• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dies Natalis Ke-54 UM, 18 Oktober 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dies Natalis Ke-54 UM, 18 Oktober 2008"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Dies Natalis Ke-54 UM, 18 Oktober 2008

Rektor UM, Prof. Dr. H. Suparno (Rektor periode 2006-2010)

UM Harus Menunjukkan Kemajuan Pesat Dalam Melaksanakan Visi dan Misi Antisipatif

“Sebagai Perguruan Tinggi unggul yang peduli terhadap nilai kemanusiaan dan menjadi rujukan dalam pengembangan bidang kependidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni” demikianlah visi yang diemban Universitas Negeri Malang (UM). Visi ini tampaknya semakin meluas ke permukaan karena berbagai kebijakan baru dan system manajemen yang akuntabel ditunjukkan oleh Universitas yang beberapa bulan lalu launching Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK).

Universitas yang menjadi rujukan berbagai perguruan tinggi ini memasuki usia yang terbilang cukup matang, 54 tahun perjalanan perguruan tinggi ini menjadi sebuah universitas dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) dan sekarang menjadi Universitas Negeri Malang (UM). Perubahan status dari IKIP menjadi Universitas ini tidak lain karena mandat yang diberikan kepada UM diperluas, dari mandat mencetak guru menjadi mandat untuk mencetak guru dan ilmu murni/sarjana dalam konteks penguatan pendidikan guru. Hal ini terbukti dari adanya dua prodi yakni kependidikan dan non kependidikan pada setiap Jurusan, dua prodi ini dispesialisasikan menjadi 30% spesialisasi mata kuliah bidang keguruan dan 70% ilmu konten.

Dikatakan Rektor UM, Prof. Dr. H. Suparno, dalam pengembangan ini UM memiliki kemampuan yang lebih baik karena konten yang seharusnya dikuasai guru yakni ilmu murni dikembangkan di UM, sehingga, ia melanjutkan, guru lulusan UM mempunyai penguasaan ilmu keguruan dan ilmu murni yang lebih baik. ”Adanya dua prodi pada masing-masing Jurusan ini diharapkan menjadi interaksi akademik dan keahlian yang harmonis sehingga Universitas dapat membekali lulusan yang unggul dengan double degree pada mahasiswa” ungkap bapak berperawakan santai ini.

Setengah abad dalam kiprahnya menjadi Perguruan Tinggi yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, berbagai prestasi telah diukir UM baik di tingkat nasional mapun internasional. Akan tetapi memasuki usia 54 tahun ini Rektor UM, saat diwawancara di ruang kerjanya mengatakan ada target-target akademik yang tidak terhenti harus dicapai oleh UM, yakni keungulan-keunggulan akademik yang disesuaikan dengan kemajuan bidang ilmu pengetahuan, bersaing untuk terus maju di bidang teknologi dalam era yang cepat, dan peningkatan mutu akademik yang diikuti oleh kemajuan TIK dalam pengembangan UM secara keseluruhan.

Diakhir wawancara, mantan Dekan Fakultas Sastra ini menyampaikan harapan diantaranya, ada perubahan kultur disiplin oleh sivitas akademika sehingga mendapat pencapaian hasil kerja yang maksimal dan berkualitas, peningkatan kinerja dalam bingkai motto

(2)

berkarya dan terus berkarya, UM ke depan harus menunjukkan kemajuan pesat dalam melaksanakan visi dan misi antisipatif, pengembangan SDM yang berkualitas, sistem manajemen yang harus diperkuat, fasilitas yang diperlukan untuk pengembangan UM menjadi andalan, dan disetujuinya BLU dalam pengembangan institusi berbasis aset sehingga memacu kemajuan UM di masa akan datang. ”akhirnya siapapun yang memegang kendali UM, sistem manajemen pada berbagai level harus kokoh dan berjalan dengan baik sehingga UM terus menjadi Universitas unggulan” tegas lelaki kelahiran Tulungagung ini. (Nid)

Prof. Dr. H. Imam Syafi’ie (Rektor Periode 2002 – 2006) : UM Mampu Bersaing di Segala Bidang

Dalam rangka peringatan Dies Natalis Universitas Negeri Malang (UM) yang ke 54, diharapkan semakin baik dan matang pula kemajuan lembaga dalam semua bidang baik akademik maupun non akademik. Hal ini diungkapkan pula oleh mantan Rektor Universitas Negeri Malang , Prof. Dr. H. Imam Syafi’ie.

Peran UM sebagai pencetak tenaga pendidik yang telah menjadi pelopor hendaknya tidak pudar mekipun kini UM juga mengembangkan program – program jurusan non kependidikan. Karena dari awal tujuan berdirinya dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), FKIP Universitas Airlangga, IKIP, hingga UM adalah untuk mencetak tenaga pendidik yang berkualitas, papar rektor yang bertugas pada periode 2002 – 2006 ini.

Hingga saat ini UM telah semakin berkembang pesat, hal itu bisa dilihat dari semakin banyaknya tenaga akademik dan semakin lengkapnya gedung penunjang kegiatan belajar mengajar. Selain itu dengan adanya tambahan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), pembangunan Pusat TIK dan akan dibangunya berbagai fasilitas dan sarana seperti Hall, semakin menjadi bukti bahwa UM mampu bersaing dalam segala bidang, lanjut guru besar yang mulai masuk di IKIP sejak tahun1963 ini.

“Tentunya harapan agar segera keluarnya Surat Keputusan (SK) tentang Badan Layanan Umum (BLU) menjadi hal penting karana UM lebih bisa leluasa menjalankan program – programnya. Untuk itu perjuangan UM untuk meraih BLU harus segera dipercepat lagi, seperti motto UM “ Berkarya dan Terus Berkarya”, harapnya.

(3)

Prof. Drs. H.M. Saleh Marzuki, M.Ed (Mantan Pejabat Rektor Tahun 2001-2002) UM Harus Membangun Tradisi Akademik

54 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Universitas Negerisingkat bagi Universitas Negeri Malang (UM) membentuk diri menjadi sebuah universitas yang besar seperti saat ini. Pergantian kepemim-pinan mengisi sejarah perkembangan UM dari masa ke masa. Prof. Drs. H.M. Saleh Marzuki, M.Ed, adalah salah satu mantan Pejabat (Pj) Rektor yang pernah memimpin UM sejak 23 Juli 2001 hingga 6 April 2002.

Dosen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini menjalani masa jabatannya menjadi pejabat rektor sementara menggantikan rektor sebelumnya yaitu Prof. Dr. H. Nuril Huda, M.A karena meninggal dunia. Tugas-tugas beliau pada saat menjabat rektor sementara adalah menjalankan tugas-tugas rektor lama, meneruskan kebijakan rektor lama dan menyiapkan pemilihan rektor. Sepanjang karirnya di UM, selama 36 tahun masa kerjanya, 26 tahun telah dihabiskan untuk memimpin unit struktural dengan berbagai jabatan. Menurut pandangan Prof. Drs. Saleh Marzuki, M.Ed saat diwawancara di ruang Humas UM (18/9) lalu, UM saat ini sudah mengalami banyak peru-bahan yang menggembirakan meskipun ada beberapa hal yang masih harus diperhatikan.

Pertama adalah dari segi akademik, UM harus mampu membangun dan meningkatkan tra-disi akademis (mem-baca, menulis, mencipta, dan meneliti) serta mempertahankan dan mening-katkan keunggulan yang ada. Salah satu keunggulan yang dimaksud adalah adanya salah satu ilmuwan unggulan Indonesia yang berasal dari UM. “prestasi ini harus dipertahankan sebaik-baiknya. Sehingga ke depannya UM bisa memiliki lebih banyak lagi scientis unggulan yang tidak hanya berstandar nasional tapi juga internasional” kata Prof. Saleh mantan pejabat Pembantu Rektor I dan Pejabat Rektor ini juga mengatakan, berkaitan dengan tenaga profesional pendidik, demi kemajuan universitas, UM harus meningkatkan dosen yang studi ke S2 dan S3 di perguruan tinggi negeri dalam negeri maupun di luar negeri, dan diharapkan lanjutan studi mengambil ilmu yang searah. Selain itu dosen dipacu dan di fasilitasi untuk menulis di jurnal nasional mapun internasional.

Kedua dari segi kerjasama, semua kerjasama hendaknya tidak mengor-bankan kualitas pendidikan pengajaran, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Selain lembaga men-dapatkan keuntungan finasial orientasi kerjasama juga harus mengarah kepada keuntungan akademis. Yang lebih penting lagi adalah saat UM mengadakan kerjasama dengan universitas lain di luar negeri, hendaknya harus dengan universitas yang standar kualitasnya di atas UM.

Ketiga adalah dari segi pejabat dan lingkungan kerja, terciptanya suasana kerja yang akademis rasional dan manusiawi dengan tidak membedakan strata sehingga satu sama lain bisa saling menghormati adalah point penting yang harus diperhatikan. Tidak ada perbedaan antara staf administrasi dan dosen, karena dalam hal ini yang paling penting adalah pemikirannya. Siapa yang lebih unggul dia yang akan memberikan sumbangan pikiran dan solusi bagi pengembangan lembaga. Pimpinan harus menaruh kepercayaan kepada bawahannya sehingga mereka bisa melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.

(4)

Selain itu, Prof. Drs.H.M. Saleh Marzuki, M.Ed juga mengatakan budaya peduli mutu harus lebih ditingkatkan.

Keempat, yang harus diperhatikan menurut beliau adalah kualitas fasilitas yang ada di UM khususnya untuk ruangan dosen. Mantan Pejabat Rektor ini mengatakan pengadaan ruang dosen harus diprioritaskan, karena dengan adanya ruangan tersebut seorang dosen bisa berkarya dengan baik untuk meningkatkan kualitas pengajaran, penelitian, dan kegiatan akademik lainnya”, ungkapnya. (Eka)

H. Mas Hadi Suparto, M.Sc (Rektor Periode 1986-1990 dan 1990-1995) Membangun UM Melalui “Human Resource Development”

Kedisiplinan, itu merupakan key word yang diterapkan Mas Hadi Soeparto, M.Sc selama menjadi orang no 1 di Kampus yang tengah merampungkan pengerjaan gedung serbaguna ini. Namun bukan berarti kedisplinan yang diterapkan oleh lelaki asal Bojonegoro ini dengan disertai kekerasaan dan juga penuh dengan punishment. Sebaliknya, Lelaki yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika untuk bidang studi fisika ini selalu memberikan contoh real keteladanan daripada memberikan intruksi.

Selama duduk di puncak pimpinan yakni pada tahun 1986-1990 dan 1990-1995, lelaki yang juga pernah menjabat sebagai PR I ini sudah mempunyai wacana bahwa di masa mendatang IKIP Malang akan berubah menjadi sebuah universitas. Oleh sebab itulah selama lelaki yang berdomisili di Jl. Simpang Bogor dan juga Jl. Sulfat Agung II ini memimpin Universitas yang telah dipimpin oleh 12 Rektor dan 1 Pejabat Rector ini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang akan menunjang perubahan IKIP Malang menjadi universitas. Ada dua hal pokok yang menjadi fokus lelaki yang menjabat rektor dalam dua periode ini. Yang pertama adalah human resourch development atau dalam istilah lelaki yang sangat disiplin waktu ini adalah man behind the gun development. Yang kedua adalah pembangunan berbagai sarana penunjang pengembangan dan peningkatan akademik.

“Keberhasilan suatu lembaga akan tercapai jika SDMnya mumpuni” terang lelaki yang juga pernah menjabat sebagai anggota BAN (Badan Akreditasi Nasional) ini. Oleh karenanya, maka rektor UM yang satu ini selalu memberi kebebasan sebesar-besarnya kepada seluruh dosen maupun karyawan yang ingin melanjutkan pendidikan lagi ke tingkat yang lebih tinggi, dengan jalan memberikan dispensasi tugas. Selanjutnya untuk ma-salah pembangunan berbagai fasilitas penunjang akademik, salah satunya adalah pem-bangunan gedung perpustakaan.

Berbagai perubahan dan pembangunan telah dilakukan oleh lelaki angkatan ke-2 mahasiswa PTPG FKIP Universitas Airlangga Malang ini selama masa kepemimpinannya. Hal yang mencolok adalah perkembangan kelembagaan. Berikut beberapa hal yang dicapai ketika lelaki yang pernah menjadi PD I FMIPA ini:

(5)

1. Berkembangnya aktivitas mahasiswa dalam kelompok minat, yaitu olahraga, kesenian dan minat khusus.

2. Berkembangnya berbagai program dan sarana, antara lain: a) Pembinaan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Tunjangan ikatan dinas

c) Asrama Mahasiswa d) Koperasi Mahasiswa e) Kredit mahasiswa Indonesia f) Pemutaran film video

g) Pembebasan dan keringanan SPP

h) Unit bimbingan dan Konseling mahasiswa institut i) Koperasi pegawai negeri

j) Dharma Wanita

k) Yayasan IKIP Malang. (MJ)

UM dalam Kepemimpinan Prof. Drs. H.M. Achmad Ichsan (Rektor 1978-1986) Memasuki usianya yang ke-54, Universitas Negeri Malang (UM) telah melalui berbagai dinamika dalam proses eksistensinya di tengah perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tersebut. Mulai dari segi bentuk kelembagaan sendiri, hingga pergantian pemimpin dari masa ke masa. Salah satunya adalah Universitas Negeri Malang tatkala dipimpin oleh Prof. Drs. H. M.Achmad Ichsan. Rektor yang juga seorang seniman ini menjadi orang no 1 di kampus yang saat ini mempunyai enam fakultas ini pada periode tahun 1978-1982 dan 1982-1986. Lelaki yang juga pernah menjadi guru besar tamu di University of Michigan dan University of Wiscounsin, USA untuk bidang kebu-dayaan dan kesusastraan Indonesia ini telah menorehkan berbagai bentuk pembangunan di Univerrsitas yang berada di Jl. Surabaya ini. Namun dari prestasinya selama memimpin kampus perdamaian ini adalah dalam bidang pembenahan sistem akademik. Berikut beberapa perubahan yang dilakukan selama dalam kepemimpinan lelaki yang sekarang menjadi Guru besar di UM dan juga Unisma ini.

Selama dua kali periode kepe-mimpinan lelaki yang telah meng-hasilkan antologi puisi “Sang Resi” ini UM bisa dikatakan banyak mengalami perkembangan, karena memang Pak Ichsan, demikian beliau disapa, menerapkan sistem demokrasi dalam kepemimpinannya. Karakter yang down to earth menjadikan beliau banyak disegani oleh banyak kalangan. Berikut beberapa perubahan yang terjadi di universitas yang merupakan juara umum III Pimnas 2008 ini sewaktu di pimpin oleh lelaki yang berdomisili di Jl. Magelang ini, sebagai berikut.

1. Pada tahun 1980 dibuka program diploma (S1, S2, S3) sebagai upaya pemenuhan kebutuhan guru SLTP atau SLTA yang semua telah diprogramkan melalui pendi-dikan PGSLP dan PGSLA. Berkaitan dengan program magister (S2) dan doktor (S3) sejak

(6)

tahun 1964 telah dirintis oleh UM (ketika masih menjadi IKIP Malang) dengan bekerja sama dengan Ford Foundation didirikanlah program pen-didikan sarjana purna yang diintregasikan ke dalam Prog-ram Studi Pendidikan Doktor (PSPD) tanpa kuliah. 2. Pada tahun 1982 terjadi pe-rubahan istilah program studi menjadi jurusan sehingga

nama-nama fakultas dan ju-rusan sejak tahun 1982.

3. Penyempurnaan program. Pada tahun 1982 ada penyem-purnaan pelaksanaan SKS dan pengembangan/konsep adanya multy-srata, multy-entry, multy-exit serta menye-diakan alternatif pilihan bagi mahasiswa dengan jalur skrip-si ujian komprehensif, jalur makalah dengan seminar dan jalur kuliah di samping diman-tapkannya program mayor dan minor untuk jenjang S1.

4. Pada tahun 1984 terjadi perubahan lagi atas nama-nama jurusan, penambahan jurusan dan fakultas baru.

5. Sejak tahun 1984 pengelolaan pengabdian pada masyarakat (LPM) dikembangkan ke dalam dua bentuk, yaitu pendidikan pada masyarakat (Diknas) dan pelayanan pada masyarakat (Yanmas). Demi pertumbuhan dan keberhasilan pengabdian pada masyarakat, UM (tatkala itu masih IKIP Malang) men-jalin kerjasama dengan ins-tansi/lembaga yang terkait.

6. Di bidang penelitian, sejak tahun 1980 diupayakan pe-ningkatan secara terus me-nerus produktivitas penelitian baik dalam segi produk maupun prosedur. (MJ)

Prof. Drs. H. Rosjidan, M.A. (Rektor IKIP Periode 1974-1978): Sejarah Lahirnya Universitas Negeri Malang

Besarnya sebuah bangsa tidak lepas dari perjuagan para pahlawannya dalam merebut kemerdekaan dan membangun bangsa ini ke arah perubahan yang lebih baik, seperti itu gambaran yang dapat di lihat di kampus Universitas Negeri Malang (UM). Perkembangan dan kemajuan di UM tidak terlepas dari kerja keras para pendahulu dalam memperjuangkan pendidikan. Dari perguruan tinggi yang hanya memiliki 127 mahasiswa dengan fasilitas terbatas menjadi sebuah Universitas besar yang memiliki ribuan lebih mahasiswa beserta kemajuan teknologi sebagai pelengkap fasilitas belajar dan mengajar. Salah satu saksi sejarah besar yang terjadi di UM adalah Prof. Drs. H. Rosjidan, M.A. mantan Rektor IKIP tahun 1974-1978. Selain pernah menjabat menjadi Rektor sebelumnya Rosjidan juga pernah menjabat menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Umum pada tahun 1963, Pembantu Retor I pada tahun 1969, dan salah satu perintis lahirnya IKIP Menjadi UM. “UM telah mengalami banyak perubahan” kata Rosjidan saat ditemui wartawan “Swara Pendidikan” Universitas Negeri Malang di kantor KORPRI UM (26/08) kemarin.

“Sebelum menjadi kampus besar seperti sekarang ini, Universitas Negeri Malang (UM) berasal dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) dengan Rektor pertama adalah Prof. Sutan Adam Bachtiar dengan jumlah mahasiswa sebanyak 127 mahasiswa. PTPG belum memiliki gedung sendiri karena itu perkuliahan diselenggarakan di gedung SMA Alun-alun

(7)

bunder. Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 20 Juni 1955 PTGP memiliki gedung sendiri yang semula adalah “Hotel Splendid” di Jl. Tumampel 1 Malang, mulai saat itu pula perkuliahan diselenggarakan di gedung baru itu. Lalu pada tanggal 10 November 1954, berdirilah satu Universitas baru di Jawa Timur yaitu Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Berdirinya Unair rupanya memberikan dampak kepada status PTPG. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 71 Tahun 1958 PTGP secara resmi berubah status menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unair. Pada tahun 1958, PTPG atau yang sudah berubah menjadi FKIP Unair lalu membangun gedung perkuliahan baru di Jl. Semarang 5 (sekarang Jl. Surabaya 6) karena gedung perkuliahan di Jl. Tumampel 1 tidak mampu lagi menampung seluruh kegiatannya. Komplek baru inilah yang ditempati kampus Universitas Negeri Malang hingga sekarang. Perubahan ternyata tidak hanya berhenti sampai disini, berdasarkan surat keputusan Presiden Nomor 1 tahun 1963 dan surat keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 55 tahun 1963, maka FKIP Unair berubah statusnya menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (IKIP MALANG)” tutur Prof. Rosjidan bercerita.

Perubahan status FKIP Unair menjadi IKIP ini memberikan konsekuensi pembentukan fakultas-fakultas yang ada di dalamnya. Ada 4 fakultas pada masa itu yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) dan Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan (FPTK). Upaya terus menerus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan “Tri Dharma” yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Kerja keras tersebut akhirnya mendapatkan pengakuan resmi setelah IKIP MALANG ditetapkan sebagai IKIP Pembina oleh Dirjen Dikti pada tanggal 30 Desember 1967. Dengan demikian, IKIP MALANG menjadi salah satu diantara 10 Perguruan Tinggi Pembina yang ada di Indonesia.

IKIP Malang tidak hanya mencetak tenaga-tenaga pendidikan yang profesional tapi juga mampu melahirkan prestasi yang membanggakan. IKIP menjadi pusat pendidikan bahasa Inggris terbaik di Asia-Pasific dan berdirinya sekolah PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan). Selain itu IKIP juga memiliki satu lembaga yang peran dan sumbangannya pada Negara tidak bisa diabaikan yaitu Laboratorium Pancasila.

IKIP Malang lalu mengalami perluasan mandat dengan tujuan meningkatkan pemanfaatan sumber daya akademik yang telah ditanam di beberapa IKIP serta memperbesar produktivitasnya agar menjangkau keperluan masyarakat yang lebih luas. Kelebihan kapasitas pada beberapa IKIP, di samping untuk menyelenggarakan missi dan fungsi tradisional untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang baik, sebaiknya secara resmi dan terprogram dapat digunakan untuk menyelenggarakan program studi yang membekali mahasiswa dengan kemampuan yang dapat digunakan sebagai modal untuk bersaing dalam lingkungan kerja non-kependidikan. Berdasarkan tawaran dari Dirjen Dikti kepada seluruh Rektor IKIP Negeri di seluruh Indonesia dengan surat Nomor 2883/D/T/95 Tanggal 1 Nopember 1995, untuk mengajukan proposal perluasan peran (wider mandate), IKIP yang terpilih akan dikonversikan menjadi Universitas. Lalu berdasarkan surat keputusan Rektor IKIP MALANG Nomor 0210/PT28.H/U/1996 tanggal 10 Januari 1996 disusunlah proposal konversi IKIP MALANG menjadi Universitas Negeri Malang dengan ketua pelaksana Prof. Drs. H. Rosjidan, M.A. akhirnya pada tanggal 20 Juni 1996 berdasarkan surat No. 1499/D/T/96, Dikti menetapkan perluasan tugas ke arah perubahan kelembagaan menjadi Universitas bagi 4 IKIP, yaitu: IKIP Ujung Pandang, IKIP MALANG, IKIP Yogyakarta dan IKIP Padang. Setelah melalui proses yang panjang selama hampir 3 tahun akhirnya pada tanggal 4 Agustus 1999 berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 93 Tahun 1999, IKIP MALANG berubah nama dan statusnya menjadi Universitas Negeri Malang.

Sampai sekarang UM sudah memiliki enam fakultas yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Sastra (FS), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) dan satu Fakultas baru yaitu Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Meskipun sudah tidak menjabat Rektor lagi tapi Prof Rosjidan terus mengikuti perkembanagn Universitas Negeri Malang dari waktu ke waktu. Perubahan demi perubahan dirasakannya sebagai bentuk dari perkembangan kampus, akan tetapi perubahan tersebut jangan sampai menghilangkan

Ruh yang selama ini menjadi jati diri kampus ini mulai dari PTPG hingga berubah menjadi UM

yaitu melahirkan tenaga kependidikan. “Saya berharap UM akan menjadi kampus yang berbasis Teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Saya sudah menyaksikan perubahan besar yaitu IKIP menjadi UM, betul-betul substansial karena tidak

(8)

hanya berubah nama tapi juga manajemennya dari sentralisasi menjadi disentralisasi dan program studi yang ditawarkan jauh lebih banyak, tidak hanya kependidikan tapi juga non-kependidikan”. Jelas Rosjidan yang sekarang masih aktif di yayasan sekolah Laboratorium milik UM. Rosjidan menjelaskan lagi bahwa “Fungsi perguruan Tinggi selain menjadi organisasi akademik dan perkumpulan komunitas juga harus menjadi institusi yang mendukung nilai-nilai kemanusiaan.

Ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan terkait nilai-nilai kemanusiaan, seperti pembangunan trotoar yang tidak menyeluruh sehingga pejalan kaki terkadang harus berebut jalan dengan pengendara sepeda motor atau mobil. UM dilihat dari jumlah mahasiswanya kurang lebih berjumlah 20 ribu mahasiswa. Dari jumlah tersebut UM pantas disebut Big Zise dan kebutuhan akan tempat juga pasti terus bertambah tapi hal itu tidaklah harus menjadi alasan dengan mengurangi lahan hijau sebagai sumber oksigen.

Fungsi lainnya yang harus diperhatikan adalah kampus sebagai kumpulan komunitas, seperti terbentuknya UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). Komunitas-komunitas tersebut adalah bagian dari kampus yang harus didukung. Sehingga kampus tidak hanya dijadikan sebagai tempat belajar formal di dalam ruangan, tapi dari kegiatan-kegiatan tersebut mahasiswa bisa belajar banyak hal yang tidak didapat di dalam kelas seperti bagaiaman bersosialisasi, bermusyawarah dan kemandirian.

Secara pribadi saya senang dengan perubahan besar ini karena UM sudah semakin maju dan harapan saya adalah kemajuan teknologi di kampus ini juga harus dibarengi dengan tidak lunturnya nilai-nilai budaya dan kemanusiaan yang menjadi ciri khas UM sejak puluhan tahun lalu. (Eka)

Prof. Dr. Hendyat Soetopo M. Pd (Dekan FIP) : UM Kedepan Menjadi PT yang Edukatif dan Kompetitif

Kemajuan yang diraih UM selama perjalanannya, juga ikut dirasakan oleh Fakultas Ilmu Pen-didikan dari perkembangannya sejak berdirinya UM. Kemajuan yang secara signifikan dialami adalah peningkatan kuantitas mahasiswa dari waktu ke waktu, peningkatan sistem serta metode pembelajaran yang selalu menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan di Indonesia.

Sarana dan prasarana yang menjadi penunjang belajar juga semakin diperlengkapi guna menunjang iklim belajar yang kondusif bagi mahasiswa. Dari awalnya FIP hanya memiliki dua gedung saja kini seiring berkembangnya jumlah mahasiswa dan peningkatan jurusan, penambahan gedung terus dilakukan. Kurikulum pendidikan di FIP juga semakin dikembangkan dan perkembangan yang terjadi merupakan adopsi dari kebijakan pemerintah, sebagai contoh adalah dibukanya program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan PGSD S1 yang merupakan

(9)

pembaruan. Kebijakan pemerintah juga mempengaruhi peningkatan kualitas dosen untuk pengembangan diri menjadi lebih baik.

Selama masa jabatan sebagai Dekan FIP, Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd mengatakan bahwa perubahan yang terjadi khususnya yang sekarang terus dikembangkan adalah semakin meningkatnya fasilitas belajar di FIP khususnya, dengan penambahan unit komputer dan fasilitas hotspot bagi mahasiswa yang men-capai lima gigabyte. Aspek lain yang ditingkatkan adalah dengan standar pelayanan minimum mahasiswa, sehingga pelayanan yang diberikan akan menjadi lebih cepat.

Gagasan dan program yang kini sedang dikembangkan adalah sebuah kajian peningkatan kualitas output FIP, yang bermula dari keprihatinan terhadap tindakan anarkisme yang dilakukan siswa di sekolah. Visi utama dari beragam kajian yang dilakukan adalah bagaimana konsep-konsep ilmiah yang menjadi acuan pendidikan bisa dikembangkan sehingga konsep serta teori ilmiah yang menjadi dasar merupakan kajian kontekstual ala Indonesia.

Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dibenahi adalah tata gedung yang sebaiknya didesain untuk meningkatkan iklim belajar yang kondusif. Aspek lain adalah pem-benahan terus terhadap kesiapan UM khususnya FIP dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang semakin banyak. Pembenahan juga sebaiknya dilakukan dari segi output ilmiah yang bersifat konseptual agar UM juga ikut andil dalam pening-katan pendidikan di Indonesia, ujar mantan Asdir II PPS UM ini.

Melihat UM masa mendatang, beliau yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kota Malang mengatakan bahwa ke depan UM diharapkan menjadi sebuah perguruan tinggi yang memiliki iklim belajar yang edukatif dan kompetitif bagi maha-siswanya. Sistem manajemen seperti tata letak, renstra, RPO diharapkan menjadi satu kesatuan yang sis-tematis. Peningkatan SDM juga harus selalu dilakukan dengan rekruitmen tenaga kerja yang sesuai bidang keahliannya, dan kualitas dosen yang sesuai standar. Yang terpenting dari semuanya itu adalah implementasi yang baik dari sekian kebijakan yang telah ditetapkan sehingga kebijakan tersebut dapat memiliki dampak bagi seluruh sivitas akademika UM.(nike/Ve)

Dr. Dawud, M.Pd (Dekan Fakultas Sastra) Tiga Sasaran Program FS Pada Dies Natalis UM Ke-54

Universitas Negeri Malang (UM) semakin meningkatkan kualitas dan peranannya dalam dunia pen-didikan. Berbagai perubahan yang signifikan dikembangkan dan ditunjukkan oleh Universitas yang sebelum-nya bernama PTPG, FKIP, IKIP ini.

Demikian juga dengan salah Fakultas yang berada di UM yakni Fakultas Sastra (FS). Fakultas yang mempunyai 13 Program Studi ini berganti nama tiga kali, yakni Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), dan Fakultas Sastra (FS). Sekarang dalam proses perubahan menjadi Fakultas Humaniora dan Seni (FHS). Penggunaan nama itu sesuai dengan tugas pokok dan paradigma keilmuan pada masanya, yakni menyelenggaraan pendidikan keguruan (FKSS), kependidikan (FPBS), dan perluasan mandat kependidikan dan non kependidikan (FS). Untuk mewadahi penyeleng-garaan kependidikan dan non kepen-didikan bidang bahasa, sastra, seni, desain, sejarah, budaya, dan keagama-an, nama FS terlalu sempit. Karena itulah, dalam waktu dekat, Fakultas Sastra akan berubah menjadi Fakultas Humaniora dan Seni (FHS).

Dekan Fakultas Sastra, Dr. Dawud, M.Pd menyebutkan bahwa program pengembangan FS diarahkan pada penyelenggaraan pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan pendidikan vokasi yang berkualitas dan unggul. Pendidikan akademik berupa program sarjana, magister, dan doktor. Pen-didikan profesi berupa program pendi-dikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang menyiapkan peserta didik untuk menguasai keahlian khusus. Sementara itu pendidikan vokasi berupa program diploma 1, diploma 2, diploma 3, atau diploma 4.

Tidak hanya itu, saat ini tiga sasaran program jangka pendek-menengah menjadi fokus FS, yakni penyediaan infrastruktur yang cukup dan layak, percepatan studi, dan orientasi pencipta dan penyedia informasi ilmiah bidang bidang bahasa, sastra, sejarah, keagamaan, seni, desain, dan budaya. Peyediaan infrastruktur yang cukup dan layak dengan membagi zona gedung atas dua kategori, yakni gedung D dan E untuk penyelenggaraan pendidikan yang bersifat

(10)

“senyap”, misalnya, lab. bahasa, lab. komputer, ruang micro teaching, pusat studi mandiri, studio fotografi dan videografi dan gedung J untuk penyelenggaraan pendidikan yang bersifat “ramai”, misalnya, lab. drama, lab. tari, studio musik, studio patung, sanggar kaligrafi, galeri seni, dan pusat handycraft serta ruang kerja dosen.

Dalam buku Pedoman Pendidikan UM disebutkan masa studi mahasiswa S1 selama 8 s.d. 14 semester. Ada mahasiswa yang memiliki pandangan bahwa hak mereka kuliah sampai dengan 14 semester, bahkan bisa diperpanjang. Tampaknya Fakultas Sastra juga akan mengubah pola pikir tersebut “Kerangka pikir seperti itu harus diubah. S1 memiliki masa belajar 8 semester. Semester ke-9 atau ke-10 sudah “dianggap” sebagai perpanjangan masa studi” ungkap Dekan FS. Dengan kerangka pikir ini, ia melanjutkan percepatan dan produktivitas dapat dicapai. Oleh karena itu, mulai tahun ini mahasiswa S1 yang masuk se-mester ke-10, kami undang bersama orang tua mereka untuk menyusun kontrak penyelesaian studi.

Dalam usaha mengembangkan kualitas fakultas, FS memiliki fokus program pengembangan ke depan yakni menjadikan FS sebagai pencipta dan penyedia informasi ilmiah bidang bahasa, sastra, seni, desain, sejarah, budaya, dan keagamaan. Untuk bisa mencapai program ini, perlu dilakukan peningkatan kualifikasi akademik dan jabatan akademik dosen dan pen-ciptaan atmosfir akademik berkarya yang memadai. “Salah satu kelemahan “budaya” intelektual di Indonesia adalah aspek penciptaan dan penyediaan informasi ilmiah ini. Padahal, pencip-taan dan penyediaan karya dan informasi ilmiah baik melalui pen-didikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat merupakan inti kinerja pendidikan tinggi” imbuhnya. (Nid)

Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd. (Dekan Fakultas Teknik) Semakin Tua Semakin Maju

Semakin bertambah usia harus Semakin berkembang dan maju, semakin banyak kerjasama yang di-lakukan maka akan semakin menambah nilai bagi UM, inilah harapan yang terlontar dari Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik (FT) saat ditemui reporter Swara Pendi-dikan di kantornya Rabu (10/09) lalu. Harapan itu wajar saja mengingat Universitas Negeri Malang (UM) sebentar lagi akan memasuki usianya yang ke-54.

Seperti halnya sejarah panjang yang dilalui UM sejak masih menjadi PTPG (Pergu-ruan Tinggi Pendidikan Guru) hingga menyandang status universitas, maka Fakultas Teknik sendiri otomatis turut mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini terbukti dengan semakin berkembang-nya Fakultas Teknik sejak awal berdirinya tahun 1965 dengan nama FKT (Fakultas Keguruan Teknik) IKIP Malang yang memiliki jurusan mesin dan Jurusan Sipil.

Pada tahun 1981 FKT berubah menjadi Fakultas Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan (FPTK) memiliki 2 (dua) jurusan dan 2 (dua) program studi setingkat jurusan (PSSJ), yaitu Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (S1 PTM), Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan (S1 PTB), Program Studi Teknik Elektro/Elektronika, dan Program Studi Pendidikan Kesejahteraan

(11)

Keluarga (PKK). Selain itu, FPTK juga menye-lenggarakan program D1, D2 keteram-pilan teknik, dan D3 PTM serta D3 PTB. Lalu pada tahun 1997 FPTK mem-peroleh perluasan mandat untuk menyelenggarakan program studi non kependidikan dan pada tahun 1999 seiring berubahnya IKIP MALANG menjadi universitas maka FPTK berubah statusnya menjadi Fakultas Teknik (FT) yang memiliki empat jurusan dan delapan program studi.

Perubahan terus bergulir hingga mengantarkan Fakultas Teknik menjadi salah satu fakultas kebanggaan di UM. Salah satu prestasi yang paling menonjol adalah D3 Tata Boga untuk bidang keahlian Usaha Jasa Restauran (UJR), satu-satunya Teaching Factory untuk bidang boga yang berstandar internasional. “Rata-rata mahasiswa UJR adalah mahasiswa berprestasi yang mendapat beasiswa dari BPKLN (Biro Perencanaan dan Kerjasam Luar Negeri) atau mahasiswa program kerja sama yang disekolahkan oleh daerah masing-masing karena prestasinya yang gemilang. Tidak itu saja FT meru-pakan fakultas yang paling banyak memiliki kerjasama dengan berbagai perusahaan, baik milik pemerintah maupun swasta. Kerjasama ini tidak hanya menguntungkan bagi FT tapi juga bagi UM”, jelas Djoko Kustono bangga. Selanjutnya Djoko juga menambahkan “Prestasi terbaru dari fakultas teknik adalah keberhasilan Haryono yang telah mencipta-kan jam bagi tunanetra, mahasiswa D3 Teknik Elektro ini sukses meraih emas pada Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) ke-XXI yang di-adakan di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang tanggal 16 s.d.18 Juli 2008 lalu. Hal Ini merupakan kebang-gaan warga fakultas teknik dan UM pada umumnya”.

Prestasi-prestasi tersebut sepertinya tidak membuat fakultas teknik puas, masih terus mengembangkan diri FT di tahun 2008 ini sedang mengembangkan pembel-ajaran berbasis ICT MGMP untuk 6 kota kabupaten yaitu Pacitan, Madiun, Tulungagung, Banyuwangi, Situbondo dan Lumajang. Selain itu FT juga sedang merintis Jurusan Pendidikan S1 Elektro, S1 Survey dan Pemetaan dan S1 Pendidikan Arsitektur. Hal ini disam-paikan dengan serius oleh Pembantu Dekan I (bidang akademik) Drs. Andoko, S.T, M.T. saat mendampingi Prof. Djoko Kustono di sela-sela wawancara. Ketika ditanya harapan FT dengan semakin bertam-bahnya usia UM,

Kedua orang paling berpengaruh di FT ini mengatakan, “Harapan kami adalah bisa semakin mudah dalam bergerak mengembangkan program studi kependidikan dan non kepen-didikan yang ada di FT dan semakin luasnya kerjasama”. Sepertinya harapan seperti itu tidak hanya oleh fakultas teknik tapi juga seluruh fakultas yang ada di UM. (Eka)

(12)

Kantor Rektorat UM, Jl. Surabaya 6 Malang

Perjalanan UM dari Masa ke Masa

Pengetahuan sejarah ingin menerangi kembali yang telah gelap di telan masa. Sejarah bukan hanya dokumen masa lalu namun cermin bagi masa depan. Dokumen sejarah sangat penting artinya bagi masa depan, agar kita tidak terjebak dalam pengulangan kesalahan yang telah dilakukan masa lalu. Di lain pihak, sejarah juga panduan jalan dan kesaksian bagi generasi yang tidak terlibat dalam hiruk pikuk gelombang zaman. Di sini akan tertranformasi nilai-nilai positif masa mendatang.

Perkembangan Universitas Negeri Malang (UM) membutuhkan waktu yang lama dengan berliku-liku perjalanan, sehingga seperti sekarang ini. Dari perjalanan panjang itu, adakah kebang-gaan historis yang sebaiknya diingat dan dipelihara. Kebanggaan yang dapat diberlakukan sebagai sebuah ‘’pang-gilan sejarah’’ yang harus dijalani warga UM. Upaya menjadikan UM sebagai perguruan tinggi yang unggul terus dilakukan dengan bergairah. Kegairahan tidak akan mencapai sasaran kalau hanya ditunjang oleh harapan masa depan yang cerah. Kegairahan untuk berbuat sesuatu bagi masa depan akan bertambah kalau juga didukung legitimasi dari masa lalu. Dengan demikian, upaya warga untuk membawa UM kearah yang lebih baik dapat diperlakukan sebagai sebuah pesan sejarah.

(13)

Meletakan Batu Landasan: Pendirian PTPG

Pada hari senin kliwon, tanggal 18 Oktober 1954 di gedung ‘’SMA Alun-alun bunder’’ (sekarang SMA Jalan Tugu) Malang dibuka Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang pertama di Indonesia, oleh J.M Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Ke-budayaan Mr. Muh. Yamin dan J.M Wakil Perdana Menteri RI Zainul Arifin. Penetapan dibukanya PTPG terhitung sejak tanggal 1 September 1954 yang tertera dalam S.K. Menteri PP dan K tanggal 4 Agustus 1954 No. 33756/Kab, yang secara yuridis formal diatur dalam S.K Menteri PP dan K tanggal 1 September 1954 No. 38742/Kab.

Persiapan pembukaan PTPG ini dilaksanakan oleh A. Bachtiar yang menjabat sebagai Kepala Balai Penyelidikan dan Perancangan Pendidikan dan Pengajaran pada Kementrian PP dan K. Dalam S.K Menteri PP dan K No. 33756/Kab tertera dasar pertimbangan didirikannya PTPG adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar yang berpendidikan universitas, sebagai upaya mempertinggi mutu pengajaran terutama untuk Sekolah Lanjutan Atas.

ada saat berdirinya, PTPG di Malang mempunyai 5 (lima) jurusan dengan 127 mahasiswa, yang meliputi: (1) Jurusan Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia 20 orang, (2) Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris 25 orang, (3) Jurusan Sejarah/Budaya 19 orang, (4) Jurusan Ilmu Ekonomi 35 orang, (5) Jurusan Ilmu Pasti Alam 28 orang.

Tatakala berdirinya hingga tiga bulan berikutnya, PTPG melaksanakan perkuliahan di gedung SMA Alun-Alun Bunder karena belum memiliki gedung sendiri. Atas jasa Mr. Muh. Yamin PTPG berhasil memiliki gedung bekas ‘’Hotel Splendid’’ yang ternyata dengan berjalan waktu gedung ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan suatu perguruan tinggi. Kemudian atas jasa Bapak Sardjono mantan Walikota Malang, maka pada tahun 1958 PTPG mendapatkan sebidang tanah yang sampai sekarang masih ditempati sebagai kompleks IKIP Malang Jalan Surabaya 6 Malang. Dalam perkem-bangannya pada tahun 1957dibuka jurusan baru yaitu Jurusan Pendidikan dan masih pada tahun yang sama berhasil meluluskan bakaloreat yang pertama dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.

Menjadi FKIP Unair

Berdasarkan PP No. 57 tahun 1954 yang ditetapkan di Jakarta tanggal 10 Nopember 1954, yang berisi penetapan berdirinya Universitas Airlangga di Surabaya, menyatakan bahwa PTPG di Malang dimasukan ke dalam Univer-sitas Airlangga di Surabaya sebagai cabangnya yang ada di Malang. Pada tahun 1958 keluar PP No. 71 tahun 1958 yang intinya mengenai pergantian PTPG menjadi Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dengan status tetap menjadi bagian dari Universitas Airlangga.

Pada tanggal 31 Januari 1959 telah berpulang Prof. Sutan A. Bachtiar yang kemudian diganti untuk sementara oleh J.C. Tan dan pada tahun 1959 juga diangkat Prof. Kuntjoro Purbopranoto sebagai Dekan FKIP Universitas Airlangga yang bertempat di Malang.

Pada masa FKIP ini mulai dirintis pembukaan tingkat Acarya (Doktoral) yang pertama kali dilakukan oleh Jurusan Ilmu Bahasa dan Sastra Inggris (pada tahun 1959 bernama English

Language Teacher Training Program/ELTIP) yang pada tahun 1960 mem-buka Garduate School. Kemudian disusul pembukaan tingkat Acarya oleh Jurusan Ilmu Bahasa dan Sastra

Indonesia, Sejarah/Budaya, Jurusan Ekonomi pada tahun 1961, Jurusan Pendidikan pada tahun 1962, Jurusan Ilmu Pasti/Alam tahun 1963 dan Jurusan Ilmu Hayat pada tahun 1963.

Pada tanggal 3 Januari 1963, Presiden RI mengeluarkan SK No.1 tahun 1963 yang berisi tentang penyatuan FKIP dan Institut Pendidikan Guru (IPG) menjadi IKIP. Pada tanggal 4 Mei 1964 ke luar keputusan bersama antara para Menteri PTIP dan Menteri PDK No. 34 dan 32 tahun 1964 tentang cara mempersatuakan FKIP dan IPG menjadi IKIP dan ditetapkan FKIP di Malang/Yogya disatukan dengan IPG di Madiun/Yogya menjadi IKIP di Malang di Malang/Yogya. Bersamaan dengan itu keluar keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 35 tahun 1964 yang menetapkan bahwa IKIP Malang memiliki cabang-cabang sebagai berikut: (a) di Surabaya (berasal dari cabang-cabang FKIP Universitas Airlangga), (b) di Madiun (berasal dari cabang FKIP Universitas Airlangga), (c) di Singaraja (dari FKIP Universitas Udayana), (d) di Kupang dan Endeh (dari FKIP Universitas Nusa Cedana). Berdasarkan SK Menteri PTIP No. 36 tahun 1964 FIP Jember dipisahkan dari Universitas Brawijaya dan menjadi cabang dari IKIP Malang. Dengan demi-kian dualisme di bidang pendidikan tinggi berakhir.

(14)

Gedung IKIP Malang, Jl. Semarang Kelahiran IKIP

Pada hari selasa tanggal 20 Mei 1964 bertempat di gedung SKMA Negeri Malang diselenggarakan upacara peresmian IKIP Malang yang berarti pula terlepas dari Universitas Airlangga. Dengan terjadinya perubahan status menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Pusat, yang membawahi cabang-cabang IKIP Malang di Surabaya, Madiun, Jember, Singaraja, Timor-Kupang dan Endeh, maka kedudukan yang semula Dekan berubah menjadi Rektor. Pada tanggal 19 Mei 1964 keluar SK Menteri PTIP RI No. 4514/UP/II/64 yang menunjuk/mengangkat Presidium Sementara IKIP Malang dengan D. Dwidjoseputro, M.Sc. sebagai ketua I yang ber-anggotakan 13 orang, barulah tanggal 20 Maret 1965 berhasil diangkat seorang Rektor, yakni Bapak D. Dwidjoseputro, M.Sc., sedangkan pada tingkat-tingkat cabang dipimpin oleh seorang Rektor Muda dengan pembantu-pembantunya.

Pada saat itu IKIP Malang memiliki 5 (lima) fakultas, yaitu: (1) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), (2) Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS) yang terdiri dari Jurusan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Seni Rupa, (3) Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS) dengan Jurusan Sejarah, Jurusan Ekonomi dan Geografi, (4) Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta dengan Jurusan Pasti Alam, Ilmu Hayat dan Kimia. Kemudian tahun 1964 muncul yang kelima (5) Fakultas Keguruan Teknik dan juga di FKIS lahir jurusan Civics/Hukum. Fakultas dipimpin dekan, pada tingkat cabang fakultas dipimpin oleh seorang Dekan Muda.

Pada bulan Juli 1966 Bapak D. Dwidjoseputro, M.Sc. meletakkan jabatannya sebagai Rektor, diganti oleh Brigadir Jenderal Dr. Eri Soedewo yang pada waktu itu merangkap sebagai Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) Jawa Timur, yang menjabat hanya beberapa bulan, kemudian tanggal 28 September 1966 beliau digantikan oleh Letnan Kolonel Dardji Darmodihardjo.

Kemudian pada tanggal 16 April 1970 telah terjadi serah terima jabatan Rektor dari Letnan Kolonel Dardji Darmodihardjo kepada Dr. Samsuri. Pada tanggal 18 Oktober 1970 dalam rangka Dies Natalis IKIP Malang ke XVI, Rektor mengucapkan pidatonya dengan judul “Menuju Kedewasaan”. Dalam rangka menuju kedewasaan keluar SK Rektor IKIP Malang No.SP422/I/S/1972 yang berisi pembentukan “Badan Penelitian dan Pengembangan IKIP Malang” yang berfungsi untuk meng-koordinasikan kegiatan penelitian di lingkungan IKIP Malang yang hasilnya diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah di dalam menyusun usaha-usaha pengembangan.

Pada tanggal 10 April 1974 terjadi serah terima jabatan Rektor dari Dr. Samuri kepada Prof. Drs. Rosjidan M.A. Pada periode sebelum 1971 perkuliahan mempergunakan sistem tahunan dengan kenaikan tingkat, maka sejak tahun 1971 mulai diper-kenalkan dan diterapkan sistem semester meski masih tetap ada kenaikan tingkat. Selanjutnya tahun 1973 sistem semester ini disempurna-kan menjadi sistem semester dengan kredit dan mata kuliah pilihan. Pada tahun 1975 berhasil dibuat suatu peraturan mengenai sistem pendidikan IKIP Malang secara tunggal, menyeluruh dan berlaku untuk semua fakultas dan departemen (istilah pengganti jurusan yang berlaku pada tahun 1975).

(15)

Kemudian pada tahun 1980 istilah departemen diganti menjadi istilah “Program Studi”. Berdasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0124/U/1979 dan PP No. 5 tahun 1980 tentang perubahan struktur organisasi Perguruan Tinggi dan pembaruan kurikulum berdasar kompetensi (CBTE).

Pintu Gerbang IKIP Malang, Jl. Surabaya Pembenahan Sistem (1981-1986)

Pada periode ini jabatan Rektor dipegang oleh Drs. M. A. Icksan (1978-1986) menggantikan Drs. Rosjidan, M.A. (1974-1978). Pada tahun 1980 dibuka program Diploma (SO1, SO2, SO3) sebagai upaya pemenuhan kebutuhan guru SLTP dan SLTA yang semua telah di programkan melalui pendidikan PGSLP dan PGSLA. Berkaitan dengan Program Pascasarjana (S2) dan Doktor (S3) sejak tahun 1964 telah dirintis oleh IKIP Malang, yang kemudian berdasar peraturan dan keputusan Menteri PTIP No. 91, tanggal 20 Juli 1962 dengan bekerja sama dengan Ford Foundation didirikan Program Pendidikan Sarjana Purna, yang diintegrasikan ke dalam Program Studi Pendidikan Doktor (PSPD) tanpa kuliah.

Pada tanggal 29 Nopember 1986 terjadi serah terima jabatan Rektor dari Drs. H. M. A. Ichsan (1974-1985) ke-pada Mashadi Soeparto, M.Sc. (1986-1995). Pada periode ini mata kuliah minor hanya diperuntukan bagi be-berapa jurusan di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).

Peresmian Logo UM oleh Gubernur Jawa Timur, H. Imam Utomo Di dampingi Rektor IKIP Malang, Prof. Dr. H. Nuril Huda, M.A (alm)

(16)

Perubahan IKIP Menjadi UM

Seiring dengan dinamika sosial yang terjadi sangat pesat, maka terjadi pula perubahan kelembagaan dari IKIP Malang menjadi Universitas Negeri Malang (UM). Pada tahap pertama perubahan status IKIP menjadi universitas diberikan kepada IKIP Ujung Pandang, IKIP Padang, IKIP Yogyakarta, IKIP Malang, dan IKIP Surabaya. Bermula dari perluasan mandat di bidang perguruan tinggi yang diberikan pemerintah, sehingga memungkinkan IKIP Negeri untuk menyelenggarakan pendidikan yang bersifat non kependidikan guru dan ilmu pendidikan.

Perluasan mandat tersebut tidak menghilangkan misi mencetak tenaga pendidik, karena di samping jalur kependidikan terdapat pula jalur non kependidikan yang dibina oleh fakultas yag bersesuaian.

Masalah lain yang melatar-belakangi perubahan itu adalah perlunya optimasi dan peningkatan daya saing perguruan tinggi serta kualitas tenaga pendidik dan anak didik, sehingga akan mengubah pandangan masyarakat yang menganggap IKIP kurang berkelas dan lulusannya hanya bergantung pada pasar pegawai negeri, menurunnya kualitas dan kuantitas calon mahasiswa yang masuk IKIP sehingga berakibat pada rendahnya daya saing IKIP di pasar kerja, serta menambah daya tampung lulusan sekolah menengah di perguruan tinggi.

Pada tanggal 4 Agustus 1999 lahir Keputusan Presiden Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perubahan IKIP menjadi Universitas yang ditandatangani Presiden Bachruddin Jusuf Habibie. Konsideran dari Kepres tersebut antara lain adalah upaya peningkatan mutu, relevansi, efesiensi, pemerataan dan akuntabilitas pendidikan tinggi secara nasional yang perlu ditingkatkan kinerjanya khususnya menyangkut IKIP. Dengan Kepres tersebut secara formal IKIP Malang telah berubah menjadi Universitas Negeri Malang disingkat UM. Tugas pokok yang diemban dengan perubahan tersebut adalah menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau pendidikan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian tertentu. Di samping itu mengembangkan ilmu pendidikan, ilmu keguruan, serta mendidik tenaga akademik dan profesional dalam bidang kependidikan.

Seiring dengan perubahan IKIP menjadi Universitas Negeri Malang maka secara berkelanjutan terjadi perkembangan dan perubahan kelembagaan di bawah naungan UM. Secara keseluruhan jumlah fakultas tidak mengalami perubahan, namun mengalami perubahan nama untuk lebih mendekatkan pada esensi jurusan-jurusan dengan program akademik dan non akademik yang diintegrasikan di dalamnya.

Fakultas-fakultas yang ada di bawah naungan UM meliputi: (1) Fakultas Ilmu Pendidikan, (2) Fakultas Sastra, (3) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, (4) Fakultas Ekonomi, (5) Fakultas Teknik, dan Program Pascasarjana. Fakultas Ekonomi merupakan pengganti Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS). Secara keseluruhan, di dalam lima fakultas yang terbagi menjadi 25 jurusan dan satu PPS, diselenggarakan 45 program studi pendidikan dan 20 program studi non kependidikan.

(17)

Menuju Kemandirian dan Otonomi

Pada era kepemimpinan Rektor Prof. Dr. H. Imam Syafi’ie (2002-2006), perkembangan UM searah dengan Visi dan Misi UM. Visi UM adalah ingin mewu-judkan UM sebagai pusat keunggulan dan rujukan dalam pengembangan bidang pendidikan, sains, tekonologi, bahasa, dan seni. Berbagai pem-benahan telah dilakukan seperti pengembangan organisasi, pengem-bangan SDM, pengempengem-bangan sarana prasarana, pengempengem-bangan sistem informasi yang kesemuanya diabdikan untuk memperbaiki kualitas akademik dan kualitas layanan bagi keungggulan UM. Komitmen UM untuk selalu menjamin mutu diwujudkan dengan didirikannya Badan Penjaminan Mutu (BPM) dengan salah satu aktifitasnya adalah monitoring dan evaluasi program-program dan mengendalikan mutu input, proses dan output, serta outcomes.

Pengembangan dibidang kerja-sama luar negeri telah membuat UM dikenal di mancanegara dan telah diminta untuk mengirim dosen ke luar negeri baik sebagai kon-sultan research

specialist maupun sebagai dosen. Beberapa program telah berhasil menjadi rujukan antara lain

dalam pengembangan jurnal. Bidang pendidikan dan pengajaran telah meningkat pesat hibah atau grants yang ditujukan untuk perbaikan penyelenggaraan program studi yang salah satunya ditandai dengan peningkatan jumlah penerima grant, dan bidang sistem informasi UM telah membangun jaringan LAN (Local Area Network) yang telah siap dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang beroperasi dan sangat membantu di bidang akademik, begitu pula pengembangan E-library atau perpus-takaan elektronik. (Momerandum Akhir Jabatan Rektor

UM Tahun 2002-2006, 2006).

Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Rektor UM Mendiknas RI, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, dari Prof. Dr. H. Imam Syafi’ie kepada Prof. Dr. H. Suparno pada tahun 2006.

Pada era kepemimpinan Rektor UM, Prof. Dr. H. Suparno (2006 s.d. sekarang) pengembangan UM sesuai dengan Renstra UM tahap 3 yakni “tahap kemandirian dan otonomi”. Sebagai dasar perkembangan UM sejalan dengan Visinya “. “

Sebagai penanda perkembangan dan kemajuan UM, dalam bidang kelembagaan telah terwujud pening-katan status kelembagaan Pusat Komputer menjadi Pusat Teknologi dan Informasi. Sejalan dengan Visi dan Misi UM, dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sa-ngat cepat, maka diperlukan pening-katan peran dan sarana TIK di UM untuk pengembangan tridarma perguruan tinggi (UM) di masa depan. Pendirian Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang telah di launching oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Dr. Adhyaksa Dault, M.Si pada tanggal 28 Juni 2008.

Tahap berikutnya adalah penyiapan perangkat organisasi kelembagaan, penyiapan sistem pengelolaan kelem-bagaan, dan penyiapan sarana dan prasarana FIK. Proses pengajuan UM sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Pengusulan status UM sebagai BLI sudah sampai tahapan presentasi proposal oleh Rektor dan Tim Pengusul. Berdasarkan perkembangan terakhir hasil evaluasi yang dilakukan Tim terhadap proposal dan presentasi itu sangat

(18)

menggembirakan. UM akan mendapat persetujuan untuk berubah menjadi BLU penuh tanpa revisi proposal.

Di bidang akademik, dalam rangka meningatkan daya tampung, UM pada tahun 2007 telah membuka program studi baru atas izin Ditjen Dikti, yakni (1) Program S1 Pendidikan Tata Boga, (2) Program S1 Pendidikan Tata Busana, (3) Program S1 Pendidikan Informatika, (4) Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, (5) Program S2 Pendidikan Eko-nomi, dan (6) Program D3 Game Animasi.

Di bidang kemahasiswaan telah banyak prestasi yang diraih UM. Sebanyak 7 prestasi pada kejuaraan tingkat nasional, yakni Pimnas dan Peksiminal yang berhasil meraih juara 1 pada dua lomba. Untuk melengkapi prestasi akademik, di bidang kemaha-siswaan juga dikembangkan program kecakapan hidup (life skill) dan kecakapan budi (soft skill). Pada tahun akademik 2008/2009, daya tampung UM adalah lebih kurang 5000 orang.

Dalam bidang pembangunan sarana dan prasarana, dua orientasi yang padu menjadi pertimbangan, yakni orientasi fungsi dan orientasi promosi. Untuk mengakomodasi orientasi itu, setiap pengguna selalu diminta untuk mengajukan usulan kebutuhan yang betul-betul sesuai dengan hajat pengadaan. Pengadaan dilakukan oleh Tim Pengadaan Barang dan Jasa, yang terlepas dari keterikatan-keterikatan jabatan struktural. Ada dua keuntungan yang dapat diraih. Pertama, tenaga organ struktural dan dapat bekerja dengan kosentrasi tinggi, tidak terpengaruh dengan pengadaan. Kedua, Tim Pandabaja dapat bekerja dengan kosentrasi tinggi pula tanpa terpengaruh oleh dampak-dampak sistem pengadaan yang harus ditegak-kan. Orientasi promosi, dengan tetap mempertahankan fungsi, sangat diperlukan terutama untuk pembangun-an sarpembangun-ana dpembangun-an prasarpembangun-ana ypembangun-ang menjadi kepentingpembangun-an promosi kelembagapembangun-an dpembangun-an kepentingpembangun-an publik.

Pembangunan fasilitas yang telah dibangun, seperti pembangunan gedung baru, pembangunan median Jalan Gombong, pembangunan pelebaran Jalan Semarang, pem-bangunan Pintu Gerbang masuk kam-pus, pempem-bangunan Garasi yang dipindahkan dari tengah kampus ke bagian utara kampus (Jln. Gombong), dan pembangunan Graha Serbaguna dengan daya tampung mencapai 8000 orang sebagai proporti UM yang prestisius, sekarang telah memasuki pembangun-an tahap ke 2. (Pidato Rektor UM, Upacara HUT RI ke-63/2008)

Di bidang kerjasama dalam negeri telah meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dengan Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN), kerjasama berupa penyeleng-garaan beasiswa unggulan. Kerjasama dengan Direktorat Tenaga Pendidikan Ditjen PMPTK, Direktorat Profesi Pendidi Ditjen PMPTK, Direktorat Pembinaan Siswa Menengah Kejuruan. Kerjasama pengembangan dan pendampingan sekolah unggulan dengan pihak perusahaan dan pemerintah daerah, Gabungan Perusahaan Jasa Konstruksi Indonesia (GAPEKSINDO), PT Indomobil Suzuki dan Dikti Depdiknas, PT. Astra Daihatsu, BNI, BRI, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya.

Sedangkan kerjasama luar negeri mengalami peningkatan dengan ber-tambahnya mitra dan jenis program. Perguruan tinggi yang telah menjadi mitra kerjasama: (1) University Tek-nologi Tun Husein On Malaysia (UTHM), University of Pittsburg dengan program USAID, The United Stated Indonesian Teacher Education Con-sortium (USINTEC), Guangxi Normal University, UNESCO Bangkok, Universitas Kuitho, Malaysia, University of Applied Sciences Konstanz, Jerman, Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia, Naratiwath Thailand, Gothe Intitut Munchen, Universitas Teknik Berlin, Universitas Leipzig, Teacher Education Concortium (USINTECH), Japan Coorporation Agency (JICA), Universitas Peking, RRC, dan universitas dan lembaga luar negeri lainnya. (Pidato Rektor UM, Dies Natalis UM ke-53/2007)

Pimpinan Puncak UM

Keberhasilan yang telah dicapai oleh UM sepanjang sejarahnya tidaklah dapat dipisahkan dengan para pemimpin yang mengendalikan dengan dedikasi yang tinggi dan memberikan warna pada lembaga ini pada sesuatu waktu. Beberapa Rektor atau pemimpin lembaga dari rintisan awal sebelum menjadi IKIP Malang sampai kemudian menjadi Universitas Negeri Malang (UM): (1) Prof. H.S. Adam Bachtiar, 1954-1958, (2) Prof. Koentjoro Purbopranoto, S.H, 1958-1963, (3) Prof. Dr. D.Dwijdjo Seputro, 1963-1966, (4) Prof. Dr. Eri Soedewo, Juli-September 1966, (5) Prof. H. Dardji Darmodihardjo, S.H, 1966-1970, (6) Prof. Dr. H. Samsuri,

(19)

1970-1974, (7) Prof. Drs. H. Rosjidan, M.A, 1974-1978, (8) Prof. Drs. H.M. Icksan, 1978-1982 dan 1982-1986, (9) H.Mas Hadi Soeparto, M.Sc, 1986-1990 dan 1990-1995, (10) Prof. Dr. H.Nuril Huda, M.A, 1995-1999 dan 1999-16 Juli 2001 (wafat dalam tugas), (11) Prof. Drs. H.M. Saleh Marzuki, M,Ed (Pj. Rektor), 23 Juli 2001-6 April 2002, (12) Prof. Dr. H. Imam Syafi’i, 2002-2006, (12) Prof. Dr. H. Suparno, 2006-sekarang. (Zul)

Referensi

Dokumen terkait

Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan (lihat gambar 4.15), koordinasi antara MCCB 400 A dengan sekring 8 A tipe K, sudah memenuhi standar pengaman trafo, tetapi jika

Berdasarkan pendapat di atas diketahui variasi pembelajaran bertujuan untuk memberikan ruang kesempatan bagi siswa yang luas untuk dapat mengeksplorasi diri dengan baik

Piara Renon merupakan salah tempat yang menyediakan berbagai macam fasilitas untuk hewan peliharaan terutama untuk anjing dan kucing. Piara Renon berlokasi di

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggantian sebagian tepung terigu dengan tepung jagung dalam pembuatan nugget sampai 30% tidak berpengaruh nyata

[r]

Penulis melakukan studi pustaka untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penulisan Skripsi dari berbagai sumber seperti buku panduan Aplikasi Berbasis Android

Tulisan ini akan menganalisis dan membahas hasil akreditasi madrasah yang dilakukan oleh Badan Akareditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN-S/M) untuk

Pendefinisian kebutuhan pengguna (user requirement) atas permintaan pengembangan aplikasi maupun atas perubahan requirement dilakukan oleh Subdirektorat AESI,