• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Sistem Manajemen Bandwidth Berbasis Class-Based Queue Dan Hierarchical Token Bucket Untuk Jaringan Komputer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perbandingan Sistem Manajemen Bandwidth Berbasis Class-Based Queue Dan Hierarchical Token Bucket Untuk Jaringan Komputer"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

2067

Analisis Perbandingan Sistem Manajemen Bandwidth Berbasis Class-Based

Queue Dan Hierarchical Token Bucket Untuk Jaringan Komputer

Bagas Prawira Adji Wisesa1, Aswin Suharsono2, Widhi Yahya3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email :1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Abstrak

Semakin berkembangnya aplikasi internet dan penggunanya yang semakin banyak dapat mempengaruhi kualitas jaringan internet. Setiap aplikasi internet memiliki kebutuhan trafik yang berbeda-beda. Seperti Voice over Internet Protocol (VoIP), layanan real-time yang bersifat

delay-sensitive dan File Transfer Protocol (FTP) yang bersifat delay-tolerant. Dengan manajemen bandwidth yang baik, dapat mengatur bandwidth sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Selain itu,

manajemen bandwidth juga dapat meminjamkan bandwidth yang telah dialokasikan sesuai dengan prioritasnya agar dapat mengoptimalkan penggunaan bandwidth yang ada. Mengimplementasikan metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada jenis trafik yang berbeda seperti VoIP dan FTP. Parameter Quality of Service (QoS) yang dihitung meliputi delay,

jitter dan throughput. Dari hasil pengujian, metode Hierarchical Token Bucket (HTB) lebih tepat

diterapkan pada trafik VoIP dan juga FTP. Berdasarkan parameter QoS, nilai yang didapat VoIP saat menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) tanpa prioritas yaitu delay 14.35 ms, jitter 0.25 ms dan throughput 0.15 Mbit/s. Sedangkan pada FTP yaitu delay 31.93 dan throughput 0.37 Mbit/s.

Kata kunci: Manajemen Bandwidth, Class-Based Queue, Hierarchical Token Bucket, VoIP, FTP Abstract

Voice over Internet Protocol (VoIP) service, which is delay-sensitive and File Transfer Protocol (FTP) services with delay-tolerant. With bandwidth management, bandwidth can be set according to the needs of the application. In addition, bandwidth management can also lend out bandwidth has been allocated in accordance with priorities in order to optimize the use of bandwidth. Class-Based Queue (CBQ) method and Hierarchical Token Bucket (HTB) method is bandwidth management mechanism based on the priority class that can be run in the ubuntu operating system. This study applies the Class-Based Queue (CBQ) method and Hierarchical Token Bucket (HTB) method on different types of traffic such as VoIP and FTP. Parameters of Quality of Service (QoS), which include delay, jitter and throughput. From the results of testing, Hierarchical Token Bucket (HTB) method more appropriately applied to VoIP traffic and also FTP. QoS parameters, in accordance with the value obtained when using the VoIP Hierarchical Token Bucket (HTB) method without priority i.e. delay at 14.35 ms, jitter and throughput ms 0.25 and 0.15 MBit/s. While at FTP i.e. delay 31.93 ms and 0.37 MBit/s throughput.

Keywords: Bandwidth Management, Class-Based Queue, Hierarchical Token Bucket, VoIP, FTP

1. PENDAHULUAN

Pada perkembangan teknologi saat ini, layanan internet menjadi kebutuhan utama sebagai sarana komunikasi dan bertukar informasi. Perkembangan teknologi informasi diikuti dengan semakin tingginya penggunaan layanan internet. Hal ini menyebabkan performa layanan internet menjadi buruk ketika trafik yang dibutuhkan melebihi bandwidth

yang diberikan. Untuk mengatur trafik sesuai dengan bandwidth yang ada, dilakukan manajemen bandwidth. Manajemen bandwidth adalah sekumpulan teknik yang mengatur trafik untuk tujuan menjaga kegunaan jaringan selama kondisi kemacetan (Chen, 2007).

Manajemen bandwidth dilakukan dengan menggunakan scheduling alghoritm, traffic

shapping, limitasi bandwidth dan teknik

(2)

alokasi bandwidth untuk trafik yang memiliki kebutuhan berbeda, seperti layanan Voice over

Internet Protocol (VoIP) yang membutuhkan

pengiriman paket yang tepat waktu, pengiriman dengan latency, jitter yang rendah dan

bandwidth yang cukup (Salah, 2006). Berbeda

dengan layanan transfer data menggunakan File

Transfer Protocol (FTP) yang yang bersifat burst data. Layanan FTP melakukan transmisi bandwidth yang relative tinggi (Paul, 2013).

Dengan alokasi bandwidth yang tepat, diharapkan mampu menjalankan aplikasi yang memiliki kebutuhan berbeda seperti Voice over

Internet Protocol (VoIP) dan FTP. Metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode

Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah

mekanisme manajemen bandwidth berdasarkan kelas prioritas, selain itu kedua manajemen

bandwidth ini dapat berjalan dalam sistem

operasi linux sehingga dapat diimplementasikan secara gratis.

Metode Class-Based Queue (CBQ) adalah mekanisme penjadwalan yang memberikan

link-sharing antar kelas. Metode Class-Based Queue (CBQ) didasarkan pada interaksi antara general scheduler dan link-sharing scheduler. General scheduler bertugas menjamin layanan

pada tiap kelas leaf. Sedangkan link-sharing

scheduler bertugas untuk mendistribusikan bandwidth yang berlebih sesuai dengan struktur link-sharing (F & B, 1999).

Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan teknik antrian yang mendukung

link-sharing, traffic priority dan peminjaman bandwidth antar kelas. Metode Class-Based Queue (HTB) menggunakan metode shape & drop dari token bucket filter untuk membatasi bandwidth. Paket data memasuki bucket

menggunakan aliran token dengan kecepatan konstan, jika token dalam bucket tidak tersedia maka paket data akan dimasukkan kedalam antrian dan kelebihannya akan buang.

2. LANDASAN KEPUSTAKAAN

Pada penelitian sebelumnya yang berjudul

“QoS Mechanism for RTP voice and RTP video based on Queuing Techinques“ dilakukan

implementasi manajemen bandwidth

Low-Latency Queuing (LLQ) pada RTP suara dan

RTP video. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan Low-Latency Queuing (LLQ) memberikan dampak yang baik untuk RTP suara dibandingkan dengan RTP video.

Pada penelitian lainya yang berjudul

“Analisa Unjuk Kerja Aplikasi CBQ dan HTB pada Jaringan Komputer Untuk Pembatasan Bandwidth Berbasis IPv6” dilakukan analisis

unjuk kerja dari metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket HTB pada IPv6. Beban trafik pada penelitian ini adalah video streaming saja. Penelitian ini berfokus pada pengalamatan IP. Pengalamatan IPv6 dapat menerapkan metode Class-Based

Queue (CBQ) tetapi tidak dengan metode Hierarchical Token Bucket HTB karena belum

mendukung sistem pengalamatan ipv6.

Dari penelitian sebelumnya, tidak satupun yang memberikan kondisi trafik yang memiliki kebutuhan berbeda. Kenyataannya, ada banyak aplikasi internet yang memerlukan trafik dengan kebutuhan yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan testbed dengan implementasi metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket HTB pada trafik VoIP dan FTP. Parameter

Quality of Service (QoS) seperti, delay, jitter

dan throughput digunakan untuk melihat pengaruh penerapan manajemen bandwidth yang diusulkan.

2.1 Kajian pustaka

2.1.1 Konsep Dasar Internet Protocol Internet terus tumbuh pada tingkat yang fenomenal. Hal ini terlihat dari popularitas yang luiar biasa dari World Wide Web (WWW) yang luar biasa. Terdapat perluang bisnis untuk menjangkau pelanggan dari etalase virtual. Selama beberapa tahun terakhir, internet telah mengalami dua masalah penyekalaan utama karena telah berjuang untuk memberikan pertumbuhan yang terus menerus dan tidak terputus. Malasahnya yaitu, kelebihan dari ruang alamat Internet Protocol (IP) versi 4 (IPv4) dan kebutuhan untuk mengarahkan lalu lintas karena semakin banyaknya jumlah jaringan yang terhubung dengan internet. Masalah pertama berkaitan dengan penghentian dari ruang alamat IPv4 mendefinisikan alamat 32-bit yang berarti hanya ada 232 (4.294.967.296) alamat IPv4 yang tersedia. Jumlah alamat IP yang terbatas ini akhirnya akan habis (ICANN, 2011).

2.1.2 Real-Time Protocol

RTP adalah protocol yang dikembangkan oleh IETF (Internet Engineering Task Force) dan digunakan secara luas. Standart RTP sebenarnnya mendefinisikan sepasang protokol,

(3)

yaitu RTP dan Real-Time Transport Control

Protocol (RTCP). Yang pertama digunakan

untuk pertukaran data multimedia sedangkan yang terakhir digunakan untuk secara berkala mengirim informasi kontrol yang terkait dengan aliran data tertentu. Data RTP menggunakan nomor port genap dan informasi control RTCP menggunakan nomor port ganjil yang lebih tinggi berikutnya. Karena RTP dirancang untuk mendukung berbagai macam aplikasi, ia menyediakan mekanisme fleksibel dimana aplikasi baru dapat dikembangkan tanpa berulang kali merevisi protokol RTP itu sendiri. Untuk setiap aplikasi, RTP mendefinisikan profil dan satu atau lebih format. Profil ini menyediakan berbagai informasi yang memastikan pemahaman umum tentang bidang di header RTP untuk kelas aplikasi tersebut (Peterson & Davide, 2003).

2.1.3 Session Initiation Protocol

Session Initiation Protocol (SIP) adalah

standart untuk multimedia melalui Internet

Protocol (IP). SIP dirancang untuk memulai

sesi interaktif di jaringan IP. Program yang menyediakan komunikasi real-time antar peserta dapat menggunakan SIP untuk mengatur, memodifikasi dan mengakhiri hubungan antara dua computer atau lebih. Program yang dapat menggunakan SIP mencakup pesan instan, voice over IP (VoIP), telekonferensi video, virtual reality, game multi pemain dan aplikasi lainnya yang menggunakan

singlemedia atau multimedia. SIP tidak

menyediakan semua fungsi yang memungkinkan program ini berkomunikasi, namun ini adalah komponen penting yang memfasilitasi komunikasi antara dua atau lebih pengguna. SIP mendukung fungsi tambahan seperti call waiting, call transfer dan panggilan konferensi dengan mengirimkan sinyal yang diperlukan untuk mengaktifkan dan nonaktifkan fungsi ini sama seperti operator telepon tidak peduli bagaimana komunikasi terjadi. SIP bekerja dengan sejumlah komponen dan dapat berjalan diatas beberpa protocol transportasi yang berbeda untuk mentransfer media antara peserta (Chaffin, 2006).

2.1.4 Voice over Internet Protocol

VoIP adalah teknologi yang menggunakan

data multimedia (video atau suara) untuk ditransmisikan melalui jaringan internet. Dalam proses transmisi terjadi perubahan data dari data suara analog menjadi data digital. Lalu, data

digital diubah kembali menjadi data analog untuk penerima (Salah, 2006).

Gambar 1. Komponen End-to-end VoIP Gambar 1 mengidentifikasi komponen voip end-to-end dari pengirim ke penerima. Proses pertama adalah bagian encoder, yang menerima sampel sinyal suara asli secara berkala dan memberikan bit tetap untuk setiap sampel. Setelah encoder adalah packetizer,

packetizer mengencapsulasi sampel suara

menjadi paket-paket dan menambahkan User

Datagram Protocol (UDP), IP dan header Ethernet. Paket suara ke jaringan data untuk

menuju penerima. Pada penerima, terdapat komponen penting yang bernama playback

buffer untuk menyerap jitter dalam delay untuk

menyediakan playout yang lancar. Paket kemudian diteruskan ke depacketizer dan akhirya menuju decoder, yang akan merekonstruksi sinyal suara yang asli (Chaffin, 2006).

2.1.5 Manajemen Bandwidth

Manajemen bandwidth adalah istilah umum yang diberikan untuk sekumpulan teknik dan alat yang digunakan untuk mengurangi kebutuhan kritikal pada segmen dalam jaringan. Tujuan dari majemen bandwidth adalah untuk mengoptimalkan kinerja jaringan sehingga performansi jaringan dapat lebih terjamin.

2.1.5.1 Class-Based Queue

Class-Based Queue adalah mekanisme

penjadwalan yang menyediakan link-sharing antara agensi, protokol atau servis. Sistem ini memperbaiki penggunaan dari jalur untuk beberapa agensi karena link-sharing menjamin

bandwidth yang berlebih dapat digunakan dari

agensi yang tidak menggunakannya atau membagi ke agensi yang lainnya. Dengan kemampuan link-sharing, agensi yang lain dapat berbagi bandwidth diantara trafik yang sudah dialokasikan. Memperbolehkan

bandwidth yang tidak terpakai dari kelas agensi

untuk di berikan ke kelas lainnya. Gambar 2 adalah konsep dari kemacetan di router yang menggunakan metode CBQ. Router CBQ menyatukan penggolongan paket yang menggunakan kelas/routing/firewall database

(4)

ke pemetaan paket ke dalam kelas dan daftar paket yang nantinya akan dimasukkan ke daftar paket masuk (Chereddi, 2009).

Gambar 2. Class-Based Queue pada Router

2.1.5.2 Hierarchical Token Bucket

Metode HTB merupakan sebuah disiplin antrian. Sebuah disiplin antrian yang bisa menjadi black box yang dapat mengatur antrian paket dalam perjalannnya menggunakan algoritma didalamnya. Terdapat diantara layer IP dan layer 2 (MAC). Metode HTB mempunyai dasar kelas hirarki dimana ada tiga tipe kelas, yaitu root, inner dan leaf. Kelas root berada pada puncak hirarki dan semua trafik keluar melalui kelas ini. Kelas inner

mempunyai kelas induk dan kelas anak. Kelas ini mempunyai fungsi untuk menyampaikan informasi bagaimana bandwidth yang lebih dibagi untuk kelas anak yang menyertainya. Terakhir, kelas leaf adalah kelas sambungan, berada dalam hirarki paling dasar. Kelas ini bertugas untuk mengontrol lalu lintas dalam kelas itu saja. Trafik yang datang mengalami klasifikasi dimana klasifikasi ini menggunakan filter sehingga dapat mengetahui jenis trafik dan prioritasnya yang mendapatkan perlakuan berbeda. Sebelum trafik berada pada kelas leaf dilakukan klasifikasi menggunakan filter dengan aturan yang berbeda, filter dapat dilakukan dengan servis, alamat IP atau alamat jaringan. Proses ini disebut dengan proses klasifikasi. Selanjutnya, ketika kelas sudah di klasifikasi sekarang adalah proses penjadwalan dan pembatasan bandwidth. Metode HTB menggunakan konsep token dan bucket untuk mengontrol bandwidth. Untuk mengatur

throughput, metode HTB harus meng-generate token untuk paket yang berada pada bucket jika token itu tersedia. Pada Gambar 3 adalah

gambar konsep token bucket filter (JL, 2004).

Gambar 3. Konsep Token Bucket Filter

2.1.6 Quality of Service

Quality of Service didefinisikan sebagai kemampuan memberikan jaminan dan perbedaan layanan dalam jaringan internet. Jaminan layanan adalah layanan untuk menyediakan yang sesuai untuk memenuhi persyaratan seperti bandwidth, jitter dan delay. Sedangkan perbedaan layanan adalah kemampuan jaringan untuk memperlakukan paket yang berbeda dengan cara yang berbeda. QoS pada voip biasanya digambarkan dari segi layanan dan kualitas suara. Kualitas layanan dihubungkan pada keterlambatan dan ketersediaan setelah panggilan dan tarif panggilan. Dibawah ini merupakan parameter QoS.

2.1.6.1 Delay

Delay adalah akumulasi dari transmisi,

pengolahan data dan antrian pada router. Untuk aplikasi percakapan real-time seperti VoIP,

delay yang di rekomendasikan oleh

International Telecommunication Union – Telecommunication (ITU-T) adalah 150 ms

sampai 400 ms. Pada sisi penerima dari aplikasi VoIP biasanya akan mengabaikan setiap paket yang melebihi batas delay tertentu. Misal, lebih dari 400 ms paket yang terlambat datang lebih dari ambang batas secara efektif akan hilang.

Tabel 1. Standarisasi pemakaian delay No Kategori Besar Delay

1 Sangat Baik < 150 ms

2 Baik 151 – 300 ms

3 Sedang 300 – 450 ms 4 Jelek > 450 ms

(5)

2.1.6.2 Jitter

Salah satu komponen penting dari

end-to-end delay adalah variasi antrian delay pada router. Karena variasi delay ini, waktu ketika

sebuah paket yang di generate dari sumber sampai diterima oleh penerima dapat berfluktuatif dari paket ke paket. Fenomena ini disebut dengan jitter atau bisa disebut variasi

delay. Nilai jitter digunakan sebagai parameter

kualitas kondisi jaringan untuk melihat kondisi jaringan dalam rentang waktu yang berbeda.

Tabel 2. Standarisasi pemakaian jitter No Kategori Degradasi Peak Jitter 1 Sangat Baik 0 ms 2 Baik 0 - 75 ms 3 Sedang 75 - 125 ms 4 Jelek 125 - 225 ms 2.1.6.3 Throughput

Thoughput adalah banyaknya bit yang

berhasil diterima perdetik melalui sebuah media komunikasi. Throughput diukur setelah transmisi data dilakukan karena suatu sistem akan menambah delay yang disebabkan

processor limitations, kongesti jaringan,

buffering inefficient, error transmisi, traffic load dan beberapa factor lainnya. Aspek utama throughput adalah ketersediaan bandwidth yang

cukup untuk menjalankan aplikasi, dengan ini dapat menentukan besarnya lalu lintas yang berasal dari aplikasi yang melalui jaringan. 3. METODOLOGI PENELITIAN

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Metodologi penelitian 4. PERANCANGAN & IMPLEMENTASI 4.1 Perancangan Sistem

Pada gambar 5 menjelaskan gambaran topologi jaringan.

Gambar 5. Topologi jaringan

Perancangan sistem keseluruhan terdiri dari dua buah router yang dijalankan menggunakan sistem operasi Ubuntu 14.04 dan

router ini dipakai untuk menerepkan manajeman bandwidth pada trafik. Untuk menjalankan trafik VoIP, tool yang digunakan adalah SIPp yang telah dikonfigurasi sebagai

User Agent Client (UAC) dan User Agent Server (UAS) untuk transmisis dan menerima

data real-rime. H1 sebagai UAC dan H3 sebagai UAS.

Trafik FTP yang dikonfigurasi dengan menggunakan proftpd sebagai server FTP. Skema pengalamatan IP dilakukan yaitu jaringan 192.168.1.0/24 terhubung ke R1 dan jaringan 192.168.2.0/24 terhubung ke R2. Rute statis dikonfigurasi diantara kedua router. VoIP

client dan FTP server ditempatkan pada R1.

Sedangkan VoIP server dan FTP client ditempatkan pada R2 untuk meneriman dan menghasilkan trafik RTP dan RTP.

(6)

4.2 Perancangan Manajemen Bandwidth

4.2.1 Class-Based Queue

Metode CBQ adalah teknik klasifikasi data yang paling terkenal karena konfigurasinya yang mudah dan memungkinkan sharing

bandwidth.

Gambar 6. Kelas CBQ

Penjelasan pada gambar 6 dalam perancangan metode CBQ, vboxnet0 adalah

interface yang dilalui trafik. Vboxnet0 membuat class dengan bandwidth sebesar 512 Kbit. Class mempunyai dua klien, yaitu H1 dan H2. Masing-masing klien mendapat bandwidth sebesar 256 Kbit. Setelah itu, masing-masing klien dimasukkan ke dalam prioritas yang akan ditentukan pada saat pengujian.

4.2.2 Hierarchical Token Bucket

Metode HTB adalah hasil dari pengembangan dari teknik antrian CBQ.

Gambar 7. Class dan qdic HTB

Total bandwidth pada jaringan adalah 512 Kbit, dengan masing-masing trafik mendapatkan rate 256 Kbit. Class root dengan id 1:2 digunakan untuk dapat melakukan proses peminjaman. Class dengan id 1:10 mewakili trafik RTP sedangkan id 1:20 mewakili trafik

RTP. Konfigurasi metode HTB pada penelitian ini menggunakan tool HTBinit.

4.3 Perancangan Trafik 4.3.1 Trafik VoIP

Trafik VoIP menggunakan aplikasi SIPp. SIPp dapat menghasilkan panggilan menggunakan skenario xml pada UAC dan UAS. SIPp dapat mendukung media transmisi seperti suara dan video.

4.3.2 Trafik FTP

Proftpd digunakan sebagai server FTP. Pada proftpd terdapat file yang berukuran 5 Mbyte. Trafik FTP akan dilakukan dengan cara mengunduh file tersebut. User yang mengunduhnya adalah user dengan alamat 192.168.2.3.

4.4 Implementasi Manajemen Bandwidth

4.4.1 Class-Based Queue

Metode CBQ adalah salah satu metode manajemen bandwidth yang sangat mudah dipahami dan memungkinkan terjadinya sharing bandwidth. Tool yang digunakan untuk penerapan metode CBQ ini adalah cbq.init-v0.7.1.

4.4.2 Hierarchial Token Bucket

Aplikasi HTB yang digunakan adalah HTBinit. Konfigurasi awal yang dilakukan dalam file /etc/sysconfig/htb. Direktori berisi file konfigurasi Htbinit yang digunakan. File yang digunakan yaitu eth0, eth0-2.root,

eth-2:10.rtp, eth0-2:20.ftp.

4.5 Implementasi Trafik 4.5.1 Trafik VoIP

Aplikasi yang digunakan untuk melakukan panggilan pada pengujian ini adalah SIPp.

Tabel 3. Konfigurasi SIPp untuk UAC 1

2 3

./sipp –sf uac_pcap.xml –i 192.168.1.2 192.168.2.3 –s bagas –m 25

Tabel 4. Konfigurasi SIPp untuk UAS 1

2

./sipp –sn uas 192.168.1.2 – i 192.168.2.3

Tabel 3 adalah perintah SIPp untuk menghasilkan panggilan dari IP 192.168.1.2 menuju 192.168.2.3 sebanyak 25 panggilan, dengan autentifikasi nama bagas menggunakan

(7)

skenario uac_pcap.xml. Sedangkan Tabel 4, UAS SIPp yang menerima panggilan dari 192.168.1.2 dengan menggunakan skenario default SIPp.

4.5.2 Trafik FTP

Server FTP yang digunakan adalah proftpd. Untuk membangkitkan trafik FTP diperlukan klien dan server FTP. Pertama,

service proftpd pada server harus dijalankan

seperti Gambar 8.

Gambar 8. FTP Client

Pada Gambar 5.7, klien mengakses proftpd dengan perintah ftp 192.168.1.3. Setelah terhubung dengan server, dilakukan proses autentifikasi. Klien memasukkan nama dan password yang telah didaftarkan pada server. Setelah berhasil login, klien dapat mengunduh file yang ada pada server dengan perintah get. Pada penelitian ini, file yang digunakan adalah file word dengan ukuran 5 Mbyte.

5. PENGUJIAN

5.1 Pengujian Tanpa Prioritas

Mekanisme manajemen bandwidth

bertujuan untuk membagi bandwidth agar tiap pengguna mendapatkan jatah bandwidth yang sesuai dengan porsinya. Pada pengujian ini, menerapkan metode CBQ dan metode HTB tanpa prioritas. Tujuannya agar terlihat unjuk kerja dari masing-masing mekanisme yang diterapkan.

Gambar 9. Grafik delay CBQ dan HTB

Gambar 10. Grafik jitter CBQ dan HTB Nilai delay dan jitter saat menggunakan metode CBQ lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan HTB.

Gambar 11. Grafik throughput CBQ dan HTB

Throughput pada saat menggunakan metode CBQ lebih rendah dibandingkan dengan metode HTB.

5.2 Pengujian dengan prioritas

Mekanisme manajemen bandwidth

bertujuan untuk membagi bandwidth agar tiap pengguna mendapatkan jatah bandwidth yang sesuai dengan porsinya. Pada pengujian ini, menerapkan metode CBQ dan metode HTB dengan menggunakan prioritas. Aplikasi VoIP mendapatkan prioritas 1 sedangkan aplikasi FTP mendapatkan prioritas 5. Tujuannya agar terlihat unjuk kerja dari masing-masing mekanisme yang diterapkan.

(8)

Gambar 122. Grafik delay CBQ dan HTB

Gambar 13. Grafik jitter CBQ dan HTB Pada saat mendapatkan prioritas. Aplikasi yang menggunakan metode CBQ kembali mendapatkan nilai delay dan jitter yang lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan metode HTB

Gambar 13. Grafik throughput CBQ dan HTB 6. KESIMPULAN

Untuk mengimplementasikan manajemen

bandwidth Class-Based Queue dan

Hierarchical Token Bucket pada router Ubuntu

dapat menggunakan aplikasi Cbqinit dan Htbinit. Konfigurasi dilakukan dengan membuat file untuk setiap kelas hirarki. File berisi rate dan burst yang didapat untuk setiap kelas.

Analisis manajemen bandwidth Hierarchical Token Bucket tanpa menggunakan

prioritas, nilai jitter dan delay VoIP saat tidak menggunakan prioritas yaitu 0.25 ms dan 14.35

ms. Pada saat menggunakan prioritas, nilai

jitter dan delay VoIP yaitu 0.19 ms dan 13.53.

Sedangkan, saat menggunakan metode CBQ, nilai jitter dan delay VoIP saat tidak menggunakan prioritas yaitu 0.30 ms dan 15.13 ms. Pada saat menggunakan prioritas, nilai

jitter dan delay VoIP yaitu 0.26 ms dan 14.54

ms.

Parameter yang dihitung pada trafik FTP yaitu delay dan throughput. Saat menggunakan metode HTB, nilai delay dan throughput saat tidak menggunakan prioritas yaitu 32.39 ms dan 0.36 Mbit/s. Pada saat menggunakan prioritas, nilai delay dan throughput FTP yaitu 31.92 ms dan 0.37 Mbit/s. Sedangkan saat menggunakan metode CBQ, nilai delay dan throughput yaitu 47.26 ms dan 0.25 Mbit/s. pada saat menggunakan prioritas yaitu 47.23 ms dan 0.25 Mbit/s./s.

7. DAFTAR PUSTAKA

Chaffin, L. (2006). Building a VoIP Network with Nortel's Multimedia Communication Server 5100 1st Edition.

Chen, T. M. (2007). The Handbook of Computer Networks. Texas: Southern Methodist University.

Chereddi, C. (2009). Class Based Queue (CBQ) for Link Sharing and Resource Management (The Linux Implementation). Osmania University.

Ilyas, S. A. (2008). VoIP Handbook Applications, Technologies, Reliability, and Security. CRC Press.

JL, V. (2004). A Hierarchical Token Bucket Algorithm to Enhance QoS in IEEE 802.11: Proposal, Implementation and Evaluation.

Peterson, L., & Davide, B. (2003). Computer Networks System Approach 3th. Morgan Kaufmann Publishers.

Salah, K. (2006). On the Development of VoIP in Ethernet Network: Methodology and Case Study.

Gambar

Gambar 2. Class-Based Queue pada Router
Tabel 2. Standarisasi pemakaian jitter  No  Kategori  Degradasi  Peak Jitter  1  Sangat Baik  0 ms  2  Baik  0 - 75 ms  3  Sedang  75 - 125 ms  4  Jelek  125 - 225 ms  2.1.6.3  Throughput
Gambar 8. FTP Client
Gambar 122. Grafik delay CBQ dan HTB

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu metode yang dapat diterapkan yaitu Hierarchical Token Bucket (HTB) yang menjamin pengguna jaringan mendapatkan bandwith yang sesuai sehingga kinerja

Metode yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah HTB (Hierarchical Token Bucket) yaitu metode manajemen bandwidth yang mempunyai kelebihan dalam pembatasan

Traffic shaping dapat dilakukan dengan menerapkan Hierarchical Token Bucket (HTB), kelebihan traffic shaping menggunakan metode HTB yaitu dapat membatasi traffic

Penelitian dengan judul ”Analisis Perbandingan bandwith manajemen antara Hierarchical Token Bucket dan Per Connection Queue untuk Implementasi Pada Video Streaming Dengan

Implementasi Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) Pada Pembagian Bandwith Berdasarkan Media Pembelajaran Online.. Dan

Dengan hasil pengujian parameter QoS (Quality of Service) terhadap metode HTB (Hierarchical Token Bucket) dengan nilai rata-rata delay: 29,2 ms, througput : 453,2 bps

Kesimpulan bahwa metode Hierarchical Token Bucket HTB yang lebih unggul dapat di lihat pada perbandingan nilai rata-rata throughput, delay, jitter yang di mana metode HTB selalu unggul

Untuk itu diperlukan nya manajemen bandwidth dengan metode Hierarchical Token Bucket HTB, metode ini banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan pada koneksi Internet, memaksimalkan