• Tidak ada hasil yang ditemukan

21_perkembangan Teknologi Bangunan Di Indonesia[1]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "21_perkembangan Teknologi Bangunan Di Indonesia[1]"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

http://www.univpancasila.ac.id/

Page 1

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BANGUNAN DI INDONESIA TAHUN 1945-1975

oleh: Anedya Wardhani

Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila, Jakarta

Abstrak

Dari waktu ke waktu wajah arsitektur selalu mengalami perubahan. Dengan melakukan penelusuran terhadap perjalanan arsitektur dalam menapaki sejarah dirinya, maka baik langsung maupun tidak langsung akan dapat dibuat gambaran yang mampu menunjukkan perkembangan arsitektur dari masa ke masa.Tahun 1945-1975 merupakan satu periode peralihan dari arsitektur bergaya Belanda dan arsitektur yang merupakan karya anak bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang baru merdeka maka pembangunan lebih menonjolkan dari segi pengakuan dunia internasional akan keberadaan negeri Indonesia.

Kata kunci: teknologi bangunan, nilai sejarah, struktur, konstruksi LATAR BELAKANG

Bangunan sebagai wujud fisik karya arsitektur dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menelusuri benang sejarah perkembangan suatu kota beserta kehidupan budaya masyarakat penghuninya. Karya -karya arsitektur ini jika dapat tampil secara wajar dan jujur akan menjadi sumber jati diri dan rasa bangga seluruh warganya.

Tahun 1945 merupakan tahun dimana bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, pada masa pasca kemerdekaan ini bangunan yang ada di Indonesia masih banyak dirancang dan dipengaruhi oleh style arsitek Belanda. Di tahun 1950 Belanda mulai meninggalkan Indonesia dan arsitek -arsitek Indonesia mulai menunjukan kemampuan dan nasionalismenya dalam merancang bangunan. Pada masa ini pembangunan merupakan suatu tantangan besar, karena masih terbatasnya tenaga teknisi Indonesia, juga keterbatasan akan teknologi rancang bangun serta sarana yang sama sekali belum memadai serta kondisi politik maupun perekonomian masih belum stabil. Pemikiran pada waktu itu bagaimana menunjukan ke dunia luar untuk dapat diperhitungkan sebagai negara yang baru merdeka namun mampu tampil di dunia internasional melalui karya arsitekturnya.

Pada dua dekade terakhir ini, terlihat banyak gagasan-gagasan baru yang mempengaruhi dalam perancangan bangunan yang berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan praktis tanpa melupakan nilai-nilai tradisional dan lokal. Bentuk bangunan yang mengacu pada arsitektur moderen dan banyak menggunakan struktur dan konstruksi beton dan konstruksi baja.

PERMASALAHAN

Bagaimana Teknologi Bangunan yang digunakan pada bangunan di Indonesia tahun 1945 – 1975? LINGKUP PEMBAHASAN

Dalam tulisan ini akan dikaji mengenai sistem struktur, material, elemen bangunan, sains bangunan dan sistem membangun di Indonesia pada tahun 1945-1975.

TUJUAN

1. Untuk mengetahui nilai sejarah yang dimiliki bangunan di Indonesia pada tahun 1945-1975

2. Untuk mengetahui perkembangan teknologi bangunan yang digunakan pada bangunan yang dibangun di Indonesia pada tahun 1945-1975.

SAINS DAN TEKNOLOGI BANGUNAN

Sirkulasi udara dan penerangan cahaya pada bangunan-bangunan di tahun 1945-1975 lebih banyak digunakan sirkulasi udara dan penerangan alami dengan banyak digunakannya jendela -jendela dan lubang-lubang udara, sehingga tercipta sirkulasi udara yang sangat baik.

Pada bangunan bioskop Megaria digunakannya jendela-jendela yang cukup besar serta lubang-lubang udara yang berfungsi sebagai penerangan dan sirkulasi udara alami sekaligus sebagai unsure estetika.

(2)

http://www.univpancasila.ac.id/

Page 2

Gambar 1.

Bioskop Megaria, Sumber: Majalah Konstruksi No. 124, Agustus 1988

Sirkulasi udara silang yang sangat baik terlihat pada ruang shalat masjid Agung Al Azhar. Terdapat jendela-jendela besar dan lubang udara di atasnya yang terdapat di sekeliling bangunan serta penempatan lubang-lubang udara di bawah kubah. Salah satu kinerja udara/kalor adalah merambat dari tempat terendah ke tempat yang lebih tinggi, yaitu udara/kalor yang dingin terletak di bawah bila udara/kalor mempunyai suhu yang lebih tinggi maka akan merambat ke atas. Sehingga perletakan lubang-lubang udara di bawah kubah sangat tempat sebagai tempat dikeluarkannya udara panas dari dalam bangunan.

Gambar 2.

Interior Masjid Agung Al Azhar Jakarta

Sumber: www.masjid-masjid terindah di Indonesia.com, 211107

Untuk Masjid Istiqlal, arsitek F Silaban sangat memperhatikan dan memperhitungkan konsep lingkungan setempat. Bila berada di dalam masjid ini, tanpa pendingin buatan kita merasakan sejuk, karena pada bangunan ini banyak bukaan-bukaan yang dihasilkan dari pertemuan antara tiang-tiang dan lantai setiap tingkat, seolah-olah membentuk semacam jendela yang berfungsi sebagai ventilasi untuk menjaga kesejukan ruangan dan tempat masuknya sinar matahari ke dalam ruangan.

Gambar 3.

Masjid Istiqlal, Sumber: Indonesia Design

Teknologi bangunan dengan menggunakan alat transportasi vertikal dengan teknologi lift sudah digunakan pada masa ini, yaitu pada bangunan monument nasional yang dibangun pada tahun 1959 dengan arsitek Ir. Soedarsono, dengan ketinggian 137 meter. Lift yang digunakan ini mempunyai kapasitas 8 orang penumpang dengan kecepatan naik dan turun satu seperempat menit.

SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

Sistem sub struktur pada bangunan di tahun 1945-1975 sudah menggunakan pondasi tiang pancang beton. Tiang pancang beton adalah tiang pancang yang dipancangkan ke dalam bumi. Tiang ini didukung dengan ujung kecil di dalam sebuah pendesak tiangpancang dan dipukulkan ke dalam tanah dengan hantaman berulang sebuah martil mekanis yang sangat berat (pile hammer), (Edward Allen 2 003). Pondasi tiang pancang beton digunakan pada bangunan Monument Nasional, masjid Istiqlal dan stadion Gelora Bung Karno. Pada Masjid Istiqlal digunakan pondasi tiang pancang yang berjumlah 4400 buah.

(3)

http://www.univpancasila.ac.id/

Page 3

Sistem konstruksi beton bertulang, banyak digunakan pada bangunan-bangunan pada masa ini. Menurut R.Sutrisno,1983, konstruksi beton bertulang adalah konstruksi beton bertulang dengan batu kerikil, terbentuk dari elemen-elemen kecil menjadi struktur yang monolit yang dapat tahan gaya tarik dan tekan, berkat tulangan baja di dalamnya yang mempunyai sifat homogen dan isotop. Seperti pada Monumen Nasional sistem struktur dan konstruksi yang digunakan adalah struktur dan konstruksi beton bertulang yang dilapisi dengan marmer yang mempunyai ketinggian 137 meter.

Gambar 4.

Pembangunan Monas , Sumber: Majalah Laras No. 104/Agustus 1997

Pada bangunan Stadion Gelora Bung Karno digunakan pondasi tiang pancang dan struktur beton bertulang. Dengan menggunakan struktur beton bertulang, pembangunan stadion utama ini diharapkan bisa diselesaikan jauh lebih cepat dari jadwal yang sebelumnya ditentukan.

Sistem upper struktur yang digunakan pada periode ini bermacam -macam disesuaikan dengan bentuk rancangan bangunannya, seperti struktur cangkang, struktur lipat dan struktur dome.

Struktur lipat merupakan salah satu jenis dari struktur permukaan bidang. Menurut R.Sutrisno(1983), struktur lipat adalah bentuk yang terjadi dari lipatan bidang-bidang datar dimana kekakukan dan kekuatannya terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri.

Sistem struktur dan konstruksi yang menonjol pada bangunan stadion Gelora Bung Karno adalah konstruksi atap model temu gelang, yang merupakan pengembangan dari struktur lipat yang berbentuk elips/oval. Atap oval yang mengelilingi stadion tersebut akan bertepi serta menyatu pada sebuah gelang raksasa, yang secara kokoh bakal dicengkeram dari bagian sebelah atas.

Rangka atap ini terbagi atas 5 bagian, sehingga seluruhnya berjumlah 480 bagian.Atap dengan bahan

kerangka baja mempunyai berat tidak kurang dari 5000 ton ditopang oleh kapstan (rangka atap) sebanyak 96 buah kapstan, yang masing-masing sepanjang 66 meter. Dengan cantilever sepanjang 18 meter ke bagian luar stadion dan 48 meter ke bagian dalam stadion yang tidak memiliki tiang penyangga di bagian tengah. Penyangga atap seluruhnya berada di tepi mengelilingi bangunan stadion utama ini.

Gambar 5.

Sumber: Buku Dari Gelora Bung Karno Ke Gelora Bung Karno

Struktur Cangkang/Shell Structure menurut R.Sutrisno (1983), adalah plat yang melengkung ke satu arah atau lebih yang tebalnya jauh lebih kecil daripada bentangannya. Gaya-gaya yang harus didukung dalam struktur cangkang disalurkan merata melalui permukaan bidang sebagai gaya-gaya membran yang diserap oleh bentuk strukturnya. Dengan demikian tidak terdapat gaya lintang dan momen lentur.

(4)

http://www.univpancasila.ac.id/

Page 4

Restaurant Hotel Indonesia, Sumber: Indonesian Heritage

Struktur cangkang pada masa ini sudah digunakan pada kubah restaurant utama dari hotel Indo nesia Jakarta, yang dibangun tahun 1960, digunakan kubah yang pertama di Indonesia yang dibangun sebagai konstruksi kerang (shell-construction).

Gambar 7.

Gambar Potongan Masjid Istiqlal, Sumber: Arsitek dan Karyanya; F. Silaban

Struktur atap pada bangunan Masjid Istiqlal terdiri dari bagian atap bangunan berlantai lima dibuat kubah kecil dan satu kubah besar berbentuk setengah bola. Aap bangunan utama berbentuk kubah setengah bola dengan kerangka polyhedrons dan dibungkus beton bertulang. Struktur kubah ini Silaban mendapat penghargaan dari pemerintah Jerman Barat dan menjadi hak paten yang disebut dengan nama Silaban Dome.

Keistimewaan struktur yang digunakan bangunan MPR - DPR RI yaitu pada gedung sidang utama serta banquet hall. Bentuk atap yang seperti kepakan burung garuda, menggunakan struktur kubah beton paling baru yang untuk pertama kalinya digunakan di Indonesia. Merupakan modifikasi dari struktur kubah murni yang dibelah menjadi dua yang bebannya dipikul oleh dua buah busur beton yang dibangun berdampingan dan nantinya bertemu pada satu titik puncak. Struktur ini mempunyai kesamaan prinsip dengan prinsip struktur sayap pesawat terbang.

Gambar 8.

Sumber: Buku Gedung MPR-DPR RI

Struktur sepasang busur beton dengan satu titik temu tersebut kemudian harus diteruskan masuk ke dalam bumi, untuk bisa menyalurkan beban. Dua busur dengan masing-masing balok lebar 1.80 meter , tinggi 2.80 meter bertemu di titik puncak plat beton atap seluas 7000 m2 dengan tebal rata-rata 15 cm.

Gambar 9.

Sumber: Buku Gedung MPR-DPR RI

Bentuk gedung utama dengan bentangan 120 meter dan rumah kerang (dome) yang ditelungkupkan, bisa membentuk ruangan tanpa tiang yang menampung seribu tempat duduk di balkon bawah, dalam susunan kursi konferensi. Menggunakan struktur beton pratekan (prestressed concrete structures), ultimate strength design cantilever 7,5 meter, jarak antar kolom 25 meter dengan beton berkekuatan tinggi di atas 300 kg/cm.

(5)

http://www.univpancasila.ac.id/

Page 5

Gambar10.

Masjid Salman, Bandung, Sumber: Indonesia Design

Untuk bangunan Masjid Salman, Bandung pemilihan sutruktu atap berdasarkan pada tidak adanya keharusan dalam menggunakan kubah, juga karena ketidaksiapan teknologi konstruksi pada saat itu untuk menggunakan struktur dome yang ringan (pada saat itu dome dibentuk dari beton dan biayanya sangat mahal). Maka untuk atap menggunakan teknologi beton pre-stress dalam grid dua arah yang membentang 25 meter. Atap dengan beton pre-stress untuk solusi struktur bentang lebar ini, maka diperolehlah ruang shalat yang luas namun bebas kolom, agar umat dapat beribadah tanpa terhalang baik secara fisik maupun visual ke arah kiblat.

Untuk bangunan rumah tinggal mempunyai ciri khas dari arsitektur jaman ini adalah penggunaan atap pelana dengan kemiringan atap 350, yang terkenal dengan nama atap jengki.

METODA MEMBANGUN

Karena keterbatasan akan waktu dan teknologi dan peralatan yang ada di Indonesia pada waktu itu belum memadai, maka peralatan berat banyak didatangkan dari Uni sovyet untuk membangun Stadion Utama Gelora Bung Karno ini, seperti; tower crane.

Gambar 11.

Proses pelaksanaan konstruksi Gelora Bung Karno. Sumber: Dari Gelora Bung Karno Ke Gelora Bung Karno

Pembangunan stadion utama ini mempekerjakan lebih dari 40 sarjana tekni k dari Indonesia, siang malam harus turun tangan untuk memimpin 12.000 tenaga kerja sipil dan militer, yang datang secara bergiliran dalam tiga shift.kurang lebih 12.000 orang pekerja tiap harinya. Dan pada waktu hari libur, banyak masyarakat yang ikut dalam pembangunan ini secara bergotong royong.

Metoda membangun gedung MPR-DPR RI digunakan metoda baru pada saat itu, yaitu metoda fast track. Yaitu dengan memecah kompleks bangunan yang digarap dalam empat unit. Terdiri dari ruang siding utama, gedung secretariat, auditorium dan gedung resepsi. Pada tahap penyelesaian akhir, keempat unit bangunan tersebut akan ditampilkan dalam kesatuan utuh, Namun selama dalam proses pembangunan, setiap unit bisa dikerjakan secara bersamaan oleh kontraktor yang berbeda, tanpa harus tergantung pada penyelesaian di unit lain.

Gambar 12.

(6)

http://www.univpancasila.ac.id/

Page 6

KESIMPULAN

Perkembangan teknologi bangunan di tahun 1945-1950 masih mengikuti teknologi yang ada pada pemerintahan jaman Belanda, karena arsitek pada masa itu gaya Belanda yang mengadaptasi dengan iklim tropis yang ada di Indonesia.

Pada Tahun 1950-1965, merupakan masa peralihan dari masa Belanda ke Bangsa Indonesia. Mulai bermunculan arsitek-arsitek Indonesia, dan pembangunan lebih menonjolkan segi pengakuan dunia internasional akan keberadaan negeri Indonesia. Banyak menggunakan teknologi -teknologi baru dan tercanggih pada masa itu.

Dan di tahun 1965-1975, pembangunan lebih memfokuskan kepada kepentingan masyarakat dan pembangunan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Akihary, Huib. Architecture & Stedebouw in Indonesie 1870/1970, Amsterdam: De Walburg Pers, 1990. Allen, Edward. Dasar-dasar Konstruksi Bangunan, Jakarta: Erlangga, 2003.

Ardhiati, Yuke. Bung Karno Sang Arsitek, Jakarta : Komunitas Bambu, 2005

Sukada, Budi A. /Pour, Yulius/ Syatria, Hilmi. Gedung MPR/ DPR-RI Sejarah Dan Perkembangannya, Jakarta: Tim Panitia Penerbitan Buku Gedung MPR/DPR-RI Sejarah dan Perkembangannya, 1995.

Bangunan Cagar Budaya di Propinsi DKI Jakarta, Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran Propinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 2000.

Bell, Victoria/Rand, Patrick. Materials For Architectural Design, New York: Laurence King Publishing, 2006.

Gedung Bersejarah di Jakarta, Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran Propinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, 2000.

Heuken, Adolf/Pamungkas, Grace. Menteng Kota Taman Pertama di Indonesia, Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 2001

Odang, Astuti SA. Arsitek dan Karyanya F. Silaban, Bandung: Nova, 1992.

Pour, Julius. Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno, Jakarta: Tim Panitia Penerbitan Buku Dari Gelora Bung Karno Ke Gelora Bung Karno.

Sumintaredja, Djauhari. Kompendium Sejarah Arsitektur Jilid I, Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1978.

Sutrisno, R. Bentuk Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Modern, Jakarta: Gramedia, 1984.

Setengah Abad Perumahan Rakyat. Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat, Jakarta, 1995.

Yudohusodo, Siswono/Salam, Soearli. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Jakarta: Yayasan Padamu Negeri, 1991. 1945 1950 - Arsitek Belanda - Pondasi Setempat - Pemakaian batu Alam 1950 1965

- Arsitek Belanda dan Arsitek Indonesia - Pondasi Tiang Pancang - Struktur Shell - Dana dari Pampasan Perang - Pemakaian teknologi lift - Pemakaian energi matahari 1965 1975 - Arsitek Indonesia - Sudah menggunakan teknologi pre-cast - Dana pemerintah

(7)

Gambar

Gambar Potongan  Masjid Istiqlal, Sumber: Arsitek dan Karyanya; F. Silaban

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa jenis jeruk yang diberikan bepengaruh terhadap pH minuman corens, nilai pH tertinggi di peroleh pada perlakuan jeruk manis pada perlakuan ini kadar gula

Sejalan dengan pemikiran itu, maka teori hukum prismatik yang dimaksud oleh penulis ada- lah hukum yang merajut dan mengakomodasi nilai-nilai baik sistem hukum tertulis

Angka ini termasuk kedalam interval 0,20 – 0,399, sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi antara penggunaan gadget berlebihan dengan gangguan mata miopia

Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer pada CV. Sido Mumbul dengan Menggunakan Software K-system.. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

ketinggian level keabuan sebanyak 256 data ciri untuk setiap foto tonsil (karena citra yang digunakan berformat 8 bit). Sebelum dicari nilai-nilai ekstraksi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bintang mengular (Ophiuroidea) yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu pantai Krakal, Kabupaten Gunungkidul,

Implikasi politik hukum judicial review pasal 256 UUPA (Undang- Undang Pemerintahan Aceh nomor 11 tahun 2006 terhadap kondisi sosial politik di Aceh yaitu Pemilukada

Pergau gaulan lan beb bebas as adal adalah ah sal salah ah sat satu u bent bentuk uk per peril ilaku aku meny menyimp impang, ang, yang yang mana mana bebas/