• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFIGURASI METODE GEOLISTRIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFIGURASI METODE GEOLISTRIK"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN AKUISISI

(Laporan Praktikum Eksplorasi Geomagnetik)

Oleh Egi Ramdhani

1315051018

LABORATORIUM GEOFISIKA

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR GAMBAR...v DAFTAR TABEL...vi I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1

I.2 Tujuan Percobaan... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1Pemilihan Konfigurasi Elektroda... 3

II.2Kegunaan Metode Geolistrik... 3

III. TEORI DASAR IV. METODOLOGI PRAKTIKUM IV.1...W aktu dan Tempat Praktikum...10

IV.2...Al at Praktikum...10

IV.3...Pe ngambilan Data Praktikum...11

IV.4...Pe ngolahan Data Praktikum...11

IV.5...Di agram Alir Praktikum...12

V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

(3)

V.1 Data Praktikum...13 V.2 Pembahasan...13

VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Konfigurasi elektroda wenner dan schlumberger... 7

Gambar 3.2 Pola aliran arus antara dua elektroda arus... 9

Gambar 4.2.1 Laptop... 10

Gambar 4.2.2 Alat Tulis... 10

Gambar 4.2.3 Kalkulator... 11

Gambar 4.2.4 Kertas... 11

Gambar 5.2.1 Konfigurasi elektroda wenner... 13

Gambar 5.2.2 Konfigurasi elektroda schlumberger... 14

Gambar 5.2.3 Konfigurasi elektroda wenner-schlumberger... 14

Gambar 5.2.4 Konfigurasi pengukuran resistivitas 2D... 15

Gambar 5.2.5 Konfigurasi elektroda dipole-dipole... 15

Gambar 5.2.6 Konfigurasi elektroda pole-pole... 16

Gambar 5.2.7 Konfigurasi elektroda pole-dipole... 17

Gambar 5.2.8 Konfigurasi elektroda square... 17

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Konfigurasi dan faktor geometri masing-masing elektroda... 5

(6)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Metode Geolistrik merupakan salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi geofisika terutama dalam penentuan keberadaan air tanah bawah permukaan (eksplorasi air tanah). Adapun fungsi lainnya adalah untuk eksplorasi batubara, emas, bijih besi, mangan dan chromites. Metode ini menggunakan penginjeksian arus listrik dibawah permukaan untuk mendapatkan data bawah permukaan bumi tentunya dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Istilah lain dalam penyebutan metode geolistrik ini adalah metode electrical resistivity. Metode resistivity ini bekerja dengan menginjeksikan arus Direct Current (DC) atau arus searah kedalam permukaan bumi dengan elektroda arus dan akan didapatkan beda potensialnya sebagai besaran fisis yang dicari. Selanjutnya, mengukur voltase (beda tegangan) yang ditimbulkan di dalam bumi. Arus Listrik dan Tegangan disusun dalam sebuah susunan garis linier yang biasa disebut dengan konfigurasi elektroda. Beberapa susunan garis linier atau konfigurasi elektroda yang umum dipakai adalah dipole-dipole, pole-pole, schlumberger, dan wenner. Adapun konfigurasi elektroda yang lain yakni wenner-schlumberger, pole-dipole dan square atau persegi. Pada praktikum kali ini, kami membahas tentang konfigurasi metode geolistrik yakni melakukan penurunan rumus masing-masing konfigurasi elektroda, lalu melakukan pembahasan macam-macam konfigurasi elektroda serta melakukan perhitungan sesuai dengan faktor geometri masing-masing konfigurasi elektroda. Untuk lebih memahami tentang macam-macam konfigurasi elektroda dalam konfigurasi metode geolistrik, maka dilakukanlah praktikum konfigurasi metode geolistrik ini.

(7)

2

I.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah : 1. Dapat mengetahui jenis-jenis konfigurasi elektroda

2. Dapat menghitung nilai K sesuai dengan faktor geometri masing-masing konfigurasi elektroda.

(8)

II.TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pemilihan Konfigurasi Elektroda

Pemilihan konfigurasi elektroda bergantung pada tipe struktur yang akan dipetakan, sensitivitas alat tahanan jenis dan tingkat noise yang ada. Masing-masing konfigurasi elektroda diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Suatu permasalahan mungkin lebih baik dilakukan dengan suatu jenis konfigurasi elektroda, tetapi belum tentu permasalahan tersebut dapat dipecahkan jika digunakan jenis konfigurasi lainnya. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengukuran, harus diketahui dengan jelas tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis konfigurasi yang mana yang akan dipakai. Karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan konfigurasi elektroda adalah sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan nilai tahanan jenis bawah permukaan secara vertikal dan horizontal, kedalaman investigasi, cakupan data horizontal dan kuat sinyal (Sari, 2013).

II.2 Kegunaan Metode Geolistrik

Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat. Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan

(9)

4

pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan. Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan (Batubara, 2014).

(10)

III.

TEORI DASAR

Besarnya tahanan jenis diukur dengan mengalirkan arus listrik dan memperlakukan lapisan batuan sebagai media penghantar arus. Resistivitas yang dihasilkan bukanlah nilai sebenarnya, melainkan resistivitas semu. Semakin besar tingkat resistivitas, maka semakin sukar untuk menghantarkan arus listrik dan bersifat isolator, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu resistivitas berbanding terbalik dengan konduktivitas atau daya hantar listrik. Metode resistivitas ini sering digunakan untuk pendugaan lapisan bawah tanah karena cukup sederhana dan murah, walaupun jangkauan kedalamannya tidak terlalu dalam, tetapi itu sudah mencapai target yang diinginkan untuk eksplorasi air bawah tanah (Ardan, 2011).

Setiap konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik tahanan jenis mempunyai faktor geometri masing-masing, berikut ini adalah beberapa faktor koreksi masing-masing elektroda.

Tabel 3.1 Konfigurasi dan faktor geometri masing-masing elektroda

Konfigurasi Elektroda Faktor Geometri

I V A M N B Schlumberger K = π (L 2 −x2)12 2(L2 +x2 ) C2 C1 P1 P2

(11)

Wenner K = 2πa Wenner-Schlumberger K = πn(n+1)a Dipole-Dipole K = πn(n+1)(n+2)a Pole-Pole K = 2πa Pole-Dipole K = 2πn(n+1)a C C

(12)

Square

K = πa(2+

2¿R

(13)

7

Semua metode resistivity menggunakan sumber artifisis, yang ditanamkan kedalam tanah melalui titik elektroda atau sepanjang garis kontak antara elektroda dan permukaan tanah. Prosedur dari metode ini adalah untuk mengukur beda potensial antar elektroda yang berbeda di sekitar aliran arus. Karena arus juga diukur, ini memungkinkan untuk mengukur resistivitas efektif. Dalam hal ini, metode resistivity lebih unggul setidaknya secara teori. untuk AL1 metode listrik lainnya, karena hasil kuantitatif yang diperoleh menggunakan sumber dikendalikan dari dimensi tertentu, seperti dalam metode geofisika lain, potensi maksimum tahanan tidak pernah mati, Kepala kelemahan adalah sensitivitas yang tinggi terhadap variasi kecil dalam konduktivitas dekat permukaan; atau biasa dikenal dengan noise, situasi akan ada di tanah survei magnetik jika satu orang untuk menggunakan magnetometer dengan sensitivitas dalam kisaran picotesla (Telford dkk, 2004).

Banyak konfigurasi elektroda telah dirancang (Habberjam 1979) dan, meskipun beberapa kadang-kadang digunakan dalam survei khusus, hanya dua yang sering gunakan yakni konfigurasi elektroda Wenner dan konfigurasi elektroda schlumberger, seperti ditunjukan pada gambar.

(14)

8

Konfigurasi wenner sederhana dalam elektroda saat ini dan potensi yang dipertahankan pada jarak yang sama antar elektrodanya. Selama VES jarak yang secara bertahap meningkat sekitar tetap titik pusat dan di CST seluruh spread bergerak sepanjang profil dengan nilai tetap dari. Efisiensi melakukan terdengar listrik vertikal dapat sangat meningkat dengan memanfaatkan kabel multicore untuk mana sejumlah elektroda yang melekat secara permanen pada pemisahan standar (Barker 1981). Sebuah terdengar bisa kemudian dengan cepat dicapai dengan beralih antara berbagai set empat elektroda. Sistem seperti memiliki tambahan keuntungan itu, dengan mengukur resistensi tanah di dua posisi susunan elektrode, efek nearsurface variasi resistivitas lateral yang dapat secara substansial dikurangi. Dalam survei dengan konfigurasi Wenner keempat elektroda perlu dipindahkan antara pembacaan berturut-turut. Tenaga kerja ini sebagian diatasi dengan penggunaan Schlumberger konfigurasi di mana batin, elektroda potensial memiliki 2l jarak yang merupakan sebagian kecil dari yang dari luar, elektroda arus (2L). Dalam survei CST dengan konfigurasi Schlumberger beberapa gerakan lateral elektroda potensial dapat diakomodasi tanpa perlu memindahkan elektroda saat ini. Di VES survei elektroda potensial tetap tetap dan elektroda saat ini diperluas simetris tentang pusat penyebaran. Dengan nilai-nilai yang sangat besar L mungkin, namun, perlu untuk meningkatkan l juga dalam rangka mempertahankan terukur potensial (Kearey dkk, 2002).

Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan ½ Wenner, aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping). Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar elektrode arus berubah secara bertahap. Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan

(15)

9

bumi secara vertikal. Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Halik dan Widodo, 2008).

Survai geolistrik tahanan jenis adalah untuk mengetahui resistivitas bawah permukaan bumi dengan melakukan pengukuran di permukaan bumi. Resistivitas bumi berhubungan dengan jenis mineral, kandungan fluida dan derajat saturasi air dalam batuan. Metode yang biasa digunakan pada pengukuran resistivitas secara umum yaitu dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda arus (A dan B), dan pengukuran beda potensial dengan menggunakan dua elektroda potensial (M dan N) seperti yang diperlihatkan pada gambar.

(16)

IV.

METODOLOGI PRAKTIKUM

IV.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum konfigurasi metode geolistrik ini dilaksanakan pada :

Waktu : Kamis, 9 April 2015

Tempat Praktikum : Laboratorium Geofisika

IV.2 Alat Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2.1 Laptop

(17)

11

Gambar 4.2.3 Kalkulator

Gambar 4.2.4 Kertas

IV.3 Pengambilan Data Praktikum

Pengambilan data pada praktikum konfigurasi metode geolistrik ini diambil dari beberapa sumber. Termasuk buku penuntun praktikum sebagai sumber data pengamatan dan juga beberapa sumber lain seperti jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku lain dan juga sumber artikel di Internet.

IV.4 Pengolahan Data Praktikum

Data praktikum diolah mulai dari menganalisis macam-macam konfigurasi elektroda yang ada pada survei resistivity, lalu dilakukan penurunan rumus nilai K hingga didapatkan faktor geometrinya. Setelah itu, dilakukan perhitungan nilai K dengan data yang telah tersedia pada buku panduan praktikum geolistrik. Secara terpisah, sebagai tugas, selanjutnya dilakukan penggambaran ulang jenis-jenis konfigurasi elektroda yang ada dan pencarian sensitivitas masing-masing elektroda.

(18)

12

IV.5 Diagram Alir Praktikum

Adapun diagram alir pada praktikum konfigurasi metode geolistrik kali ini adalah sebagai berikut :

Mencari jenis-jenis konfigurasi elektroda Mulai Selesai Menuliskan sensitivitas Menganalisis jenis konfigurasi yang paling sensitif Menghitung nilai K Menggambarkan masing-masing konfigurasi elektroda

(19)

V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

V.1 Data Praktikum

Adapun data hasil pengamatan dari praktikum konfigurasi metode geolistrik ini yakni terlampir dalam lampiran 1 berupa tugas penggambaran konfigurasi elektroda, penurunan nilai K dan perhitungan nilai K berdasarkan data yang disajikan dalam buku panduan praktikum.

V.2 Pembahasan

Konfigurasi elektroda pada dasarnya merupakan aturan untuk penempatan alat khususnya elektroda saat melakukan pengukuran dalam survei geolistrik. Terdapat 7 konfigurasi elektroda dalam praktikum kami kali ini yakni konfigurasi elektroda wenner, schlumberger, wenner-schulmberger, dipole-dipole, pole-pole, pole-dipole dan square atau persegi. Berikut adalah penjelasan masing-masing konfigurasi tersebut.

Konfigurasi Elektroda Wenner merupakan konfigurasi yang membutuhkan tempat yang sangat luas. Konfigurasi ini tersusun atas 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Elektroda potensial ditempatkan pada bagian dalam dan elektroda arus dibagian luar dengan jarak antar elektroda sebesar a.

(20)

14

Pangukuran dilakukan dengan memindahkan semua elektroda secara bersamaan kearah luar dengan jarak a selalu sama (AM = MN = AB). Konfigurasi ini digunakan dalam pengambilan data secara lateral atau mapping. Faktor geometris untuk konfigurasi ini sebesar 2πa

Sehingga besar resisitivitas semu adalah ρ=2πa(V/I)

Konfigurasi Elektroda Schlumberger Merupakan konfigurasi yang hampir sama dengan Wenner, hanya saja jarak elekroda potensial dibiarkan tetap, pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektroda arus ke arah luar.

Gambar 5.2.2 Konfigurasi Elektroda Schlumberger

Metode ini tidak membutuhkan bentangan yang luas dan digunakan untuk pengambilan data sounding. Jarak antara elektroda AM dan NB sama (AM = NB), sedangkan untuk jarak MN tetap. Faktor geometrisnya K = 2πa

Konfigurasi Elektroda Wenner-Schlumberger merupakan gabungan antara konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Menurut Sumanovac F. dkk (2007), Konfigurasi Wenner-Sclumberger mempuyai penetrasi maksimum hingga kedalaman 90 meter sedangkan konfigurasi Wenner hanya mencapai 80 m.

(21)

15

Gambar 5.2.4 Konfigurasi pengukuran resistivitas 2D

Variabel n merupakan kelipatan untuk menunjukkan tingkat lapisan yang teramati. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger adalah K = πn(n+1)a Dimana a adalah jarak antara elektroda P1 dan P2, serta n adalah perbandingan antara jarak elektrode C1-P1 dengan P1-P2 (misal 3a, maka n=3). Sehingga, nilai resistivitas semu dirumuskan

Konfigurasi Elektroda Dipole-Dipole, Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang dapat digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole.

Gambar 5.2.5 Konfigurasi Elektroda Dipole-Dipole

Pada konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial.

(22)

16

ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole. Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu. Sehingga berdasarkan gambar, maka faktor geometri untuk konfigurasi Dipole-dipole adalah K= πn(n+1)(n+2)a

Sehingga berlaku hubungan :

Konfigurasi Elektroda Pole-Pole yaitu merupakan konfigurasi elektroda elementer dimana terdapat satu titik sumber arus dan satu titik ukur potensial.

Gambar 5.2.6 Konfigurasi Elektroda Pole-Pole

Untuk itu salah satu elektroda arus C2 dan elektroda potensial P2 ditempatkan di tempat yang cukup jauh relatif terhadap C1 dan P1 sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Sehingga faktor geometrinya

K = 2πa

Konfigurasi Elektroda Pole-Dipole yaitu sumber arus tunggal tetapi pengukuran beda potensial dilakukan pada elektroda P1 dan P2 yang membentuk dipole (saling berdekatan) dengan jarak a. Didapat faktor geometrinya adalah

(23)

17

Gambar 5.2.7 Konfigurasi Elektroda Pole-Dipole

Konfigurasi Elektroda Square atau persegi ini pada dasarnya telah digunakan untuk memperkirakan arah strike pada sebuah model anomali dibawah permukaan bumi. Keuntungan konfigurasi persegi yaitu lebih sensitif dalam perlakuan medan anisotropik dibawah permukaan seperti strike. Konfigurasi persegi mapping digunakan untuk mengetahui adanya respon anomali model pada lintasan pengukuran jarak elektroda yang digunakan 1 m, 1.4 m, 2 m dan 2.8 m. Awalnya, konfigurasi ini diciptakan sebagai alternatif konfigurasi wenner-schlumberger ketika mengukur kedalam permukaan. Konfigurasi ini lebih menguntungkan karena dapat melakukan pengukuran lebih dari 65% dari luas permukaan. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda ini adalah K = πa(2+

2¿R

Gambar 5.2.8 Konfigurasi Elektroda Square

Diatas merupakan pengertian dari masing-masing konfigurasi elektroda dengan faktor geometrinya masing-masing, dalam praktikum ini, kami para praktikan diminta untuk menggambarkan masing-masing konfigurasi

(24)

17

elektroda tersebut kembali dan hasil dari penggambaran yang kami lakukan adalah terlampir dalam lampiran 1A.

(25)

18

Selain menggambarkan kembali macam-macam konfigurasi elektroda yang terdapat dalam survei geolistrik dan berjumlah tujuh buah, kami juga melakukan penurunan rumus untuk memerolah rumus pencarian nilai K macam-macam konfigurasi elektroda. Adapun penurunan rumus ini juga telah terlampir di lampiran tepatnya pada lampiran 1B.

Seletah melakukan penggambaran dan penurunan rumus untuk mencari rumus nilai K masing-masing konfigurasi elektroda, maka kami juga melakukan penghitungan nilai K untuk konfigurasi elektroda wenner-schlumberger, dipole-dipole dan wenner dengan data yang telah disajikan dalam buku penuntun panduan praktikum. Adapun perhitungan yang saya dapatkan juga telah terlampir pada lampiran 1C.

Sensitivitas konfigurasi elektroda tentunya berbeda antara satu-sama lainnya. Seperti konfigurasi wenner yang dipakai untuk survei dangkal dan sensitif terhadap arah horizontal atau mendatar untuk mapping. Konfigurasi schlumberger yang dipakai untuk penyelidikan yang berlaku pada area mendatar atau relatif datar. Jika konfigurasi ini dika aplikasikan pada medan tidak datar, maka dari data yang peroleh haruslah dilakukan koreksi ulang dari hasil pengukuran yang diperoleh. Konfigurasi elektroda schlumberger ini sensitif terhadap arah vertikal (sounding). Selanjutnya, konfigurasi elektroda wenner-schlumberger memiliki hasil cakupan horizontal mapping lebih baik untuk memperbaiki data kedalaman, maka, jaran antara dua elektroda M-N akan ditingkatkan menjadi 2a dan pengukuran dapat diulangi untuk n yang sama sampai elektroda terakhir, kemudian ditingkatkan lagi hingga 3a. Konfigurasi elektroda dipole-dipole, sensitivitas konfigurasi ini pada arah vertikal dan horizontal (sounding dan mapping). Konfigurasi elektroda dipole-dipole memiliki keunggulan tersendiri dalam pelaksanaan dibanding konfigurasi elektroda wenner ataupun schlumberger. Untuk konfigurasi pole-pole dan pole-pole-dipole-pole kedua konfigurasi elektroda ini sensitif terhadap arah vertikal dan horizontal (sounding dan mapping). Terakhir adalah konfigurasi elektroda square. Konfigurasi ini lebih sensitif terhadap heterogenitas dan anisotropi batuan tertentu hingga cocok untuk mapping. Konfigurasi ini lebih unggul dibanding wenner ataupun schlumberger untuk survei yang sama.

(26)

VI.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum konfigurasi metode geolistrik, yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Perbedaan konfigurasi elektroda pada dasarnya berdasar pada perbedaan formasi peletakan batang elektroda di daratan saat dilakukannya survei geolistrik.

2. Setiap konfigurasi elektroda memiliki faktor geometri yang tentunya berbeda pula. Faktor geometri merupakan multiplier atau faktor pengkali pada konfigurasi elektroda agar didapatkan nilai resistivitas yang stabil.

3. Masing-masing konfigurasi elektroda memiliki sensitivitas yang berbeda-beda. Dan konfigurasi wenner memiliki sensitivitas yang paling baik untuk fungsi mapping.

4. Perhitungan nilai K memilikii rumus yang berbeda antar konfigurasi elektroda. Ini disebabkan juga karena penurunan rumus yang berbeda.

5. Survei geolistrik atau resistivity bekerja berdasarkan resistivitas dan konduktivitas. Dan bekerja dengan cara penginjeksian arus DC dan didapat data beda potensial.

(27)

6. DAFTAR PUSTAKA

7.

8. 9. 10.

11. Ardan, 2011, Macam-macam metode geolistrik, https://ardandipoldipol. wordpress.com/ phisic/ geophisic/ geolistrik/ macam-macam-metode-

12. geolistrik/, diakses pada tanggal 14 april 2015

pukul 09.26 WIB.

13. Batubara; Abdullah Badawi, 2014, Metode Geolistrik, http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2014/03/metode-geolistrik.html, 14. diakses pada tanggal 14 april 2015 pukul 10.25

WIB.

15. Halik; Gusfan dan Widodo; Jojok, 2008, Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto

16. Universitas Jember, Media Teknik Sipil, Juli, hal 110.

17. Kearey; Philip; dkk, 2002, An Introduction to Geophysical Exploration, Great

18. Britain: TJ International, hal 186.

19. Sari; Qurnia Wulan, 2013, Modul Geolistrik, https://qurniawulansari.wordpress. com/category/geophysics/geolistrik-zone/, diakses pada tanggal 14 april 2015 pkul 09.30 WIB.

20.

21. Supriyadi; dkk, 2012, Pemodelan Fisik Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Untuk Mendeteksi Keberadaan Air Tanah, Jurnal MIPA, Vol

22. 1, hal 39.

23. Telford; W.M, 2004, Applied Geophysics Second Edition, USA: University of

24. Cambridge, hal 522.

25. Zaenudin; Ahmad, 2015, Penuntun Praktikum Eksplorasi Geolistrik, Bandar

(28)

27. 28.

(29)

29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.

44. LAMPIRAN

45. 46. 47.

(30)
(31)

49. Lampiran 2 Referensi Tinjauan Pustaka dan Teori Dasar 50.

51. https://qurniawulansari.wordpress.com/category/geophysics/geolistrik-zone/ Qurnia Wulan Sari (2013) – Modul Geolistrik

(32)

52.

53. https://ardandipoldipol.wordpress.com/phisic/geophisic/geolistrik/macam-macam-metode-geolistrik/

54. Ardan 2011 – Macam-macam metode geolistrik 55.

56.

http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2014/03/metode-geolistrik.html

57. Abdullah Badawi Batubara (2014) – Metode Geolistrik 58.

(33)

59. Aplied Geophysics 522 cover 60. Introduction 186 cover 61. Cover buku praktikum

62.

Halik dan Widodo, 2008, PENDUGAAN POTENSI AIR

TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

63.

KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI

KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS

64.

JEMBER

65.

Supriyadi dkk, 2012. PEMODELAN FISIK

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

66. UNTUK MENDETEKSI KEBERADAAN

AIR TANAH 67. 68. http://alchemiststar.blogspot.com/2012/10/konfigurasi-elektroda-pada-metode_18.html 69. http://mahendra-dwi-s.tumblr.com/post/34217416621/konfigurasi-dalam-geolistrik 70.https://harnovi.wordpress.com/2011/03/29/metode-geolistrik/ 71.

Gambar

Tabel 3.1 Konfigurasi dan faktor geometri masing-masing elektroda
Gambar 3.1 Konfigurasi elektroda Wenner dan Schlumberger
Gambar 3.2 Pola Aliran arus antara dua elektroda arus (Supriyadi dkk, 2012).
Gambar 4.2.1 Laptop
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian Penentuan Jenis Material Bawah Permukaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ash Batubara Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi

5.4 Perbandingan Hasil Inversi antara Anomali Kotak Plastik dan Besi Untuk kedua konfigurasi Wenner dan Schlumberger anomali berupa air dalam kotak besi lebih mudah dideteksi dari

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual Skripsi saya yang berjudul “ Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger untuk Pemetaan

Investigasi menggunakan geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner- Schlumberger di TPA Sumompo, secara khusus pada daerah sekitar kolam lindi, menunjukkan adanya

Skripsi berjudul Pendugaan Intrusi Air Laut Dengan Metode Geolistrik 2D Konfigurasi Wenner Schlumberger di Daerah Pantai Payangan , telah diuji dan disahkan Oleh

Investigasi menggunakan geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner- Schlumberger di TPA Sumompo, secara khusus pada daerah sekitar kolam lindi, menunjukkan adanya

Skripsi berjudul Pendugaan Intrusi Air Laut Dengan Metode Geolistrik 2D Konfigurasi Wenner Schlumberger di Daerah Pantai Payangan, telah diuji dan disahkan Oleh

Sebagian skripsi saya yang berjudul ”Identifikasi Potensi Lempung Sebagai Bahan Baku Keramik Menggunakan Metode Geolistrik dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger”