• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA SIPUT MERAH (Cerithidea sp) DI PERAIRAN LAUT DUMAI PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA SIPUT MERAH (Cerithidea sp) DI PERAIRAN LAUT DUMAI PROVINSI RIAU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Semirata 2013 FMIPA Unila |259

KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA

SIPUT MERAH (Cerithidea sp) DI PERAIRAN LAUT DUMAI

PROVINSI RIAU

Elya Febrita, Darmadi dan Thesa Trisnani

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Abstrak. Conducted research to determine the concentrations of heavy metals copper (Cu)

on Red Snails (Cerithidea sp) in the waters of the Sea Dumai held in May to June 2011. The method used is survey method, where the determination of the station conducted a systematic purposive sampling at three observation stations. The main parameters measured were cu metal content in seawater, sediments and Cerithidea sp and Cu levels of heavy metal accumulation. While supporters of the parameters are temperature, brightness, salinity, pH, dissolved oxygen, organic matter content and type of substrate. Cu concentrations of heavy metals were analyzed by using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Data analysis was conducted in the description. The results showed Cu concentrations of heavy metals in sea water range from 0.102 ppm - 0.175 ppm. Cu content of heavy metals in sediments ranged from 1.323 ppm - 3.631 ppm. While the concentration of Cu metal on Cerithidea sp ranged from 1.264 ppm - 2.592 ppm. Cu concentrations of heavy metals in marine waters Dumai has passed the threshold for the quality of sea water, while the heavy metal concentrations of Cu in Cerithidea sp have not passed the threshold. The value of biological concentration factor on Cerithidea sp metals Cu ranged from 12.3 to 19.3. This shows the level of accumulation of heavy metals Cu is low.

Keywords: Cerithidea sp, Heavy Metal, Copper (Cu)

PENDAHULUAN

Ekosistem peraian laut, selat dan pantai merupakan ekosistem yang khas, dimana kondisi fisika-kimia sangat dipengaruhi oleh berbagai aktivitas disekitar perairan. Aktivitas tersebut selain memberikan keuntungan terhadap kehidupan manusia juga dapat memberikan dampak yang negatif bagi ekosistem di perairan seperti menurunnya kualitas perairan akibat masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam perairan tersebut. Kandungan logam berat dalam perairan dapat meningkat, terutama dengan meningkatnya aktivitas seperti transportasi, pelabuhan, indusrti minyak bumi, dan pemukiman penduduk padat yang menghasilkan limbah logam berat diantaranya adalah logam berat Cu yang dapat mempengaruhi kualitas perairan bagi kehidupan organisme didalamnya (Setiadi,

2007). Perairan Laut Dumai berbatasan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan dataran rendah yang sebagian wilayahnya masih terdiri dari rawa-rawa dan hutan bakau. Kondisi Pantai Dumai relatif landai dan curam, daerah ini merupakan daerah Pesisir Timur dari Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Pulau Rupat (Anonimus, 2008).

Perairan pantai Dumai selain dimanfaatkan sebagai daerah pelabuhan, industri dan jalur pelayaran, juga merupakan tempat penangkapan ikan oleh penduduk yang tinggal di tepi pantai. Pelabuhan dan perairan tersebut digunakan oleh beberapa perusahaan yang beroperasi di Dumai, salah satunya PT. Patra Dock yang bergerak dalam pembuatan industri galangan kapal, dimana logam Cu ini digunakan sebagai campuran bahan pengawet. Pelabuhan penyeberangan

(2)

penumpang juga menggunakan perairan Dumai untuk fasilitas bongkar muat. Kondisi tersebut menjadikan perairan ini sebagai jalur pelayaran antar pulau dan negara yang padat, sehingga dapat mengkontribusikan logam-logam berat diantaranya Cu.

Cerithidea sp merupakan organisme

yang banyak didapatkan dan dikonsumsi oleh masyarakat disekitar perairan Laut Dumai, sehingga kemungkinan spesies ini sudah mengandung logam berat Cu. Sifat bioakumulatif dari Cerithidea sp inilah yang menyebabkan organisme tersebut harus diwaspadai apabila dikonsumsi secara terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kandungan Logam Berat Cu pada siput merah (Cerithidea sp) di Perairan Laut Dumai. Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan instansi terkait khususnya mengenai kandungan logam berat Cu pada siput merah (Cerithidea sp) sehingga dapat diketahui kualitas perairan di laut Dumai.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Laut Dumai pada bulan Mei sampai dengan Juni tahun 2011 dengan menggunakan sampel Cerithidea sp, sedimen, dan air laut secara representatif dengan membagi 3 kawasan. Stasiun pertama terletak di Desa Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan, stasiun kedua di daerah Pelabuhan, stasiun ketiga di Pelintung. Pengukuran kandungan bahan organik substrat dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Riau dan analisis kandungan logam berat dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Universitas Riau dengan menggunakan AAS (Atomic Absorbtion Spechtrofotometer).

Pengambilan sampel air laut dilakukan pada saat air surut. Sampel air yang diambil di masukan ke dalam botol polyetelin sebanyak 1000 ml untuk setiap sampel

diberi 3 tetes HNO3 dan di beri label setiap stasiun. Sedimen yang diambil adalah sedimen permukaan sebanyak 250 gr berat basah yang diambil dari masing-masing stasiun dan kemudian di masukan ke dalam kantong plastik yang telah dibilas dengan air laut dan telah diberi label, selanjutnya sampel di masukan ke dalam ice box. Sampel Cerithidea sp dilakukan dengan metode hand collecting (sortir), dilakukan secara langsung pada daerah intertidal pada saat air surut, di lumpur bawah tegakan hutan mangrove. Jumlah sampel yang diambil 9 ekor dengan ukuran cangkang berkisar 4-6 cm untuk setiap stasiun dibagi menjadi tiga titik kemudian dipilih secara acak 3 ekor yang telah memenuhi kriteria dari setiap stasiun. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label dan diawetkan ke dalam ice box. Setelah ketiga sampel diperoleh, kemudian sampel dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

PEMBAHASAN

Kandungan Logam Berat Cu pada Air laut, Sedimen, dan Cerithidea sp.

Analisis konsentrasi logam Cu pada air laut yang disajikan pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa konsentrasi logam Cu tertinggi ditemukan pada stasiun II (Pelabuhan), yaitu 0.134 ppm. Jika kita bandingkan dari hasil penelitian terdahulu maka kadar logam berat tembaga mengalami peningkatan sebesar 0,07 ppm karena hasil penelitian terdahulu hanya diperoleh 0,06 ppm tembaga. Namun bila dibandingkan dengan baku mutu logam berat untuk air laut dari Kep.MENLH No. 51 Tahun 2004 (< 0,008 ppm) maka bisa dikatakan bahwa kadar tembaga di perairan Dumai telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Kadar logam tembaga (Cu) dalam sedimen tertinggi ditemukan di Pelabuhan yaitu 3,631 ppm. Bila dibandingkan dengan standar baku mutu logam berat untuk sedimen berdasarkan

(3)

Semirata 2013 FMIPA Unila |261 RNO (dalam Razak, 1981 dalam Fajri,

2002 ) diketahui bahwa konsentrasi logam berat Cu pada sedimen di Perairan laut Dumai belum melewati ambang batas dan masih dalam kadar alamiah untuk logam berat dalam sedimen. Kadar tembaga (Cu) tertinggi pada Siput Merah (Cerithidea sp) juga terdapat di Pelabuhan sebesar 2,592 ppm dan terendah terdapat di Desa Basilam Baru sebesar 1,264 ppm, jika dibandingkan dengan standar baku mutu logam berat untuk biota konsumsi dari Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 03725/B/SK/1989 (20 ppm) maka dapat kita ketahui bahwa kadar logam tembaga dalam tubuh Siput Merah belum melewati baku mutu yang telah

ditetapkan. Tembaga (Cu) dibutuhkan sebagai unsur yang berperan dalam pembentukan enzim oksidatif dan pembentukan kompleks Cu-protein yang selain Zn. Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine karena sebagian terikat dengan protein, sebagian dieksresikan melalui empedu ke dalam usus dan dibuang ke feses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga menyebabkan penyakit anemia dan tuberculosis.

(http://72.14.235.104/search?q=cache:tw LXoZWi_uEJ:tumoutou.net/702_07134/ma rganof.pdf+keracunan+tembaga&hl=id&gl =id&ct=clnk&cd=1).

Tabel 1. Hasil Analisis Konsentrasi Logam Berat Cu pada Air Laut, Sedimen dan Cerithidea sp di Laut Dumai

Stasium Cu Air Laut (ppm) Cu Sedimen (ppm) Cu Cerithidea sp (ppm) I 0,102 1,323 1,264 II 0,134 3,631 2,592 III 0,175 2,451 2,323 Rata-rata 0,137 2,468 2,059 Baku mutu 0,008* 5-30** 20**

* ) Baku mutu air laut (Keputusan No.51/MENKLH/2004)

**) Baku mutu menurut SK Depkes RI No.0375/B/SK/1989 untuk biota konsumsi

(4)

Tingkat Akumulasi Logam Berat Cu pada Cerithidea sp

Tabel 2. Hasil Perhitungan Akumulasi Logam Berat Cu pada Cerithidea sp di Perairan Laut Dumai.

No Stasiun Nilai Faktor Konsentrasi Biologi

Cu

1 I (Desa Basilam Baru) 12,3

2 II (Pelabuhan) 19,3

3 III (Pelintung) 13,2

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Fisika – Kimia pada Ketiga Stasiun Penelitian di Laut Dumai

No Stasiun Parameter

pH Suhu Salinitas DO Tipe Kecerahan KOS Kec.Arus (°C) (‰) (ppm) Substrat (m) (%) (m/dt) 1 I 6,5 27 27,4 6,2 Lumpur 0,2 9,52 0,09 2 II 6 28 25,5 5,8 Lumpur 0,19 12,90 0,03 3 III 6 28 26,2 6 Lumpur Berpasir 0,19 8,91 0,04 ٭) 7-8,5 28-32 33-34 ≥5 >3

٭) Baku mutu air laut (Keputusan No. 51/MENKLH/2004) Hasil perhitungan akumulasi logam berat

Cu pada Cerithidea sp dapat dilihat dari Nilai Faktor Konsentrasi Biologi

Cerithidea sp terhadap logam berat Cu

berkisar antara 12,3 – 19,3. Hal ini menunjukan bahwa tingkat akumulasi tertinggi untuk logam Cu yaitu 19,3 termasuk dalam kategori logam berat akumulatif rendah menurut Waldhichuck (1974). Parameter Kualitas Perairan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kualitas perairan Dumai masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai dari masing masing parameter yang belum melebihi nilai baku mutu berdasarkan Kep.MENLH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan sebagai berikut Konsentrasi logam berat Cu pada air laut

berkisar 0,102 ppm – 0,175 ppm. Kandungan logam berat Cu pada sedimen berkisar antara 1,323 ppm – 3,631 ppm. Sedangkan konsentrasi logam Cu pada

Cerithidea sp berkisar antara 1,264 ppm –

2,592 ppm. Kualitas perairan di Laut Dumai berdasarkan konsentrasi logam Cu pada air laut telah melewati ambang batas, pada sedimen dan siput merah masih berada diatas kisaran toleransi atau belum melewati ambang batas dan tingkat akumulasi Cerithidea sp tergolong rendah.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pencemaran logam berat yang lain dengan bioindikator lain untuk mengetahui kondisi Laut Dumai lebih jauh lagi. Selain itu disarankan agar masyarakat Dumai jangan terlalu sering mengkonsumsi

Cerithidea sp yang berada disekitar

aktivitas penduduk yang padat, industri-industri dan pelabuhan meskipun dari hasil

(5)

Semirata 2013 FMIPA Unila |263 penelitian menunjukan bahwa konsentrasi

logam Cu pada Cerithidea sp belum melewati ambang batas akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus logam tersebut akan menumpuk dalam tubuh sehingga akan bersifat toksik yang akan menganggu kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. 2004. Analisis Kadar Logam

Berat Pb, Cd, Cu dan Zn pda air Laut, Sedimen dan Lokan (Geloina coaxans) di Perairan pesisir Dumai, Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan. UNRI. Pekanbaru. Tidak diterbitkan).

Anonimus. 2008. Pencemaran Logam

Berat.

http://www.damandiri.or.id./file.//erlang ga. Pdf. Akses Internet 18 Januari 2010. Anonimus. 2008b. Gastropoda.

http://www.gastropods.com/l/shell-1025. htms. Akses Internet 19 Mei 2011. Anonimus. 2008c. Perairan Laut Dumai.

http://inaport.I.co.id/cabang/dumai.htms. Akses Internet 20 Mei 2011.

Arfandhi, H. 2009. Analisis Kandungan

Logam Berat Pb, Cu, Cd, dan Zn pada Cerithidea sp sp di Perairan Pantai Sekitar Kawasan Buangan Limbah Cair Pertamina Unit Pengolahan II Dumai.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

Cholik, M. Ariati dan R. Arifudin. 2008.

Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan.

Dirjen Perikanan Bekerjasama dengan Internasional Development Research Center. Jakarta.

Connel, D. W dan Miller, G. J. 2006. Kimia

dan Ekotoksilogi Pencemaran.

Terjemahan Koestoer, Y. UI Press. Jakarta.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang

Indonesia (Indonesia Shell II). Sarana

Graha. Jakarta

Darmono. 2001. Lingkugan Hidup dan

Pencemaran Hubungannya dengan Toksilogi Senyawa Logam. UI Press.

Jakarta.

Darsef. 2003. Faktor-faktor yang Berdampak Terhadap Lingkungan Pesisir. Program Pasca Sarjana.

ITB.http//tumoutou.net/702-07134/darsef/htm. Akses Internet 12 Maret 2010.

Dojlido, J. R. and G. A. Best. 2004. Chemistry of Water and Water Pollution. Ellis Horwood Series in Water and Waste Water Technology. England. Efriyeldi dan B. Amin. 2000. Studi

Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Teritip (Ballanus sp) sebagai Indikator Pencemaran Perairan. Jurnal

Berkala Perikanan Terubuk No.78. Fajri, N. 2002. Bahan Buku Kuliah

Toksikologi Lingkungan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. 31 Halaman (tidak diterbitkan).

Geyer, R. A. 2007. Marine Environmental Pollution, 2. Elsevier Scientific Publishing Company. New York.

Hakim, N. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Harja, E. 2007. Kandungan Logam Berat

Timbal (Pb), Cu, Zn di Perairan Bungis Teluk Kabung Padang Sumatera Barat.

Skripsi Fakultas Perikanan dan Kelautan. UNRI. Pekanbaru.

Harmonisari, Y. 2007. Distribusi Logam

Berat Pb, Cd dan Cu pada Air Laut dan Sedimen Perairan Meskom di Sekitar Selat Bengkalis. Skripsi FMIPA UNRI.

(6)

Hutagalung, H. P. 1997. Metode Analisis

Air Laut, Sedimen dan Biota Buku 2.

PPPO_LIPI. Jakarta.

2000. Logam Berat dalam Lingkungan

Laut. Pewarta Oseana. IX (1) A.

2002. Pencemaran Laut Oleh Logam

Berat dalam Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.

MENKLH. 2004. Surat Keputusan Nomor:

Kep 51/MENKLH/2004 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Sekretariat Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.

Naiborhu, B. 2006. Kandungan Logam

Berat Pb, Cd, Cu, Ni, dan Zn pada Gastropoda Thais dan Cerithidea sp di perairan Intertidal Kota Dumai. Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru. (tidak diterbitkan). Nybakken, J. W. 2002. Biologi Laut Suatu

Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia.

Jakarta.

Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Fundamental of Ekologi, oleh Subiyanto. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

Pagoray, H. 2001. Kandungan Logam Hg

dan Cd Sepanjang Kali Donan Kawasan Industri Cilacap. FRONTIR Nomor 33,

maret 2001. www.goegle.com.

Palar , H. 2004. Pencemaran dan Toksilogi

Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta. Ed

III. Jakarta. 152 hal.

Rahman, A. 2006. Kandungan Logam

Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Beberapa Jenis Krustacea di

Perairan Batakan dan Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Program Studi FMIPA

Lambung Mangkurat. Jurnal

Bioscientiae. (15) 1.

Renaldi. 2004. Kandungan Logam Berat

Cr, Pb, dan Zn dalam Sedimen pada Anak Sungai Siak Kota Pekanbaru.

Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.

Salmah. 2006. Struktur Komunitas Gastropoda pada Hutan Mangrove di Desa Panglima Raja Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir.

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. UNRI. Pekanbaru.

Setiadi, S dan Soeprianto, B. 2007. Dampak

Industri Terhadap Ekosistem Pantai (Studi Kasus Pencemaran Logam Berat dan Akumulasinya dalam Ekosistem Pantai Teluk Jakarta dan Banten.

Laporan Penelitian Perpustakaan UI. Jakarta.

(http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/l ibri2/detail.jsp?id=76408&lokasi=lokal). Akses Internet 7 Maret 2010.

Supriharyono, M. S. 2004. Pelestarian

Pengelolahan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.246 hal.

Syafriadiman. 2007. Toksilogi Edisi 1. MM

press. Cv. Mina Mandiri. Pekanbaru.

Wahyuni, P. 2007. Tingkat Pencemaran

Logam Berat Pb, Cu dan Cd di Selat Bengklalis dengan Bioindikator Pharus sp. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. UNRI. Pekanbaru.

Waldichuck, M. 1991. Some Biological

Concern In Metal Polution and Physiology of Marine Organism.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Konsentrasi Logam Berat Cu pada Air Laut, Sedimen dan Cerithidea sp di  Laut Dumai
Tabel  2.  Hasil  Perhitungan  Akumulasi  Logam  Berat  Cu  pada  Cerithidea  sp  di    Perairan  Laut  Dumai

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Indonesia berada pada peringkat satu dunia dengan pertumbuhan 51% dikategori Growth In Internet User melampaui Amerika, China serta negara lain di dunia

Berdasarkan asumsi yang dijelaskan diatas mengenai penggunaan KIT fisika dalam pembelajaran fisika maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kegiatan belajar

Dengan demikian, penulis memberi judul pada penelitian ini, yaitu “Pengaruh Kredit yang Disalurkan, Kecukupan Modal, dan Tingkat Likuiditas Terhadap Return On Asset

Hasil penelitian menunjukan dari luas 3,64 Ha areal penelitian di Hutan Wisata Baning Kabupaten Sintang dengan 3 (Tiga) jalur pengamatan, terdapat 39 jenis pohon yang ditemukan

Dilakukan juga pemeriksaan kesehatan untuk mendapatkan faktor resiko dari OA diantaranya : Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan dan pengukuran Tekanan

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan

Infeksi asimptomatik bertanggungjawab pada penularan parasit dengan kista yang terdapat pada tinja, penularan tidak terjadi oleh trofozoit karena akan dirusak oleh asam

Persentase jumlah penumpang yang membutuhkan transportasi umum yang menghubungkan daerah asal perjalanannya dengan Bandara Radin Inten II Lampung