• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERIPUT WAJAH MANUSIA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN LUKISAN TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERIPUT WAJAH MANUSIA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN LUKISAN TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

JAFAR SETIAWAN NIM 08206244004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Tugas Akhir Karya Seni ini, penulis persembahkan kepada:

Kedua orang tua yang telah memberikan segalanya. Serta adik-adikku yang telah memberikan dukungan.

(6)

vi MOTTO

(7)

vii

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Seni ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir Karya Seni ini. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Rektor UNY Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A, Dekan FBS UNY Dr. Dra. Widyastuti Purbani, M.A, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn, yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada penulis. Kepada pembimbing TAKS, Drs. Djoko Maruto, M.Sn, yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukannya.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua serta adik yang telah memberikan dukungan spiritual, moral, material, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman satu kost, semua teman seangkatan pendidikan seni rupa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari tulisan ini jauh dari sempurna, namun dengan penuh harap semoga bermanfaat bagi pribadi penulis khususnya dan penikmat seni rupa pada umumnya.

Yogyakarta, 22 Maret 2016 Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi ABSTRAK ... xii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi masalah... 3 C. Batasan Masalah... 3 D. Rumusan Masalah ... 4 E. Tujuan ... 4 F. Manfaat... 4

BAB II KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN... 6

A. Tinjauan Tentang Seni Lukis ... 6

B. Elemen-Elemen Seni Rupa... 6

1. Garis ... 7 2. Warna ... 7 3. Shape (Bidang) ... 8 4. Ruang... 9 5. Teksture ... ... 10 6. Value... 10

(9)

ix 2. Dominasi... 12 3. Keseimbangan ... 12 4. Kesatuan ... 13 5. Proporsi... 14 D. Konsep... 14 E. Keriput... 15 F. Wajah. ... 15 G. Manusia. ... 16 H. Tema... 17

I. Media dan Teknik Dalam Lukisan... 17

1. Media... 17

2. Teknik... 18

a. Teknik Dalam Penggunaan Cat... 18

b. Teknik Dalam Penggunaan Kuas... 19

J. Karya Inspirasi ... 19

1. I Dewa Gede Rata Yoga... 20

2. Ivan Sagito ... 21

K. Metode Penciptaan. ... 22

1. Eksplorasi... 23

2. Eksperimen... 23

3. Visualisasi. ... 23

BAB III PEMBAHASAN DAN PENCIPTAAN KARYA ... 25

A. Konsep dan Tema Penciptaan Lukisan ... 25

1. Konsep Penciptaan Lukisan ... 25

2. Tema Penciptaan Lukisan... 26

B. Visualisasi Karya... 26

1. Alat, Bahan dan Teknik... 26

a. Alat ... 27

(10)

x

2. Kuas ... 27

3. Palet ... 28

4. Wadah Berisi Bensin ... 28

5. Kain Lap ... 29 b. Bahan ... 29 1. Cat Minyak ... 29 2. Pelarut (minyak) ... 30 3. Kanvas ... 30 c. Teknik ... 31 2. Tahapan Visualisasi... 31 a. Sketsa ... 31

b. Pemindahan objek ke atas kanvas ... 32

c. Penyelesaian (finishing) ... 33

C. Bentuk lukisan. ... 34

BAB IV PENUTUP ... 56

Kesimpulan ... 56

(11)

xi

Halaman

Gambar 1 : Foto Manusia Tua Membawa Batu... 16

Gambar 2 : Lukisan I Dewa Gede Rata Yoga... 21

Gambar 3 : Lukisan Ivan Sagito ... 22

Gambar 4 : Alat dan Bahan... 27

Gambar 5 : Kuas... 28

Gambar 6 : Palet... 28

Gambar 7 : Kain Lap... 29

Gambar 8 : Cat Minyak... 29

Gambar 9 : Pelarut (minyak)... 30

Gambar 10: Kanvas... 31

Gambar 11: Sketsa Diatas Kertas dan Foto Menggunakan Media Kamera... 32

Gambar 12: Pemindahan Sketsa dan Pewarnaan Pada Lukisan Diatas Kanvas. 33 Gambar 13: Karya Jafar Setiawan “Semangat Bekerja”... 34

Gambar 14: Karya Jafar Setiawan “Menikmati Rokok”... 37

Gambar 15: Karya Jafar Setiawan “Tawa Mbah Suwi ”... 40

Gambar 16: Karya Jafar Setiawan “Tatapan ” ... 42

Gambar 17: Karya Jafar Setiawan “Penabuh Gamelan”... 44

Gambar 18: Karya Jafar Setiawan “Melamun”... 47

Gambar 29: Karya Jafar Setiawan “Mengambil Beras” ... 50

(12)

xii

KERIPUT WAJAH MANUSIA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN LUKISAN

Oleh Jafar Setiawan NIM 08206244004

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan proses visualisasi yang meliputi: konsep, tema, teknik dan bentuk lukisan dengan judul Keriput Wajah Manusia Sebagai Ide Penciptaan Lukisan.

Metode yang digunakan dalam penciptaan lukisan yaitu metode eksplorasi, eksperimen dan visualisasi. Eksplorasi yaitu melakukan observasi secara langsung terhadap keriput wajah manusia tua (lansia) dan tidak langsung melalui media foto. Metode eksperimen kemudian melakukan pengambilan foto dengan media kamera dan pemotongan hasil foto. Proses selanjutnya diungkapkan dalam visualisasi lukisan pada kanvas. Visualisasi merupakan proses perwujudan konsep menjadi gambar untuk disajikan menjadi karya seni.

Setelah pembahasan dan proses kreatif maka dapat disimpulkan: 1)Ketertarikan terhadap keriput wajah manusia sebagai rekaman perjalanan kehidupannya. Dimana dengan kegigihan, kesabaran, kebijakan, kepasrahan, kesederhanaan, dan kemandirian mereka mampu melakoni perjalanan hidup. 2)Tema lukisan yang dikemukakan adalah tema tentang kehidupan manusia saat tua agar dapat di respon sebagai pembelajaran. 3)Teknik pewarnaan menggunakan teknik basah dengan media cat minyak pada kanvas secara opaque atau plakat, traslucent, transparan dan kombinasi teknik penggunaan kuas secara impasto. Bentuk dalam visualisasi lukisan menampilkan lukisan realistik menggambarkan ekspresi dan gerak objek manusia tua (lansia) dan objek pendukung lain menggunakan bantuan foto yang komposisinya disusun menggunakan prinsip penyusunan elemen sehingga hasilnya harmoni. Hasil dari pengolahan tersebut menjadikan lukisan lebih menarik, artistik, dan memunculkan karakter sebagai ekspresi personal. Karya yang dikerjakan sebanyak 8 lukisan dengan judul sebagai berikut; Semangat Bekerja (70 X 100 Cm), Menikmati Rokok (80 X 100 Cm), Tawa Mbah Suwi (90 X 100 Cm), Tatapan (80 X 100 Cm), Penabuh Gamelan (70 X 100 Cm), Melamun (90 X 100 Cm), Mengambil Beras (80 X 100 Cm), dan Mencari Penumpang (80 X 100 Cm).

(13)

1 A. Latar Belakang

Seni hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia akan cita rasa keindahan supaya manusia berfikir. Seni adalah suatu hasil karya cipta manusia yang mempunyai nilai keindahan, mempesona, menarik perhatian dan menggugah perasaan manusia. Seni sebagai media ekspresi berpijak dari pengalaman pribadi dan hasil perenungan batin manusia yang diwujudkan ke dalam suatu bentuk lukisan serta merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban terhadap masyarakat. Setiap kejadian yang dialami diri sendiri atau pada lingkungan sekitar penulis, dapat menjadi inspirasi penciptaan lukisan sebagai bentuk komunikasi.

Dalam tahap kehidupanya, manusia mengalami pertumbuhan mulai dari bayi, remaja, dewasa, dan tua. Dari tahap pertumbuhan tersebut memiliki sisi yang menarik, seperti saat manusia sampai pada tahap tua dimana perkembangan fisik mereka mulai menurun. Sehingga manusia memiliki keterbatasan dalam beraktifitas. Tetapi dari tahap tersebut, manusia mengalami kematangan dalam berfikir dan ketenangan hati, yang menjadikan mereka tenang dalam menerima informasi.

Pada tahap tua ini manusia mengalami perubahan fisik yang menjadikan karakter mereka sangat kuat seperti mata kelihatan pudar, dagu berlipat dua atau tiga, kulit berkerut dan kering, rambut menipis dan menjadi putih, bahu membungkuk dan tampak mengecil , perut membesar dan tampak membuncit,

(14)

2 pinggul tampak menggendor dan tampak lebih besar , garis pinggang melebar, kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol, tangan menjadi kurus kering, kaki membesar karena otot-otot mengendor , kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.

Dari perubahan karakter fisik tersebut, seperti gambaran waktu manusia dalam menjalani proses kehidupan di dunia ini. Sehingga keriput kulit wajah pada manusia seperti rekaman perjalanan hidup manusia dan setiap manusia memiliki cerita kehidupannya masing-masing. Banyak perupa yang pernah menggambarkan objek manusia tua, seperti Ivan Sagito yang menggunakan teknik opaque untuk membuat gambar realistik, atau Dewa Gede Ratayoga yang menonjolkan arsir dan citra fotografi.

Berdasarkan penjelasan mengenai keriput diatas penulis terinspirasi untuk mengangkat judul “Keriput Wajah Manusia Sebagai Ide Penciptaan Lukisan”. Dimana keriput pada wajah manusia adalah sebuah perubahan karakter fisik manusia sebagai rekaman perjalanan kehidupannya. Penciptaan lukisan ini menggunakan pendekatan realis dengan kerutan pada wajah manusia tua sebagai sumber penciptaan lukisan. Penciptaan lukisan ini tidak lepas dari seringnya mengamati objek yaitu sosok-sosok manusia tua yang pernah ditemui, mulai dari garis, tekstur, warna, bentuk wajah, kegiatan, prilaku dan ekspresi manusia tua menggunakan hasil foto. Penciptaan lukisan di sini tidak sekedar meniru atau memindahkan sebuah foto semata-mata, melainkan merespon sebuah foto menjadi sebuah lukisan. Interpretasi terhadap sebuah foto akan menghasilkan lukisan yang lebih hidup, sesuai imajinasi, pengalaman, dan teknik melukis yang dikuasai.

(15)

Penciptaan lukisan disini bertujuan untuk mengekspresikan gagasan agar dapat direspon sesuai dengan perasaan ekspresi pribadi masing-masing, sehingga menghasilkan efek artistik dan makna tertentu. Selain kemampuan mentransfer objeknya yang digambar secara tepat, pewarnaan menggunakan teknik basah dengan media cat minyak di atas kanvas secara opaque atau plakat, translucent, transparan, dan kombinasi teknik penggunaan kuas secara impasto. Penulis menggunakan gradasi warna dari objek gelap menuju terang dan penekanan-penekanan warna untuk menonjolkan objek lukisan.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diambil beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai identifikasi masalah diantaranya :

1. Bermacam-macam karakter wajah manusia tua yang pernah dilihat di lingkungan sekitar akan di ungkapkan sebagai objek lukisan.

2. Keriput wajah manusia akan diungkapkan sebagai sumber penciptaan lukisan. 3. Lukisan realistik akan digunakan sebagai ungkapan dalam ekspresi lukisan

keriput wajah manusia.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka masalah yang dibatasi pada penciptaan lukisan keriput wajah manusia bercorak realistik menggunakan media cat minyak.

(16)

4 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan keriput wajah manusia antara lain:

1. Bagaimanakah konsep dan tema penciptaan lukisan keriput wajah manusia? 2. Bagaimanakah visualisasi bentuk lukisan keriput wajah manusia?

E. Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan karya akhir ini antara lain:

1. Mendeskripsikan konsep dan tema penciptaan lukisan keriput wajah manusia. 2. Mendeskripsikan visualisasi bentuk lukisan keriput wajah manusia.

F. MANFAAT

Berdasarkan dari penulisan ini manfaat yang bisa diperoleh anara lain : 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis dapat menerapkan pengetahuan tentang seni rupa dan berbagai elemen serta unsur-unsur seni rupa beserta prinsip penyusunan elemen seni rupa yang didapat selama studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

b. Bagi penulis bermanfaat sebagai sarana komunikasi ide-ide berkaitan dengan proses berkesenian dan pengalaman estetik penulis, juga sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dalam proses berkarya seni.

c. Bagi penulis dapat memberikan sumbangan teoritis bagi penciptaan seni lukis mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Yogyakarta khususnya dan masyarakat umumnya.

(17)

2. Manfaat Praktis

Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dalam hal teknik melukis untuk dikembangkan di masa depan.

(18)

6 BAB II

KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN

A. Tinjauan Tentang Seni Lukis

Seni adalah suatu hasil karya cipta manusia yang mempunyai nilai keindahan, mempesona, menarik perhatian, dan menggugah perasaan manusia. Menurut Soedarso Sp (1990: 11) Seni lukis adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna. Sedangkan Mikke Susanto (2011: 241) menjelaskan bahwa pada dasarnya seni lukis merupakan bahasa ungkapan dari pengalaman artistik maupun ideologi yang menggunakan warna dan garis, guna mengungkapkan perasaan, mengeksplorasikan emosi, gerak, ilusi, maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang.

Jadi seni lukis adalah suatu bahasa ungkap seseorang yang dicurahkan ke dalam bidang dua dimensi dengan menggunakan garis, warna, bidang, dan tekstur. Tentu saja hal itu dapat dimengerti bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi, simbol, keragaman dan nilai-nilai lain yang bersifat subyektif.

B. Elemen-Elemen Seni Rupa

Lukisan merupakan bagian dari karya seni rupa yang secara fisik mengacu pada bentuk visual yang terdiri dari berbagai unsur atau elemen. Berbagai eleman visual dalam seni rupa memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk lebih jelasnya

(19)

penulis akan menjelaskan tentang pengertian dan penggunaan elemen-elemen tersebut di bawah ini:

1. Garis

Penciptaan lukisan dibutuhkan batasan antara objek satu dengan objek lainnya maka dibutuhknan garis sebagai pembatasnya, pengertian garis menurut Mikke Susanto (2011: 148) garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek; panjang; halus; tebal; berombak; melengkung; lurus, vertical, horizontal, miring, patah-patah dan lain-lain. Garis dapat memberikan kesan gerak, ide, simbol, emosi, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian lain tentang garis menurut Dharsono Sony Kartika (2004: 40), garis merupakan goresan atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan.

Jadi garis dalam seni lukis adalah goresan yang diciptakan oleh pelukis yang mempunyai dimensi panjang, pendek, halus, tebal, berombak, melengkung lurus dan lain-lain yang merupakan wujud ekspresi atau ungkapan pelukis dalam menciptakan lukisan. Dalam penciptaan lukisan garis digunakan untuk membentuk objek sesuai dengan objek yang ada dalam foto.

2. Warna

Suatu benda dapat dikenali dengan berbagai warna, karena secara alami mata kita dapat menangkap cahaya yang dipantulkan dari permukaan benda tersebut. Warna merupakan salah satu elemen atau medium seni rupa yang sangat penting. Demikian eratnya hubungan warna, maka warna mempunyai peranan, warna sebagai warna, warna sebagai representasi alam (Dharsono Sony Kartika,

(20)

8 2004: 48-49). Sedangkan pengertian warna menurut Mikke Susanto (2011: 433). Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan dari benda-benda yang dikenainya.

Jadi warna dalam seni lukis merupakan salah satu elemen atau medium seni rupa sebagai kesan dalam merepresentasikan objek. Dalam penciptaan lukisan warna digunakan dalam merepresentasikan objek sesuai dengan objek yang ada pada foto.

3. Shape (Bidang)

Bidang mempunyai peranan penting sebagai pengikat unsur-unsur yang ada dalam satu kesatuan karya seni lukis. Karya lukisan dibuat diatas sebuah bidang dua dimensi (kanvas, kertas, kayu, kaca, dll.). Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4 (2008: 188) menjelaskan bahwa bidang merupakan permukaan yang rata dan tentu batasnya. Kemudian pendapat lain oleh Mikke Susanto (2011: 55) menjelaskan bahwa:

Shape atau bidang adalah area. Bidang terbentuk karena ada dua atau lebih garis yang bertemu (bukan berhimpit). Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif.

Sedangkan menurut Sony Kartika (2004: 41-42), shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau adanya tekstur. Di dalam karya seni, shape digunakan sebagai simbol perasaan pelukis didalam menggambarkan objek hasil subject matter, maka tidaklah

(21)

mengherankan apabila seseorang kurang dapat menangkap atau mengetahui secara pasti tentang hasil objek pengolahannya. Karena kadang-kadang shape (bangun) tersebut mengalami beberapa perubahan didalam penampilannya (transformasi) yang sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara pribadi seorang pelukis.

Jadi dari penjelasan diatas bidang atau shape dapat dipahami sebagai bidang yang terbentuk oleh warna atau garis yang membatasinya. Shape atau bidang bisa berbentuk alam atau figur dan juga tidak berbentuk atau nonfigur. 4. Ruang

Menurut Mikke Susanto (2011: 338) ruang merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah, dwimatra dan trimatara. Di dalam seni lukis terdapat ruang ilusi, terutama dalam lukisan pemandangan dan pemakaian perspektif . Pendapat lain yang dijelaskan oleh Dharsono (2007: 42-43) Ruang merupakan wujud tiga matra yang mempunyai panjang, lebar, dan tinggi (volume). Ruang dalam seni rupa dibagi dua macam yaitu: ruang nyata dan ruang semu. Ruang nyata adalah bentuk ruang yang dapat dibuktikan dengan indra peraba, sedangkan ruang semu adalah kesan bentuk atau kedalaman yang diciptakan dalam bidang dua dimensi.

Dari penjelasan diatas ruang mampu menghadirkan dimensi keluasan dalam seni lukis. Kehadiran ruang dapat dicapai dengan cara sudut pandang atau perspektif. Munculnya ruang pada karya seni lukis mampu memberikan perasaan kedalaman. Hadirnya keruangan juga dapat dicapai melalui gradasi warna dari terang ke gelap.

(22)

10 5. Teksture

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1474) Tekstur adalah ukuran dan susunan bagian suatu benda atau penyatuan bagian-bagian sesuatu sehingga membentuk suatu benda. Menurut Mikke Susanto (2002: 20) tekstur atau barik adalah nilai raba atau kualitas permukaan yang dapat dimunculkan dengan memanfaatkan kanvas, cat atau bahan-bahan seperti pasir, semen, zinc white, dan lain-lain. Mikke Susanto (2011: 49) mengatakan bahwa tekstur ada tiga macam

... adalah unsur rupa yang menunjukkan nilai raba, kualitas permukaan bahan, dapat melukiskan sebuah permukaan. Ada 3 jenis nilai raba dalam lukisan, 1). Tekstur semu, yaitu tekstur yang dibuat pada kanvas terlihat bertekstur, namun jika diraba secara fisik tidak ada secara fisik kesan kasar; 2). Tekstur nyata yaitu tekstur yang secara fisik terasa; 3). Tekstur palsu yaitu merupakan perkembangan tekstur semu, misalnya Affandi atau lukisan Jakson Pollock pada kanvas namun dilukis dengan gaya realistik...

Tekstur sengaja dibuat sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang karya seni rupa secara nyata atau semu. Tekstur dimanfaatkan tidak hanya atas dasar pertimbangan teknis, tetapi juga atas dasar yang mengacu kepada isi atau substansi.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, tekstur dalam seni lukis adalah elemen seni yang berupa kesan visual maupun nilai raba yang dapat memberikan watak karakter pada permukaan.

6. Value

Pemberian value dalam penciptaan lukisan dapat membuat lukisan lebih manarik. Menurut Dharsono Sony Kartika (2004: 58) value adalah warna-warna yang memberi kesan gelap terang atau gejala warna dalam perbandingan hitam

(23)

dan putih dalam visualisasi lukisan. Apabila suatu warna ditambah dengan warna putih maka akan semakin tinggi valuenya dan apabila ditambah warna hitam maka akan semakin lemah valuenya.

Jadi value dalam seni lukis adalah kesan atau tingkat gelap terangnya warna yang dibuat oleh pelukis pada suatu lukisan sehingga akan terbentuk dimensi. Dalam proses melukis, value dilakukan dengan berbagai campuran warna mulai dari gelap keterang atau terang kegelap sesuai dengan objek yang ada di dalam foto.

C. Prinsip Penyusunan Elemen Rupa

Prinsip seni rupa adalah serangkaian kaidah umum yang sering digunakan sebagai dasar pijakan dalam mengelola dan menyusun unsur-unsur seni rupa dalam proses berkarya untuk menghasilkan sebuah karya seni rupa. Ada beberapa prinsip atau dasar penyusunan elemen-elemen seni yang perlu kita perhatikan sebelum menciptakan sebuah karya seni lukis,

1. Harmoni (Selaras)

Harmoni atau keselarasan memberikan kesan tatanan yang ideal bagi sebuah karya seni lukis, karena dengan adanya harmoni atau keselarasan pada karya seni lukis akan menimbulkan sebuah kombinasi tertentu yang harmonis untuk dinikmati. Menurut Dharsono (2004: 54) menyatakan bahwa harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat. Sementara menurut pendapat menurut Mikke Susanto (2011: 175) menerangkan bahwa harmoni adalah tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian.

(24)

12 Juga merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-auran yang ideal.

Dari beberapa keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa harmoni (selaras) adalah tatanan atau perpaduan beberapa unsur yang berbeda dekat sehingga menimbulkan kesan yang seimbang, serasi dan sesuai.

2. Dominasi

Dominasi merupakan bagian dari satu komposisi yang ditekankan, paling utama, tangguh, atau mempunyai banyak pengaruh. Sebuah warna tertentu dapat menjadi dominan, dan demikian juga suatu objek, garis, bentuk, atau tekstur (Mikke Susanto 2011: 109).

Fokus dari suatu susunan suatu pusat perhatian di sekitar elemen-elemen yang lain bertebaran dan tunduk membantunya. Hal ini tak dapat diabaikan begitu saja, sebab ia akan membawa ke arah yang paling penting dari susunan (Fadjar Sidik dan Aming Prayitno, 1981: 50).

Jadi dapat disimpulkan bahwa dominasi dalam lukisan adalah subject matter atau objek itu sendiri.

3. Keseimbangan (Balance)

Untuk mendukung semua bagian dalam lukisan maka dibutuhkan keseimbangan antar bagian objek didalamnya. Keseimbangan atau balance adalah persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni (Mikke Susanto, 2011: 46).

Keseimbangan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual ataupun

(25)

secara intensitas kekaryaan. Bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna, tekstur dan kehadiran semua unsur dipertimbangkan dan memperhatikan keseimbangan. Dibagi menjadi dua, yaitu keseimbangan formal (formal balance) juga disebut simetris dan keseimbangan informal (informal balance) juga disebut asimetris (Dharsono Sony Kartika, 2004: 60).

Jadi keseimbangan atau balance dalam seni rupa adalah suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada yang saling membebani. Keseimbangan dalam lukisan disusun dengan cara simetris atau asimetris.

4. Kesatuan (Unity)

Kesatuan atau unity adalah penyusunan atau pengorganisasian dari elemen-elemen seni sedemikian rupa sehingga menjadi “kesatuan”, organik, ada harmoni antara bagian-bagian dengan keseluruhannya (Fadjar Sidik dan Aming Prayitno, 1981: 47).

Dharsono Sony Kartika (2004: 59) menyatakan bahwa kesatuan adalah kohesi, konsistensi, atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang ingin dicapai dalam suatu komposisi di antara hubungan unsur pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh. Dapat dikatakan bahwa tidak ada komposisi yang tidak utuh dan kesemuanya berhubungan demi tercapainya bentuk estetik.

Jadi kesatuan atau unity dalam lukisan merupakan prinsip hubungan diciptakan melalui kohesi, konsistensi, keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan akan tercapai jika secara keseluruhan elemen rupa mempunyai hubungan sehingga tercipta bentuk yang estetik.

(26)

14 5. Proporsi

Menurut Dharsono Sony Kartika (2004: 64) proporsi merupakan hubungan antara bagian dari satu disain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Warna tekstur dan garis memainkan peranan penting dalam penyusunan proporsi. Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011: 320), menjelaskan bahwa proporsi berhubungan erat dengan balance (keseimbangan), harmoni dan unity. Proporsi dipakai pula sebagai salah satu pertimbangan untuk mengukur dan menilai keindahan artistik suatu karya seni.

Jadi proporsi dalam lukisan berhubungan antara ukuran dan bagian yang dipakai sebagai salah satu pertimbangan untuk mengukur dan menilai keindahan artistik pada suatu karya seni yang berhubungan erat dengan balance (keseimbangan), harmoni dan unity.

D. Konsep

Dalam proses berkarya, setiap pelukis pastinya memiliki konsep terlebih dahulu sebelum membuat lukisan. Dalam kamus besar bahasa indonesia (2008:748), konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.

Kemudian menurut Mikke Susanto (2011: 227) konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan pemikiran, pembentukan konsep merupakan konkretisasi indra mencakup konsep, pengenalan, analisis, abstraksi, idealisasi dan bentuk-bentuk deduktif, konsep dapat lahir sebelum, bersamaan atau setelah pengerjaan karya seni.

(27)

Dari penjelasan beberapa konsep di atas, dapat di simpulkan bahwa konsep merupakan hasil dari pengamatan, penghayatan, dan perenungan terhadap objek serta fenomena-fenomena yang terjadi di alam sekitar. Kemudian diolah dan di tuangkan ke dalam karya seni dengan didukung kemampuan kreativitas, serta dengan penguasaan elemen-elemen yang akan digunakan.

E. Keriput

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 703) keriput adalah kerepot pada muka tanda ketuaan. Sedangkan menurut Carolina (2015: 79) menyatakan Keriput adalah

...salah satu kondisi perubahan pada kulit yang datang beriringan dengan bertambahnya usia. Biasanya timbul disertai dengan kondisi penuaan lainnya, seperti bercak hitam, kulit kusam, dan kering.

... Tapi, sebenarnya keriput tidak hanya di bagian wajah. Setiap bagian kulit dibagian tubuh akan mengalami keriput.

Jadi keriput adalah perubahan kulit akibat proses penuaan yang ditandai dengan lipatan-lipatan pada kulit dan kondisi penuaan lainnya.

F. Wajah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia wajah adalah muka, bagian depan kepala dari dahi bagian atas sampai dagu dan antara telinga satu ke telinga yang lain. Sedangkan Susanto, Budi (2005: 94) menyatakan bahwa Wajah adalah

...simbol dasar dari manusia. Wajah mengindikasikan umur dan ras dengan berbagai macam tingkat kecermatan. Wajah juga menunjukan suatu kesehatan, status sosial-ekonomi, emosi dan mood, juga karakter personal kita.

(28)

16 G. Manusia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 917) manusia adalah insan sebagi makhluk yang memiliki akal budi. Sedangkan Sunaryo (2004: 2) mengatakan bahwa :

...manusia adalah makhluk biologis yang memiliki ciri-ciri: bernafas, membutuhkan makanan dan minuman, mengembangkan keturunan, tumbuh dan kembang, serta bergerak. Secara alamiah manusia adalah makhluk yang sejak lahir tidak dibekali alat-alat untuk bertahan hidup dalam lingkungannya. Sebagai makhluk biologis, sebenarnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Modal utama manusia untuk bertahan dalam dunia ini karena memiliki akal dan kecerdasan.

Nasruddin Anshoriy (2008: 66) dalam bukunya juga menyatakan bahwa : ...manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Sebagai anggota masyarakat, manusia selalu hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Mereka saling memerlukan dan membutuhkansatu sama lain. Dengan hidup bersama dan berkelompok, mereka saling berhubungan karena adanya rasa kasih sayang dan tolong menolong....

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mkhluk biologis sekaligus sosial yang memiliki akal budi untuk bertahan hidup dalam lingkungannya dan menjalani kehidupan bermasyarakat yang saling memerlukan dan membutuhkan.

Gambar I : Foto Manusia Tua Membawa Batu Sumber : Dokumentasi Pribadi

(29)

H. Tema

Dalam penciptaan karya seni lukis, tema dapat digunakan untuk menyamakan pandangan (persepsi) serta mempermudah pelukis dalam menuangkan ide ke dalam karya. Tema merupakan hal yang penting sehingga sesuatu yang lahir adalah sesuatu yang memiliki arti dan nilai baru. Tema merupakan gagasan yang dikomunikasikan pencipta karya seni kepada khalayak. Tema bisa saja menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan sebagainya (Nooryan Bahari, 2008: 22). Sedangkan menurut Sudarmaji (1979: 29), suatu karya lukisan merupakan manifestasi dan penemuan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai temperamen yang keras menyentak semestinya nampak pula pada pemilihan dan pengolahan tema.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, tema merupakan pokok pikiran dasar seniman yang dikomunikasikan kepada penonton, tema juga merupakan suatu manifestasi dan penemuan diri sendiri yang dapat memperlihatkan watak seniman. Tema menjadi lebih bermakna apabila bisa menginspirasi, memberikan pandangan dan pengalaman baru kepada penonton atau penikmat seni.

I. Media dan Teknik Dalam Lukisan 1. Media

Pengertian media menurut Mikke Susanto (2011 : 25), menjelaskan bahwa “medium” merupakan bentuk tunggal dari kata “media” yang berarti perantara

(30)

18 atau penengah. Biasa dipakai untuk menyebut berbagai hal yang berhubungan dengan bahan (termasuk alat dan teknik) yang dipakai dalam karya seni.

Jadi dalam penciptaan lukisan media yang digunakan adalah cat minyak diatas kanvas.

2. Teknik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1473), teknik adalah cara membuat/melakukan sesuatu, metode/sistem mengerjakan sesuatu. Mengenal dan menguasai teknik sangat penting dalam berkarya, hal ini sangat mendukung seorang perupa menuangkan gagasan seninya secara tepat seperti yang dirasakan, ini karena bentuk seni yang dihasilkan sangat menentukan kandungan isi gagasannya (Jacob Sumardjo, 2000: 96).

Umumnya dalam seni lukis teknik berkarya dibagi dua, yaitu teknik basah dan teknik kering. Pengertian teknik basah menurut Mikke Susanto ( 2011 : 395 ), teknik dalam menggambar atau melukis yang menggunakan medium yang bersifat basah atau memiliki medium air dan minyak cair, seperti cat air, cat minyak, tempera, tinta. Sedangkan pengrtian teknik kering menurut Mikke Susanto ( 2011 : 395), teknik kering merupakan kebalikan dari teknik basah, yaitu menggambar dengan bahan kering seperti, charcoal (arang gambar), pensil.

Dalam penciptaan lukisan teknik dalam melukis yang digunakan antara lain: a. Teknik dalam Penggunaan Cat

Dalam Penggunaan cat dengan teknik basah maka menggunakan cara opaque (opak), translucent, dan transparan. Pengertian opaque (opak) menurut Mikke Susanto, (2011: 282) merupakan teknik dalam melukis yang dilakukan

(31)

dengan mencampur cat pada permukaan kanvas dengan sedikit pengencer sehingga warna yang sebelumnya dapat tertutup atau tercampur. Penggunaan cat secara merata tetapi mempunyai kemampuan menutup bidang atau warna yang dikehendaki. Dan translucent adalah teknik dalam seni lukis yang merupakan tingkat kepekaan cat yang ditorehkan pada permukaan kanvas, di mana ia berada di tengah-tengah antara transparan (aquarel) dan plakat (opaque) (2011: 407). Serta transparan (aquarel) merupakan teknik melukis pada kanvas yang menggunakan cat air (atau teknik transparan) sehingga lapisan cat yang ada di bawahnya (disapu sebelumnya) masih nampak (2011: 14).

b. Teknik dalam Penggunaan Kuas

Penggunaan kuas dalam melukis dengan teknik impasto yaitu teknik melukis di mana cat minyak dilapiskan secara bertahap, berlapis-lapis secara halus untuk membuat tiap detai pada objek dan background di atas kanvas.

J. Karya inspirasi

Dalam studi proses berkarya, seorang seniman sering melakukan studi pengamatan atas karya-karya seniman lain. Studi tersebut berfungsi sebagai pemacu dan memperkaya wawasan proses berkarya. Dalam proses studi kreatif seorang seniman akan terus mencari ciri-ciri personal atas karyanya, dari mulai konsep penciptaan, hingga teknik dalam penciptaan karyanya. Sehingga karyanya mampu berdiri sendiri tanpa harus terbayang-bayangi karya seniman yang menginspirasinya.

(32)

20 1. I Dewa Gede Rata Yoga

I Dewa Gede Rata Yoga lahir di Karangasem tahun 1979 dan belajar di Institut Seni Indonesia di Denpasar, Bali. Dia merupakan salah satu seniman Bali yang bergerak dalam pusaran realisme baru, terutama dalam lingkup tradisi seni di Bali. Gaya lukisan Ratayoga digolongkan sebagai hiper-realis, dimana dia menangkap detil-detil dari sebuah citra gambar. Selama belasan tahun di awal karirnya, Ratayoga banyak mengolah citra gambar sang kakek, sosok yang mempengaruhi pandangan hidupnya. Sosok kakek ini menjadi representasi pula dari ketertarikan Ratayoga untuk menangkap persoalan kontradiksi klasik antara modernisme dan kehidupan tradisional yang memang masih menjadi fenomena penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Sosok kakek ini digambarkan dalam citra petani desa yang masih menggunakan kostum petani, dengan celana kolor hitam dan caping anyaman bambu, untuk menunjukkan kesehariannya yang sederhana. Citra modern muncul dari penggunaan sweater tua, dengan rajutan benang wool yang ditampilkan secara detil dan kuat dalam kanvas Ratayoga.

Teknik realis di tambah kemampuan menghadirkan citra fotografis dengan akurat-mengingat dia pernah belajar secara khusus teknik realis ini di China kurun 2007-2008. Ratayoga menampilkan sosok sang kakek dengan menonjolkan ekspresi wajah, kerutan, karakter wajah, dan karakter kain yang diolah dan ditonjolkan. Backgroun dibuat sesederhana mungkin karena figur mendapat tempat utama.

Dalam proses pembuatan setiap karyanya I Dewa Gede Rata Yoga pertama kali melakukan pengambilan foto dengan media fotografi dan kemudian

(33)

dituangkan ke atas kanvas dengan menggambarkan pose yang berbed-beda dan menggambarkan dan pada setiap karyanya seolah-olah menyampaikan nilai-nilai dalam kehidupan. Dari karakter I Dewa Gede Rata Yoga tersebut menginspirasi penulis dalam membuat karya seni lukis. Sebagai contoh lukisan I Dewa Gede Rata Yoga dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 2: Lukisan I Dewa Gede Rata Yoga

"Menunggu", 2005, Oil and pencil On Canvas, 182x300cm, 2005

http://ocula.com/art-galleries/ark-galerie/artists/dewa-gede-ratayoga/#/filter/city/all 2. Ivan Sagito

Ivan Sagito atau Ivan Sagita lahir di Malang tahun 1957 dan belajar di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta pada tahun 1979-1985. Dia dikenal sebagai seorang seniman misterius, namun karya seninya cukup terkenal di dunia seni. Dia menggunakan teknik melukis realistik untuk membuat gambar realis. Keluar dari ketegangan ini, ia berusaha untuk menggambarkan ketidakpastian kehidupan sehari-hari, terutama karena mereka berdampak pada orang-orang yang tidak berdaya dalam menghadapi kemiskinan dan ketidakadilan. Subyek Ivan Sagito yang sering dituangkan kedalam karya-karyanya adalah orang-orang tradisional Jawa. Dalam persiapan untuk sebuah lukisan, Ivan mengambil beberapa foto dari

(34)

22 subjek dalam upaya untuk menangkap realitas batin mereka. Ivan Sagito hampir selalu melukis sosok manusia berulang kali dalam satu pekerjaan, menggambarkan mereka dalam pergeseran pose atau situasi yang berbeda.

Dalam proses pembuatan setiap karyanya Ivan Sagito pertama kali melakukan pengambilan foto dengan media fotografi dan kemudian dituangkan ke atas kanvas dengan menggambarkan pose yang berbed-beda dan menggambarkan dan pada setiap karyanya seolah-olah menyampaikan nilai-nilai dalam kehidupan. Dari karakter Ivan Sagito tersebut menginspirasi penulis dalam membuat karya seni lukis. Sebagai contoh lukisan Ivan Sagito dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 3: Lukisan Ivan Sagito

"Wanita Tua Menyanggul Rambut", 2008, Oil On Canvas, 60x60cm, 2008 Sumber :

http://seni-rupa76.blogspot.com/2013/09/gambar-lukisan-patung-ivan-sagito-dan_19.html

K. Metode Penciptaan

Metode yang digunakan dalam penciptaan seni lukis yaitu meliputi; penjelajahan (eksplorasi), percobaan (eksperimen), proses melukis (visualisasi) dan penyelesaian (finishing).

(35)

1. Eksplorasi

Proses eksplorasi dilakukan untuk menemukan ide-ide terkait dengan tema sosial tentang kehidupan manusia tua (lansia), cara yang digunakan dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dilakukan observasi terhadap objek manusia tua yang memiliki karakter kerut kuat melalui foto, serta observasi langsung terhadap manusia tua demi mendapatkan pengalaman estetis mengenai karakter dan bentuk keriput sehingga dapat mengenali dan memahami karakter dan bentuk keriput. Pengkajian lansia mengenai garis, tekstur, warna, bentuk wajah dan anggota tubuh dilakukan agar memperkaya penciptaan lukisan.

2. Eksperimen

Eksperimen dalam proses melukis merupakan upaya untuk menemukan hal-hal baru dan untuk mengungkapkan ide-ide penciptaan yang telah ditetapkan. Pada proses ini penulis melakukan pengambilan foto dengan kamera untuk mendapatkan bentuk dan momen yang sesuai. Foto-foto di sini tidak semata-mata ditransfer langsung untuk diwujudkan ke dalam karya, penulis melakukan percobaan sebelum di ekspresikan ke dalam karya seni lukis. Percobaan di sini melalui pemotongan foto untuk menentukan komposisi yang di rasa sesuai dengan karakter personal.

3. Visualisasi

Dijelaskan oleh Mikke Susanto (2011: 427), visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka) dan peta grafik atau secara garis besar merupakan proses pengubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan lewat karya seni atau visual.

(36)

24 Dalam pembuatan lukisan, diawali dengan pemindahan objek foto yang telah di potong pada kanvas dengan sketsa secara tepat. Sketsa telah dilakukan selanjutnya memblok dengan warna sesuai dengan keinginan pencipta. Warna di sini memberikan volume ataupun karakter dari wujud yang ditampilkan.

Tahap selanjutnya adalah mengamati dengan teliti tiap-tiap bagian bentuk pada lukisan yang nantinya bisa mengoreksi bagian yang tidak sesuai ataupun menghilangkan bahkan menambahkan dari bentuk yang diinginkan. Tahap terakhir adalah pengontrolan pada keseluruhan dari karya apabila objek, goresan dan warna terpadu dan harmonis, maka selanjutnya memberikan penekanan pada salah satu objek yang ditonjolkan dengan warna kontras, maka karya tersebut telah selesai.

(37)

25 A. Konsep dan Tema Penciptaan Lukisan

Pada dasarnya suatu karya seni diciptakan melalui proses yang panjang, yang biasanya diawali adanya suatu kegelisahan batin seniman yang kemudian diwujudkan kedalam karya seni. Sebelum karya divisualisasikan, terdapat proses panjang yang berkembang dari diri dan dari luar pribadi seniman, proses tersebut berawal dari melihat, mengamati, mendengarkan dan kemudian terjadi pemahaman makna dalam pikiran, sehingga muncul suatu gagasan atau ide yang diteruskan pada tahap penciptaan suatu karya seni dengan tingkat kemampuan kreativitas, serta penguasaan teknik dan elemen yang digunakannya. Adapun konsep dan tema penciptaan lukisan sebagai berikut :

1. Konsep Penciptaan Lukisan

Konsep dalam penciptaan lukisan ingin mengungkapkan ketertarikan terhadap karakter keriput wajah manusia sebagai rekaman perjalanan kehidupannya. Dimana dengan kesabaran, kebijakan, kepasrahan, kesederhanaan, dan kemandirian mereka mampu melakoni perjalanan kehidupan. Penciptaan lukisan ini menggunakan pendekatan realis yang diekspresikan ke dalam lukisan realistik dengan bantuan foto menggunakan media cat minyak pada kanvas dengan teknik opaque, translucent, transparan, dan kombinasi teknik penggunaan kuas secara impasto. Pengambilan objek dengan media foto sebagai acuan ketepatan bentuk yang akan divisualkan kedalam lukisan. Objek yang

(38)

26 ditampilkan dengan bermacam-macam ekspresi dan gerak, penggunaan warna pada lukisan mengacu pada warna yang ada pada media foto dengan menggunakan gradasi warna dari objek gelap menuju terang dan penekanan-penekanan warna sehingga menciptakan kesan volume dan objek pada lukisan terlihat nyata. Komposisi objek lukisan pada bidang gambar disesuaikan supaya objek pada lukisan terlihat harmoni.

2. Tema Penciptaan Lukisan

Tema dalam penciptaan lukisan mengungkapkan kehidupan manusia saat tua (lansia). Berawal dari berinteraksi dengan lansia, sehingga sering mengamati kegiatan mereka sehingga timbul ide yang menarik untuk direspon dan divisualisasi kedalam lukisan. Dari pengamatan ini penulis ingin memahami realitas kehidupan lansia di lingkungan sekitar dan realitas yang tidak terlihat, yaitu realitas kejiwaan yang menyimpan spirit menjalani kehidupan. Dari keriput yang merupakan tanda-tanda penurunan kondisi fisik tersebut, mereka msih mampu melakukan pekerjaan kasar, menjaga, memahami, dan menikmati sesuatu yang mereka punya sisa hidupnya. Dari tema tersebut di harapkan, kita sebagai generasi muda mampu belajar dari realitas-realitas tersebut.

B. Visualisasi Karya

1. Alat, Bahan, dan Teknik

Alat, bahan serta teknik atau cara-cara pengerjaan dalam rangka menuangkan ide dan gagasan perupa kedalam sebuah lukisan merupakan hal yang penting demi menunjang proses berkarya. Setiap perupa tentu mempunyai

(39)

pilihannya sendiri terhadap bahan, alat, serta teknik yang digunakannya, sebab pemilihan tersebut akan menjadi penunjang utama yang menentukan hasil pada karya lukisannya.

Gambar 4: Alat dan Bahan (Dokumentasi pribadi)

a. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam proses penciptaan karya antara lain: 1) Pensil

Penggunaan pensil disini yaitu, untuk membuat sketsa pada kertas sebagai acuan dalam mengerjakan lukisan. Pensil yang digunakan berwarna hitam ukuran 2B mempunyai sifat lunak dan tidak terlalu tebal sehingga apabila terjadi kesalahan dalam menyeket, maka akan lebih mudah dalam menghapusnya.

2) Kuas

Kuas yang digunakan adalah kuas cat minyak yang memiliki berbagai ukuran, mulai dari ukuran terkecil sampai kuas ukuran besar. Kuas besar digunakan untuk mengecat dasar kanvas, serta untuk menerapkan blok-blok warna ukuran besar. Kuas ukuran sedang untuk membuat warna yang di blok sedang, dan kecil untuk membuat detail objek atau garis-garis kecil.

(40)

28

Gambar 5: Kuas (Dokumentasi pribadi)

3) Palet

Penggunaan palet dalam proses melukis yaitu, sebagai tempat untuk menampung cat yang telah dituangkan dan juga berfungsi untuk mencampur warna-warna cat yang diinginkan perupa.

Gambar 6: Palet (Dokumentasi pribadi)

4) Wadah Berisi Bensin

Penggunaan wadah yang berisi bensin yaitu, untuk membersihkan kuas pada saat melukis atau setelah selesai melukis, supaya kuas tidak kaku dan tetap bersih sehingga bisa digunakan kembali untuk melukis.

(41)

5) Kain Lap

Kain lap dalam proses melukis digunakan untuk membersihkan kuas dari sisa cat yang masih menempel pada kuas. Kain lap juga digunakan untuk membersihkan cat atau oil yang tercecer disekitar tempat melukis.

Gambar 7: Kain Lap (Dokumentasi pribadi)

b. Bahan

Setiap bahan mempunyai karakteristik masing-masing antara kelebihan dan kekurangannya.

1) Cat Minyak

Jenis cat minyak yang digunakan dalam melukis yaitu, cat produk dari Marrie’s , pebeo, dan Tallent. Cat produk ini mempunyai kualitas warna dan ketahanan yang cukup baik dan harganya yang terjangkau.

Gambar 8: Cat Minyak (Dokumentasi pribadi)

(42)

30 Cat minyak mempunyai sifat yang tidak cepat kering, sehingga memudahkan perupa dalam mendetailkan karya dan membuat gradasi pada karya lukis.

2) Pelarut (minyak)

Oil painting digunakan sebagai pelarut atau pencampur warna cat minyak. Pelarut cat yang digunakan yaitu menggunakan minyak cat (linseed oil) Astro.

Gambar 9: Pelarut (minyak) (Dokumentasi pribadi)

3) Kanvas

Kanvas yang digunakan merupakan kanvas mentah yang diolah sendiri. Pengolahan sendiri memungkinkan untuk memberikan hasil yang diinginkan. Kanvas yang digunakan adalah kanvas yang berserat halus, sehingga proses pembentukan objek pada lukisan akan lebih mudah.

(43)

Gambar 10: Kanvas (Dokumentasi pribadi)

c. Teknik

Teknik juga mempunyai peranan penting dalam penciptaan lukisan dari awal sampai menjadi lukisan yang seutuhnya, dalam penciptaan lukisan ini menggunakan teknik basah menggunakan cat minyak, karena warna yang dihasilkan akan lebih pekat, dan lebih mudah dalam proses pewarnaannya karena cat minyak tidak cepat kering dan dapat ditemukan di pasaran. Dengan penggunaan warna secara opaque agar warna lebih tegas dan lebih pekat dan mudah untuk ditutup, dan ada juga penggunaan kuas secara impasto.

2. Tahap Visualisasi a. Sketsa

Pembuatan sketsa merupakan upaya untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan objek yang akan dibuat serta komposisinya sebelum dipindahkan ke atas kanvas. Sketsa dikerjakan dengan menggunakan pensil 2B pada kertas. Dalam hal ini sketsa digunakan untuk membuat gambaran lukisan, yang

(44)

32 selanjutnya dilakukan pengambilan foto menggunakan media kamera sesuai dengan sketsa dan mulai dituangkan pada kanvas dengan menggunakan media cat minyak.

Gambar 11: Sketsa Diatas Kertas dan Foto Menggunakan Media Kamera

(Dokumentasi pribadi) b. Pemindahan objek pada kanvas.

Pada proses ini perupa memindahan foto objek manusia tua pada kanvas. Dengan melakukan sketsa kasar objek keseluruhan untuk membangun komposisi objek dengan latar belakang yang dibuat kosong. Improvisasi bentuk, garis serta komposisi warna ketika pemindahan objek pada kanvas sangat dimungkinkan karena adanya penajaman ide dan gagasan.

Pada visualisasi objek dalam lukisan, pelukis berusaha menampilkan objek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana, kegiatan, dan objek, untuk mencapai tujuan lebih hidup, dan tetap mempertimbangkan unsur dan prinsip dasar seni rupa.

(45)

Gambar 12: Pemindahan Sketsa dan Proses Pewarnaan Pada Lukisan Pada Kanvas

(Dokumentasi pribadi)

c. Penyelesaian (finishing)

Proses ini dilakukan melalui pengontrolan secara keseluruhan dari bentuk, garis, warna dan objek yang ditonjolkan. Tahapan ini merupakan evaluasi terakhir dari proses sebelumnya. Pelukis melakukan evaluasi pengamatan karya lukis dengan mengambil jarak pandang tertentu, dari jarak yang dekat sampai jarak yang lebih jauh, karena dengan cara ini akan memungkinkan kita dapat melihat secara teliti. Jika semuanya dirasa telah sesuai langkah selanjutnya yaitu, membubuhkan identitas pelukis ke dalam lukisan. Identitas tersebut berupa nama pelukis dan tahun penyelesaian lukisan. Pencantuman identitas itu sendiri tidak dilakukan secara sembarangan, artinya dengan penuh pertimbangan sehingga tidak merusak tampilan visual dari karya. Langkah terakhir dari finishing yaitu, melapisi lukisan dengan pernis atau cat clear yang bertujuan untuk menjaga ketahanan karya dan agar lebih mudah dibersihkan dari debu.

(46)

34 C. Bentuk Lukisan

1. Deskripsi Lukisan “SEMANGAT BEKERJA”

Gambar 13: Judul Karya: “SEMANGAT BEKERJA” Cat minyak pada kanvas, ukuran 70x100 cm, tahun 2015

Lukisan yang berjudul “Semangat Bekerja” dibuat tahun 2015, menggunakan teknik cat minyak pada kanvas. Lukisan yang berjudul “Semangat Bekerja” menggambarkan seorang lansia pria yang memakai celana hitam dan baju warna birunya sebagai ikat kepala yang sedang memindahkan batu, dengan posisi tangan yang sedang mengangkat batu.

(47)

Secara keseluruhan penciptaan lukisan digambarkan secara realistik yang menggambarkan bentuk asli dari objek dengan menampilkan kerut wajah, tangan dan kaki. Objek foto tidak digambarkan secara keseluruhan, hanya digambarkan dari atas kepala hingga lutut menggunakan proporsi yang sesuai dengan objek yang ada pada foto. Proporsi pada objek foto menggunakan perbandingan kepala, seperti pada tangan dari pergelangan tangan hingga lengan tangan menggunakan perbandingan tiga kali tinggi kepala dan dengan pewarnaan seperti warna yang tampil pada objek aslinya sehingga objek terlihat dominan dan lebih hidup.

Penggunaan garis pada penciptaan objek lukisan ini digunakan untuk menggambarkan bentuk objek sesuai dengan objek yang telah dibentuk dengan media kamera sesuai kegiatan yang dilakukan. Kemudian pada objek potret terdapat garis kontur lembut yang bervariasi ketebalannya. Ada garis kontur yang tebal dan ada garis kontur yang tipis menurut arah sinar dan bayangan. Garis kontur pada objek bertujuan untuk menyatukan bentuk dan warna yang berbeda satu dengan lainnya seperti antara objek secara keseluruhan dengan background sehingga menjadikan kesatuan atau unity pada lukisan.

Secara keseluruhan pada penciptaan lukisan teknik yang digunakan yaitu teknik basah dengan pewarnaan secara opaque pada ojeknya dan pada background menggunakan sapuan kuas secara impasto yang dilakukan secara berulang-ulang. Dalam penciptaan objek lukisan ini pada warna kulit menggunakan campuran warna raw umber, burnt siena, yellow ochre dan putih dengan memberikan aksentuasi cahaya sehingga menciptakan kesan volume dan objek terlihat hidup. Sedangkan warna baju dan celana menggunakan campuran warna hitam, prussian

(48)

36 blue dan putih dengan menggunakan aksentuasi cahaya sehingga menciptakan kesan volume terlihat hidup. Untuk batu dan alat pengangkut menggunakan campuran warna raw umber, burnt sienna, chrome yellow deep dan putih. Kemudian pada foreground dan background menggunakan campuran warna raw umber dan putih, gradasi warna raw umber dan putih bertujuan untuk menonjolkan objek lansia dan menjadikan objek lansia dominan pada lukisan. Warna pada background terdapat pada warna objek potret sehingga tercipta unity dan secara keseluruhan lukisan terlihat harmoni.

Komposisi dalam lukisan ini menggunakan prinsip asimetris dimana objek disusun tidak sama antara sisi kiri dan sisi kanan, tetapi objek ditempatkan lebih berat pada sisi kiri bidang gambar sedangkan di sebelah kanan di tambahkan objek pendukung agar terlihat seimbang. Keseimbangan antara gelap dan terang dapat dilihat dalam pembentukan proporsi objek potret dengan penerapan sinar bayangan yang serasi dan harmoni.

Dalam menggambarkan objek menggunakan kuas dengan ukuran yang bervariasi. Kuas dengan ukuran kecil digunakan untuk membuat bidang kecil atau untuk membuat tiap-tiap detail dari objek dan untuk bidang luas seperti pada background, menggunakan kuas ukuran lebar yaitu menggunakan kuas cat tembok.

Dalam lukisan ini menggambarkan lansia pria yang menggunakan bajunya sebagai ikat kepala. Dengan tubuh tuanya, lansia ini mmembungkukan badannya dan kedua tangannya memegang batu, dan memindahkan batu satu-persatu dengan bantuan alat pengangkut.

(49)

2. Deskripsi Lukisan “MENIKMATI ROKOK”

Gambar 14: Judul Karya: “MENIKMATI ROKOK” Cat minyak pada kanvas, ukuran 80x100 cm, tahun 2013

Lukisan yang berjudul “Menikmati Rokok” dibuat dengan menggunakan medium cat minyak diatas kanvas. Lukisan yang berjudul “Menikmati Rokok” menggambarkan Pak Uwo yang terlihat sedang duduk di kursi bambu yang sedang menyalakan rokok. Pada lukisan ini menampilkan ekspresi wajah yang menggambarkan menikmati rokoknya.

Penggambaran lukisan ini pada warna kulit menggunakan campuran warna raw umber, burnt umber, yellow ochre dan putih dengan memberikan aksentuasi cahaya supaya objek terlihat bervolume dan tampak hidup dengan menggunakan teknik opaque. Warna pada baju menggunakan campuran warna prussian blue, green pale, chrome yellow deep, black lamp dan putih dengan pemberian

(50)

38 aksentuasi cahaya supaya terlihat bervolume dengan menggunakan teknik opaque. Pada objek kursi bambu yang dibuat dengan menggunakan campuran warna raw umber, burnt sienna, yellow ochre dan putih dengan pemberian aksentuasi cahaya supaya terlihat bervolume dengan menggunakan teknik opaque. Penggunaan warna gelap dalam pembuatan bayangan pada objek menggunakan teknik opaque supaya menciptakan volume dan ruang pada objek. Kemudian pada background menggunakan campuran raw umber dan putih yang dibuat dengan teknik sapuan kuas secara impasto dengan pemberian aksentuasi cahaya dimaksudkan supaya menciptakan ruang pada background. Pada background diberi kesan bayangan terlihat dibagian bawah berwarna gelap dan pada bagian atas terlihat terang, penggambaran tersebut selain untuk mencapai keseimbangan juga untuk mencapai kesan ruang dan menjadikan objek menjadi dominan pada lukisan. Sehingga dalam menikmati lukisan, terdapat dimensi yang memberikan kesan ruang imajinasi bagi penikmat. Warna secara keseluruhan terdapat hubungan antara objek dengan background sehingga menciptakan unity pada lukisan dan lukisan terlihat harmoni.

Pada objek lukisan terdapat garis kontur lembut yang bervariasi ketebalannya. Ada garis kontur yang tebal dan ada garis kontur yang tipis menurut arah sinar dan bayangan. Garis kontur pada objek dapat menyatukan bentuk dan warna yang berbeda satu dengan lainnya seperti antara objek secara keseluruhan dengan background sehingga menjadi kesatuan atau unity pada lukisan.

Komposisi dalam lukisan ini menggunakan keseimbangan asimetri (asymmetrical balance) dimana objek disusun tidak sama antara kiri dan kanan

(51)

bidang gambar yaitu diletakkan disisi sebelah kanan. Keseimbangan antara gelap dan terang dapat dilihat dalam pembentukan proporsi objek potret dengan penerapan sinar bayangan yang serasi dan harmoni. Lukisan ini menampilkan proporsi yang dibuat mirip dengan objek pada foto yang menjadi acuan. Objek foto tidak digambarkan secara keseluruhan hanya digambarkan dari dada sampai kepala, kemudian menjadikan objek terlihat dominan pada lukisan.

Lukisan yang berjudul “Menikmati Rokok” ini menggambarkan Pak uUwo, seorang lansia berumur 70 tahun lebih yang masih memiliki fisik yang kuat. Pak Uwo adalah sosok yang sederhana, kebiasaannya setelah pulang dari sawah selalu duduk di kursi bambu sambil menyalakan rokok untuk melepas lelah. Dari lukisan ini terlihat pPak Uwo yang sedang memiringkan kepala sambil menyalakan rokok dengan tangan kanan memegang korek dan tangan kiri memegang rokok, serta ekspresi wajah yang memperkuat kerutan dengan pandangan mata ke arah api dan rokok.

(52)

40 3. Deskripsi Lukisan “TAWA MBAH SUWI”

Gambar 15: Judul Karya: “TAWA MBAH SUWI” Cat minyak pada kanvas, ukuran 90x100 cm, tahun 2015

Lukisan yang berjudul “Tawa Mbah Suwi” menggambarkan objek lansia pria yang memakai baju berwarna putih dan memakai kopiah berwarna hitam yang sedang sedang tertawa.

Objek lansia digambarkan dari kepala sampai bahu atau close up dengan menampilkan proporsi yang dibuat mirip dengan objek pada foto. Komposisi dalam lukisan ini mempunyai keseimbangan simetris (balance symmetrical) dimana objek disusun sama antara kiri dan kanan bidang gambar.

Penggunaan warna pada kulit meggunakan campuran warna raw umber, yellow ochre, raw sienna, red ochre dan putih dengan memberikan aksentuasi

(53)

cahaya untuk menghidupkan objek yang digambarkan dengan menggunakan teknik opaque. Pada kopiah menggunakan campuran warna black lamp dan putih dengan menggunakan teknik opaque dan baju menggunakan campuran warna raw umber dan putih dengan menggunakan teknik impasto yang dilakukan secara spontan. Secara keseluruhan objek di tambahkan aksentuasi cahaya untuk menciptakan kesan volume dan terlihat lebih hidup. Kemudian pada background dibuat gradasi tipis menggunakan campuran hijau dan putih dengan menggunakan sapuan kuas secara impasto yang terkesan gelap yang bertujuan untuk menonjolkan objek dan menjadikan objek dominan pada lukisan. Pada objek lukisan terdapat garis kontur lembut yang bervariasi ketebalannya. Ada garis kontur yang tebal dan ada garis kontur yang tipis menurut arah sinar dan bayangan. Garis kontur dapat menyatukan bentuk dan warna yang berbeda satu dengan lainnya seperti antara objek secara keseluruhan dengan background sehingga menjadikan kesatuan atau unity pada lukisan.

Penggunaan kuas dalam penciptaan lukisan disesuaikan dengan objek yang digambarkan. Seperti pada tiap detail objek yaitu dengan menggunakan kuas ukuran kecil. Kemudian untuk bidang luas seperti pada background, menggunakan kuas ukuran lebar.

Dari lukisan “Tawa Mbah Suwi” menggambarkan Mbah Suwi, seorang lansia yang berumur 79 tahun dengan kebiasaanya memakai kopiah. Seseorang yang sederhana, bijaksana dan sabar. Lukisan ini menggambarkan Mbah Suwi yang sedang menoleh dengan muka bahagia atau tertawa. Walaupun sudah tidak memiliki gigi, tawanya yang lepas menambah kerutan yang bervariasi.

(54)

42 4. Deskripsi Lukisan “TATAPAN”

Gambar 16: Judul Karya: “TATAPAN”

Cat minyak pada kanvas, ukuran 80x100 cm, tahun 2015

Dalam karya “Tatapan” menggambarkan lansia perempuan memakai kebaya putih dan rambut digelung dengan tatapan tajam ke depan.

Dalam lukisan ini objek mendominasi pada bagian tengah bidang gambar, sehingga tercipta keseimbangan simetris (symmetrical balance). Objek lansia digambarkan dari leher sampai kepala atau close up yang bertujuan untuk menonjolkan detail dari keriput wajahnya sehingga objek menjadi dominan.

Warna yang digunakan dalam warna kulit di dalam lukisan ini adalah campuran dari warna raw umber, raw sienna, yellow ochre, red ochre dan putih

(55)

dengan memberikan aksentuasi cahaya agar objek terlihat hidup dan menciptakan kesan volume dengan menggunakan teknik opaque. Pada baju kebaya menggunakan campuran warna raw umber, yellow ochre dan putih. Kemudian pada background lukisan dibuat menggunakan campuran warna raw umber dan crhome yellow deep dengan menggunakan sapuan kuas secara impasto untuk menciptakan kesan flat yang bertujuan untuk menonjolkan objek pada lukisan sehingga objek tampak dominan. Warna pada lukisan secara keseluruhan terdapat hubungan antara objek keseluruhan dengan background sehingga menciptakan unity pada lukisan dan terlihat harmoni.

Dalam menggambarkan objek menggunakan kuas dengan ukuran yang bervariasi. Kuas yang digunakan disesuaikan dengan objek yang digambarkan. Kuas dengan ukuran kecil digunakan untuk membuat bidang kecil atau untuk membuat tiap-tiap detail dari objek dan untuk bidang luas seperti pada background, menggunakan kuas ukuran lebar.

Lukisan yang berjudul “Tatapan” ini menggambarkan tentang sosok lansia perempuan yang sudah memiliki kerutan di deluruh wajahnya sedang memakai kebaya putih dengan rambut di gelung. Dengan tatapan tajam ke depan dan raut wajah yang membingungkan.

(56)

44 5. Deskripsi Lukisan “PENABUH GAMELAN”

Gambar 17: Judul Karya: “PENABUH GAMELAN” Cat minyak pada kanvas, ukuran 70x100 cm, tahun 2015

Lukisan yang berjudul “Penabug Gamelan” menggambarkan objek perempuan menabug gender serta ekspresi wajah yang mendukung karakter objek yang terlihat santi yaitu menggambarkan suasana yang sedang terjadi.

Objek lansia digambarkan dari kepala sampai dada atau medium close up dengan menampilkan proporsi yang dibuat mirip dengan objek foto yang menjadi acuan. Pada objek lukisan terdapat garis kontur lembut yang bervariasi ketebalannya. Ada garis kontur yang tebal dan ada garis kontur yang tipis menurut

(57)

arah sinar dan bayangan. Garis kontur dapat menyatukan bentuk dan warna yang berbeda satu dengan lainnya seperti antara objek dengan background sehingga menjadi kesatuan atau unity pada lukisan dan menciptakan irama gerak pada objek.

Penggambaran objek lukisan ini menggunakan campuran warna raw umber, raw sienna, red ochre, yellow ochre dan putih dengan pemberian aksentuasi cahaya supaya objek terlihat bervolume dengan menggunakan teknik opaque. Untuk rambut menggunakan campuran warna raw umber dan putih dengan teknik impasto. Pada baju menggunakan campuran warna black lamp dan putih dengan pemberian aksentuasi cahaya supaya objek terlihat bervolume dengan menggunakan teknik opaque. Dan pada tabuh dan gender menggunakan campuran warna raw umber, burnt sienna, yellow ochre, black lamp, merah dan putih dengan pemberian aksentuasi cahaya supaya objek terlihat bervolume dengan menggunakan teknik opaque. Sedangkan pada background dibuat flat gelap dengan menggunakan campuran warna raw umber, burnt sienna, chrome yellow deep dan putih dengan pemberian sedikit pencahayaan agar menciptakan ruang dan terkesan memberikan suasana juga menjadikan objek tampak menonjol sehingga objek menjadi dominan pada lukisan. Warna pada lukisan secara keseluruhan terdapat hubungan antara objek dengan background sehingga lukisan tampak menyatu dan harmoni. Dalam lukisan ini objek mendominasi pada bagian kanan bidang gambar, sehingga tercipta keseimbangan asimetris (symmetrical balance), tabuh gamelan di sisi sebelah kiri sebagai penyeimbang sehingga secara keseluruhan terlihat balance.

(58)

46 Dalam menggambarkan objek, perupa menggunakan kuas dengan ukuran yang bervariasi. Kuas dengan ukuran kecil digunakan untuk membuat bidang kecil atau untuk membuat tiap-tiap detail dari objek dan untuk bidang luas seperti pada background menggunakan kuas ukuran lebar.

Lukisan yang berjudul “Penabuh Gamelan” ini menggambarkan lansia perempuan yang memakai baju berwarna hitam yang merupakan kostum para pengrawit. Lansia perempuan ini sedang menikmati bermain gender yang tercermin dari ekspresi wajahnya, dan posisi kepala yang agak condong ke samping kanan dan pandangan ke arah gender, sedangkan tangan memegang tabuh.

(59)

6. Deskripsi Lukisan “MELAMUN”

Gambar 18: Judul Karya: “MELAMUN

Cat minyak pada kanvas, ukuran 80x100 cm, tahun 2015

Pada lukisan yang berjudul “Melamun” menggambarkan objek lansia yang terlihat dari arah samping dengan tangan kanan yang menyangga dagunya. Dalam lukisan objek memakai baju yang berwarna biru.

Objek digambarkan dari kepala sampai bahu atau close up dengan menampilkan proporsi yang dibuat mirip dengan objek pada foto. Komposisi dalam lukisan ini mempunyai keseimbangan asimetris (asymmetrical balance) dimana objek disusun tidak sama antara kiri dan kanan bidang gambar. Objek mendominasi di bagian kiri bidang gambar, sedangkan pada bagian kanan digambarkan satu objek untuk menciptakan keseimbangan.

(60)

48 Penggunaan warna pada kulit meggunakan campuran warna raw umber, raw sienna, yellow ochre, red ochre dan putih dengan memberikan aksentuasi cahaya untuk menciptakan kesan volume serta menghidupkan objek dan digambarkan dengan menggunakan teknik opaque. Pada kaca mata menggunakan campuran warna raw umber, merah dan putih menggunakan teknik opaque dan transparan. Pada baju menggunakan campuran warna prussian blue dan putih dengan menambahkan aksentuasi cahaya sehungga tercipta kesan volume dengan menggunakan teknik opaque. Pada objek gelas menggunakan campuran warna prussian blue, green pale, lemon yellow dan putih dengan menggunakan teknik opaque dan transparan. Kemudian pada background dibuat flat dengan menggunakan campuran warna raw umber, yellow ochre dan putih dengan menggunakan sapuan kuas secara impasto. Secara keseluruhan aksentuasi cahaya bertujuan untuk menonjolkan objek dan menjadikan objek dominan pada lukisan. Warna pada lukisan secara keseluruhan terdapat hubungan antara objek dengan background sehingga menciptakan unity pada lukisan. Pada objek lukisan terdapat garis kontur lembut yang bervariasi ketebalannya. Ada garis kontur yang tebal dan ada garis kontur yang tipis menurut arah sinar dan bayangan. Garis kontur dapat menyatukan bentuk dan warna yang berbeda satu dengan lainnya seperti antara objek secara keseluruhan dengan background sehingga menjadikan kesatuan atau unity pada lukisan.

Penggunaan kuas dalam penciptaan lukisan disesuaikan dengan objek yang digambarkan. Seperti pada tiap detail objek yaitu dengan menggunakan kuas

(61)

ukuran kecil. Kemudian untuk bidang luas seperti pada background, menggunakan kuas ukuran lebar.

Dari lukisan “Melamun” terlihat objek lansia yang sedang duduk sila sambil menyangga dagunya dan seolah-olah sedang memandang sesuatu dangan ekspresi muka yang seperti sedang berfikir. Dengan di temani minuman dalam cangkir kesukaanya di atas meja kecil. Kegiatan tersebut merupakan kebiasaan yang sering dilakukan di waktu luangnya.

(62)

50 7. Deskripsi Lukisan “MENGAMBIL BERAS”

Gambar 13: Judul Karya: “MENGAMBIL BERAS” Cat minyak pada kanvas, ukuran 80 x100 cm, tahun 2016

Lukisan yang berjudul “Mengambil Beras” dibuat tahun 2016, menggunakan teknik cat minyak pada kanvas. Lukisan yang berjudul “Mengambil Beras” menggambarkan sosok lansia perempuan yang sedang memakai baju kebaya putih, jarik, bengking dan menggendong tas dengan kain lurik yang sedang mengambil beras..

Secara keseluruhan penciptaan lukisan digambarkan secara realistik yang menggambarkan bentuk asli dari objek dengan menampilkan ekspresi dan gerak yang disusun dengan menyesuaikan komposisi sehingga terlihat seimbang. Objek

(63)

tidak digambarkan secara keseluruhan, hanya digambarkan dari atas kepala hingga lutut dengan menggunakan proporsi yang sesuai dengan objek yang ada di dalam foto. Proporsi pada objek foto menggunakan perbandingan kepala, seperti pada tangan dari pergelangan tangan hingga lengan tangan menggunakan perbandingan tiga kali tinggi kepala dan dengan pewarnaan seperti warna yang tampil pada objek aslinya sehingga objek terlihat dominan dan lebih hidup.

Penggunaan garis pada penciptaan objek digunakan untuk menggambarkan bentuk objek sesuai dengan objek yang telah di bentuk dengan media kamera. Kemudian pada objek lansia terdapat garis kontur lembut yang bervariasi ketebalannya. Ada garis kontur yang tebal dan ada garis kontur yang tipis menurut arah sinar dan bayangan. Garis kontur pada objek bertujuan untuk menyatukan bentuk dan warna yang berbeda satu dengan lainnya seperti antara objek secara keseluruhan dengan background sehingga menjadikan kesatuan atau unity pada lukisan.

Secara keseluruhan pada penciptaan lukisan teknik yang digunakan yaitu teknik basah dengan pewarnaan secara opaque dan transparan pada ojeknya dan pada background menggunakan sapuan kuas secara impasto yang dilakukan secara berulang-ulang. Dalam penciptaan objek potret diri pada warna kulit menggunakan campuran raw umber, raw sienna, red ocrhe, yellow ochre, dan putih dengan memberikan aksentuasi cahaya sehingga menciptakan kesan volume dan objek terlihat hidup. Sedangkan warna baju menggunakan campuran warna raw umber, yellow ochre dan putih. Untuk kain lurik menggunakan warna green pale, cadmium red medium, dan raw umber. Pada kain batik menggunakan

Gambar

Gambar I : Foto Manusia Tua Membawa Batu Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2: Lukisan I Dewa Gede Rata Yoga
Gambar 3: Lukisan Ivan Sagito
Gambar 4: Alat dan Bahan (Dokumentasi pribadi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Despite the fact that pressure antinode position from open end of the resonator was measured 72 cm at empty resonator resonance frequency, it was ob- served that the pressure

2) Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk menelaah dan menyelesaikan jawaban secara individual. 3) Kemudian ±25menit selanjutnya siswa diminta untuk

Setelah pengakuan awal, aset keuangan tersebut dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dan keuntungan dan kerugian terkait diakui

Data yang masuk dalam laporan akan masuk seperti ini, untuk itu berat aktual dari beberapa type pembebanan akan dibagi dengan nilai contingency, karena pada saat proses input

Implementasi Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Grand Design Penanganan Overcrowded di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan

Untuk mendukung hal tersebut, maka Bagian Keperawatan Dewasa, Departemen Ilmu Keperawatan FK UNDIP menyelenggarakan Seminar Ilmiah Nasional Keperawatan ini untuk mengetahui

Informan kunci pada penelitian ini yaitu Wakil Kepala Sekolah 3 (WKS 3) dan informan pendukung di peroleh melalui teknik snowball sampling yaitu Ketua Kompetensi Keahlian