• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS ILMU UKUR TAMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS ILMU UKUR TAMBANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ILMU UKUR TAMBANG

DOSEN : YUSTINUS HENDRA WIRYANTO, S.SI., MT., MSC

NAMA

:

RESTU ILLAHI

NIM

:

DBD 111 0120

JURUSAN

:

TEKNIK PERTAMBANGAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PERTAMBANGAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya penyusun masih diberi kesehatan jasmani dan rohani. Sehingga Penyusunan Makalah tentang “Ilmu Ukur Tambang” dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.

Penyusun berharap dengan adanya Makalah Ilmu Ukur Tambang dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan bagi semua pihak yang membaca umumnya.

Penyusun telah berupaya dengan optimal dalam penyusunan makalah, tetapi penyusun yakin dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Masukan serta kritikan dan saran yang membangun akan penyusun tunggu.

Palangka Raya, Maret 2014

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1. Pengertian Ilmu Ukur Tambang

Ilmu ukur tambang adalah suatu kegiatan kerja yang harus dilakukan dalam beberapa pekerjaan pertambangan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang :

1. Kedudukan lubang bukaan terhadap peta topography yang ada 2. Gambaran lubang-lubang tambang (peta tambang)

3. Kemajuan arah penggalian serta besar tonase penggalian didalam stope. Peta ukur tambang ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan daerah kerja tambang dengan batas daerah pertambangan, sehingga dapat diperoleh suatu keterangan untuk menetapkan arah penggalian lebih lanjut, untuk menghitung berapa besar material (ore) yang telah digali dan kemungkinan berapa banyak ore yang akan digali, juga untuk memperoleh data dari daerah kerja tambang menurut grafik yang mungkin dibuat, apabila diadakan suatu penambahan kerja yang efisien.

Mengenai peralatan ukur tambang ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan alat-alat ukur tanah, kecuali apabila alat tersebut tidak dapat digunakan untuk pengukuran dalam tanah (Underground Traversing) maka digunakan atau diperlukan alat-alat khusus.

2. Tujuan Ilmu Ukur Tambang

1. Menyajikan secara grafis (rencana/bagian dari rencana) pekerjaan bawah tanah, bentuk dan kejadian gambaran penyebaran bahan galian serta struktur yang ada dari kenampakan permukaan bumi.

2. Memecahkan berbagian dan permasalahan dalam ILMU UKUR TAMBANG (eksplorasi, konstruksi, eksploitasi).

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Dasar – Dasar Ilmu Ukur Tambang

Perbedaan yang penting dari Underground Traversing dengan Surface Traversing adalah :

- Penerangan (light) pada Underground Traversing sangat diperlukan, karena untuk pembacaan sudut vertikal atau horizontal pembacaan benang silang pada instrumen serta pada pembacaan alat ukur.

- Kurang begitu nyata atau teliti seperti yang dilakukan pada ukur tanah, jadi pengulangan pembacaan perlu dilakukan untuk mencegah atau memperkecil kesalahan.

- Daerah atau ruang pengukuran tak sebebas seperti pada ukur tanah, sehingga lebih sulit dalam pemasangan instrumen maupun dalam pelaksanaan pengukurannya.

- Yang digunakan dalam surveying ialah plumbob dengan tali penggantungnya pada patok (station).

- Penggunaan rod pada underground traversing boleh dikatakan tidak dilakukan, mengingat tinggi mine haulage tunnel agak kurang dari panjang rod tersebut, dan sebagai pengganti rod adalah patok tadi.

Untuk itu diperlukan penguasaan penggunaan peralatan yang betul-betul mantap,serta ketelitian dalam pengkuran yang dapat dilakukan dengan pengulangan-pengulangan pembacaan sehingga dapat memperkecil kesalahan.

2.1.1. Instrument dan Alat – Alat Ukur Tambang

1. Instrumen Optik : theodolite

2. Dumpey level : alat untuk menentukan elevasi di bawah tanah dengan perbedaan ketinggian dengan cara menarik garis ketinggian.

3. Rambu Ukur

4. Kompas : kompas ayun, tali 5. Pita ukur/meteran:

- Untuk setting stasiun ukur dan melakukan pekerjaan dengan teliti digunakan ukuran 200 ft x 3/8 in, skala ukur digulung.

(5)

- Untuk pengukuran di permukaan digunakan 300-400 ft, skala ditandai setiap 5-10 ft

- Untuk offset, tinggi instrumen, height of shot digunakan 6-8 ft. 6. Plumb bob

7. Lampu penerangan Keuntungan :

- lampu baterai lebih berat dr lampu karbit, sebaiknya memiliki ikat pinggang extra untuk tempat baterai.

- lampu baterai hrs diisi setiap hari tetapi surveyor masih membutuhkan lampu karbit saat mereka bekerja di daerah terpencil yang jauh dr listrik.

8. Kaca pembesar 9. Stambangtion

10. Tempat peralatan yang berisi : plumb bob, tali plumb bob extra, alat untuk menutup sambungan Dengan saluran kompressor, tongkat pancang, kotak yang berisi pengait dan material sekrup, paku, tali manila, kain katun tipis.

11. Peralatan kantor : penthograph, planimeter, penggaris baja, copy flex, kalkulator, tinta warna.

2.1.2. Metode Pengukuran

Pembacaan Sudut Horizontal

1. Pembacaan Langsung

Teleskop disetel di belakang sasaran Dengan plat pada nol menggunakan penjepit bawah, kemudian teleskop dibalik ke depan sasaran menggunakan penjepit atas sehingga sudut terbaca. Instrumen terbagi dr 0-360 Dengan arah ke kanan diukur searah jarum jam.

2. Defleksi

Teleskop di set di belakang sasaran Dengan posisi jarum pada titik nol menggunakan penjepit bwh kemudian teleskop dibalik ke depan sasaran menggunakan penjepit atas dan vernier akan terbaca. Instrumen terbagi dr 0-180 pada akhir. Sudut yang terbaca merupakan sudut defleksi/deviasi dr titik tembak ke kiri/kanan dr salah satu titik akhir.

(6)

3. Dengan Bearing

Teleskop dibalik dan diset di belakang sasaran Dengan piringan yang telah disetel pada benang terakhir subjek yang terbaca pada stasiun sebelumnya menggunakan penjepit bawah, teleskop dibalik ke sasaran tembakan menggunakan penjepit atas dan bearing subjek tembakan terbaca pada piringan. Instrumen terbagi dlm bbrp kuadran seperti sebuah kompas Dengan titik 0 pada U-S dan titik 90 pada T-B.

Bearing : Ialah suatu sudut yang diukur ke kiri atau kekanan antara garuis Utara (North), Selatan (South) dengan titik tertentu. Nama dari bearing tersebut tergantung dari letak empat titik dari kwadran.

Contoh :

Bearing A – B = N α 0 E Bearing A – C = N β 0 Ε Bearing A – D = N γ 0 Π Bearing A – E = N δ 0 Ш

Jadi bearing tersebut dapat dibuat dari Kutub Utara geografis ke arah kanan atau kiri, demikian pula sebaliknya dari Kutub Selatan ke arah kanan atau kiri.

4. Dengan Azimuth

Teleskop dibalik dan diset di belakang sasaran Dengan setting piringan pada azimuth terakhir subjek seperti pembacaan dr station sebelumnya Dengan menggunakan penjepit bawah, teleskop dibalikan ke sasaran tembakan menggunakan penjepit atas dan bearing subjek tembakan terbaca dr piringan. Instrumen terbagi dr 0-360 ke arah kanan/searah jarum jam. Sesudah mengambil FS piringan yang ada dikiri dijepit dan Dengan menggunakan posisi seperti ini tanpa seting ulang kecuali hrs melaksanakan pengambilan BS pada station berikutnya.

(7)

Azimuth : Ialah suatu sudut yang ukur dari titik Utara atau Selatan ke suatu titi tertentu menurut arah jarum jam.

Untuk mempermudah perhitung, maka umumnya titik Utara digunakan sebagai titik awal pengukuran.

Contoh :

Azimuth 0 – 1 = α 0 Azimuth 0 – 2 = β 0 Azimuth 0 – 3 = γ 0 Azimuth 0 – 4 = δ 0

Bearing dari suatu rintisan (traverse) adalah berurutan (berhubungan satu dengan yang lainnya). Untuk menghitung bearing suatu urutan dari titik, ada dua cara sederhana yang perlu diingat yaitu : a). Sudut diukur searah dengan perputaran jamrum jam,

azimuth dari arah yang baru adalah azimuth mula-mula + sudut lurus atau angle right antara arah tersebut -1800

b). Kalau jumlah azimuth awal + sudut lurusnya kurang

dari 1800, perlu ditambah 3600 dulu sebelum dikurangi dengan 1800 atau dapat juga ditambah dengan 1800 saja.

5. Dengan Repetisi

Teleskop yang berada pada posisi normal diset ke belakang sasaran Dengan piringan pada posisi nol memakai penjepit bawah, kemudian tanpa loncatan dibalik kedepan sasaran tembakan menggunakan penjepit atas dan sudut terbaca dari piringan sertambang dicatat, selanjutnya tanpa diset ulang pembacaan 2 dilakukan. Pembacaan sudut dapat diulang pada saat pembacaan ke 2 kapan saja diinginkan. Vernier dibaca pada akhir pengukuran dan sudut ini berbeda nomor repetisinya, dimana sudut antara subjek sudut terakhir harus sesuai dengan setting pertama. Instrumen terdiri dr 0-360 ke arah kanan.

(8)

Pembacaan Sudut Vertikal

Sudut vertikal didapat dengan menghubungkan jarak miring peta untuk menentukan jarak horizontal dan vertikal antara pojok2 pada akhir pencatatan. Sudut vertikal diukur langsung dimana sudut yang ada diatas/bawah garis horizontal diukur hanya 1 kali.

Pengukuran Jarak

1. Dengan rangkaian/ikatan 2. Dengan pembacaan stadia 3. Dengan perekaman :

- pengukuran singkat antar pancang

- pengukuran panjang dengan rentang - rentang bebas

Ploting

1. Dengan sudut dan jarak

2. Dengan cara azimuth / bearing dan jarak 3. Dengan cara koordinat.

Pengukuran Tambang Bawah Tanah

Tujuan:

- Mengetahui arah/kemajuan penggalian bwh tnh - Mengetahui volume broken ore/bat yang tergali

- Mengetahui posisi/keddkn lub bukaan thd permukaan topografi. Macamnya:

- Pengukuran sudut horizontal (double) - Pengukuran sudut vertikal (double) - Pengukuran jarak

- Pengukuran tinggi alat/instrument

- Pengukuran tinggi plumb bob yang digantung

- Pengukuran kiri dan kanan instrumen maupun plumb bob untuk mengetahui lebar bukaan

(9)

Data yang harus diambil: a. Dengan kompas : 1. Surface Traversing :

- Azimuth BS, Azimuth FS, Vertical angle (VA) FS, slope distance (SD) FS.

2. Underground traversing :

- Azimuth BS, Azimuth FS, Vertcal Angle FS, Slope Distance FS, Detil ke arah FS meliputi (jarak instrument ke dinding sebelah kiri bukaan/L dan jarak instrumen ke dinding sebelah kanan/R bukaan).

Kompas Geologi b. Dengan Theodolite

1. Surface traversing

Tinggi instrumen, Skala lingk Horizon BS, skala lingk Hor FS, Vertical angle FS, jarak optis FS (Ba, Bb, Bt).

2. Underground traversing

Tinggi Instrumen, tinggi unting FS, skala lingk Hor BS, skala lingk hor FS, vertical angle FS, slope distance, detil ke arah FS meliputi (jarak instrumen ke dinding sebelah kiri bukaan/L, jarak instrumen ke dinding seb kanan bukaan/R, tinggi bukaan dr floor ke roof).

(10)

Theodolite Data yang hrs dihitung :

- Azimuth awal dr base line - Bearing FS

- Angle rght - Horizontal distance - Azimuth FS - Latitude

- Departure - Vertical distance - Koordinat titik FS - Grade

- Tinggi titik FS

Perbedaan cara pengukuran di dalam tambang bawah tanah atau underground traversing dengan pengukuran dipermukaan atau surface traversing selain mengenai : penerangan, daerah (ruang) pengukuran dan penggunaan plumbob seperti yang tercantum dalam bab terdahulu, juga mengenai :

1. Cara pemasangan Theodolite (transite), di mana pada perintisan di permukaan anting-anting ditepatkan pada titik patok yang berada di bawah, tetapi untuk perintisan tambang bawah tanah titik as dari sumbu I ditepatkan dengan plum bob yang tergantung pada atap (roof), kecuali instrument tersebut tidak ada as sumbu pertamanya (misal Theodolite T0), maka plum bob tersebut dipindahkan dulu ke bawah dengan block station.

(11)

2. Data yang perlu diambil disini meliputi :  Pengukuran sudut horizontal (double)  Pengukuran sudut vertical (double)  Pengukuran jarak(slope distance)  Pengukuran tinggi alat

 Pengukuran tinggi plum bob yang digantungkan (HS dan BI)  Kolom catatan, misalnya tinggi level dan sebagainya.

3. Harus memperhatikan gangguan aliran air, rembesan air dan sebagainya, juga instrument yang harus dilindungi dari pengaruh rembesan air tersebut.

4. Adanya pengaruh medan magnet, misalnya pada rel, jalan-jalan kereta dorong,pada bijih yang sifatnya magnetik (hematit, pyrolusite dan sebagainya).

(12)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN :

Ilmu Ukur Tambang adalah slah satu cabang ilmu dari Teknik Pertambangan yang mana ilmu ini mempelajari tentang kedudukan lubang bukaan terhadap peta topographi yang ada, Survey dan Pemetaan, dan Kemajuan arah penggalian serta besar tonase penggalian di dalam slope. Ilmu Ukur Tambang tentuny sangat berguna pada saat melakukan tahap Eksplorasi dan Eksploitasi.

Metode Pengukuran Ilmu Ukur Pertambangan

1. Pembacaan Langsung

Instrumen terbagi dr 0-360 Dengan arah ke kanan diukur searah jarum jam.

2. Defleksi

Instrumen terbagi dr 0-180 pada akhir. Sudut yang terbaca merupakan sudut defleksi/deviasi dr titik tembak ke kiri/kanan dr salah satu titik akhir.

3. Dengan Bearing

Bearing : Ialah suatu sudut yang diukur ke kiri atau kekanan antara garuis Utara (North), Selatan (South) dengan titik tertentu. Nama dari bearing tersebut tergantung dari letak empat titik dari kwadran.

4. Dengan Azimuth

Azimuth : Ialah suatu sudut yang ukur dari titik Utara atau Selatan ke suatu titi tertentu menurut arah jarum jam.

Untuk mempermudah perhitung, maka umumnya titik Utara digunakan sebagai titik awal pengukuran.

5. Dengan Repetisi

Pembacaan sudut dapat diulang pada saat pembacaan ke 2 kapan saja diinginkan. Vernier dibaca pada akhir pengukuran dan sudut ini berbeda nomor repetisinya, dimana sudut antara subjek sudut terakhir

(13)

harus sesuai dengan setting pertama. Instrumen terdiri dr 0-360 ke arah kanan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA http://fileq.wordpress.com/2012/03/17/ilmu-ukur-tanah/ http://ilmusurveypemetaan.wordpress.com/2012/05/17/materi-2-manfaat-pekerjaan-survey-dan-pemetaan/ http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/ilmu-ukur-tanah-surveying.html http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/prinsip-dasar-surveying.html ml.scribd.com/doc/108602256/Materi-Kuliah-Ilmu-Ukur-Tambang minernote.blogspot.com/2012/04/buku-buku-pertambangan.html

Referensi

Dokumen terkait