• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASPL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASPL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HASPL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Lapisan Partikel terhadap Aktivitas Makan dan Peletakan Telur Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pelapisan partikel kaolin dan kapur pertanian secara nyata menurunkan aktivitas makan dan mengurangi jumlah peletakan telur oleb imago L. huidobuewsis. Yang disebut terakhir ini diukur dari banyaknya larva instar-1 yang terbentuk. Pada uji tanpa-pilihan, kerapatan tusukan-makan dan larva instar-1 pada daun kontrol sekitar 2,s kali lipat lebih banyak dibandingkan pada daun yang diaplikasi kaolin dan kapur pertanian (Tabel 2). Pengaruh perlakuan juga ditunjukkan pada uji pilihan- bebas. Kerapatan tusukan-makan dan larva instar-1 pada daun kontrol sekitar 2 - 3 kali lipat lebih banyak daripada daun yang diberi perlakuan kaolin dan kapur pertanian. Hal ini mengisyaratkan balwa permukaan daun yang dilapisi partikel kaolin dan kapur pertanian kurang dipilih sebagai tempat penusukan- makan maupun peletakan telur L. huidobrensis.

Adanya lapisan partikel pada permukaan daun menimbulkan gangguan ataupun penghalang dalam proses penusukan ovipositor untuk keperluan rnakan maupun dalam peletakan telur. Imago betina dengan ovipositornya meletakkan telur pada jaringan mesofil di bawah lapisan epikutikula daun (Parrella 1987). Dengan demikian terdapatnya lapisan partikel pada pernukaan daun dapat mempengaruhi proses oviposisi.

Selain itu, untuk keperluan makan imago betina maupun jantan mengambil cairan daun yang keluar dari bekas tusukan ovipositor imago betina

(2)

(Chiang & Norris 1982). Adanya lapisan partikel kaolin dan kapur pertanian pada permukaan daun diduga dapat mengganggu proses pengisapan cairan daun oleh imago L. huidobrensis. Ada kemungkinan bahwa cairan yang keluar dari belcas tusulcan ovipositor akan tercampur dengan partikel yang berukuran kecil, sehingga tidak disukai oleh imago.

Tabel 2 Pengaruh pelapisan partikel kaolin dan kapur pertanian terhadap aktivitas makan dan peletakan telur pada uji tanpa-pilihan d m uji pilihan-bebas

Uji tanpa-pilihan Uji pfihan-bebas Banyaknya Banyaknya Banyaknya Banyaknya Perlakuan tusukan- larva instar-1 tusukan- larva instar-1

ovipositor per helai ovipositor per helai per cm2 luas dauna per cm2 luas daun"

daunn - daun" -

Kaolin 3,82 a 6,50 a 1,59 a 2,25 a

Kapur Pertanian 3,69 a 6,75 a 2,25 a 1,75 a

"

Angka selajur yang diikuti humf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT

(a

= 0,05)

Hambatanlgangguan aktivitas makan ini dapat mempenganlhi aktivitas imago selanjutnya seperti untuk peletakan telur (oviposisi) maupun untuk bertahan hidup. Parrella (1987) mengemukakan bahwa kemampuan bertelur dan lama hidup imago tergantung kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia. Umumnya imago

L.

huidobrensis mati bila ditempatkan dalam kurungan selama 48 jam tanpa ada makanan (tanaman h a n g atau madu).

(3)

Pengaruh Lapisan Partiltel terhadap Perkembangan Larva L. Jzuidobrertsis Pengaruh terhadap perkembangan larva, disetarakan dengan tingkat keberhasilan larva menjadi pupa. Bila dilihat dari tingkat keberhasilan larva menjadi pupa ternyata pelapisan partikel kaolin dan kapur pertanian tidak mempengaruhi perkembangan larva. Sebagaimana pada Tabel 3 terlihat bahwa persentase larva yang menjadi pupa tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan baik pada uji tanpa-pilihan maupun pada uji pilihan-bebas. Data banyaknya larva instar-1 dan pupa yang terbentuk secara lengkap tersaji pada Lapiran 1

Tabel 3 Pengaruh pelapisan partikel kaolin dan kapur pertenian terhadap perkembangan lzrva pada uji tanpa-pilihan dan uji pilihan-bebas

Perlakuau Persentase larva yang menjadi pupaa Uji tanpa-pilihan Uji pilihan-bebas

Kaolin 92,3 1

Kapur pertanian 81,48

Kontrol 92,54

"

Tidak terdapat pcrbedaan yang nyata diantara perlakuan

Hal ini karena larva L, hvidobrensis yang hidup dalam jaringan daun tidak mengalami kontak langsung dengan lapisan partikel. Glenn el. al. (2000), mengatakan bahwa mekanisme kerpa pelapisan partikel lebih bersifat fisik dalam menekan artropoda hama. Adanya partikel pada permukaan daun tidak mempengaruhi fisiologi dalam jaringan daun. Dengan demikian telur yang telah

.

(4)

berhasil diletakkan dalam jaringan daun dan nenetas menjadi larva dapat berkembang dan tidak terpengaruh ole11 adanya lapisan partikel pada permukaan daun.

Pengaruh Lapisan Partikel terhadap Kelimpahan Imago L. Ituidobrensis Pada pengamatan lapangan menunjukkan bahwa banyaknya lalat L. huidobrensis yang hinggap pada tajuk kentang yang diaplikasi kaolin dan kapur pertanian nyata lebih rendah daripada kontrol (Gambar 1). Perbedaan tadi terjadi pada pengamatan 52, 59, 66, dan 73 HST.

]

Kaolin

45 52 59 66 73

Hari setelah tanam (HST)

Gambar 1 Pengaruh pelapisan kaolin dan kapur pertanian terhadap kelimpahan lalat L. huidobrensis. (Angka pada umur tanaman yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT, a = 0,05; garis vertikal menunjukkan simpangan baku).

Tiadanya perbedaan pada 45 HST, diduga karena aplikasi baru dilakukan satu kali, sehingga lapisan kaolin dan kapur pertanian pada permukaan daun masih terlalu tipis untuk dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kehadiran

(5)

dan aktivitas lalat L. huidobrensis. Jumlah imago yang ada pada saat itu lebih mencerrninkan keadaan awal kelimpahan imago sebagaimana sebelum adanya perlakuan. Pada pengamatan 73 HST terjadi penurunan kelimpahan imago yang cukup tajam. Pada umur tersebut, tanaman memasuki fase pematanyan umbi dan daum mulai mengering. Hal ini menjadi tidak sesuai untuk berkembangnya L. l~uidobrensis.

Secara teoritis ada dua ha1 yang kemungkinan besar menyebabkan rendahnya kelimpahan populasi imago L. huidobrensis pada tajuk tanaman yang diaplikasi dengan lapisan partikel kaolin dan kapur pertanian, yaitu gangguan dalam proses penemuan inang, dan pengaruh fisik secara langsung pada tuhuh serangga.

Aplikasi partikel kaolin maupun kapur pertanian menimbulkan perubahan secara visual pada hamparan pertanaman. Cahaya yang direfleksikan oleh lapisan partikel yang benvarna putih pada permukaan tanaman dapat mengganggu proses penemuan dan pengenalan tanaman inang oleh lalat

L.

huidobrensis. Glenn et al. (1999) dan Puterka el al. (2000) mengemukakan bahwa teknii pelapisan partikel menggunakan kaolin dapat mengacaukan serangga hama dalam menemukan inangnya. Hansen (2000) juga mengemukakan bahwa beberapa serangga terganggu oleh cahaya putih terang, dan pada kasus lain serangga dan tungau tidak mengenal inangnya karena merasa berbeda dengan keadaan yang normal. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tahapan hama untuk mendapatkan inang adalah diawali dengan pengenalarl inang (Pedigo 1989).

(6)

Selain itu adanya partikel kaolin dan kapur pertanian yang menempel pada permukaan tubuh L. huidobrensis juga dapat menimbulkan gangguan fisik. Glenn et al. (1999) mengemukakan bahwa partikel dengan ukuran I

-

2 pm yang melekat pada kutikula dapat mempercepat hilangnya air tubuh sehingga serangga mengalami desikasi dan akbirnya mati.

Pengaruh Lapisan Partikel terhadap Musuh Alami

Predatoz Jenis predator L. huidobrensis yang umum dijumpai di areal penelitian adalah

C.

humilis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelimpahan lalat predator pada petak yang diaplikasi kaolin dan kapur pertanian tidak berbeda nyata dengan pada petak kontrol (Gambar 2). Pada seluruh petak percobaan, kelimpahan lalat C. hu~nilis sekitar 1 ekor per 4,5 m baris kentang kecuali pada 66 HST yang mencapai sekitar 2 ekor per 4,5 m baris kentang.

Tidak adanya dampak negatif pelapisan partikel ini terhadap C. humilis disebabkan ukuran tubuhnya yang relatif besar dan aktif berpindah. Dengan demikian tingkat toleransinya terhadap gangguan partikel tersebut lebih besar pula. Keadaan yang demikian sangat menguntungkan, mengingat pada umumnya secara fisik ukuran predator relatif lebih besar daripada inangnya. Sebagaimana penelitian terdahulu bahwa teknik pelapisan partikel ini lebih e'fektif untuk jenis-jenis artropoda berukuran kecil seperti trip, aphid, tungau, dan empoasca. Lebih lanjut McBride (2000) mengemukakan bahwa pelapisan partikel kaolin pada permukaan tanaman tidak merugikan bagi serangga berguna

(7)

seperti kumbang predator Coccinellidae, larva Chrysophidae, lebah madu dan serangga penyerbuk lainnya

1

Kaolin Kapur pertanian

2.5 Kontrol

45 52 59 66 73

I f r i setelah tanam @ST)

Ganlbar 2 Pengaruh pelapisan partiltel kaolin dan kapur pertanian terhadap kelin~pahan lalat C. Hutnilis. (Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlaltuan; garis vertiltal menunjukkan simpangall baku)

Kurangnya efek negatif pelapisan partikel terhadap C. hunzilis, juga disebabkan lalat predator ini dalam peletakan telur dan perkembangan larvanya tidak pada tajuk tanaman sehiigga terhiidar dari efek aplikasi partikel. Lalat

C.

hunzilis meletakkan telurnya pada kompos atau bahan organik lainnya serta larvanya memangsa cacing Eisenia rosca yang hidup pada media tersebut (Yahnke & George 1972). Selain itu lalat predator

C.

humilis menangkap mangsanya pada saat terbang (Hanvanto 2002), sehiigga tidak bersentuhan dengan partikel yang menempel pada permukaan daun kentang. Pengaruh buruk partikel terhadap lalat predator ini hanya mungkin terjadi bila layangan partikel saat aplikasi mengenai langsung tubuh

C.

humilis.

(8)

Parmitoid Parasitoid yang banyak dijumpai pada saat penelitian berlangsung adalah Opius sp. (Hymenoptera: Braconidae) dan Herniptarsenus varicornis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae). Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan (Tabel 4). Pada penelitian ini tingkat parasitisasi larva L. huidobrensis oleh parasitoid H. varicornis tidak ditampilkan karena nilainya sangat rendah sehingga tidak memadai untuk dikaji perbedaannya.

Tabel 4 Pengaruh lapisan kaolin dan kapur pertanian terhadap tingkat parasitisasi L. huidobrensis oleh Opius sp.

Umur tanaman (HST)

Perlakuan 52 66

n % parasitisasia n % parasitisasi"

Kaolin 194 63,O 109 59,5

Kapur pertanian 192 74,4 128 62,7

"

Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan.

Berdasarkan analisis data terhadap tingkat parasitisasi oleh Opius sp. terlihat bahwa aplikasi kaolin maupun kapur pertanian tidak terlalu beeipengaruh buruk seb'againama efek insektisida sintetik. Namun demikian bila diperhatikan secara kuantitatif pada Tabel 4, ada kecenderungan bahwa pelapisan partikel, khususnya kaolin menurunkan tingkat parasitisasi

L.

huidobrensis oleh Opius sp. Efek negatif ini dapat tejadi karena secara fisik ukuran tubuh parasitoid ini relatif kecil dan untuk proses penemuan inang dan parasitisasinya memerlukan kontak langsung dengan permukaan daun yang terlapisi partikel. Opius sp menusulckan ovipositor untuk meletakkan telurnya pada larva L. huidobrensis

(9)

yang ada dalam jaringan daun. Beberapa peneliti terdahulu juga telah lama melaporkan mengenai pengaruh buruk partikel debu yang berasal dari tepi jalan dan penambangan terhadap musuh alami hama (DeBach 1951). Lebih lanjut DeBach (1969) melaporkan bahwa parasitisasi Aphylis sp. pada kutu perisai yang hidup pada buah jeruk yang berdebu mengalami penurunan sebesar 40% dibandingkan buall yang bebas dcbu. Dalam kaitan dengan pelapisan partikel kaolin, Knight et al. (2000) dan Kahn et al. (2001) melaporkan terjadinya penurunan tingkat parasitisasi pada pengorok daun apel, Phyllonorycler elmaella Doganlar & Mutuura (Lepidoptera: Gracillariidae), dan pada saat yang bersamaan serangan pengorok daun ini meningkat.

Pengaruh Lapisan Partikel terhadap Tingkat KerusaBan Tanaman

Berkurangnya kehadiran lalat L, huidobrensrs pada tajuk kentang yang diaplikasi kaolin dan kapur pertanian seperti disebutkan sebeluinnya dicerminkan pula oleh menurunnya intensitas kerusakan daun (Tabel 5). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa intensitas kerusakan daun pada 55 HST berbeda nyata hanya pada tajuk bagian bawah, sedangkan pada 69 HST ken~sakan daun pada tajuk bagian bawah maupun atas nyata lebih rendah pada petak kentang yang diaplikasi kaolin dan kapur dibandingkan petak kontrol. Secara umum, intensitas kerusakan daun pada tajuk tanaman di petak kontrol sekitar 1,5 hiigga 2 kali lipat lebih besar daripada tajuk tanaman yang dilindungi kaolin dan kapur pertanian. Intensitas kerusakan daun ini berhubungan erat dengan kelimpahan imago yang hinggap pada tajuk tanaman (Soeriatmadja & Udianto 1997).

(10)

Kerusakan daun pada tanaman kentang paling parah terjadi pada daun bagian bawah dan sangat sedikit terjadi pada daun bagian atas. Hal ini terkait dengan preferensi inang dalam peletakan telur. Secara fisik permukaan daun atas terdapat lebih banyak bulu-bulu daun (trikotna) yang dapat menjadi hambatan bagi imago untuk makan maupun peletakan telur, menyebabkan imago memilih daun bagian bawah (Supartha, 1998). Keadaan ini hanya terjadi pada tingkat serangan rendah. Pada tingkat serangan tinggi kerusakan dapat terjadi pada seluruh tajuk tanaman kentang (Rauf 1995).

Tabel 5 Pengaruh pelapisan partikel kaolin dan kapur pertanian terhadap intensitas serangan L. huidobrensis pada tanaman kentang

Tingkat kerusakan (%)" dan pada tanaman umur @ST)

Perlakuan 55 69

Tajuk Tajuk ' Tajuk Tajuk

Atas Bawah Atas bawah

Kaolin 0,36 a 12,17 a 0,99 a 22,16 a

Kapur pertanian 0,30 a 11,26 a 1,26 a 22,73 a

Kontrol 0,58 a 17,34 b 2,48 b 38,13 b

"

Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT (a =0,05)

Pengaruh Lapisan Partikel terhadap Hasil Panen

Analisis ragam pada data hasil panen menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara petak yang diaplikasi partikel kaolin maupun kapur pertanian dibandingkan dengan petak kontrol (Tabel 6). Hal ini lebih disebabkan rendahnya tingkat serangan L. huidobrensis.

(11)

Pada saat penelitian berlangsung, serangan hama lalat pengorok daun L. huidobrensis relatif rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga terlihat pada intensitas kerusakan daun. P ada keadaan serangan berat biasanya dicirikan oleh intensitas kerusakan yang tinggi pada tajuk bagian atas. Dala~n penelitian ini intensitas kerusakan daun pada tajuk bagian atas kurang dari 1% pada 55 HST (Tabel 5), saat tanaman kentang rentan terhadap serangan llama L. hudob1.ensis. Pada tingkat serangan rendah, walaupun terdapat perbedaan intensitas kerusakan daun antara perlakuan dengan kontrol, namun tidak menyebabkan perbedaan terhadap hasil umbi total. Hal ini lebih disebabkan adanya sifat toleransi tanaman terhadap kerusakan dan kerusakan yang terjadi masih berada di bawah ambang toleransinya

Tabel 6 Pengaruh pelapisan partikel kaolin dan kapur pertanian terhadap hasil panen kentang

Bobot hasil panen umbi (kg / 18 m2)

Perlakuan menurut gradea

A B C Total

Kaolin 11,7 11,s 10,3 33,9

Kapur pertanian 11,6 11,9 7,9 31,4

Kontrol 10,2 12, I 9,o 3 1,3

a Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan.

Pengamatan di L a h a n Petani

Secara umum kelimpahan populasi imago L. huidobrensis di lahan petani yang diaplikasi insektisida sintetik lebih tinggi dibandingkan dengan petak yang diaplikasi partikel kaolin dan kapur pertanian (Tabel 7). Pada

(12)

pengamatan 59 HST dan 66 HST kelimpahan populasi L. huidobrensis dur kali lebih banyak dibandingkan petak kontrol.

Tingginya kelimpahan imago lalat pengorok daun L. huidobrensis pada petak petani terkait dengan efek negatif penggunam insektisida. Pada lahan petani, insektisida karbos~llfan (Marshal 200 EC) dan dimehipo (Spontan 400 WSC) diaplikasikan seminggu sekali. Diduga bahwa aplikasi insektisida sintetik dapat menyebabkan terbunuhnya musuh alami (parasitoid dan predator). Icelimpahan lalat predator C. hunrilis dan tingkat parasitisasi oleh Opius sp. pada petak petani lebih rendah dibandingkan petak kontrol. Lebih rendahnya kelimpahan lalat predator Coenosia hunzilis pada petak yang diaplikasi insektisida juga dilaporkan oleh Hanvanto (2002). Penurunan tingkat parasitisasi

H.

varicornis pada petak yang diaplikasi insektisida dilaporkan ole11 Purnomo el. a1 (200 1).

Tabel 7 Kelimpahan populasi imago L. huidobrensis dan C. humilis serta persentase parasitisasi Opius sp. di lahan petani yang diaplikasi insektisida sintetik

Umur tanaman (HST)

Pengamatan 45 52 59 66 73

Jumlah imago

L.

h21idobrensis" 5,3 1 7,31 29,19 21,94 2,44 Jumlah imago C. hutnilis" 1,06 0,50 0,44 1,OO 0,69 Persentase parasitisasi oleh

-

42,45 - 53,90 -

Opius sp. (58)" (74)

"

Pengamatan kelimpahan populasi imago per 4,s m baris kentang. Angka dalam kumng menunjukkan jumlah pupa yang diamati.

(13)

Pembahasan Umum

Teknik pelapisan partikel seperti disebutkan di atas tidak terlepas dari potensi dampak samping yang mungkin ditimbulkannya, baik terhadap musuh alami maupun terhadap tanaman.

Adanya dampak samping terhadap rnusuh alami khususnya parasitoid, maka dalarn aplikasi partikel kaolin perlu mempertimbangkan keberadaan serangga berguna tersebut. Sekiranya keberadaa; parasitoid unjuk kerjanya cukup baik dalam menekan serangan L. huidobrensis hingga dibawah ambang pengendaliannya, maka aplikasi pelapisan partikel tidak perlu dilakukan, tetapi bila dengan keberadaan parasitoid tersebut serangan

L.

huidobrensis masih menimbulkan kerugian, maka aplikasi partikel dapat dilakukan.

Pada peneIitian di Pangalengan tidak dilakukan pengamatan secara khusus terhadap pengaruh pelapisan partikel dan kemungkinan terjadinya fitotoksisitas atau penurunan Iaju fotosintesis. Namum, pengamatan lapangan pada umur 60 HST menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan jumlah daun yang rontok tidak terdapat perbedaan yang nyata antara petak yang diapIikasi partikel dibandingkan dengan petak kontrol (Lampiran 2). Unruh el al. (2000) melaporkan bahwa tidak ditemukan gejala fitotoksisitas seperti daun terbakar dan perubahan warna pada buah ape1 dan pear yang diaplikasi partikel kaolin. Selain itu, penelitian Glenn ei al. (1999) menunjukkan tidak terjadi penurunan aktivitas fotosintesis pada apel, peach, dan pkar pada kerapatan partikel yang mencapai 3.000 pglcm2 permukaan daun. Tiadanya pengaruh buruk dari partikel kaolin terhadap fotosintesis dan transpirasi pada jeruk dilaporkan oleh Kerns & Wright (2001). Bahkan penelitian Glenn et al. (1999) menunjukkan

(14)

bahwa lapisan partikel kaolin dapat berperan melindungi buah ape1 dari sengatan sinar matahari dan mengurangi cekaman panas, sehingga buah yang dihasilkan jurnlahnya lebih banyak dan ukurannya lebih besar.

Walaupun tidak lepas dari pengaruh samping, teknik pelapisan partikel yang berbasis kaolin memiliki prospek dalanl pengendalian hama. Dibanding dengan insektisida sintetik, partikel kaolin jauh lebih aman terhadap lingkungan (Glenn et al. 1999) dan secara ekonomis lebih murah. Satu kali aplikasi partikel kaolin setara dengan 3 - 4 kali aplikasi insektisida sintetik (McBride 2000). Mengenai dampak aplikasi partikel kaolin terhadap lingkungan dan manusia, peneliti di Amerika Serikat dan FDA (Food Drug Adnzinisraliorz) menyatakan bahwa bahan mineral kaolin aman bagi kesehatan. Penggunaan bahan kaolin untuk pengendalian hama telah direkomendasikan sebagai alternatif pengendalian pada pertanian organik.

Kurang impresifnya pengaruh pelapisan partikel dalam pengendalian L. huidobrensis, khususnya terhadap hasil panen kentang pada penelitian ini, tidak berarti bahwa teknologi ini tidak bermanfaat dan tidak perlu ditindaklanjuti. Pada percobaan yang dilakukan hi Pangalengan (Jawa Barat), bahan yang digunakan adalah kaolin dan kapur pertanian untuk keperluan umum. Kapur pertanian tampaknya tidak praktis untuk digunakan karena perlu sering diaduk untuk menghindari pengendapan, dan daya rekatnya pada permukaan tanaman kurang h a t , sehigga perlu aplikasi lebih banyak. Karena itu penelitian lanjutan perlu lebih diarahkan pada pemanfaatan partikel ,kaolin. Dalam hubungan ini, partikel kaolin yang telah direkayasa khusus untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit yang patennya ada pada Engelhard

(15)

Corporation dan USDA kiranya layak diuji kefektifannya terhadap berbagai hama utama lainnya di Indonesia.

Pemanfaatan partikel kaolin sebagai alternatif pengendalian, perlu melnpertimbangkan kondisi ekologi dan karakteristik hama. Secara umum teknologi pelapisan partilcel diperkirakan lebih sesuai diterapkan pada komoditas yang diusahakan di wilayah dengan curah hujan yang rendah. Pada kondisi demikian, laju pencucian lapisan partikel dari permukaan tanaman diharapkan kecil. Lebih dari itu, prinsip kerja dari teknologi pelapisan partikel adalah pencegahan, yaitu melindungi tanaman dari serangan hama yang bakal terjadi (Glenn el al. 1999). Hama yang banyak menimbulkan kerugia~l di Indonesia seperti penggerek buah kakao, Conoponzorpha crar~zerella (Snell.) (Lepidoptera: Gracillariidae), dan lalat buah Bactrocelzl spp. (Diptera: Tephritidae) mungkin merupakan sasaran yang tepat untuk diujicoba dikendalikan dengan teknologi pelapisan partikel.

Pada saat yang bersamaan, pengamh samping partikel kaolin terhadap ~ n u s u h alami tetap relevan untuk dikaji lebih mendalam. Selaill itu, teknologi pelapisan partikel kaolin perlu pula dikaji keefektifannya dalam melindungi tanaman dari infeksi patogen.

Gambar

Gambar 1  Pengaruh pelapisan kaolin dan kapur pertanian terhadap kelimpahan  lalat  L

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi proses yang terjadi kawasan pinggiran cenderung berkembang kearah kutup pertumbuhan baru akibat ekspasi wilayah perkotaan yang menyerap para pelaku ekonomi

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dapat digunakan untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE), yang memiliki input-output yang relatif sama,

Jenis Data Sig. Ini artinya siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan komunikasi yang berbeda. Dengan demikian, penelitian ini menunjukan

Peningkatan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Cooperative Model Think Pair Share Berbantuan Media Gambar Kelas IV Tema 1 Indahnya Kebersamaan SD 2 Garung Lor Kudus.. Pendidikan

mempengaruhi kehidupan keagamaan mereka, baik yang terkait dengan persepsi tentang makna agama, kepatuhan dan ketaatan beragama, dan juga pengaruh agama terhadap etos

Adapun sifat-sifat dari kekebalan malaria adalah darah mungkin mengandung parasit malaria, hanya aktif terhadap bentuk eritrosit dari parasit spesifik terhadap

Rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaiamanakah metode pengembangan kompetensi pegawai negeri sipil pada STAIN Curup dalam meningkatkan mutu Pegawai ASN sesuai

Oleh karena itu untuk menghilangkan dikotomi dalam pendidikan tersebut, maka didirikanlah sekolah Islam terpadu, sehingga diharapkan dapat melahirkan generasi muslim