BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Pada bab ini dikemukakan tiga bagian pokok, yaitu kesimpulan, implikasi dan rekomendasi penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian maka tujuan penelitian dalam studi ini sudah dapat diperoleh yaitu ditemukannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan beajar di sekolah dasar reguler. Sebagai kesimpulan umum dapat dikemukakan berdasarkan studi ini adalah model pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar di sekolah dasar reguler.
Secara spesifik beberapa kesimpulan dapat dikemukakan sebagai berikut : Pertama kesimpulan berdasarkan studi pendahuluan
perencanaan secara khusus, semua bahan pelajaran sudah tersedia pada buku paket dan buku lembar kerja peserta didik yang dapat dibeli dari toko buku atau disediakan pihak sekolah. Kesederhanaan tersebut tercermin dari pembelajaran membaca identik dengan peserta didik melakukan aktivitas membaca kemudian mengerjakan soal-soal latihan. Peserta didik berkesulitan belajar mendapatkan pendekatan pembelajaran, materi atau sistem evaluasi yang sama dengan peserta didik lainnya dalam artian belum dikembangkannya pembelajaran membaca secara khusus yang dapat mengembangkan kemampuan membaca peserta didik ber kesulitan belajar.
Pembelajaran membaca sangat mengandalkan buku pelajaran yaitu buku pegangan guru dan buku pegangan peserta didik, lalu membaca bersama-sama atau membaca senyap, kemudian diselesaikan dengan latihan-latihan. Selain itu guru menggunakan daya intuisinya dengan cukup besar dalam interaksi pembelajaran khususnya dalam mengembangkan kemampuan membaca peserta didik tidak terkecuali peserta didik berkesulitan belajar (children with learning difficulties). Bilamana terdapat kata-kata yang sulit bagi peserta didik, maka guru akan segera memberitahu artinya. Disini belum ditemukan bagaimana guru memfasilitasi peserta didik untuk mencari pemecahan masalah bahasa atau kata yang tidak diketahui.
Studi ini menyimpulkan pula bahwa banyak guru belum siap untuk melakukan adaptasi pembelajaran untuk peserta didik berkesulitan belajar, dengan argumen bahwa mereka dapat mengadaptasi materi atau instruksional tetapi mereka tidak punya cukup waktu. Ditemukan sebagian besar guru melihat diri mereka hanya sebagai penyampai materi hal ini tercermin dari cara mereka mengajar dan materi yang dirumuskan. Waktu yang digunakan dalam mengajar banyak digunakan untuk ceramah, demonstrasi dari guru, sedangkan peserta didik terbagi-bagi ada kelompok sebagai pendengar, dan sekelompok kecil merespon secara aktif, dan kelompok kecil lainnya yang kehilangan arah kelihatan mendengar tidak, memperhatikanpun tidak, mereka asik bermain sendiri atau duduk berdiam diri, dan sebagian lagi peserta didik berkesulitan belajar mendapat bimbingan dari guru pendamping khusus (shadow teacher) yang dikirim orang tua.
Peserta didik berkesulitan belajar membaca pada peserta didik umumnya disertai dengan kesulitan penyerta lainnya yaitu hambatan menulis, syndrome autistik, gangguan pemusatan perhatian dan prilaku, lambat belajar, serta ganguan komunikasi verbal.
Kesimpulan kedua, berkenaan dengan gagasan model pembelajaran untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik berkesulitan belajar yaitu model pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar (learning difficulties) di sekolah dasar reguler.
penguatan organisasi kognitif, review keterampilan baru dilakukan sebagai penutup proses kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran berdiferensiasi yang digagas membutuhkan dua orang guru yang akan mengampuh dan mengajar secara berkolaborasi mulai dari persiapan, penyusunan rencana. Pelaksanaan pembelajaran sampai evaluasi. Adapun pedoman penyusunan dan implementasi model pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar di sekolah reguler sebagai berikut;
1. Pedoman penyusunan dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dengan kesulitan beajar di sekolah dasar reguler.
Penyusunan dan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dilalui dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Asesmen: asesmen merupakan komponen pokok yang tidak dapat ditinggalkan dari model ini. Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi akurat kesiapan belajar peserta didik. Asesmen dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen formal atau asesmen nonformal yang dirumuskan guru atau menggunakan multiple asesmen.
unik atau lower performing reading group dimana di dalannya peserta didik lambat belajar dan peserta didik berkesulitan belajar.
3) Penyelarasan kebutuhan belajar peserta didik dengan kurikulum yang berlaku atau dengan kompetensi-kompetensi yang ditegakkan standar isi. Kurikulum yang digunakan sesuai dengan tahapan kurikulum yang berlaku tetapi bagi peserta didik dengan kesulitan belajar dan unggul perlu diadaptasi.
4) Mengadaptasi konten atau materi. Materi perlu disiapkan untuk menyelaraskan dengan kemampuan peserta didik. Adapun materi yang dipilih yang disesuaikan dengan kesiapan masing-masing kelompok kompetensi peserta didik. Materi pokok pada awalnya sama yaitu membaca wacana dengan kategori sedang terdiri dari 150-250 kata, setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata sesuai keterbacaan wacana kelas 4 (Wahjawidodo,1985). Kelompok unggul akan mendapat pula materi pengayaan, kelompok unik mendapat materi koreksi atau supplemen.
5) Proses. Proses merupakan kegiatan diferensiasi pembelajaran dengan mendayagunakan berbagai metoda, tehnik yang disesuaikan dengan keperluan peserta didik untuk mendukung pembelajaran. Adapun metoda yang digunakan scanning, skipping, skimming, tehnik cloze, tanyajawab, diskusi kelompok modeling, dan primming , Sedangkan pendekatan dilakukan secara kelompok, individual, berpasangan.
evaluasi disesuaikan dengan kondisi peserta didik, dalam artian cara mengkomunikasikan evaluasi tidak sama, apabila peserta didik dengan kesulitan belajar juga disabilitas menulis maka tehnik yang digunakan untuk mengetahui perolehan peserta didik dalam belajar membaca diadaptasi dengan cara lisan. Demikian pula peserta didik dengan lambat belajar akan mendapat waktu tambahan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi.
Adapun gambaran pedoman penyusunan dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi divisualisasikan pada lampiran 11.
2. Model pembelajaran berdiferensiasi meliputi
1) Sasaran. Sasaran model ini adalah peningkatan kemampuan membaca. 2) Indikator : Menemukan ciri-ciri teks esay, menemukan kalimat utama tiap
paragraf, menyampaikan pokok pikiran bahan bacaan, menyampaikan isi bacaan, merangkum isi bacaan, menentukan masalah yang terdapat pada bacaan, mendiskusikan masalah dalam teks bacaan, mengidentifikasi pelaku peristiwa pada bahan bacaan.
pada kalimat utama. (c) Wacana pengayaan: wacana ini disiapkan untuk menantang peserta didik unggul sebagai pengayaan. Adapun jenis wacana lebih komplek, letak pokok pikiran tidak selalu pada kalimat utama, jumlah paragraf lebih banyak daripada materi pokok.
4) Model Pembelajaran : Model pembelajaran berdiferensiasi yaitu model pembelajaran yang dikemas berdasarkan kesiapan (readiness) belajar peserta didik. Kesiapan peserta didik diperoleh dari aktivitas asesmen. 5) Metoda: Metoda yang digunakan membaca layap (skimming), membaca
lompat (skipping), membaca memidai (scanning), modeling, tanya jawab, dan tehnik cloze, peerteaching, diskusi kelompok.
6) Media: Media merupakan segala sesuatu yang berkaitan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan yaitu, kartu kata, kartu pyramid, kertas tempel, stabilo, kamus bahasa Indonesia dan kamus populer serta gambar-gambar.
7) Sumber: Sumber utama yang digunakan sesuai dengan KTSP 2006 yaitu kurikulum yang berlaku sekarang ini di sekolah dasar serta beberapa sumber yang disesuaikan dengan keberagaman kemampuan peserta didik baik tingkat kedalamannya maupun keluasannya.
8) Penilaian : Penilaian yang ditegakkan adalah Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran baik berupa tulisan, lisan maupun perbuatan atu berupa portofolio atau lembar kerja peserta didik (LKS)
a. Tahap pra pembelajaran terdiri dari pengelompokan heterogen yang bersifat fleksibel, berdoa, mengabsen kehadiran peserta didik
b. Tahap kegiatan Awal : Meliputi pengondisian atmosfir kelas, prior knowledge, memotivasi peserta didik, mengkomunikasikan tujuan c. Tahap kegiatan inti : Presentasi bersifat klasikal. Kelompok A
Skimming/skipping, elaborasi, klarifikasi. Kelompok B scanning pengembangan insight, elaborasi, klarifikasi. Kelompok C. Koneksi tambahan berupa priming, membangun latar belakang, elaborasi, klarifikasi.
Implementasi 2. f. Skipping, g.elaborasi, h. klarifikasi 3. i. skimming, j. elaborasi, k. klarifikasi 4. l. scanning, m. Elaborasi, n. klarifikasi 5. o. priming, p. building background q. elaborasi, r. klarifikasi
6. s. Memperkuat organisasi kognitif t. demontrasi pengetahuan yang telah
Evaluasi tidak selalu dilaksanakan pada akhir pembelajaran tetapi dilakukan pula pada proses pembelajaran
Kesimpulan ketiga. Efektivitas Model pembelajaran berdiferensiasi terhadap kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar.
disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kemampuan meringkas, mengarang pada peserta didik kategori unggul.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi efektif untuk menggali dan mengembangkan kemampuan kosakata, kalimat yang pada akhirnya mampu memahami apa yang dibaca serta mengembangkan kreatifitas dalam mengolah kalimat atau kata-kata, kemudian pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kelas pembelajaran.
Kesimpulan keempat. Faktor pendukung dan penghambat penerapan model pembelajaran berdiferensiasi.
Sebagaimana dikemukakan pada bagian kajian terdahulu dari studi ini, pembelajaran yang dibentangkan di lapangan tidak bersandar pada kesiapan peserta didik, wacana yang digunakanpun belum diperhitungkan keterbacaannya, pendekatan pembelajaran secara kelasikal. Hal ini pula yang menjadi kendala peserta didik untuk maju dan dibelajarkan. Dengan memperhatikan kesiapan peserta didik masing-masing, mengkaji dan memperhitungkan keterbacaan (readability) bahan ajar, menyelaraskan bahan ajar dengan stategi yang digunakan dalam komunikasikan pelajaran maka semua peserta didik akan dapat mencapai keberhasilan atau sukses bersama.
kemampuan belajar. Faktor dukungan lainnya dari keterterapan model ini berupa motivasi, kegigihan guru untuk mengembangkan pemahaman tehadap arti dan makna pembelajaran sebenarnya.
Berdasarkan uji coba model baik secara terbatas, skala luas dan uji efektifitas pembelajaran berdiferensiasi akan dapat diterapkan dengan maksimal bila didukung oleh beberapa komponen yaitu:
a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Model pembelajaran berdiferensiasi menuntut kemampuan dan kreativitas guru dalam memgembangkan pembelajaran, mulai dari sebelum pembelajaran dibentangkan, penyajian pembelajaran sampai evaluasi dan tidak lanjut. Pada pembelajaran berdiferensiasi guru ditagih memiliki kemampuan mengasesmen baik asesmen yang dilakukan sebelum pembelajaran, asesmen kilat pada proses pembelajaran sehingga guru dapat mempertahankan task on peserta didik dalam belajar, kemampuan mengadaptasi bahan ajar, menggunakan berbagai metoda dan steretegi serta mendaya gunakan waktu transisi yang ada dalam pembelajaran. Selain itu faktor pendukung berkaitan dengan motivasi, kepedulian, serta improvisasi guru dalam mengembangkan kelas pembelajaran.
b. Faktor pendidikan dan latar belakang guru.
dengan latar belakang pendidikan yang tinggi tetapi tidak disertai ilmu mengajar akan menghambat sewaktu interaksi pembelajaran dibentangkan. c. Faktor kebijakan yang ditegakkan sekolah, guru kelas serta Dinas pendidikan
terkait atau yayasan bagi sekolah swasta memberikan dukungan atau dapat pula hambatan untuk mengembangakan pembelajaran yang berdiferensiasi. Penentukan KKM yang ditegakkan guru selama ini kurang berpihak peserta didik kesulitan belajar. KKM ditentukan dari ketercapaian sejumlah materi yang ditentukan berdasarkan standarisasi ketercapaian bahan ajar, tanpa dimodifikasi atau diselaraskan dengan kesiapan belajar peserta didik. Dengan sistem demikian maka peserta didik dengan kesulitan belajar tidak akan pernah berhasil dalam belajar karena tidak dapat mencapai KKM, karena itu dibutuhkan KKM yang fleksibel.
d. Disisi lain faktor penghambat yaitu menstereotype peserta didik berkesulitan belajar serta menegakkan pembelajaran berdasarkan pada apa yang peserta didik tidak bisa lakukan, maka peserta didik berkesulitan belajar selalu akrab dengan remedial-remedial, hal demikian juga sulit mengharapkan rapor yang menekankan pada hal-hal yang tidak bisa dilakukan peserta didik.
informasi-informasi, maka dari itu dalam menegakkan pembelajaran berdiferensiasi selain adaptasi materi dan pendekatan juga dibutuhkan adaptasi waktu.
f. Kelas yang telalu besar. Jumlah rombongan belajar lebih dari 30 orang pada kelas cukup menguras energi guru memberikan pembelajaran yang dapat memberikan dampak pada kualitas pembelajaran yang ditegakkan.
g. Dukungan media. Media yang relevan akan membantu menjembatani pemahaman peserta didik dalam membaca. Dalam artian media tidak selalu dengan kategori bertehnologi tinggi, tetapi dengan media yang sederhana, murah, mudah ditemukan seperti kartu kata, gambar-gambar yang digunkan cukup membantu mendekatkan peserta didik pada apa yang akan dipahami, juga meningkatkan antusias peserta didik dalam belajar.
h. Faktor kepribadian guru.
Studi ini menunjukan selama model pembelajaran berdiferensaiasi dibentangkan guru yang humoris, tidak tergesa-gesa, nada suara yang tidak tersentak-sentak, penggunaan kalimat yang tidak terlalu panjang lebih dapat mendukung kegiatan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelas baik secara individual maupun kelompok.
B. Implikasi
Implikasi Teoritis.
Implikasi teoritis dari studi ini adalah pembelajaran berdiferensiasi akan efektif apabila didasari dengan diketahuinya kesiapan belajar peserta didik sebagai titik awal dalam membangun pengetahuan atau keterampilan baru. Menemukan titik awal berarti menilai apa yang dapat dan tidak dapat dilakukanpeserta didik kesulitan belajar berkaitan dengan target tertentu yang ditetapkan. Kesiapan tidak terbatas pada kemampuan membaca saja tetapi dapat berkaitan pula dengan segala properti yang dimiliki peserta didik baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam belajar, seperti kegemaran, kesukaan atau mungkin yang peserta didik idolakan untuk membantu guru menemukan cara mengajar yang sesuai dan ramah peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi berkaitan langsung dengan kemampuan mengadaptasi atau memodifikasi bahan ajar, proses juga evaluasi yang disesuaikan dengan keunikan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi tidak menggunakan strategi tunggal (single stategy) tetapi banyak cara, berbagai strategi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Disisi lain pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan dukungan manajeman atau organisasi kelas. Hal ini sebagaimana yang ditagihkan model pembelajran dengan mengetahui level kemampuan belajar membaca peserta didik , penyelarasan materi ajar (wacana) kemudian menyusun perencanan apa yang peserta didik butuhkan untuk dipelajari.
akan digunakan. Bahasa instruksional guru mengandung penjelasan-penjelasan yang kadang-kadang akan lebih mudah dimaknai dari pada bahasa yang tertera di buku. Dalam buku-buku pelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca peserta didik banyak menggunakan konsep-konsep dan kata-kata yang abstrak, sedangkan kemampuan membaca dan pemahaman peserta didik berkesulitan belajar rendah bahkan sangat rendah sehingga peran guru sangat besar untuk dapat mengkonkritkan atau membuat semi konkrit dari konsep atau kata-kata yang abstrak pada wacana atau buku ajar. Dengan kata lain guru dituntut untuk menyeimbangkan antara bahasa instruksional guru, dengan bahasa instruksional peserta didik agar peserta didik dapat dibelajarkan.
Implikasi Praktis
Sebagai implikasi praktis bahwa hasil penelitaian ini dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran di kelas yang mengampuh peserta didik ber kesulitan belajar. Pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kemampuan membaca semua peserta didik khususnya peserta didik dengan kesulitan belajar membaca, baik mengembangkan kosa kata, menemukan kalimat utama dan pokok pikiran wacana dan secara keseluruhan memahami apa yang dibaca. Hal penting lainnya bahwa pembelajaran berdiferensiasi selain dapat membelajarkan peserta didik tanpa perkecualian, juga dapat mengaktifkan semua peserta didik dalam belajar.
C. Rekomendasi
sindrome autistik, hambatan komunikasi verbal dapat dibelajarkan sebagaimana hak mereka untuk mendapatkan pembelajaran atau pendidikan yang bermartabat.
Sehubungan dengan penerapan model pembelajaran berdiferensiasi maka direkomendasaikan sebagai berikut:
1. Rekomendasi untuk guru
Dalam membelajarkan peserta didik berkesulitan belajar berkonsentrasi dimulai pada apa yang bisa dilakukan peserta didik, bukan pada apa yang tidak bisa mereka lakukan (disabilitasanya), karena jika melakukan sebaliknya maka peserta didik berkesulitan belajar akan selalu gagal.
a. Tidak memberikan stereotype, pengecilan terhadap kemampuan peserta didik kesulitan beajar. Beberapa peserta didik kesulitan belajar mungkin memiliki kesamaan, tetapi mereka adalah individu seperti halnya peserta didik pada umumnya.
b. Pembelajaran berdiferensiasi menagih adanya adaptasi terhadap sistem penilaian atau evaluasi yang ditegakkan sekolah agar lebih fleksibel, dalam artian tidak semua peserta didik lancar membaca atau menulis, sehingga agar semua peserta didik dapat mengikuti evaluasi yang dijadwalkan maka maka diperlukan penyesuaian waktu dan tehnik mengkomunikasikan evaluasi.
2. Rekomendasi untuk pemegang kebijakan sekolah dasar
a. Pembelajaran berdiferensiasi menuntut adanya kolaborasi guru dalam kelas pembelajaran. Mengajar secara berkolaborasi tidak lazim dilakukan di sekolah dasar khususnya sekolah dasar negeri di kota Bandung, sehingga menuntut adanya campur tangan pemegang kebijakan di sekolah, pengawas dan dinas pendidikan terkait untuk lebih fleksibel dengan sistem penempatan dan penugasan guru kelas, penentuan jumlah rombongan belajar tiap kelas
b. Model pembelajaran berdiferensiasi menantang guru lebih aktif, kreatif juga inovatif, sehingga dibutuhkan pelatihan-pelatihan khusus untuk dapat memahami dan menerapkan model pembelajaran diferensiasi, maka dibutuhkan pelatihan-pelatihan yaitu : 1) Pelatihan merancang dan melaksanakan asesmen, 2) Pelatihan mengadaptasi materi dan strategi serta evaluasi pembelajaran,3) Workshop kolaborasi pembelajaran pada kelas beragam, 4) Pelatihan dan workshop manageman kelas beragam, 5) Workshop dan pelatihan pembelajaran individual
c. Kemampuan awal peserta didik di kelas beragam, sehingga produk dari pembelajaranpun akan beragam. Karena itu perlu pemikiran dari Dinas pendidikan terkait dan sekolah dengan sistem kenaikan kelas dan penentuan KKM yang ditegakkan.
pemahaman tentang kurikulum sekolah dasar, karena itu diperlukan ruang dankesempatan dalam meningkatkan keterpahaman atas inisiatif lembaga.
e. Perlu keterbukaan dan fleksibelitas serta kesepahaman bagi pemegang kebijakan baik kepala sekolah, dinas pendidikan terkait dalam menentukan kriteria kenaikan kelas, KKM sistem evaluasi atau ujian akhir atau kelulusan peserta didik dengan kesulitan belajar.
3. Rekomendasi untuk lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan
Perlu diperkenalkan pada calon guru kelas atau guru bidang studi tentang pembelajaran berdiferensiasi pada kelas beragam sebelum menjadi guru. Upaya dapat dilakukan dengan cara:
a. Digagas mata kuliah pembelajaran berdiferensiasi pada kelas beragam b. Di rumuskan mata kuliah pilihan tentang pembelajaran berdiferensiasi 4. Rekomendasi untuk peneliti lebih lanjut