-Buthy. Op.Cit. hal 237 51 Ibid. hal 297

(10)

ālib

.53 Sementara dari pihak muslimin panji diambil alih oleh Ali bin Abī ālib setelah Mu ’ab bin Umayr tewas terbunuh. Lalu U mān bin Abī al ahṡ Ṭ ḥ pun tewas ditangan Ḥamzah bin Abdul Mu alibṭ . Begitulah dari pihak Quraisy silih berganti memegang panji hingga 10 kali berpindah tangan dan seluruhnya tewas. Sementara Abū Dujānah, dengan pedang Nabi dan khas ikat kepala berwarna merah dikepalanya maju menyerang dan berhasil membunuh siapa saja yang dihadapinya.

Akan tetapi kerugian besar dialami pihak muslimin, Ḥamzah bin Abdul Mu alibṭ tewas dalam peperangan ini. Singa Allah itu tewas ditangan seorang budak berdarah Abisinia bernama Wa syi bin arbḥ . Dengan diming-imingi akan dimerdekakan oleh majikannya Jubayr bin Mu ’imṭ , dengan penuh semangat ia mencari Ḥamzah bin Abdul Mu alibṭ ditengah-tengah pergumulan orang banyak. Lalu ia melemparkan tombaknya hingga menembus perut Ḥamzah.54

Tidak puas dengan kematian Ḥamzah, Hindun binti ‘Utbah membedah perut jenazahnya dan mengunyah jantungnya.55

6. Kemenangan yang Berbalik menjadi Kekalahan

Walau demikian, pasukan muslimin telah berada digaris kemenangan. Selanjutnya mereka terus mengejar para musuh Allah sambil memungut barang rampasan perang. Menyaksikan hal tersebut, para pemanah yang berjaga diatas bukit tertarik untuk ikut serta memungut dan akhirnya mereka turun dari bukit, kecuali ‘Abdullah bin Jubayr yang setia pada perintah Nabi Saw. untuk melindungi pasukannya dari atas bukit. Melihat bukit yang telah terbebas dari penjagaan para pemanah, Khālid bin Walīd bersama pasukannya melancarkan aksi serangan balik dan diikuti oleh Iqrimah. Akhirnya para pemanah yang setia itu terbunuh, termasuk ‘Abdullah bin Jubayr. Peristiwa ini memberikan dampak yang luar biasa. Seketika kaum muslimin terhenyak dan terdesak. Barisan mereka menjadi tidak teratur, serangan kaum kafir Quraisy semakin gencar mendekati Nabi Saw. dan semuanya berambisi untuk ambil bagian dalam melakukan pembunuhan terhadapnya. Ketika itu kaum muslimin yang berdekatan dengan Nabi Saw. segera melindunginya dan mereka tersadar dari kilauan kesenangan dunia. Tetapi kaum Quraisy berhasil melempari Nabi Saw. dengan batu yang mengakibatkan luka parah dibagian rahangnya.56 Kemudian Nabi Saw. berjalan dibawah pengawalan para sahabatnya

mendaki gunung U udḥ dan dapat menyelamatkan diri.

Dalam situasi kritis seperti itu sempat muncul desas-desus bahwa Nabi Saw. telah wafat. Sehingga terguncanglah hati kaum muslimin, orang-orang yang lemah iman diantara mereka berkata, “Untuk apa kita disini jika Rasulullah Saw. telah wafat?”. Mendengar kata-kata itu, Anas bin Al-Na rḍ menanggapi, “Bahkan untuk apa lagi kalian hidup setelah Nabi Saw wafat?”.57 Kemudian ia kembali maju menghadapi musuh, setelah bertempur mati-matian,

53 Haekal. Op.Cit. hal 299. Sumber lain menyebutkan bahwa Ṭalḥah tewas ditangan Az-Zubayr 54 Ibid. hal 300

55 Ibid. hal 308

(11)

akhirnya ia bertemu dengan ajalnya setelah mendapatkan 70 pukulan hingga jenazahnya tidak dapat dikenali seandainya tidak datang saudara perempuannya.

Setelah tiba dibukit yang paling tinggi, kaum muslimin terlihat begitu kepayahan, sampai-sampai Nabi Saw. shalat dzuhur sambil duduk dan diikuti oleh para sahabatnya. Sementara di pihak Quraisy, dengan penuh suka cita mereka merayakan kemenangan dan merasa telah berhasil membalas dendam. Abū Sufyān berkata, “Hari ini sebagai pembalasan perang Badar, sampai jumpa tahun depan!.”58

Kini kedua kubu secara bergantian menguburkan mayat-mayat mereka, setelah selesai menguburkan mayat pasukan mereka, kaum Quraisy pergi. Selanjutnya giliran kaum muslimin kembali ke garis depan untuk menguburkan jenazah-jenazah mereka. Setelah prosesi pemakaman selesai, Nabi Saw. hendak mencari jenazah pamannya, Ḥamzah bin Abdul Mu ālibṭ . Betapa ia terpukul ketika melihat jenazah pamannya telah dicampakan dan perutnya telah dibedah. “Demi Allah, kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, maka akan kuaniaya mereka dengan cara yang tidak pernah dilakukan orang Arab!” ucap Nabi Saw. Lalu turunlah firman Allah Swt. yang berbunyi,

        

    ,    



Wa’in ‘āqabtum fa’āqibū bimitsli mā ‘ūqibtum bihi wa la’in abartum lahuwa khayrunṣ

li ābirīn wa bir wamā abruka illa billahi walā tahzan ‘alayhim walā taku fī ayqin mimmāṣṣ

yamkurūn

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (QS. An-Nahl [16] 126-127)

Dengan turunnya ayat ini lantas Nabi Saw. memaafkan mereka dan melarang untuk melakukan suatu tindakan penganiayaan.

Kemudian Nabi Saw. dan para sahabatnya yang selamat pulang meninggalkan Uhud menuju Madinah. Ditengah keguncangan hati kaum muslimin akibat kekalahan yang dituai setelah memetik kemenangan, kaum Yahudi, munāfiqūn, dan musyrikūn menunjukan kegembiraan melihat kehancuran yang dialami kaum muslimin. Maka, demi menjaga kewibawaan Nabi Saw. keesokan harinya dengan kekuatan yang lebih besar mereka kaum muslimin kembali diseru untuk melakukan pengejaran. Hal ini membuat Abū Sufyān ketakutan setelah ia mendapatkan informasi dari Ma’bad Al-Khuzā’i tentang keberangkatan kaum

(12)

muslimin untuk mengejar. Ketika itu ia telah sampai di Rau a’ḥ . Tetapi rasa gengsi kepada kabilah-kabilah Arab mendorongnya untuk mengutus sebuah kafilah dari suku ‘Abdul Qays untuk memberitahukan Nabi Saw. di Madinah bahwa Abū Sufyān akan kembali menyerbu. Saat Nabi Saw. berada di Hamra’ Al-Asad pesan itu tersampaikan kepadanya. Namun ternyata tidak membuat semangat Nabi Saw. dan para tentaranya menjadi goyah. Hingga tiga hari berturut-turut dinyalakan api unggun untuk menunjukan kepada kaum kafir Quraisy bahwa ia dan pasukannya tetap siap menunggu kedatangan mereka. Tetapi pasukan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang dan akhirnya Nabi Saw. beserta pasukannya kembali ke Madinah.59

D. Penutup

Demikianlah deskripsi sejarah peperangan Badar dan U ud. ḥ Terjadinya perang Badar di latar belakangi oleh motivasi kaum muslimin untuk menuntut ganti rugi atas hilangnya harta benda mereka karena dirampas oleh kaum kafir Quraisy selagi di Mekah. Sementara perang Uhud merupakan buntut dari kekalahan kaum Quraisy dalam peperangan Badar, yang berhasrat untuk melakukan balas dendam.

Hendaklah kaum muslimin pada masa kini dapat memetik hikmah dari kedua peristiwa tersebut, bahwa kebenaran akan senantiasa berada dalam kemenangan sepanjang kebenaran itu tidak di nodai dengan kebatilan. Pada peperangan Badar kaum muslimin pada saat itu berhasil memetik kemenangan. Sementara pada peperangan U ud ḥ kecenderungan pada keduniaan telah mengundang ujian Allah Swt. untuk menghendaki kekalahan mereka.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr A - abari. 1987. ṭ Ṭ Tārīkh at-Tabari. Beirut: Dār Kutub

al-‘Ilmiyyat

Dr. Muhammad Sa’īd Ramadan Al-Būtī. 1990. Fiqhus Sīrah; Dirāsāt Manhajiyyat ‘Ilmiyat Li

Sīratil Mustafā ‘Alaihis Salām. Tt: Dār al-Kutub al-Islāmiyat

Dr. Syauqi Abu Khalil. A las Al- adī Al-Nabawi. ṭ Terj. Muhammad Sani & Dedy Januarsyah.

Atlas Hadits. Cet-2. 2008. Jakarta: Almahira

KH. Munawar Kholil. 1983. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Bulan Bintang

Muhammad Husein Haekal. Ḥayat Mu ammad. ḥ Terj. Ali Audah. 2013. Sejarah Hidup

Muhammad. Bogor: Litera Antarnusa

Philip K Hitti. 1970. The History of Arabs. London: The Macmillan Press Ltd

Syekh Amin bin Abdullah As-Syaqawi. Fadā’ilu Gazwat Badr. Terj. Arif Hidayatullah.

tth. Perang Badar Mengubah Sejarah.

Syekh afiyyurahman Al-Mubarakfuri. Ṣ Al-Rahīqul Makhtūm. Terj. Hanif Yahya, Lc. 2012.

Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik

Referensi

Dokumen terkait

Maka berdasarkan Piagam Madinah itu, dalam menghadapi Perang Uhud, Nabi Muhammad saw mengajak orang-orang Yahudi untuk meyertai kaum Muslimin berperang menghadapi musuh

Berarti, jika kaum Muslimin berangkat untuk berperang, mereka harus yakin bahwa kepada musuh telah diterangkan kalau perang yang dilancarkan mereka itu tidak beralasan tetapi

Sebahagian berkata, “Kaum Muslimin akan melarikan diri hingga ke pesisir laut.” Seorang munafik lain mengatakan, “Sihir telah terlawan.” Yang lain bertekad

Pola konsumsi “ngopi” telah berubah dimana yang tadinya warung kopi menjadi alasan untuk mengkonsumsi makanan serta minuman atau mengkonsumsi wacana dengan diskusi- diskusi, kini dengan