• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA AGRIBISNIS PEMBUDIDAYAAN KEPITING CANGKANG LUNAK DI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS USAHA AGRIBISNIS PEMBUDIDAYAAN KEPITING CANGKANG LUNAK DI SULAWESI SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS USAHA AGRIBISNIS PEMBUDIDAYAAN

KEPITING CANGKANG LUNAK DI SULAWESI SELATAN Agribusiness Analysis of Soft Shell Crab cultivation in South Sulawesi

Hasri, Natsir Nessa dan Muhammad Arsyad ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) tingkat produksi usaha budidaya kepiting cangkang lunak, (2) tingkat keuntungan yang didapat pada budidaya kepiting cangkang lunak, dan (3) tingkat kelayakan investasi pada budidaya kepiting cangkang lunak, Penelitian ini dilaksanakan di 3 Kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo dan Kabupaten Barru. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah survei dan wawancara dengan responden yang berjumlah 1 orang tiap kabupaten. Data dianalisis deskriptif berupa tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produksi kepiting cangkang lunak mengalami peningkatan tiap tahunnya dan perhitungan R/C ratio tiap tahun di 3 kabupaten >1 artinya usaha tersebut layak, prospek pemasaran sangat menjanjikan sehingga usaha tersebut perlu dikembangkan.

ABSTRACT

This study aims to find out (1) the level of production cultivation of soft shell crabs, (2) the level of profits earned on the cultivation of soft shell crab, (3) the feasibility of investment in the cultivation of soft shell crab, and (4) the prospects for marketing the crab shells software. The research was conducted in 3 regencies in South Sulawesi, namely Bone Regency, Regency Wajo and Barru. Data collection methods used in this study were surveys and interviews with respondents 1 person per country. Data were analyzed descriptively in the form of tables. The results showed that the level of production for soft shell crabs very high but the ability to offer a little, the profit rate increased each year and the calculation of R / C ratio in 3 districts each year > 1 means the business is viable, the prospects are very promising so marketing efforts these need to be developed.

Pendahuluan

Permintaan konsumen akan kepiting khususnya kepiting cangkang lunak yang meningkat terutama dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya dalam melayani permintaan hotel dan restoran maupun sebagai komoditas ekspor. Menyikapi hal tersebut Dinas Perikanan dan

(2)

2 Kelautan Propinsi Sulawesi Selatan telah melakukan kajian tentang budidaya kepiting bakau di tiga sentra produksi kepiting di Sulawesi Selatan yaitu : Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo dan Kabupaten Sinjai. Hasil kajian tersebut cukup menjanjikan peningkatan pendapatan petani melalui budidaya kepiting bakau dalam bentuk komoditas kepiting cangkang lunak (soft shell crab).

Berdasarkan uraian singkat sebagaimana dikemukakan diatas, maka dilakukan penelitian tentang pengembangan produk kepiting cangkang lunak yang merupakan suatu sistem agribisnis yang terpadu mulai dari usaha pembudidayaan/pemeliharaan pasca panen distribusi/ pemasaran.

Metode Analisis

Melihat Produksi Kepiting cangkang Lunak dari Tingkat Permintaan dan Penawaran Kepiting Cangkang Lunak. Tingkat permintaan dan penawaran kepiting cangkang lunak akan kami gambarkan secara deskriptif sesuai dengan kondisi yang didapat pada waktu penelitian berlangsung di 3 Kabupaten dengan melihat aspek produksi dan aspek peluang pasar. 2.Tingkat Keuntungan dalam Pembudidayaan Kepiting Cangkang Lunak. Keuntungan pada suatu usaha dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan analisa usaha membutuhkan berbagai pembiayaan yang digunakan dalam hal pemeliharaan meliputi biaya tetap dan biaya variabel, dari hasil perhitungan tersebut maka akan dilihat pendapatan suatu petani. Namun sebelum menghitung analisa usaha maka diharuskan terlebih dahulu menghitung nilai penyusutan dari biaya tetap dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut (Suratiyah,2002);

Nilai Lama – Nilai Sisa Nilai Penyusutan

Umur Ekonomis

3. Tingkat Kelayakan Investasi Dalam Pembudidayaan Kepiting Cangkang Lunak

Untuk melihat layak tidaknya suatu usaha maka kita melihat kelayakan dengan menggunakan rumus R/C ratio dengan rumus:

Total penerimaan R/C Ratio =

Investasi

Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh pemilik

usaha, apakah cara pembudidayaan yang dilakukan dapat

menguntungkan atau tidak dengan kriteria : Jika: R/C Ratio > 1 = menguntungkan R/C Ratio < 1 = tidak menguntungkan R/C Ratio = 1 = impas

(3)

3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sebelum Proklamasi RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan didiami empat etnis yaitu ; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas yaitu Luwu, Gowa dan Bone, yang pada abad ke XVI dan XVII mencapai kejayaannya dan telah melakukan hubungan dagang serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab. Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 dimana Sulawesi Selatan menjadi propinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan.

Sebelum Proklamasi RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan didiami empat etnis yaitu ; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas yaitu Luwu, Gowa dan Bone, yang pada abad ke XVI dan XVII mencapai kejayaannya dan telah melakukan hubungan dagang serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab. Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 dimana Sulawesi Selatan menjadi propinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan.

Hasil Dan Pembahasan

a. Tingkat Produksi Kepiting Cangkang Lunak

Upaya pengembangan agribisnis pada pembudidayaan kepiting cangkang lunak di Sulawesi Selatan bisa berhasil dan memberikan manfaat terhadap tingkat pendapatan petani jika didukung oleh kebijakan pemerintah yang kompherensif. Untuk pengembangan yang lebih optimal maka pembudidayaan kepiting cangkang lunak ini dapat kita lihat dari beberapa aspek yaitu aspek Produksi dan peluang pasar.

b. Perhitungan Analisa Usaha Kepiting Cangkang Lunak 1. Perhitungan Analisa Usaha Kabupaten Bone

Dari hasil perhitungan, disimpulkan bahwa jumlah produksi sebesar 210 kg didapat dari total produksi yang berkisar 300 kg dimana jumlah 210 kg didapat dari tingkat SR (Survival Rate) yang bernilai 70% dimana untuk

(4)

4 produksi kepiting cangkang lunak untuk SR 70% masih dapat dikatakan bahwa tingkat kelangsungan hidupnya tergolong rendah dari standar SR antara 75% - 85%. Adapun harga jual/kg hanya mencapai Rp.45.000 sehingga dari total produksi sebesar 210 kg dengan harga jual Rp.45.000 sehingga total pendapatan didapat Rp.9.450.000,-/siklus dimana dalam 1 siklus itu berkisar 15 – 30 hari sehingga total pendapatan selama 1 tahun berkisar Rp.9.450.000 x 6 siklus/tahun didapat nilai pendapatan total sebesar Rp.56.700.000,-. Untuk melihat keuntungan bersih yang diperoleh petani maka total pendapat yang didapat dapat dikurangkan dengan biaya pengurangan (biaya investasi + biaya operasional) maka didapat Rp, 56.700.000 – Rp.35.020.000 maka didapat keuntungan sebesar Rp.21.000.000.

2. Perhitungan Analisis Usaha Kabupaten Wajo

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Jumlah produksi sebesar 140 kg didapat dari total produksi yang berkisar 200 kg dimana jumlah 140 kg didapat dari tingkat SR (Survival Rate) yang hanya 70% Adapun harga jual/kg untuk kabupaten wajo pada tahun 2008 sebesar Rp.50.000 sehingga dari total produksi sebesar 120 kg dengan harga jual

Rp.50.000 sehingga total pendapatan yang diperoleh sebesar

Rp.7.000.000,-/siklus dimana dalam 1 siklus itu berkisar 15 – 30 hari sehingga total pendapatan selama 1 tahun berkisar Rp.7.000.000,- x 6 siklus/tahun didapat nilai pendapatan total sebesar Rp 42.000.000,-. Untuk melihat keuntungan bersih yang diperoleh petani maka total pendapatan yang didapat dapat dikurangkan dengan biaya yang dikeluarkan (biaya investasi + biaya operasional) maka didapat Rp, 42.000.000 – Rp.35.920.000 maka didapat keuntungan sebesar Rp.6.080.000,-

3. Perhitungan Analisa Usaha Di Kabupaten Barru

Usaha pembudidayaan kepiting cangkang lunak di Kabupaten Barru yang merupakan suatu perusahaan mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp.101.250.000 per bulannya, hal tersebut disebabkan karena jumlah penebaran mencapai 3 ton atau berkisar 3000 kg sehingga tingkat produksi yang dapat diperoleh setiap hari berkisar 100-200 kg atau kisaran 2 ton/bulan dengan harga jual sebesar Rp.45.000 total keuntungan yang bisa didapat selama 1 tahun sebesar 2250 kg x Rp.45.000 ,- maka didapat pendapatan kotor sebesar Rp.101.250.000, untuk Kabupaten Barru kami melakukan perhitungan setiap bulan karena

kemampuan perusahaan melakukan panen tiap hari sehingga

memungkinkan pendapatan dihitung/bulan. Kemampuan memperoleh keuntungan per bulan disebabkan karena jumlah lahan yang di pakai seluas 2,5 ha dengan kapasitas bibit 66.000 sehingga perusahaan tersebut mampu panen sebanyak 100 kg – 200 kg per hari sehingga sebulannya perusahaan bisa panen sekitar 2 ton.

(5)

5 c. Perhitungan R/C Ratio

Analisis R/C Ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relative suatu usaha. Suatu usaha dibilang layak apabila nilai R/C lebih besar dari 1. (R/C > 1).

a. Perhitungan R/C ratio Untuk Kabupaten Bone  Perhitungan R/C ratio tahun 2006

Rp.56.700.000,- R/C ratio =

Rp.35.020.000,- = 1,61

Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,61 nilai R/C sebesar 1,61 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2006 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.610,-

 Perhitungan R/C Ratio untuk Kabupaten Bone Tahun 2007 Rp.60.750.000,-

R/C Ratio =

Rp. 35.020.000,-

= 1,73

Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,73 nilai R/C sebesar 1,73 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2007 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.730,-

 Perhitungan R/C ratio untuk Kabupaten Bone tahun 2008 Rp.67.500.000,-

R/C Ratio =

Rp.48.220.000,-

= 1,39

Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,39 nilai R/C sebesar 1,39 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2008 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.390,-

 Perhitungan R/C ratio untuk Kabupaten Bone tahun 2009 Rp. 84.150.000,-

R/C Ratio =

Rp. 51.020.000,- = 1,64

(6)

6 Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,64 nilai R/C sebesar 1,64 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2009 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.640,-

 Perhitungan R/C ratio untuk Kabupaten Bone tahun 2010 Rp.84.150.000,-

R/C Ratio =

Rp.59.020.000,-

= 1,42

Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,42, nilai R/C sebesar 1,42 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2010 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.420,-

b. Perhitungan R/C ratio Untuk Kabupaten Wajo  Perhitungan R/C Ratio tahun 2008

Rp.42.000.000,- R/C Ratio =

Rp.34.936.667,- = 1,20

Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,20, nilai R/C sebesar 1,20 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2008 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.200,-

 Perhitungan R/C Ratio tahun 2009 Rp.56.100.000 R/C ratio =

Rp. 39.820.820 = 1,40

Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,40 nilai R/C sebesar 1,40 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2009 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1,400,-

 Perhitungan R/C ratio tahun 2010 Rp.59.400.000,- R/C ratio =

Rp. 44.620.000,- = 1,33

(7)

7 Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 1,33 nilai R/C sebesar 1,33 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2010 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.330,-

c. Perhitungan R/C ratio Untuk Kabupaten Barru  Perhitungan R/C Ratio tahun 2010

Rp.1.215.000.000,- R/C Ratio =

Rp. 432.820.000 = 2,80

Dari perhitungan R/C maka usaha budidaya kepiting cangkang lunak dinyatakan layak karena nilai R/C lebih dari 1, yaitu 2,80 nilai R/C sebesar 2,80 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2010 sebesar Rp.1000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.2.800,-

Dari semua hasil perhitungan R/C ratio setiap tahun di Kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo didapatkan R/C ratio lebih dari 1 (R/C > 1) bahkan untuk Perusahaan di Kabupaten Barru didapat R/C ratio lebih dari 2 (R/C >2) hal ini menunjukkan bahwa usaha pembudidayaan kepiting cangkang lunak baik skala kecil maupun skala perusahaan layak untuk di usahakan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat produksi kepiting cangkang lunak untuk Kabupaten Bone, berkisar 210 kg – 255 kgtiap tahunnya, Tingkat produksi Kabupaten wajo berkisar 140/kg – 180 kg/siklusnya tiap tahun sedangkan untuk Kabupaten Barru tingkat produksinya mencapai 100 kg – 200 kg/hari

2. Perhitungan Analisa Usaha pada Kabupaten Bone, Kabupaten

Wajo dan Kabupaten Barru menunjukkan Peningkatan

pendapatan dimana pendapatan untuk Kab.Bone berkisar antara Rp.9.450.000 – Rp. 14.025.000/siklusnya, Kabupaten Wajo berkisar antara Rp.7.000.000 – Rp.9.900.000/siklusnya sedangkan untuk Kabupaten Barru dalam 1 periode sebesar Rp.101.250.000. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa pembudidayaan kepitng cangkang lunak menguntungkan untuk di budidayakan.

3. Usaha budidaya kepiting cangkang lunak di 3 Kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu kabupaten Bone, Kabupaten Wajo dan Kabupaten Barru .dinyatakan layak dalam berusaha karna nilai R/C Ratio melebihi dari 1 (R/C > 1). Jangka waktu pengembalian

(8)

8 investasi usaha pembudidayaan kepiting cangkang lunak dapat tertutupi pada masa memasuki tahun ke dua

4. Peluang pasar usaha pembudidayaan kepiting cangkang lunak dilihat dari aspek bauran pemasaran mempunyai prospek bagi cadangan devisa negara

SARAN

1. Luas lahan untuk budidaya kepiting cangkang lunak masih perlu di tingkatkan guna meningkatkan hasil produksi yang dapat menambah pendapatan petani

2. Perlu di usahakan adanya pembenihan untuk bibit kepiting seperti yang terjadi untuk komoditas perikanan seperti udang dan ikan bandeng.

3. Perlunya pengenalan produk kepiting cangkang lunak di tingkat pasar tradisional sehingga produk tersebut dapat di terima di semua kalangan.

4. Perlu adanya peranan pemerintah dalam hal pengembangan budidaya kepiting cangkang lunak dengan penyediaan permodalan dan melakukan pelatihan untuk petani tambak di setiap kabupaten yang mempunyai lahan potensi untuk budidaya kepiting cangkang lunak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1994. Teknik Pembenihan Kepiting Bakau (Scylla Serrata). Balai Budidaya Air Payau Jepara. Direktorat Jenderal Perikanan. Cook, M. L. and M.E. Bredahl. 1991. Agribisnis Competiviveness in The

1990’s : Discussion.American journal of agricultural Economics 73 (5).

Cravens. 1996. Pemasaran Strategis. Edisi Keempat. Jilid I. Erlangga, Jakarta.

Case Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Edisi kedelapan. Jilid 1 Erlangga: Jakarta

Downey,J.D, dan S.P.Erikson. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta.

Firdaus, M., 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta. Gittinger, P.J. 1986. Analisis Proyek-proyek Pertanian. UI Pres, Jakarta. Halim,A. 2003.Analisis Investasi.Penerbit Salemba empat.Jakarta.

Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Pres Jakarta, Jakarta.

Iqbal Hasan, 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 2. Bumi Aksara. Jakarta

Karim Y., 2008. Pelatihan Budidaya Kepiting Cangkang Lunak (Soft Shell Crab) Kaji Terap (ARE) Untuk Mata Pencaharian Alternatif. Makassar.

(9)

9 Keenan, C.V.,P.J. Davie and D.L.Mann. 1998. A Revision of the Genus Scylla, 1833 (Crustacea: Decapoda: Brancyura: Portunidae). The Raffles Bull of Zool., 46: 217-245.

Kadarsan, W.H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, P. dan Amstrong. 1991. Manajemen Pemasaran. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Control). PT. Prehalindo, Jakarta.

Majalah Demersal, 2007; http://www.dkp.go.id. Diakses: 20 Agustus 2007) Millamena, O.M. and E.T. Quinito. 2000. Lipids and Essential Fatty Acids

In The Nutrition of Penaues monodon Larvae, p.181. Anstract. In Y. Taki, J. H. Premavera and J. A. lobrera (Eds.), Proceedings of the International Conference on the Culture of Penaeid Prawn/Shrimp. SEAFDEC, Aquaculture Dept., Iloilo, Philippinnes.

Muslim. S. 2000. Evaluasi Proyek Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

Nurdin, M dan Armando, R. 2010. Cara Cepat Panen Kepiting Soka dan Kepiting Telur. Penebar Swadaya, Jakarta

Pasaribu, dkk. 1988. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Perikanan. Hasanuddin University Press, Makassar

Parwinia, 2001. Evaluasi Kebijakan Perikanan Mengenai “ Pengembangan Agribisnis Terpadu”. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prawirosentono, S. 2000. Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus. Edisi Kedua. Bumi Aksara, Jakarta.

Purnamaningrum, T.K.2000. Pengantar Ekonomi Mikro. LPFE Trisakti. Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Pembedah Kasus Bisnis. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Riana, D.F. Teori Pemasaran, Aspek Pasar dan Strategi Pemasaran Perusahaan Agribisnis. Bahan Ajar. Universitas Brawijaya.

Raharjaputra, Hendra.S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Salemba Empat: Jakarta.

Sarangih, B. 1995. Pengembangan Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Nasional Menghadapi Abad Ke-21.Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Ekonomi dan Sumberdaya. Fakultas Institut Pertanian Negeri Bogor.

---,B 2001. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Bogor

Samuelson, Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Edisi tujuh belas. PT. Media edukasi: Jakarta

Sigit, S. 1998. Analisa Break Even (Ancangan Linier Secara Ringkas dan Praktis). Edisi Ketiga. BPFE – Yogyakarta, Jakarta.

Soekartawi.1993. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press,Jakarta.

(10)

10 ---.2001a. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

---.2001b. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo

Persada,Jakarta.

Stanton, J.W. 1978. Fundamentals of Marketing. Fifth Edition, Kogakusha, Me Grawhill Book Company, Tokyo.

Sutawi. 2002. Manajemen Agribisnis. Bayu Media, Malang.

Suratiyah, K., 2002. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Sumarsan Thomas. 2011. Akuntansi Dasar dan Aplikasi dalam Bisnis. Jilid 1. Indeks: Jakarta.

Syahza A, 2011. Kajian Sosial Ekonomi Usahatani Tanaman Pangan Dan Holtikultura Di kabupaten Pelalawan Propinsi Riau, Pangkalan Kerinci, Bapeda, Kabupaten Pelalawan.

Umar,H.,2001. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

---,H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3 Revisi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dimungkinkan karena bibit yang berlabel diproduksi dibawah pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (Anonim,1995). Pada saat pelaksanaan perbanyakan, petugas

Heny Sri Maryati Departemen Teknologi Hasil

Penentuan konsentrasi yang terdapat dalam sampel kecap manis dapat dilihat dari jumlah konsentrasi rata-rata sampel kecap manis yang merupakan jumlah

Solusi dari permasalan di atas adalah pembagian IP addres pada tabel 4.5 dengan satu subnet CCTV dengan vlan yang sama untuk meminimalisir data yang faliler pad

[r]

Setiap huruf kanji memiliki makna dasar seperti yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, untuk mengingat huruf kanji tersebut kita cukup mengingat

Kecerdasan Spiritualitas disingkat SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita

Maka dalam setiap harinya diperlukan pencatatan data-data transaksi barang logistik dari pembelian sampai barang tersebut.Adapun sistem pengolahan data barang