• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi politik menurut para sarjana merupakan suatu fenomena yang terus berkembang dan melibatkan interdisiplin ilmu sosial antara lain ilmu komunikasi, politik, sosiologi, dan psikologi sosial. Penelitian ini, komunikasi politik merupakan perpaduan yang secara khusus melibatkan dua disiplin ilmu yaitu ilmu komunikasi dan politik. Berbagai definisi mengenai komunikasi politik telah banyak di rumuskan oleh para sarjana sosial. Beberapa di antaranya berkaitan erat dengan proses penelitian ini, terutama analisis yang dilakukan oleh Meadow, McQuail, Dento dan Woodward (dalam Pawito, 2009:1).

Menurut Meadow (dalam Pawito, 2009:2) komunikasi politik merupakan “segala bentuk pertukaran simbol atau pesan yang sampai pada tingkat tertentu

dipengaruhi atau mempengaruhi berfungsinya sistem politik”. Artinya bahwa

komunikasi politik dalam prakteknya dapat dipengaruhi dan mempengaruhi jalannya sistem politik tertentu dalam suatu negara (daerah). Para aktor politik mempunyai pengaruh dan peran penting yang memungkinkan penekanan pada hubungan timbal-balik antara proses komunikasi dan sistem politik. Pemahaman Meadow mengenai komunikasi politik juga dijelaskan lebih terperinci dan dihubungkan dengan sistem politik sebagai sistem yang memiliki komponen-komponen saling berinteraksi satu dengan lainnya, terkait dengan kekuasaan dan kewenangan penjatahan sumber daya untuk maksud pengambilan keputusan.

Salah satu contohnya adalah proses komunikasi politik pada pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2015. Pilkada adalah salah satu cara demokrasi yang dilakukan untuk mendapatkan kepemimpinan yang adil, bersih, jujur, berkompetensi, diselenggarakan secara transparan dan bertanggung jawab sesuai dasar hukum yang berlaku. Hal ini diatur dalam Undang-Undang (UU) nomor 22 tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum (Pemilu) pasal (1) ayat (1) mengatakan pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (diakses melalui

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Proses Pilkada bagi setiap warga negara mempunyai hak untuk memilih langsung pemimpinnya sesuai keyakinan dan penilaiannya terhadap calon yang diusulkan oleh masing-masing partai atau gabungan partai, atau yang mencalonkan diri dari jalur independen dengan memenuhi syarat tertentu sebagaimana diatur dalam UU nomor (1) tahun 2015 pasal (1) ayat (3) dan (4) (diakses melaluiwww.dpr.go.id; tanggal 12/09/2015). Setiap warga negara yang berhak memilih, mempunyai interpretasi pada keadaan sosial di sekitarnya, dan di dalam diri seseorang yang memandu dan menentukan perilaku untuk memilih terhadap berbagai calon.

Pilkada Tahun 2015 merupakan Pilkada yang menarik karena dilakukan secara serentak di Indonesia yaitu 269 daerah baik di tingkat Provinsi, Kabupaten maupun di

tingkat Kota dengan partisipasi langsung dari masyarakat (diakses melalui

www.m.kompas.com; tanggal 30/08/2015). Proses seleksi Pilkada oleh Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) menimbulkan fenomena di Indonesia yaitu adanya calon tunggal dalam pendaftaran pilkada serentak. Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) nomor 12 tahun 2015 mensyaratkan daerah harus diisi oleh minimal dua pasangan calon Kepala Daerah untuk dapat bersaing dalam proses pemilihan (diakses melalui http://m.cnnindonesia.com; tanggal 02/09/15). Oleh karena itu daerah-daerah yang memiliki calon tunggal harus menunda Pilkada tahun 2015 dan baru akan melaksanakannya pada tahun 2017.

Proses perpanjangan pendaftaran berakhir tanggal 11 Agustus 2015, hasilnya masih ada tiga daerah yang memiliki calon tunggal antara lain Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat), Kabupaten Blitar (Jawa Timur), dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) (Nusa Tenggara Timur), yang daerah-daerah tersebut dipastikan Pilkada tidak dapat dilaksanakan tahun ini sehingga menimbulkan pro dan kontra serta menjadi persoalan serius. Kondisi tersebut sejalan dengan rumusan komunikasi politik yang disampaikan McQuail (dalam Pawito, 2009:2) yaitu “semua proses penyampaian informasi termasuk fakta, pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan, pertukaran dan pencarian tentang semua itu yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik lebih bersifat melembaga”. Hal ini berarti bahwa komunikasi politik mencakup tiga hal penting yaitu; 1) komunikasi politik menandai adanya aktualisasi lembaga-lembaga politik; 2) komunikasi politik merupakan fungsi dari sistem politik; dan 3) komunikasi politik berlangsung dalam situasi sistem politik tertentu (Pawito, 2009:2).

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pendapat lain mengatakan bahwa calon tunggal dapat diperbolehkan untuk tetap mengikuti Pilkada tahun 2015 dengan cara mufakat atau aklamasi (Dahana, 19/08/2015 Harian Kompas:07). Dahana menegaskan bahwa dengan aklamasi bisa saja semua (rakyat) sepakat calon tunggal merupakan pemimpin terbaik dari calon pemimpin terbaik yang ada. Masyarakat tahu bahwa calon tunggal tersebut merupakan calon terbaik dan terkuat yang akan memimpin suatu daerah dengan visi dan misi yang demokratis bagi rakyatnya, dibandingkan harus menunggu calon kedua atau ketiga dalam memenuhi rukun demokrasi.

Pandangan Dahana diperkuat oleh pendapat Awaluddin bahwa fenomena calon tunggal pada Pilkada serentak tahun 2015 terjadi karena salah satunya adalah partai politik (12/08/2015, Harian Kompas:6). Pasangan calon jamak yang bakal diusung oleh partai politik disyaratkan untuk membayar uang mahar kepada partai politik. Secara rasional jika ada calon petahana yang kuat, misalnya Walikota Surabaya (Tris Rismaharini) maka calon lain akan mempertimbangkan untuk tetap maju mencalonkan diri atau lebih memilih mengundurkan diri, dengan alasan karena harus mengeluarkan dana yang cukup banyak, termasuk dana kampanye dan dana lainnya. Selain itu di beberapa negara seperti Amerika, Inggris, Kanada, India, Filipina, dan Malaysia yang juga dengan calon tunggal, mereka jauh lebih siap dalam hal UU yang mengatur calon tunggal dan bagaimana cara mengatasinya. Jika terjadi di daerah dengan calon tunggal maka biasanya langsung disahkan sebagai pemenang dalam Pilkada. Hal ini di Amerika disebut sebagai walkover (WO), sedangkan di Kanada disebut aklamasi.

Calon jamak dalam proses demokrasi tidak lagi menjadi acuan utama Pilkada serentak tahun 2015. Proses demokrasi yang terjadi tidak harus melalui sebuah pemilihan namun bisa melalui aklamasi jika otoritas dan pemerintah dapat memaklumi serta memaknai model demokrasi yang khas melalui proses komunikasi politik, maka tidak ada alasan untuk menunda Pilkada. Ketidakadaan calon jamak dalam Pilkada dianggap sebagai konsensus atau mufakat dari seluruh pemilik kepentingan, bahkan sebagian besar rakyat dapat mengapresiasi bahwa calon tunggal pantas untuk memerintah di masa depan.

Pendapat berbeda di sampaikan oleh Siti Zuhroh bahwa calon tunggal dalam Pilkada tanggal 9 Desember 2015, dinilai sangat mendadak karena UU Pilkada nomor 8 tahun 2015 yang mengatur tentang Pilkada baru disahkan beberapa bulan terakhir ini,

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga tidak ada antisipasi terhadap berbagai hal seperti calon tunggal dan dualisme partai oleh UU Pilkada tersebut serta keadaan tersebut sangat berdampak pada

pelaksanaan Pilkada (diakses melalui www.m.kompas.com; tanggal 21/08/2015). Salah

satu daerah dengan pasangan calon tunggal adalah Kabupaten TTU. Pasangan calon tunggal yang bertahan adalah calon petahana Raymundus Sau Fernandes dan Aloysius Kobes, yang didukung oleh PDIP. Sedangkan dua pasangan calon yang tidak mendaftarkan diri ke KPUD adalah Eusebio Hornai Rebelo dan Raymundus Loin, yang diusung oleh Partai Nasdem, Gerindra, Demokrat, PAN dan Hanura, serta Gabriel Manek dan Edwar Tanur yang diusung Golkar dan PKB (diakses melalui

www.kompas.com; tanggal 21/08/15). Pasangan calon tunggal petahana di Kabupaten

TTU tidak dapat bersaing dalam Pilkada tahun 2015 karena tidak ada lawan politik yang mendaftar di KPUD. Penundaan Pilkada di Kabupaten TTU dinilai dapat menyebabkan masalah dalam proses pembangunan daerah, karena terjadi kekosongan pemimpin dalam menentukan dan menetapkan suatu kebijakan serta aturan-aturan dalam proses pembangunan.

Proses diskusi yang panjang dan melibatkan berbagai lembaga terkait mensyaratkan bahwa komunikasi politik memainkan peran sentral dalam suatu sistem politik. Seperti yang diungkapkan Dento dan Woodward (dalam McNair, 2003:4) bahwa “political communication as pure discussion about the allocation of public resources (revenues), official authority (who is given the power to make legal, legislative and executive decision), and official sanctions (what the state rewards or punishes), (komunikasi politik adalah murni membicarakan tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang memiliki kewenangan untuk memberi kekuasaan dan keputusan dalam pembuatan UU atau aturan, apakah itu legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah itu dalam bentuk hadiah atau benda).

Definisi komunikasi politik menurut Dento dan Woodward didukung oleh Nimmo terutama berkenaan dalam kondisi konflik. Menurut Nimmo (2011:8) komunikasi politik merupakan hubungan politik dan komunikasi yang terjadi melalui proses sederhana. Proses tersebut melibatkan pembicaraan yang bukan biasa tapi dalam arti inklusif yaitu melibatkan segala cara untuk mempertukarkan simbol kata-kata yang dituliskan, diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai dan pakaian. Komunikasi

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensi (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi konflik. Ilmuan politik, Mark Roefols (dalam Nimmo, 2011:9) mengatakan bahwa politik lebih tepat disebut sebagai hakikat pengalaman tertentu dari kegiatan politik berkomunikasi antara para partisipan politik. Kondisi konflik atau persoalan yang berkaitan dengan Pilkada 2015 yaitu fenomena pasangan calon tunggal, kekosongan UU yang mengatur pelaksanaan Pilkada di daerah yang memiliki pasangan calon tunggal, dan peran para aktor politik dalam menyikapi persoalan tersebut. Perubahan yang terjadi dapat diketahui melalui perubahan sistem politik khususnya peraturan dan perundang-undangan di Indonesia.

Pilkada serentak tahun 2015 di Indonesia, diikuti oleh 269 daerah yang tersebar di 8 Provinsi, 170 Kabupaten, dan 26 Kota. Salah satunya adalah Provinsi NTT, dengan 8 Kabupaten antara lain wilayah Pulau Timor yaitu Kabupaten Malaka (pemekaran tahun 2013), Kabupaten Belu (penundaan Pilkada tahun 2013), dan Kabupaten TTU; Pulau Flores meliputi Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Ngada; Pulau Sumba meliputi Kabupaten Sumba Barat, dan Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten TTU adalah salah satu dari delapan Kabupaten yang mengikuti Pilkada serentak dengan pasangan calon tunggal.

Proses Pilkada pasangan calon tunggal merupakan hal yang menarik karena sepanjang sejarah demokrasi dan sistem politik Indonesia baru pertama kali dilakukan dan proses ini melibatkan diskusi yang panjang. Untuk itu pakar komunikasi politik Effendi Gazali dan Yayan Sakti Suryandaru mengajukan uji materi UU nomor 8 tahun 2015 yang mengatur tentang Pilkada Gubernur, Bupati, dan Walikota kepada Mahkamah Konstitusi (MK), yang meliputi pasal (49) ayat (8) dan ayat (9), pasal (50) ayat (8) dan ayat (9), pasal (51) ayat (2), pasal (52) ayat (2), dan pasal (54) ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) (diakses melaluiwww.m.kompas.com; tanggal 29/09/2015).

Hasil uji materi tersebut menghasilkan putusan MK bahwa tiga daerah dengan pasangan calon tunggal diperbolehkan untuk mengikuti Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015. Dalam putusan MK tersebut, hakim mempertimbangkan bahwa “UU mengamanatkan Pilkada sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih kepala daerah, harus menjamin kekuasaan tertinggi di tangan rakyat” (diakses melalui

www.m.kompas.com; tanggal 29/09/2015). Putusan MK mempertimbangkan bahwa,

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user



harus lebih dari satu pasangan calon sehingga hal ini tidak memberikan solusi bahkan menyebabkan kekosongan hukum dan pelaksanaan Pilkada dapat tertunda. Syarat mengenai jumlah pasangan calon dapat membatasi kedaulatan dan hak rakyat untuk memilih, sehingga Pilkada sebaiknya dilaksanakan meskipun hanya dengan pasangan calon tunggal.

Uji materi terhadap UU pilkada nomor 8 tahun 2015 tentang pilkada telah membawa babak baru dalam proses demokrasi di Indonesia. Hal ini karena untuk pertama kalinya Indonesia menjunjung tinggi kedaulatan dan hak rakyat untuk memilih pemimpin daerah secara langsung. Tiga Daerah yang akan melaksanakan Pilkada tahun 2015 dengan calon tunggal adalah Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten TTU. Walaupun pasangan calon tunggal, bukan berarti rakyat tidak mempunyai hak untuk menentukan pilihannya, karena MK memutuskan desain surat suara untuk rakyat memilih melalui kolom “setuju” dan “tidak setuju”. Desain tersebut berbeda dengan pemilihan pada pasangan calon jamak. Menurut hakim MK Suhartoyo, pemilihan melalui kolom “setuju” dan “tidak setuju” bertujuan untuk memberikan hak kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam demokrasi untuk memilih langsung kepala daerahnya. Jika lebih banyak yang memilih kolom “setuju” artinya masyarakat memilih calon tunggal tersebut untuk ditetapkan sebagai kepala daerah, dan sebaliknya apabila masyarakat lebih banyak memilih “tidak setuju” maka pelaksanaan Pilkada akan ditunda pada periode selanjutnya (diakses melalui

www.m.kompas.com; tanggal 29/09/2015).

Calon petahana pasangan calon tunggal di Kabupaten TTU yaitu Raymundus Sau Fernandes dan Aloysius Kobes, akan maju melawan kolom “tidak setuju” pada pilkada tahun 2015. Menarik untuk dicermati bagaimana proses komunikasi politik yang pasangan calon tunggal tersebut dilakukan untuk meyakinkan masyarakat Kabupaten TTU untuk memilih kolom “setuju”. Penelitian di Indonesia telah banyak dilakukan berkaitan dengan pasangan calon jamak dan menemukan temuan yang beragam, sedangkan belum ada penelitian mengenai komunikasi politik pasangan calon tunggal pada Pilkada.

Penelitian modern pertama oleh Paul Lazarsfeld dan beberapa koleganya di Columbia University tahun 1940, mengenai perilaku memilih terhadap pemilihan kandidat Presiden Amerika (Kaid, 2004:6). Penelitian ini menggunakan metode survei

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user



terhadap 600 responden dan melakukan wawancara setiap bulan selama 6 bulan sampai pemilihan Presiden pada November 1940 (Kaid, 2004:9). Tempat penelitian di daerah Ohio sebagai perwakilan dari Kabupaten Amerika, hasilnya bahwa dari 600 responden, hanya 54 responden yang berubah dalam memilih. Sedangkan Antunes (2010) mencatat bahwa hubungan antara perilaku memilih dan kelompok-kelompok sosial yang mereka miliki sangat kuat sehingga mungkin untuk menjelaskan pilihan pemilu yang merujuk pada penelitian komunikasi politik perlu memperhatikan tiga faktor yaitu status sosial dan ekonomi, agama, dan daerah tinggal. Penelitian Paul Lazarsfeld dan koleganya mendapat kritikan dari para sarjana yaitu Chafee dan Hockheimer bahwa, perilaku memilih bergantung pada interpretasi dan jenis data yang digunakan (Kaid, 2004:9). Sedangkan dalam skala yang kecil, penelitian tersebut mendapat perhatian dari para sarjana lain di Universitas Machigan yaitu Angus Cambell dan Robert Khan untuk melakukan penelitian lebih lanjut (Bartels, 2008).

Cambell dan Khan melalui pusat penelitian survei universitas, melakukan survei nasional yang berhubungan dengan 6 sikap kebijakan luar negeri pada Oktober 1948 dan wawancara untuk menentukan tingkat kepentingan politik dari responden dan orientasi politik mengenai apakah mereka berencana untuk memberikan suara dalam pemilihan Presiden yang akan datang dan untuk Partai yang sama. Hasil riset menunjukkan bahwa kandidat Presiden yang dipublikasikan oleh Gallup poll diramalkan menang ternyata bergantung pada berbagai faktor psikologis, sosiologis, dan politik dalam penentuan suara (Bartels, 2008). Penelitian ini selanjutnya dikenal sebagai penelitian model Machigan.

Lazarsfeld dan koleganya (1948:8), melakukan kajian mengenai pemberian suara (voting). Objek penelitian adalah pemilihan Presiden AS di Elmira, New York, dengan beberapa tambahan substansi penting untuk kuesioner dan deskripsi masyarakat. Kajian tersebut melibatkan empat gelombang panel dan 1000 responden tanpa kelompok kontrol dengan perhatian utama pada kegiatan partai lokal dan organisasi politik lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku memilih masih dipengaruhi oleh berbagai faktor penting seperti psikologis, sikap, status sosial, ekonomi, lingkungan sosial, dan persepsi pemilih terhadap isu-isu yang berkembang pada dua kandidat Presiden tersebut (Visser, 1994). Penelitian terhadap perilaku

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user



memilih terus berkembang dan tersebar di berbagai tempat serta diterapkan dari penelitian terdahulu. Penelitian tersebut dikenal sebagai model sosiologi.

Komunikasi politik menjadi suatu hal yang tidak terelakan dalam perilaku memilih masyarakat untuk menentukan kepala daerah terbaik, diyakini sebagai pemimpin yang benar-benar menjalankan pemerintahan yang jujur, transparan dan berpihak pada kepentingan rakyat. Higashikata dan Kawamura (2015) mencatat bahwa pada saat jatuhnya era Orde Baru (Orba) yang dipimpin oleh rezim otoriter Soeharto, Indonesia melakukan empat pemilu dan tiga pemilu Presiden tahun 1999-2014 dengan relatif stabil dan damai karena baik kandidat yang menang dan kalah dalam perolehan suara menunjukkan sikap kematangan demokrasi dengan menjunjung tinggi proses demokrasi, dan mereka katakan bahwa “sikap mental perlu mendapat apresiasi yang tinggi dalam komunitas internasional”. Pada tahun 2004 adalah untuk pertama kalinya Indonesia melakukan pemilihan langsung kandidat Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu tahun 1999, 2004, 2009, dan 2014 secara keseluruhan berjalan cukup aman, jujur, dan tertib. Penelitian terus berkembang yang selanjutnya dilakukan penelitian terhadap kepala daerah, baik Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, maupun Walikota dan Wakil Walikota.

Perilaku memilih yang tercermin melalui komunikasi politik, terjadi hubungan timbal balik antara masyarakat dan calon Kepala Daerah yang memperlihatkan pendidikan politik yang semakin dewasa terjadi dalam masyarakat multikultural. Hal ini karena transformasi dan perubahan pola pikir masyarakat yang semakin sadar akan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang khususnya pendidikan komunikasi politik. Salah satu contohnya adalah studi kasus oleh Bangsawan tahun 2005 tentang perilaku memilih dalam Pilkada langsung terhadap kemenangan A Hok di Kabupaten Belitung Timur. Sampel penelitian diambil dari 4 (empat) Desa di wilayah Kecamatan Manggar, dengan menggunakan metode deskriptif dan eksploratif, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menarik karena A Hok adalah calon Bupati terpilih dengan etnis Tionghoa, dan sebagai pemeluk agama Protestan, sedangkan di Kabupaten Belitung Timur mayoritas masyarakat dengan etnis Melayu dan beragama Muslim. Hal ini membuktikan bahwa ikatan primordial tidak relevan dalam menjelaskan perilaku memilih di Kabupaten Belitung Timur. Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas pemilih memberikan hak suaranya untuk memilih A Hok

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user



karena dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu orientasi isu, kandidat, dan ekonomis. Orientasi isu masyarakat kota merujuk pada pertimbangan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan penilaian terhadap track record kandidat. Orientasi kandidat masyarakat desa dipengaruhi oleh popularitas kandidat dan pertimbangan ekonomi. Sedangkan orientasi ekonomi masyarakat pinggiran merujuk pada perbaikan dan pertimbangan ekonomi, serta kemampuan kandidat.

Komunikasi politik pasangan calon tunggal Raymundus Sau Fernandes dan Alosyus Kobes pada Pilkada di Kabupaten TTU tahun 2015 memang singkat karena putusan MK tentang pasangan calon tunggal untuk ikut Pilkada, baru resmi diputuskan 29 September 2015. Selanjutnya 30 September 2015, KPU pusat mempelajari hasil putusan dan uji materi UU nomor 8 tahun 2015 oleh MK untuk merubah Peraturan KPU (PKPU) nomor 12 tentang pencalonan dan nomor 6 tentang spesifikasi surat suara

(diakses melalui www.m.kompas.com; tanggal 30/09/2015). Proses selanjutnya KPU

melaksanakan rapat pleno dan rapat koordinasi dengan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang membahas tentang pembentukan payung hukum untuk proses Pilkada calon tunggal

tanggal 7 Oktober 2015 (diakses melalui www.m.kompas.com; tanggal 07/10/2015).

Pilkada serentak 9 Desember 2015, hanya menyisahkan waktu satu bulan untuk proses komunikasi politik (kampanye) bagi pasangan calon tunggal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimana pendapat masyarakat pemilih tentang isi pesan politik dari pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU?

2. Bagaimana penggunaan saluran informasi oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal di Kabupaten TTU?

3. Bagaimana penggunaan media massa oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal di Kabupaten TTU?

4. Apa efek dari proses pemilihan pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU?

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user



C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan khusus adalah sebagai berikut: 1. Tujuan umum

Untuk menganalisis komunikasi politik pasangan calon tunggal terhadap masyarakat Kefamenanu pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain:

a. Untuk menganalisis pendapat masyarakat pemilih tentang isi pesan politik dari pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU.

b. Untuk menganalisis penggunaan saluran informasi oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal di Kabupaten TTU.

c. Untuk menganalisis penggunaan media massa oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal di Kabupaten TTU.

d. Untuk menganalisis efek dari proses pemilihan pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan peran komunikasi politik dalam Pilkada.

2. Manfaat praktis diharapkan dapat memperkaya pemahaman bagi:

a) Pelaku politik (pengurus partai, pengamat dan aktivis politik, serta lembaga terkait khususnya di daerah) yaitu:

1) Untuk mengembangkan konsep dan praktik lebih luas mengenai

perkembangan komunikasi politik, dan hubungan sumber-sumber informasi dalam Pilkada 2015 di Kabupaten TTU.

2) Sebagai pertimbangan dan masukan penting untuk dijadikan bahan evaluasi dan pedoman dalam pembelajaran mengenai perkembangan komunikasi politik dalam Pilkada 2015 di Kabupaten TTU dan khusus masyarakat Kecamatan Kota Kefamenanu.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Untuk memberikan masukan yang berguna dalam menentukan kebijakan dan pembangunan demokrasi yang lebih baik bagi masyarakat Provinsi NTT, khususnya masyarakat Kabupaten TTU.

b) Pemerintah yaitu diharapkan dapat berguna untuk mengevaluasi kinerja dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap proses demokrasi di Kabupaten TTU.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam dosis yang sama, jenis pupuk kandang yang paling baik untuk penanaman cabai merah di dataran tinggi adalah pupuk kandang ayam, tetapi harganya lebih mahal (Tabel 7)..

Dilihat dari nilai F statistik yaitu sebesar 15,300 yang signifikan pada tingkat keyakinan 99%, berarti bahwa secara bersama-sama (serentak) variabel Inflasi (INF), jumlah Quasy

Ilmu linguistik juga mempunyai beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu, salah satunya yaitu bidang kajian makna (semantik / 意味論 imiron) yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan aktivitas yang optimal dari sediaan gel ekstrak etanol daun melinjo (Gnetum gnemon L.) pada variasi konsentrasi

Bila dibandingkan antar konsentrasi alginat pada CaCl 2 0,75 % aktivitas antioksidan saling tidak berbeda nyata, sedangkan antar konsentrasi alginat pada CaCl 2 1 %

Tampilan akses menuju laporan desain industri Pada pilihan laporan desain industri berdasarkan tahun pendaftaran, maka akan ditampilkan laman yang berisi grafik

Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui

Simulasi distribusi air dengan Epanet 2.0 digunakan untuk mengetahui dan membandingkan hasil dari sistem distribusi air bersih yang sudah direncanakan dengan perhitungan