• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi 1. Pengertian

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg. (WHO, 2015). Hipertensi arterial di sederhanakan dengan sebutan tekanan darah tinggi yang didefinisikan sebagai elevasi persistem dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih. (Black & Hawks, 2014). Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler Indonesia (PERKI) juga menyatakan hipertensi memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg.

2. Etiologi

Menurut Corwin (2009) hipertensi terjadi karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TFR, peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan

a. Hipertensi Sekunder

Penyebabnya diketahui yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

b. Hipertensi Primer (esensial) di sebut juga sebagai hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Adapun faktor yang

(2)

mempengaruhinya adalah yang dapat meningkatkan resiko: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok dan genetik

3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013 Berikut klasifikasi tekanan darah adalah:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg TDD (mmHg) Optimal < 120 < 80 Normal 120 – 129 80 – 84 Normal tinggi 130 – 139 84 – 89 Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99 Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109 Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90

Sumber :Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia 2013

4. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah menurut (Black & Hawks, 2014) 1). Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dekat dianggap sebagai multifaktor yaitu seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi dari keluarga, gen bisa berinteraksi dengan yang lainnya dan lingkungan yang dapat

(3)

menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Biasanya gen yang membuat keluarga lebih rentan terhadap hipertensi karena berhubungan dengan peningkatan kadar natrium dan penurunan kalsium natrium.

2). Usia

Hipertensi primer muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90mmHg. Penelitian epidemiologi menunjukkan prognosis yang lebih buruk pada klien yang mengalami hipertensi mulai usia muda. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih baik dari pada tekanan darah diastolik karena merupakan prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa yang akan datang. Birren & Jenner (1977) dalam Nugroho (2000) membedakan antara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial.

(a) Usia biologis: menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati.

(b) Usia Psikologis: menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

(c) Usia Sosial: menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Sedangkan Nugroho (2000) membagi usia periode biologis perkembangan manusia sebagai berikut:

(4)

(1). < 40 tahun (2). 40 – 65 tahun (3). > 65 tahun (3). Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular. Pada keseluruhan angka kejadian hipertensi, lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Pria dan wanita memeiliki resiko yang hampir sama di usia 55 sampai 74 tahun, tetapi setelah usia 74 tahun wanita mempunyai resiko lebih besar.

(4). Etnis, dari statistik mortalitas mengindikasikan bahwa kematian pada kulit putih dewasa dengan hipertensi pada tingkat terendah dan angka kematian tertinggi pada kulit hitam. Alasan peningkatan prevalensi hipertensi di antara yang berkulit hitam tidak jelas, tetapi peningkatannya di kaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah sehingga sensitivitas lebih besar terhadap vasopresin dan tinggi asupan garam.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat di ubah yaitu:

Menurut Lemone, Burke, & Buldoff (2015), menyatakan adapun faktor resiko yang dapat diubah pada penderita hipertensi

1) Asupan natrium tinggi sering dikaitkan dengan resistensi tinggi, hipertensi kaitannya dengan asupan natrium melibatkan berbagai mekanisme fisiologi yang berbeda termasuk sistem renin angiotensin aldosteron, nitrit oksida, katekolamin, endotelin, dan peptida natriuretrik

(5)

atrium. Asupan kalium, kalsium dan magnesium rendah juga berperan pada hipertensi.

2) Stres, stres dapat meningkatkan resistensi vaskular perifer dan curah jantung serta dapat mengakibatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Stres fisik dan emosional menyebabkan kenaikan sementara tekanan darah. Tekanan darah yang normal berfluktuasi pada siang hari, dan naik ketika saat aktivitas, ketidaknyamanan atau saat respon emosional seperti marah yang ahirnya menyebabkan hipertrofi otot polos vaskuler.

3) Kegemukan, kegemukan yang ditentukan oleh peningkatan perbandingan pinggang ke panggul, kegemukan mempunyai hubungan yang kuat dengan hipertensi.

4) Resistensi Insulin, kaitannya dengan hipertensi efeknya pada sistem saraf simpatis, otot polos, vaskuler, pengaturan natium dan air ginjal dan perubahan transport ion melewati membran sel. Klien yang sudah terkena hipertensi akan mengalami sensitif terhadap garam dan kelebihan garam dapat menjadi pencetus hipertensi bagi individu. Diet yang tinggi garam akan menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, yang secara langsung dapat meningkatkan tekanan darah.

5) Konsumsi alkohol berlebihan, jika mengkonsumsi alkohol secara teratur tiga kali atau lebih dalam sehari dapat meningkatkan resiko hipertensi.

5. Tanda dan Gejala

Menurut Lemone, Burke & Bauldoff. (2015). Hipertensi pada tahap awal biasanya asimtomatik, biasanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Pada awalnya terjadi kenaikan tekanan darah sementara, tetapi lama kelamaan akan

(6)

menjadi permanen. Gejala yang biasanya muncul, pusing, berat ditengkuk, cepat merasa lelah, tekanan darah meningkat dan muncul saat bangun tidur. Gejala lain yang biasanya muncul akibat kerusakan organ seperti bingung, mual, muntah, telinga berdengung dan gangguan penglihatan.

6. Patofisiologi

Hipertensi terjadi karena adanya gangguan dalam sistem peredaran darah. Pengaturan tekanan darah arteri meliputi kontrol sistem persarafan yang komplek dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Sistem kardiovaskuler banyak dipersyarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom menimbulkan sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis, efek yang saling berlawanan, dan bekerja bertolak belakang dan mempengaruhi perubahan pada denyut jantung dan pembuluh darah.

Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya menurun (vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat, bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun. Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls kepusat saraf simpatis di medula oblongata. Sistem saraf simpatis akan dihambat oleh impuls tersebut. Apabila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan teregang. Hal ini dapat menurunkan tegangan pusat simpatis, yang berakibat frekuensi jantung menurun, arteriol mengalami dilatasi dan tekanan arteri kembali kelevel awal.

(7)

Hal sebaliknya bisa terjadi bila ada penurunan tekanan arteri baroreseptor mengontrol perubahan tekanan darah untuk sementara (Muttaqin 2009).

Sedangkan menurut Huether & Mc Cance, 2008 dalam lemone (2015) patofisiologi hipertensi primer diduga berkembang akibat interaksi kompleks diantara faktor yang mengatur curah jantung dan resistensi vaskuler sistemik. Interaksi ini dapat mencakup sistem saraf smpatis yang berlebihan dengan stimulasi berlebihan pada reseptor α-adrenergik dan β-adrenergik, menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan curah jantung. Perubahan fungsi sistem renin angiotensin aldosteron dan resvonsivitasnya terhadap faktor seperti asupan natrium dan keseluruhan volume cairan sistem renin angiotensin. Aldosteron mempengaruhi tegangan vasomotor dan ekskresi air dan garam. Kadar angiotensin II yang tinggi dalam jangka panjang menyebabkan remodeling arteriolar yang secara permanen meningkatkan SVR. Pada sekitar 20% orang penderita hipertensi, kadar renin dibawah normal. Peningkatan asupan natrium meningkatkan tekanan darah pada klien ini. Kadar renin plasma rendah lenih sering dijumpai pada orang afro Amerika daripada orang kulit putih. 15% klien hipertensi lainnya mempunyai kadar renin plasma lebih tinggi dari normal. Untuk klien ini asupan garam tidak berdampak banyak pada tekanan darah. Sebagian besar orang menderita hipertensi mempunyai kadar aktivitas renin yang normal. Mediator kimiawi lain tegangan vasomotor dan volume darah seperti peptida natriuretik juga berperan dengan mempengaruhi tegangan vasomotor dan eksresi natrium dan air. Endotelium vaskuler itu sendiri menghasilkan hormon yang juga mempengaruhi tegangan vasomotor. Interaksi antara resistensi insulin, hiperinsulinemia dapat menjadi

(8)

penyebab primer hipertensi. Isulin berlebihan mempunyai beberapa efek yang berpotensi menyebabkan hipertensi antara lain: a. Retensi natrium oleh ginjal, b. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, c. Hipertrofi otot polos vaskuler, d. Perubahan transport ion melintasi membran sel. Jadi hasilnya adalah peningkatan menetap volume darah dan resistensi perifer. Sistem kardiovaskuler beradaptasi dengan peningkatan volume darah dengan meningkatkan curah jantung. Mekanisme otoregulasi dalam arteri sitemik bereaksi terhadap peningkatan volume sehingga menimbulkan vasokonstriksi dan meningkatan resistensi vaskuler sistemik menyebabkan hipertensi.

7. Komplikasi

Hipertensi yang menetap dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf dan ginjal (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015). Komplikasi yang biasa terjadi berupa gangguan pada mata, jantung, ginjal dan otak. Klien hipertensi yang tidak melakukan pengontrolan yang teratur dapat mengalami gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal dan stroke. Jantung juga akan membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja pada saat memompa guna melawan tahanan pembuluh darah yang tinggi. (Saputra, 2014).

Stroke dapat terjadi akibat perdarahan di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke juga dapat terjadi pada hipertensi kronis pada arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup

(9)

oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya. (Corwin, 2009).

8. Penatalaksanaan

Faktor pokok dalam pengobatan adalah keinginan kuat dalam mengontrol tekanan darah, pilihan obat sesuai toleransi, keamanan dan ada kemauan dalam memeriksakan diri serta pengobatan jangka panjang (Black & Hawks,2014). Pengobatan hipertensi terdiri dari pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis. (Sudoyo, 2014)

a. Pengobatan farmakologis

Obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain: diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant), Beta Bloker (BB), Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB), Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT 1 receptor antagonist/blocker (ARB), Direct renin inhibitor (DRI). Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi. Jika terapi dipilih dengan hati-hati maka lebih dari setengah kasus hipertensi ringan dapat dikontrol.

(10)

b. Pengobatan Nonfarmakologis antara lain: 1). Modifikasi gaya hidup

Fakta penelitian yang menyatakan modifikasi gaya hidup efektif menurunkan tekanan darah dan resiko yang minimal. Menurut JNC 7, modifikasi gaya hidup disarankan untuk untuk dijadikan terapi secara definitif digaris pertama sekurang-kurangnya 6-12 setelah digaris awal. 2). Penurunan berat badan

Corwin, (2009) menyatakan bahwa menurunkan berat badan dapat mengurangi tekanan darah dengan mengurangi beban kerja jantung, maka kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang. Sedangkan menurut Black & Hawks, (2014) menyatakan dalam menurunkan berat badan ke normal bisa menurunkan tekanan darah sistolik 5-20 mmHg per 10 kg penurunan berat badan. Kelebihan berat badan yang ditujukan dengan IMT bisa melebihi 27 kg/m2 berhubungan kuat dengan peningkatan tekanan darah.

3). Mengurangi asupan garam di dalam tubuh

Kira-kira 40% orang dengan hipertensi peka terhadap garam. Diet garam <100 mmol/hari (2,4 gr atau 6 gr) bisa menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg. Pembatasan sedang pemasukan garam (6 gram) dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa kasus hipertensi tingkat I.

4). Modifikasi diet lemak

Modifikasi masukan diet lemak dapat menurunkan lemak jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh sehingga memberikan dampak penurunan tekanan darah tetapi juga menurunkan tingkat kolestrol. Di

(11)

tambah lagi rekomendasi diet yang dianjurkan adalah kaya buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan makanan rendah lemak. 5). Olah raga

Olah raga dapat meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya aterosclerosis akibat hipertensi, (Corwin, 2009). Olah raga yang rutin minimal 30 menit perhari bisa menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Tekanan darah dapat diturunkan dengan aktifitas sedang seperti berjalan cepat 30-45 menit sesering mungkin dalam satu minggu. (Black & Hawks, 2014).

6). Pembatasan alkohol

Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol perhari meningkatkan resiko mengidap hipertensi sebesar dua kali. Mengapa alkohol dapat meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol yang berlebihan dapat merusak jantung dan organ-organ lain.

7). Tehnik relaksasi

Tehnik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dengan cara menghambat respons stres saraf simpatis. Tehnik relaksasi dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

8). Berhenti merokok

Selain dari lamanya kebiasaan merokok, resiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang diisap perhari. Apabila seseorang menghisap rokok lebih dari satu pak sehari bisa menjadi 2 kali lebih rentan terkena hipertensi dibandingkan mereka yang tidak merokok.

(12)

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses atherosclerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama, seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh kapiler di dalam paru-paru dan diedarkan kealiran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat dan menimbulkan tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap tinggi sampai 30 menit setelah berhenti menghisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. (Sudoyo, 2014)

B. Konsep Diet Hipertensi 1. Pengertian

Diet hipertensi merupakan pengurangan konsumsi natrium, tinggi serat, dan rendah kolesterol, agar penurunan tekanan darah lebih optimal. Yang dimaksud diet ini adalah menambah buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, unggas, kacang-kacangan, dan susu rendah lemak dalam asupan nutrisi harian.

(13)

Makanan-makanan ini mengandung nutrisi yang tinggi, seperti kalium, magnesium, kalsium, serat, dan protein. Kalium bekerja mengatur keseimbangan jumlah natrium dalm sel. Kalsium dan magnesium bermanfaat secara tidak langsung untuk membantu mengendalikan hipertensi. (Lemone, Burke & Buldoff, 2015).

Kita semua tahu bahwa diet yang sehat berhubungan erat dengan pencegahan berbagai penyakit. Dengan mengubah kebiasaan makan sederhana, termasuk menghitung kalori dan mengatur ukuran porsi makanan harian, dapat menurunkan tekanan darah sehingga terhindar dari penyakit jantung dan hipertensi. Diet adalah kontributor kunci untuk hipertensi, Pendekatan diet telah terbukti paling efektif untuk mencegah hipertensi. (Alexander, E. 2015). Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) adalah studi tentang pengaruh pola diet yang berbeda untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Para peneliti menemukan bahwa relawan yang mengikuti diet DASH, terbukti bisa menurunkan tekanan darah. (Lemone, Burke & Buldoff, 2015).

2. Diet untuk Hipertensi

Menurut Laurentia (2004) kriteria diet yang ideal untuk menurunkan berat badan adalah sebagai berikut :

a. Zat gizi harus cukup, memenuhi selera dan kebiasaan pasien.

b. Tidak terlalu lapar dan meletihkan, sumber bahan makanan mudah didapat c. Bertujuan memperbaiki kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini di

Indonesia dan di luar negeri terdapat diet untuk mengatasi kegemukan dan hipertensi diantaranya adalah diet energi rendah, diet rendah garam dan DASH (Dietary Aproach to Stop Hypertension)

(14)

3. Diet Rendah Garam

Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Syarat diet adalah 1) cukup energi, protein, mineral, dan vitamin, 2). bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit, dan 3) Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang diberikan. Menurut Almatsier, (2010) menyatakan terapi non farmakologis pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembatasan asupan garam

Sesuai dengan keadaan berat ringannya penyakit, diet rendah garam dapat dibagi menjadi tiga macam diantaranya:

1) Diet garam rendah 1 ( Natrium sebesar 200-400 mg)

Dalam pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur, di hindari makanan yang tinggi kadar natrium. Diberikan pada penderita hipertensi berat.

2) Diet rendah garam II ( Natrium sebesar 600-800mg)

Dalam pegolahan makananannya boleh menggunakan ½ sendok garam dapur (2gr). Di hindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. Diberikan pada penderita hipertensi tidak terlalu berat.

3) Diet rendah garam III ( Natrium sebesar 1000- 1200 mg)

Dalam pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sendok garam dapur (4gr). Diberikan pada penderita hipertensi ringan. Sebagian besar penderita hipertensi yang sensitif terhadap natrium, menunjukkan gejala setelah mengkonsumsi natrium sehingga mengalami peningkatan tekanan darah. Pembatasan sedang terhadap asupan natrium 2 sampai 3 gram

(15)

natrium dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah.(Black & Hawks 2014).

Pendekatan diet pada hipertensi adalah menurunkan asupan natrium, mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang cukup dan mengurangi asupan lemak jenuh. Pembatasan natrium ringan hingga sedang (tidak ada tambahan garam) menurunkan tekanan darah dan memperkuat efek obat-obatan anti hipertensi untuk sebagian besar klien hipertensi. (Lemone, Burke & Bauldoff. 2015).

Tabel 2.2 Kandungan Natrium dalam Makanan (mg/100gram). Bahan Makanan mg Bahan Makanan mg Biskuit 500 Telur ayam 158 Kue-kue 250 Telur asin 191 Roti Putih 530 Udang 185 Daging ayam 100 Teri Kering 885 Daging bebek 200 Keju 1250 Daging sapi 93 Sosis 1000 Daging kambing 100 Kecap 4000 Ikan segar 100 Margarine 950 Ikan sardin 131 Mentega 987 Ikan tongkol 180 Garam 38758 Keju 1250 Roti coklat 500 Sosis 1000 Tomat ketchup 2100 Sumber: Almatsier (2010)

Cara memasak untuk mengeluarkan Natrium antara lain: (a) Pada ikan asin dicuci dan direndam terlebih dahulu

(b) Untuk mengeluarkan garam dari margarin dengan mencampur garam dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarin akan mencair dan

(16)

larut dalam air. Dinginkan cairan dengan memasukkan panci dalam kulkas, margarin akan keras kembali dan buang air yang mengandung garam natrium lakukan sebanyak dua kali. (Rismayanti, 2012).

4. DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)

DASH diteliti dengan pendekatan klinis untuk melihat pengaruh konsumsi pada tekanan darah pada subjek yang berusia 22 tahun keatas dan mempunyai tekanan darah sistolik < 160 mmHg dan diastolik 80 – 95 mmHg. Subjek dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 1) diet kontrol atau diet yang sama dengan apa yang dikonsumsi penduduk Amerika 2) diet kaya buah dan sayur, dan 3) diet kaya buah sayur, dan rendah lemak. Semua subjek diberikan makanan yang telah disiapkan sesuai dengan jenis diet dan mereka diminta untuk tidak makan makanan lain. Jumlah natrium yang diberikan sama untuk semua kelompok yaitu 3000 mg/hari dan subjek diperkenankan untuk menambah natrium 500 mg/hari. Konsumsi alkohol dibatasi ≤ 2 kali per hari. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sistolik turun 6 mmHg dan diastolik 3 mmHg pada kelompok III yang sekarang dikenal dengan diet DASH, sedangkan untuk kelompok II yaitu diet yang kaya buah dan sayur sistolik turun 3 mmHg dan diastolik turun 2 mmHg. Untuk subjek hipertensi I penurunan pada kelompok DASH lebih tinggi lagi yaitu 11 mmHguntuk sistolik dan 6 mmHg untuk diastolik (Appel et.al. 1997)

DASH direkomendasikan oleh AHA (American Heart Association) untuk menurunkan tekanan darah dari dua hasil penelitian diatas. DASH terdiri dari 2400 mg atau 1500 mg sodium (USDHHS, 2006). Prinsip melaksanakan

(17)

DASH adalah berubah secara bertahap, anggap daging sebagai bagian dari keseluruhan makanan, menggunakan buah atau makanan yang rendah lemak, kolesterol, dan energi sebagai makanan selingan.

Tabel 2.3 Diet DASH

Makanan Porsi

Sumber karbohidrat 7 – 8/hari

Sayur 4 – 5/hari

Buah 4 – 5/hari

Lauk 2/hari

Berminyak 2 – 3/hari

Kacang-kacangan 4 – 5/minggu

susu rendah lemak 2 -3/hari

Konsumsi garam 5 gram/hari

5. Perencanaan Makan dengan DASH

DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) dan AHA (2006) untuk pencegahan manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahannya serta kacang-kacangan. Diet ini mengandung tinggi kalium, fosfor dan protein sehingga perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.

(18)

Tabel 2.4

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH)

Kelompok makanan Penyajian harian (dalam satu minggu) Takaran Contoh Signifikan dari tiap kelompok dengan rencana DASH Biji-bijian dan produk gandum 7-8 1 potong roti 1 ons sereal kering* ½ cangkir nasi, pasta atau sereal

Roti gandum, roti, sereal, bubur jagung, bubur gandum, biskuit, popcorn Sumber energi dan serat Sayur-sayuran 4-5 1 cangkir sayuran berdaun ½ cangkir sayuran yang dimasak 6 ons jus sayuran

Tomat, kentang, wortel, kacang hijau, labu, brokoli, lobak hijau, sawi, kangkung, bayam, ubi jalar Sumber kalium, magnesium dan serat Buah-buahan

4-5 6 ons jus buah ¼ cangkir buah kering

½ cangkir buah segar, beku

Pisang, kurma, anggur, jeruk, jus jeruk, mangga, melon, nanas, strowberry Sumber kalium, magnesium dan serat Rendah lemak atau susu bebas lemak 2-3 8 ons susu 1 cangkir yogurt 1 ½ ons keju Susu rendah lemak, yogurt bebas lemak, keju rendah lemak Sumber kalsium dan kalium Daging, daging unggas, ikan 2 atau kurang 3 ons daging unggas atau ikan yang dimasak Memilih daging yang dipanggang atau direbus, kurangi daging goreng, hilangkan kulit pada daging unggas Sumber protein dan magnesium Kacang-kacangan, biji-bijian, dan kacang kering 4-5 per minggu 1/3 cangkir atau 1 ½ ons kacang 2 sdm/ ½ cangkir biji kering ½ cangkir kacang polong matang

Kacang tanah, biji bunga matahari, kacang merah Sumber energi, magnesium, protein, kalium dan serat Lemak dan minyak** 2-3 1 sdt margarin 1sdm mayones rendah lemak 1sdt minyak sayur Margarin, mayones rendah lemak, salad rendah bumbu, minyak nabati (zaitun, jagung) DASH memiliki 27 persen kalori sebagai lemak,

(19)

termasuk lemak yang ditambahkan pasa makanan Manis-manisan 5 per minggu 1 sdm gula 1sdm jelly atau selai

½ ons kacang jeli 8 ons lemon

Gula, jelly, selai, agar-agar rasa buah, kacang jeli, permen, minuman buah

Manis dapat menekan lemak

Sumber : Nattional Heart, Lung and Blood Institute dalam Health Education, Blood Pressure & Cholestrol, (2007)

 perbandingan ½-1 ¼ cangkir, tergantung pada jenis sereal. Periksa label nutrisi produk.

 jumlah sajian lemak dan minyak. Misalnya, 1 sdm saus salad biasa sama dengan 1porsi; 1sdm saus rendah lemak sama ½ porsi; 1 sdm saus bebas lemak sama dengan 0porsi.

6. Diet Hipertensi menurut Kemenkes RI a. Bahan Makanan yang Dianjurkan

1). Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat.

2). Makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu bubuk.

3). Sumber protein hewani: penggunaan daging/ ayam/ ikan paling banyak 100 gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1 butir/ hari.

4). Susu segar 200 ml/ hari Makanan yang harus dibatasi b. Bahan Makanan yang dibatasi

1). Pemakaian garam dapur

(20)

c. Bahan Makanan yang di hindari

1). Otak, ginjal, paru, jantung, daging Kambing

2). Makanan yang diolah menggunakan garam natrium

3). Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden, sosis, kornet, sayuran dan buah-buahan dalam kaleng

4). Makanan yang diawetkan: dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai kacang, acar, manisan buah

5). Mentega dan keju

6). Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus

d. Cara Mengatur Diet

1). Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gulamerah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, jahe,kencur, salam dan bumbu lain yang tidak mengandungatau sedikit garam Na.

2). Makanan lebih enak ditumis, direbus, di kukus dipanggang, walaupun tanpa garam.

3). Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakangaram beryodium (30 – 80 ppm), tidak lebih dari ½sendok teh/ hari.

4). Dapat menggunakan garam yang mengandung rendahnatrium 5). Cara Pengolahan Makanan yang dihindari : digoreng

C. Edukasi Berbasis Keluarga 1. Pengertian

Edukasi adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu sehingga dengan adanya promosi

(21)

kesehatan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran. (Notoatmodjo, 2012)

2. Edukasi Berbasis Keluarga

Edukasi berbasis keluarga merupakan suatu proses yang dinamis untuk merubah perilaku dengan cara menyampaikan informasi tentang kesehatan baik kepada individu maupun keluarga, tetapi bukan suatu prosedur yang langsung diterapkan atau berupa hasil yang harus tercapai. Edukasi juga merupakan proses kegiatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian individu serta dapat mengambil keputusan secara sadar dan dapat mempengaruhi dirinya, keluarga dan masyarakat Selain itu promosi kesehatan ditujukan kepada pengunjung rumah sakit, baik klien rawat jalan maupun keluarga klien yang mengantar atau menemani klien di rumah sakit karena keluarga klien diharapkan dapat membantu menunjang proses penyembuhan dan pemulihan klien. Klien dan keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan penyakit yang dideritanya seperti: penyebab penyakit, cara penularannya (bila penyakit menular), cara pencegahannya, proses pengobatan yang tepat dan sebagainya. Apabila klien dan keluarganya memahami penyakit yang dideritanya diharapkan akan membatu mempercepat proses penyembuhan dan tidak akan terserang oleh penyakit yang sama. (Maulana, 2009).

3. Tujuan

Tujuan Kegiatan Edukasi Berbasis Keluarga a. Bagi Klien

Mengembangkan perilaku kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh klien yang bersangkutan

(22)

b. Bagi Keluarga

(1) Membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat saja, tetapi faktor psikologis dari klien, terutama penyakit tidak menular seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jiwa dan sebagainya, faktor psikologis sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan psikososial ini maka peran keluarga sangat penting. Oleh karena itu promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga klien.

(2) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit. Dengan melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien mereka akan mengerahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh klien (anggota keluarganya), cara penularannya, dan cara pencegahannya. Keluarga klien tentu akan berusaha utnuk menghindari agar tidak terkena atau tertular penyakit seperti yang diderita oleh anggota keluarga yang sakit tersebut,

(3) Membantu agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan dan cara-cara penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu klien atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, terutama kepada orang lain, terutama kepada tetangga atau teman dekatnya.

c. Bagi Pelayanan Kesehatan

(1) . Meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan

(2) Meningkatkan citra rumah sakit. Penerapan promosi Kesehatan di rumah sakit diwujudkan dalam memberikan informasi-informasi

(23)

tentang berbagai masalah kesehatan atau penyakit dengan masing-masing jenis pelayanannya. Di masing-masing-masing-masing titik pelayanan rumah sakit disediakan atau diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penyembuhan klien. Di tempat loket pendaftaran, di ruang tunggu di tempat pemeriksaan, di tempat pengambilan obat, di ruang perawatan dan sebagainya, selalu dilakukan penjelasan atau pemberian informasi terkait dengan apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh klien.

4. Metode Edukasi

Menurut Notoatmodjo, (2012) agar mencapai hasil yang optimal, maka sasaran juga harus menggunakan edukasi sasaran tertentu. Materi yang disampaikan juga disesuaikan dengan sasaran dan media. Metode yang disampaikan untuk sasaran individu, kelompok dan masa berbeda. Ada beberapa metode pendidikan atau promosi kesehatan:

a. Metode individual (perorangan)

Pendidikan kesehatan individual ini merupakan metode yang bersifat individual yang digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik pada perubahan perilaku. Pendekatan individual ini digunakan karena mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat dapat membantunya maka perlu menggunakan metode ini. Adapun bentuk pendekatannya antara lain: (1). Bimbingan dan penyuluhan

(24)

Dengan cara ini, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya, sehingga dengan sukarela klien mempunyai kesadaran perilaku atau berperilaku baru.

(2). Wawancara (Interview)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas dan kesehatan dengan klien menggali informasi mengapa ia belum menerima perubahan. Juga mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi mempunyai kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam.

b. Metode Kelompok

Dalam menggunakan metode kelompok harus diketahui besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dan sasaran. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan klien dan/atau keluarga klien di ruangan yang telah ditetapkan. Untuk kelompok yang besar akan berbeda metodenya dengan kelompok yang kecil. Metode yang baik untuk metode kelompok besar antara lain dengan ceramah dan seminar. Sedangkan untuk kelompok kecil dengan cara diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, buzz group, bermain peran, permainan simulasi, billboard.

c. Metode Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik klien maupun keluarga klien dan tamu rumah sakit, adalah sasaran pendidikan kesehatan dalam bentuk ini. Sasaran ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan. Maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

(25)

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh masa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi awareness. Bentuk pendidikan kesehatannya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan massa seperti poster atau spanduk. Berikut ini ada beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa antara lain: ceramah umum, berbincang-bincang, simulasi.

5. Media Edukasi

Media alat bantu edukasi adalah alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan. Alat bantu ini sering disebut sebagai alat peraga karena dapat berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam promosi kesehatan. Macam-macam alat bantu peraga atau media antara lain:

a. Alat bantu lihat (visual aids), membantu menstimulasi penglihatan pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan.

b. Alat bantu dengar (audio aids): alat bantu untuk menstimulasikan indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan.

c. Alat bantu lihat dengar. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan aidio visual Aids. (Notoatmodjo, 2012). Adapula media pendidikan kesehatan antara lain:

(1). Media cetak terdiri dari:

- Booklet : suatu media penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

(26)

- Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khususnya untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat, gambar atau kombinasi.

Keuntungannya:

- Dapat disimpan pada jangka waktu yang lama, dan bila lupa akan dapat dilihat dan dibuka kembali.

- Dapat digunakan sebagai bahan rujukan

- Isi informasi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instalasi yang berwenang.

- Jangkauannya jauh dan dapat mebantu jangkauan media lain - Bila diperlukan dapat dilakukan pencetakan ulang

- Dapat digunakan sebagai bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda.

Kerugiannya:

- Apabila cetakannyakurang dapat menarik perhatian orang maka kemungkinan orang tersebut merasa enggan untuk menyimpannya - Apabila huruf tulisannya terlalu kecil dan susunannya kurang

menarik, kebanyakan orang juga malas untuk membacanya

- Tidak bisa dipergunakan oleh orang yang tidak bisa membaca dan menulis

- Poster adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar tertarik pada suatu objek materi yang diinformasikan.

Keuntungannya:

(27)

- Dapat disebarluaskan keplosok-plosok yang sulit di jangkau/terpencil

- Dengan gambar yang bagus dan menarik akan dapat membuat orang menjadi tertarik dan antusias untuk melihat dan membacanya.

- Dapat ditempelkan ditempat umum dimana orang-orang sering berkumpul.

(2). Media Elektronik terdiri dari:

- Televisi: menyampaikan pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi

- Radio: penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya antara lain: sandiwara radio, ceramah, radio sport dan sebagainya.

- Video: penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui video - Slide : penyampaian pesan menggunakan slide

- Flim strip : dapat digunakan untuk menyampaiakan pesan- pesan kesehatan.

(3). Media papan (Billboard)

Papan dipasang ditempat umum yang isinya pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.

D. Metode Edukasi Berbasis Keluarga. 1. Definisi Keluarga

Definisi keluarga menurut Friedman (2010), berorientasi pada tradisi: a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan dengan ikatan

(28)

perkawinan, darah dan ikatan adopsi

b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki - laki dan anak perempuan, saudara dan saudari

d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

e. Keluarga juga berperan dan berfungsi dalam melaksanakan praktik asuhan keehatan, yaitu keluarga dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan, serta anggota keluarga juga dapat merawat keluarga yang sakit yang membutuhkan bantuannya. Keluarga mempunyai kemampuan dalam memberikan asuhan kepada keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

f. Metode Edukasi Keluarga

Perawatan diri adalah kompleks dan menantang karena banyak dan sering simultan kegiatan sehari-hari dan tugas-tugas yang dihadapi oleh klien. Kompleksitas merupakan tantangan juga dialami oleh keluarga, yang mengambil beberapa peran termasuk administrator perawatan kesehatan, pengobatan navigator, advocator untuk kualitas hidup, keluarga yang dekat biasanya memberikan perawatan langsung praktis, seperti membantu dengan pengurangan sodium diet hipertensi dan menghubungi profesional perawatan kesehatan untuk saran. Dalam metode edukasi keluarga ini menggunakan

(29)

metode kelompok yang terdiri dari satu penderita hipertensi dan keluarganya. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan pasien dan/atau keluarga klien di ruangan yang telah ditetapkan. Metode dalam penelitian ini akan digunakan ceramah. Selain itu, keluarga juga menyediakan perawatan tidak langsung, seperti motivasi dan dukungan emosional, keluarga informal yangtelahmenjadi diakui sebagai sumber penting dukungan untuk pasien dan mengurangi beban besar pada pelayanan kesehatan. keluarga yang dalam rangka mempromosikan kesejahteraan optimal pada klien hipertensi dan mengurangi beban pada sistem kesehatan. Edukasi berbasis keluarga dipandang penting dan adanya bukti yang berkaitan dengan berbasis keluarga klien.

g. Peran Keluarga Terhadap Diet Hipertensi

Diet hipertensi merupakan salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami, hanya saja banyak orang yang menganggap diet hipertensi sebagai sesuatu yang merepotkan dan tidak menyenangkan. (Purwati, 1997 dalam Novian 2013). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta memainkan peran penting dalam program perawatan dan pengobatan. Pengaruh normatif pada keluarga dapat memudahkan atau menghambat perilaku kepatuhan, dukungan tenaga kesehatan diperlukan untuk mempertinggi tingkat kepatuhan, dimana tenaga kesehatan adalah seseorang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan klien, sehingga apa yang dianjurkan akan dilaksanakan. (Smert Bart, 2004 dalam Novian 2013).

(30)

E. Aplikasi Teori Health Promotion Model Nola J Pender.

Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua teori yaitudari teori Nilai Pengharapan (Expectancy-Value) mengemukakan Individu tidak akan melakukan sesuatu tindakan yang tidak berguna dan tidak bernilai bagi dirinya dan Individu tidak akan melakukan kegiatan walaupun kegiatan tersebut menarik bagi dirinya jika dirasakan tidak mungkin kegiatan tersebut dicapainya. Sedangkan Teori Pembelajaran social (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang holistik. Model interaksi Causa: Lingkungan, Faktor Manusia & Perilaku. Teori Self direction, Self Regulasi, Self Efficacy. Manusia memiliki Kapabilitas Dasar: a) Simbolisasi, b) Pikiran Ke depan, c) Belajar dari pengalaman orang lain, d) Regulasi Diri dan e) Refleksi diri. (Tomey & Aligood, 2014).

Peran Perawat menurut Tomey & Aligood, (2014)

1. Peranan Perawatan disini adalah sebagai Fasilitator dimana perawat berperan menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah pada keluarga yang menderita hipertensi dan mencari alternatif pemecahannya

2. Sebagai pendidik perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku klien dan keluarga dari prilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dalam mencegah terjadinya hipertensi pada anggota keluarganya. 3. Kolaborasi

(31)

a. Dukungan Pembuatan Keputusan dengan memberi Informasi dan dukungan kepada klien dan keluarga dalam membuat keputusan tentang layanan kesehatan yang tepat

b. Mempersiapkan klien terhadap program pengobatan pengelolaan diet hipertensi

c. Dukungan Keterlibatan Keluarga dalam menjaga perilaku hidup bersih dan sehat Memfasilitasi partisipasi keluarga dalam perawatan fisik klien d. Pendidikan Kesehatan dengan mengembangkan dan memberi arahan dan

pengalaman pembelajaran untuk memfasilitasi adaptasi terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan klien dan keluarga

e. Menetapkan Tujuan Bersama berkolaborasi dengan klien dalam menetapkan tujuan pengobatan, mengidentifikasi faktor resiko, memodifikasi Perilaku yang kurang sehat, penyuluhan proses penyakit, program pengobatan dan penularannya.

Cara atau Metode Intervensi menurut Tomey & Aligood, (2014).

1. Pengkajian adalah dengan mengkaji pengetahuan klien tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan penularannya.

2. Penyuluhan untuk Klien dan Keluarga dengan membantu klien merencanakan masa depan dengan memberi informasi tentang perjalanan umum penyakit klien dan penularan penyakit serta pengobatan.

3. Aktivitas Kolaborasi dengan tim Kesehatan dalam pengobatan klien. Pelaksanaan edukasi berbasis keluarga pada klien hipertensi bersama dengan perawat melakukan kolaborasi tentang masalah diet hipertensi, masalah tersebut harus segera ditangani supaya tidak mengalami komplikasi

(32)

dan dari penerapan health promosi model yang diberikan kepada klien hipertensi dan keluarga tersebut diharapkan tujuan dalam pengelolaan diet hipertensi dapat terkontrol.

(33)

F. Kerangka Teori

Sumber : Alligood (2014); Notoadmodjo (2012); Almatsier (2010); National Heart Lung and Blood Institute dalam Health Education, Blood Pressure& Cholesterole, (2007).

Hipertensi

Tanda dan gejala Pusing Berat ditengkuk Telinga berdengung, Bingung, Mual, Muntah, Gangguan penglihatan. Komplikasi: Gangguan Penglihatan, Jantung Gagal ginjal Stroke Faktor-faktor yang mempengaruhi: Usia Jenis Kelamin Pendidikan

Teori Model Nola J Pender Health Promotion Model Edukasi Berbasis Keluarga Pembatasan asupan garam DIET DASH Penatalaksanaan Modifikasi gaya hidup Penurunan Berat badan Olah raga

Pembatasan kafein Tehnik relaksasi

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis  Kardiovaskuler Indonesia  Klasifikasi  Tekanan Darah  TDS (mmHg  TDD (mmHg)  Optimal  &lt; 120  &lt; 80  Normal  120 – 129  80 – 84  Normal tinggi  130 – 139  84 – 89  Hipertensi deraja

Referensi

Dokumen terkait

STUDI EFEK TONTONAN SINETRON ANAK LANGIT TERHADAP GAYA HIDUP IMITASI SISWA SMA N 3

“ Sistem Operasi Komputer yang Bersifat opensource dan freeware (closesource) ”. DISUSUN OLEH KELAS XII TKJ

Demikianlah surat keterangan Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Jakarta, 28

dalam memilih jasa perhotelan. Dari keempat variabel dua variabel berpengaruh signifikan yaitu pelayanan, dan fasilitas sedangkan dua variabel tidak berpengaruh terhadap

Dari hasil analisis yang telah penulis la- kukan pada penerimaan retribusi Kantor Pe- ngelola Pasar Taman Pasar Burung dan Ikan Hias Depok dengan menggunakan rasio

Pada hari ini, Kamis tanggal delapan belas bulan Agustus tahun dua ribu enam belas kami Pokja Unit Layanan Pengadaan Daerah Provinsi Jawa Timur telah melakukan

Adapun kegunaan ilmiah dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan mengenai daya antibakteri ekstrak etanol daun kelor ( Moringa oleifera )