• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS REPRESENTASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS REPRESENTASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS REPRESENTASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN MANGGARAI BARAT – PROVINSI NUSA TENGGARA

TIMUR

(Sebuah Analisis Singkat Menggunakan Indicator Keterwakilan, Tipe atau Tingkat Pendidikan, Pelaksanaan Fungsi, dan Proses Pemilihan atau Pembentukkannya)

Nama : Paulus Kristianto Syukur Nim : 15520045

Paralel : IP 1L

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

(2)

Analisis ini berpatokkan pada pertanyaan pokok, yani “Benarkah DPRD di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggaa Timur adalah wakil atau representasi rakyat?”. Untuk menjawabnya, penulis melihat dari beberapa indicator, yaitu: indicator Keterwakilan, Tipe atau Tingkat Pendidikan, Pelaksanaan Fungsi, dan Proses Pemilihan atau Pembentukkannya. Indicator keterwakilan melihat persoalan terkait keterwakilan wilayah dalam komposisi keanggotaan DPRD di Manggarai Barat. Poin penting yang hendak dijabarkan adalah pertanyaan terkait “apakah komposisi anggota DPRD Manggarai Barat sudah mewakili seluruh wilayah yang ada di kabupaten Manggarai Barat?”. Indicator yang kedua yakni tipe atau ingkat pendidikan. Analisis dengan berpatokkan pada indicator ini secara spesifik hendak menjawab tekait spesialisasi pendidikan para anggota DPRD di kabupaten Manggarai Barat yang menjadi modal pengetahuan bagi mereka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya msing-masing; atau tingkat pendidikan (Sebagaimana yang disertakan oleh penulis sendiri) yang menjadi jaminan akan kredibilitasnya dalam menduduki jabatan sebagai corong kepentingan warga masyarakat Kabupaten Manggarai Barat.

Penulis sendiri tidak mengabsolutkan tipe atau tingkat pendidikan sebagai variable dominan dalam penggunaan indicator yang mempengaruhi tingkat kredibilitas seorang anggota parlemen local. Dalam hal ini, penulis meyakini bahwa mental dan system yang diterapkan juga punya porsi yang tidak kecil dalam pembentukan iklim perpolitikkan di aras local; termasuk kinerja anggota DPRD itu sendiri. Indicator selanjutnya yang juga digunakan adalah terkait pelaksanaan fungsi. Sebagaimana diyakini oleh Isjwara (1999: 38), bahwa menempatkan politik dalam analisis Fungsionalisme akan menyasar lembaga-lembaga politik tidak sebagai lembaga-lembaga-lembaga-lembaga terasing yang bebas dari pengaruh factor-fakor kekuasaan riil (pressure groups, lobbying, pendapat umum, dll) yang juga berpengaruh tidak kurang dari struktur dan dokumen-dokumen hukum dari lembga-lembaga politik tersebut. Dalam konteks seperti ini (meski tidak sempat diuraikan penulis), analisis eknomi-politik adalah salah satu sudut pandang dominan dalam analisis pelaksanaan fungsi dari seluruh actor dan lembaga yang menempati jabatan politik; selain daripada statistic pendidikan serta kekakuan administrtaif birokratis sebagai bagian dari instrument pelaksanaan tugas. Sedangkan, indicator terakhir yang juga digunakan penulis adalah terkait proses pemilihan atau pebentukkan jabatan politik yang ditempati oleh actor-aktor politik yang ada. Pada bagian ini, penulis ingin (meski tidak secara mendalam) memastikan apakah penempatan jabatan politk sekelas DPRD kabupaten telah

(3)

melalui proses yang menjamin sisi demokratis serta perwujudan dari politik pengakuan terhadap kekuasaan warga masyarakat sebagai yang empunya kekuasaan politik dominan dalam sebuah komuitas demokratis. Lebih jauh, apakah proses yang dilewati itu pula telah menjamin agar tiap-tiap elemen mampu menaati nilai-nilai kontrak social yang telah disepakati.

Data yang dipakai penulis dalam analisis ini adalah data profil anggota DPRD Manggarai Barat (2014) dan data tingkat pendidikan anggota DPRD Manggarai Barat pada (2013).

Table 1: Profil Anggota DPRD Manggarai Barat (2014)

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANGGARAI BARAT

Alamat: Jl. Daniel Daeng Nabit, Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Email: kpumabar@yahoo.com DATA CALON TERPILIH

ANGGOTA DPRD KABUPATEN MANGGARAI BARAT HASIL PEMILU TAHUN 2014

NO NAMA TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR PARTAI NOMOR TELPON TOTAL PEROLEH AN SUARA SAH URUTA N DALA M DCT DERAH PEMILIHA N KE T 1 ANGELUS SOE RUTENG, 30 OKTOBER 1962 NASDEM 0813395421 74 1.184 2 MANGARA I BARAT 1 2 SEWARGADING S J PUTERA CUMBI, 21 MEI 1980 PKB 0813380806 16 1.607 10 MANGARA I BARAT 1 3 SALEH MUHIDIN SOKRUTUNG, 31 DESEMBER 1977 PKS 0812364568 25 668 4 MANGARA I BARAT 1 4 SILVERIUS SUKUR, SP. TERANG, 9 JULI 1967 PARTAI DEMOKRA SI INDONESI A PERJUANG AN 0821711911 67 1.784 8 MANGARA I BARAT 1

(4)

5 BLASIUS JERAMUN RAMBANG, 01 JULI 1960 GOLKAR 0813382301 78 1.460 2 MANGARA I BARAT 1 6 MATEUS HAMSI, S.Sos. RAMBANG, 14 APRIL 1955 GOLKAR 0821443611 11 2.153 1 MANGARA I BARAT 1 7 YOSEPH SUHARDI, SH. PACAR, 7 MARET 1970 GERAKAN INDONESI A RAYA 0852392804 56 1.010 2 MANGARA I BARAT 1 8 FRANSISKUS SUKMANIARA LARA, 24 SEPTEMBER 1972 DEMOKRA T 0812368489 00 572 1 MANGARA I BARAT 1 9 FRANSISKUS SUBUR LABUAN BAJO, 18 JANUARI 1967 PARTAI AMANAT NASIONAL 712 11 MANGARA I BARAikT 1 10 ACMAD NUR, SE LABUAN BAJO, 30 MARET 1978 PARTAI PERSATUA N PEMBANG UNAN 0812395537 88 744 7 MANGARA I BARAT 1 11 BLASIUS JANU, B.Sc WOANG, 10 JUNI 1960 HATI NURANI RAKYAT 0813393173 73 1.198 2 MANGARA I BARAT 1 12 AGUSTINUS GALUT, SP NUNANG 15 AGUATUS 1972 PARTAI BULAN BINTANG 0813379400 27 443 11 MANGARA I BARAT 1 13 DRS. JERAHUN BERNADUS TUWA, 1 DESEMBER 1957 NASDEM 0813855567 61 887 1 MANGGAR AI BARAT 2 14 SEBASTIANUS NYAMAN, S.Sos. MANGGARAI, 10 MARET 1969 PARTAI KEBANGKI TAN BANGSA 0813424625 22 639 4 MANGGAR AI BARAT 2 15 MARKUS MANGGUT, SE MANGGARAI, 5 OKTOBER 1966 PARTAI KEADILAN SEJAHTER A 0813380477 23 929 2 MANGGAR AI BARAT 2 16 LASARUS PEN, S.Pd. NDEKAR, 15 JANUARI 1965 PDIP 0821454277 72 830 7 MANGGAR AI BARAT 2 17 PAULINA JENIA,

(5)

1965 2 18 WARUS MARTINUS, S.Fil LASANG 1 NOVEMBER 1959 GERAKAN INDONESI A RAYA 0812838389 08 1.527 1` MANGGAR AI BARAT 2 19 RIKARDUS JANI, S.Pd WOL, 11 APRIL 1980 DEMOKRA T 0813538412 52 1.002 9 MANGGAR AI BARAT 2 20 MARSELINUS JERAMUN, SE. WETIK, 3 JUNI 1975 PARTAI AMANAT NASIONAL 0813154400 49 660 8 MANGGAR AI BARAT 2 21 PETRUS N.F. TA NLA, S.Sos. WAE NARA REGO, 29 JANUARI 1975 PARTAI KEADILAN DAN PERSATUA N INDONESI A 0813375909 83 1.022 5 MANGGAR AI BARAT 2 22 DOMINIKUS SAMBUT, SP. WIKO, 17 APRIL 1969 PARTAI KEBANGKI TAN BANGSA 0821455679 18 1.122 2 MANGGAR AI BARAT 3 23 DARIUS ANGKUR, A.Md WORA,28 JANUARI 1969 PARTAI DEMOKRA SI INDONESI A PERJUANG AN 0852882948 97 876 1 MANGGAR AI BARAT 3 24 EDISTASIUS ENDI, SE. KAKOR, 25 SEPTEMBER 1972 GOLKAR 0812979668 04 3.921 2 MANGGAR AI BARAT 3 25 ANSELMUS JEBARUS ,SE. ROGA, 4 MEI 1975 GOLKAR 0821454814 75 2.326 9 MANGGAR AI BARAT 3 26 FIDELIS SUKUR, S.Pi NORANG, 6 SEPTEMBER 1970 GERAKAN INDONESI A RAYA 0813383994 88 1.104 1` MANGGAR AI BARAT 3 27 BENYAMIN PAMUR, SH MALA WATAR, 27 JUNI 1975 DEMOKRA T 0821115993 34 1.698 2 MANGGAR AI BARAT 3

(6)

28 ABDUL GANIR, SH NISAR, 12 JANUARI 1969 PARTAI AMANAT NASIONAL 0822367583 22 1.635 2 MANGGAR AI BARAT 3 29 PIUS DARU, SE NGGOLA 4 SEPTEMBER 1968 HATI NURANI RAKYAT 0821449975 44 1.105 2 MANGGAR AI BARAT 3 30 MARSELUS SEMUDIN, SE REHAK, 27 DESEMBER 1962 PARTAI KEADILAN DAN PERSATUA N INDONESI A 0812392015 89 1.827 2 MANGGAR AI BARAT 3 ( Sumber: http://www.kpu.manggaraibaratkab.go.id/ )

Table 2: Data Tingkat Pendidikan Dprd Kabupaten Manggarai Barat

Komposisi Anggota DPRD Kabupaten menurut Fraksi dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Manggarai Barat 2013

No Fraksi Tingkat Pendidikan Jumlah

SMA Sederajat Akademi S 1 S2 1 Hanura 1 1 2 - 4 2 PKPB 1 1 - - 2 3 PKPI - - - - - 4 PKS - 1 1 1 3 5 PAN - - 2 - 2 6 PPIB - - 1 - 1 7 PKP - - 1 - 1 8 PPI - - - 1 1 9 PKDI 1 - - - 1 10 PPDI - - 1 - 1 11 Partai Pelopor - 1 - - 1 12 Partai Golkar 1 1 2 - 4 13 PDS - - 2 - 2 14 PBB - - 1 - 1 15 PDI-P - 1 2 - 3 16 Partai Demokrat - 1 1 - 2 17 PKNU - - 1 - 1 Jumlah 4 7 17 2 30

Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Manggarai Barat Sumber:

(7)

Untuk penjabaran secara lebih mendalamnya, penulis menyajikannya melalui narasi hasil analisis dibawah ini:

1. Indokator Keterwakilan a. Dimensi Politis

Dimensi politik yang dimaksdukan disini lebih berusha untuk melihat DPRD yang pada dasarnya memanglah lembaga politik. Politik dalam konteks DPRD adalah tiap-tiap dinamika yang terjadi dalam rumah demokrasi atau lembaga DPRD itu sendiri yang pada dasarnya menunjukkan adanya konfrontasi yang tercipta sebagai akibat dari perbedaat kepentingan yang diperjuangkan oleh masing – masing anggota DPRD yang “mewakili konstituen”. Kepentingan dalam proses politik seperti ini sejatinya merupakan kepentingan rakyat di daerah pemilihan asal yang kemudian disuarakan oleh anggota DPRD terpilih.

Dalam menyuarakan atau menyalurkannya, kepentingan itu kemudian difloorkan ke rumah demokrasi daerah tersebut sehingga berbenturan dengan kepentingan daerah lain yang juga diperjuangkan oleh masing-masing aggota DPRD terpilihnya. Persis itulah yang namanya politik. Politik adalah konfrotasi. Politik adalah perbedaan. Politik terjadi dalam ruang demokrasi, dalam hal ini yakni dalam lembaga dewan perwakilan.

Namun, dalam konteks Manggarai Barat; ruang demokrasi itu sunyi. Sepi tanpa konfrontasi. Hal ini terjadi karena dua hal; pertama, adanya distorsi makna ataupun praktik dalam dinamika perpolitikkan di Manggarai Barat. Politik yang awalnya merupakan sebuah konfrontsi kini berubah menjadi negosiasi. Dalam negosiasi ini, para anggota dewan tidak lagi berbicara soal “nilai dari sebuah perjuangan”; namun lebih suka membahas “harga dari tiap-tiap kesepakatan atau negosiasi”. Kedua, ada praktik hegemoni yang sudah sangat mengakar dalam tubuh lembaga “politik”, dalam ruang demokrasi di Manggarai Barat. Hegemoni yang kokoh ini kemudian menguasai sebagin besar kekuatan politik yang ada sehingga pertarungan tidak lagi berimbang akibat dominasi yang tak terkalahkan. Hal ini sangatlah nyata karena keluhan-keluhan warga masyarakat yang disuarakan 5-10 tahun silam tetaplah menjadi keluhan tahunan hingga hari ini. Persis tidak ada yang berubah. Tidak ada kanal aspirasi yang benar-benar utuh untuk memperjuangkan itu. Proses politik sekalipun adalah sebuah fenomena langka.

(8)

Dengan uraian di atas, maka penulis sendiri melihat bahwa dimensi politik yang idealnya terjadi dalam tiap-tiap komunitas demokratis (seperti lembaga dewan perwakilan), belumlah tampak di Manggrai Barat.

b. Dimensi Geografis

Dimensi keterwakilan yang dimaksudkan di sini adalah soal komposisi anggota dewan (DPRD) berdasarkan keterwakilan wilayah. Dari data yang dipaparkan oleh KPU Daerah Manggarai Barat (2014), komposisi dari total 30 anggota DPRD terpilih; sejumlah 12 orang berasal dari daerah pemilihan (dapil) 1 dan sisanya dapil 2 dan dapil 3 masing – masing mendapat jatah 9 orang.

Meski dengan angka ketimpangan keterwakilan yang tidak terlalu jauh, factor lain yang cukup mempengaruhi analisis representasi anggota DPRD berdasarkan dimensi geografis adalah soal asal usul serta penempatan dapil dari masing – masing kandidat calon DPRD yang dilaksanakan pada 2014 lalu. Sebagaian besar, bahkan hampir mencakup keseluruhan anggota DPRD kabupaten Manggarai Barat adalah orang-orang yang berasal dari daerah kota; meski ada beberapa diantaranya yang berasal dari daerah pelosok (lahir) namun sudah sejak lama menetap di daerah kota. Penempatan daerah pemilihan pun bisa dibilang hanya sekedar formalitas untuk memenuhi persyaratan administrative pencalonan.

Hal ini yang kemudian menyebabkan tersendatnya aliran aspirasi dari warga masyarakat sebagai konstituen kepada anggota dewan yang idealnya berposisi sebagai wakil mereka. Fakta ini pula yang kemudian menjadikan anggota DPRD kabupaten Manggarai Barat tampak tidak representative dinilai dari dimensi geografis atau keterwakilan wilayah.

c. Dimensi Demografis

Segi Demografis adalah soal kependudukan, khususnya soal gender atau jenis klamin. Distribusi kekuasaan politik berbasis kesetaraan gender adalah salah satu agenda emansipasi masa kini. Perempuan dan laki-laki adalah bagian dari identitas politik dengan mengusung identitas gender.

Manggarai Barat dalam hal ini masih lah sangat jauh dari perwujudan emansipasi gender, khususnya dalam ranah politik. Dengan kata lain, komposisi atapun keberadaan DPRD kabupaten Manggarai Barat sama skali tidak representative apabila ditinjau dari dimensi demografis. Ada gap yang sangat lebar antara laki-laki dan perempuan dalam hal partisipasi politik, khususnya dalam keterwakilannya di kursi DPRD kabupaten. Dari total 30 kursi yang

(9)

tersedia, hanya ada 1 kursi yang mampu direbut oleh perempuan yakni ibu Paulina Jenia dari parta Golkar daerah pemilian 2.

2. Indicator Tipe atau tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan adalah salah satu variable yang turut berperan dalam melihat kredibilitas seseorang dalam menempati sebuah jabatan politik seperti DPRD. Hal ini penting, karena DPRD tidak hanya sekedar berurusan dengan masyarakat pada tataran grass root namun juga akan berhadapan dengan situasi formal kelembagaan yang menuntut hal-hal yang bersifat administrative, khususnya pada saat menjalankan fungsinya sebagai lembaga pengontrol atau pengawas kinerja kepala daerah.

Penulis disini menggunakan data lama (belum mendapatkan data yang baru) dalam melihat tingat pendidikan anggota DPRD yang “pernah mewakili aspirasi seluruh” warga masyarakat sekabupaten Manggarai Barat. Berdasarkan data yang dihimpun dari badan pusat statistic kabupaten Manggarai Barat (2013), anggota DPRD kabupaten pada saat itu memiliki komposisi sebagai berikut: 4 orang tamatan SMA/sederajat; 7 orang tamatan Akademi; 17 orang tamatan Sarjana; dan 2 orang tamatan S2.

Namun bagi penulis, tingkat pendidikan bukanlah sesuatu yang berperan dominan dalam melahirkan anggota-anggota dewan dengan tingkat representative yang tinggi. Bagi penulis, ketidakcakapan dalam hal-hal administrative ataupun teknis hanyalah persoalan kemauan untuk mengetahui dan membiasakan diri (karena kualitas dalam implemetasi prosedur ada pada persoalan pengalaman, yang dalam kesehariannya akan menjadi pola kebiasaan). Yang paling berperan penting bagi penulis adalah terkait system serta budaya yang diterapkan dalam lembaga itu sendiri, dalam hal ini yakni lembaga DRPRD Manggarai Barat. Untuk penjelasan lebih rinci, penulis menguraikannya pada poin selanjutnya.

3. Indikator Pelaksanaan Fungsi

Pada bagian ini, penulis (mungkin juga kebanyakan warga masyarakat Manggarai Barat) perlu mengamini bahwa DPRD kabupaten Manggarai Barat gagal melaksanakan fungsi-fungsi pokoknya (legislasi, budgeting, dan pengawasan).

Dalam hal pelaksanaan fungsi legislasi, laporan terakhir adalah pada 2016 lalu. Floresa.co sebagai salah satu media local yang juga menjadi media mainstream di NTT menuliskan berita pada 18/05/2016 dengan judul “Dua Tahun Menjabat,

(10)

menggugat hobby dari anggota DPRD Manggarai Barat yang suka keluar kota dengan alasan melakukan studi banding (sempat dilaksanakan di Yogyakarta) untuk mempelajari cara pemerintah kota lain mengsiasati penataan kotanya. Namun realitas yang kerap terjadi adalah, tidak ada feedback apapun dari hasil studi banding tersebut. dalam satu kalimat satire, milenial Manggarai Barat mengaatakan bahwa dalam hal ini prestasi ataupun feedback dari hasil sutudi banding DPRD Manggarai Barat adalah “pemborosan anggaran”. Selain itu pada tahun yang sama juga, ditemukan malpraktik yang sangat memalukan yang dilakukan oleh anggota DPRD Manggarai Barat yakni “Copy Paste Kajian Akademik Ranperda” (floresa.co, 07/09/2016). Bagi penulis, sudah cukup dua kasus di atas untuk mengetahui kinerja DPRD Manggarai Barat yang

tidak punya sisi representative sejak dalam pikiran dari segi fungsi legislasi.

Dari sisi anggran dan juga pengawasan. Pada bagian ini, sebelum masuk ke pembahasan selanjutnya; penulis ingin mengungkapkan bahwa dominasi kekuasaan politik di Manggarai Barat adalah sebuah fakta obyeketif. Ketua DPRD dan bupati manggarai barat adalah dua sosok penting yang berperan aktif dalam membentuk iklim politik wilayah tersebut. keduanya sama-sama berasal dari satu suku dan daerah yang sama yakni, Kempo. Keduanya juga merupakan actor lama dalam kancah perpolitikkan Manggarai Barat. Dalam menjalankan tugas kesehariannya, keduanya cenderung oportunis. Hal ini yang menyebabkan keberadaan DPRD Manggarai Barat tidak mampu menjadi kekuatan yang mampu membeikan resistensi dalam mengontrol dan mengawasi kinerja pemerintahan daerah. Dalam banyak kasus, Bupati Manggarai Barat selalu disebut-sebut sebagai pihak yang turut terlibat. Misalnya dalam kasus korupsi proyek jalan Lando-Noa yang merugikan negara miliaran rupiah, bupati agustnus dula disebut turut berperan (floresa.co, 01/08/2017). Namun hingga hari ini, belum ada pembeitaan terkait sikap dari DPRD Manggarai Barat dalam usaha untuk menyelesaikannya. Gugatan untuk memproseshukum pihak yang terlibat hanya datang dari sejmlah masyarakat serta LSM (misalnya: Tim Pembela Demokrasi Indonesi) yang dalam pemetaan kekuatan politiknya sangatlah lemah. Beberapa kasus lain juga yang sering terjadi serta punya nasib yang sama adalah soal pemecatan sepihak terhadap kepala SKPD dan sejumlah pegawai kontrak yang ada di Manggarai Barat, Sebagaimana yang diulas Floresa.co, 05/10/2017 lalu.

Akhirnya, penulis sendiri merasa bahwa beberapa uraian serta contoh kasus di atas sudah dirasa cukup untuk menilai bahwa dinamika politik di kabupaten Manggarai Barat terjadi dalam kubangan lumpur nepotisme sebagai buah dari

(11)

demorasi bajakkan. Semi-dinasti adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi “politik” di Maggarai Barat (kata politik, dicetak tebal sebagai ungkapan keengganan penulis menggunakan kata itu. Penulis disini sepaham dengan Laclau dan Mouffe bahwa “politik tidak hadir dalam dinamika demokrasi yang mempertontonkan

dominasi”).

Dengan demikian, secara sadar dan waras dapatlah disimpulkan bahwa dari segi pelaksanaan fungsi; DPRD Manggarai Barat tidaklah representative.

4. Indicator Proses Pemilihan atau pembentukkannya

Proses pemilihan anggota DPRD kabupaten (temasuk dalam hal ini adalah Kabupaten Manggarai Barat), tetap mengacu pada tata cara Sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2018. Pasal 51 ayat (1) huruf n tetap mengharuskan kandidat calon yang berasal dari partai politik. Dalam banyak pengalaman, partai

politik di Indonesia sebagai salah satu pilar demokrasi adalah salah satu lembaga yang paling tidak demokratis, yang dikarenakan ketergantungan yang kuat serta

cengkraman otoritas DPP sebagai pihak yang menduduki puncak hierarkis dalam struktur kepartaian. Ini adalah sebuah ironi, atau Camus lebih tepat menyebutnya sebagai absurditas yakni memperjuangkan demokrasi dengan cara yang yang sama yang dilakukan oleh actor-aktor otoritarian.

Keputusan akhir yang akan menentukkan figure yang akan maju dalam kontestasi pemilihan legislatfi tetap ada pada tingkat DPP atau pusat. Dalam hal ini, mekanismenya telah secara jelas melangkahi esensi dari representasi dalam system demokrasi itu sendiri. Seperti membeli kucing dalam karung, warga masyarakat cenderung tidak mengenal para calon yang hendak mewakili kepentingannya karena ia tidak punya kapasitas untuk menentukkan pilihan itu.

Proses pemilihan seperti ini juga turut menyumbangkan perannya dalam melahirkan anggota-anggota DPRD yang nanti bermetamorfosis menjadi elite penguasa, menciptakan garis demarkasi antara dirinya dengan warga masyarakat sebagai konstituen. Pada level yang lebih mengkristal, ia akan menjadi corong partai atau representasi kepentingan parta (bukan rakyat), karena system dan mekanisme pemilihannya juga bertujuan atau menghendaki lahirnya figure-figure banal seperti itu. Dengan demikian, system serta mekanisme atau proses pemilihan seperti ini juga memberikan hasil yang tidak berbeda dengan apa yang telah dipaparkan pada poin-poin sebelumnya. Penyangkalan terhadap nilai-nilai kontrak social marak terjadi melalui mekanisme seperti ini.

(12)

Website Sumber Data dan Pemberitaan Kasus: http://www.kpu.manggaraibaratkab.go.id/ http://manggaraibaratkab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/25 http://www.floresa.co/2016/05/18/dua-tahun-menjabat-dprd-mabar-belum-hasilkan-perda/ http://www.floresa.co/2016/09/07/kajian-akademik-ranperda-di-mabar-copy-paste-dari-jawa-barat/ http://www.floresa.co/2017/08/01/peran-bupati-dula-terungkap-di-persidangan-lando-noa/ http://www.floresa.co/2017/10/05/diberhentikan-sepihak-oleh-dula-kepala-skpd-protes/

Gambar

Table 1: Profil Anggota DPRD Manggarai Barat (2014)  KOMISI PEMILIHAN UMUM  KABUPATEN MANGGARAI BARAT
Table 2: Data Tingkat Pendidikan Dprd Kabupaten Manggarai Barat  Komposisi Anggota DPRD Kabupaten menurut Fraksi dan Tingkat Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan e-SPT Masa PPN terhadap Efisiensi Pengisian SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak pada KPP Pratama Blitar.. Menyatakan bahwa tugas akhir

- Bahwa terdakwa selaku bendahara pengeluaran dinas pendidikan kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2008 melakukan pungutan pajak yang bersumber dari Anggaran perbelanjaan

(ahli dari Inspektorat Propinsi Sumatera Utara). - Bahwa seharusnya saksi Susi Anggraini S.Si dan Terdakwa selaku Pengguna Anggaran melakukan pengujian atas tagihan

Peningkatan proses pembelajaran diketahui dari hasil observasi aktivitas guru dan siklus 1 pertemuan pertama sebesar 81 %, pertemuan kedua meningkat menjadi 92%, selanjutnya pada

Sedangkan usulan secara umum yang dapat dilakukan perusahaan untuk lebih meningkatkan kualitas produk adalah melakukan pelatihan operator mengenai pengoperasian

Metode Kuadrat Terkecil merupakan metode yang digunakan untuk menduga koefisien regresi dalam persamaan regresi linear dengan mendapatkan penduga yang linear,

Kerananya orang tua-tua Melayu mengingatkan agar setiap orang menunaikan tanggungjawabnya terhadap diri dan keluarganya, terutama dalam memberikan “ tunjuk ajar ”

yaitu bagaimana hakim dapat menentukan bahwa sesuatu perbuatan bertentangan dengan hukum adat, padahal hukum adat adalah serangkaian peraturan yang tidak tertulis. Di dalam