• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proceeding Dompu Sumbawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proceeding Dompu Sumbawa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN GEOKIMIA REGIONAL SISTEMATIK

KABUPATEN SUMBAWA BESAR DAN KABUPATEN DOMPU,

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh :

Ating djumsari dan Yose Rizal SUBDIT. MINERAL LOGAM

A B S T R A C T

The investigated area is located in Sumbawa Besar and Dompu District, West Nusa Tenggara Province with coordinate boundary 117° 30' 00 ''- 118° 15' 00'' E and 9° 07' 00'' – 8° 00' 00" S.

Geological of the investigated area divided into six groups of lithology, which the old Miocene until Holocene in age, that is Tertiary Volcanic groups, Tertiary Sedimentary Rock groups, Quaternary Volcanic Rocks groups, Quaternary Sedimentary Rocks groups that is Reef Limestone which old age Miocene to Pleistocene and surface sediment. While intrusions rock have, with andesitic to basaltic in composition. Mineralization in the investigation area only founded iron and copper in OT Dinding and Br Kolong area.

Factor analysis found 5 factors that is between Co, Ni, Fe And Cr, which is possibility because of litology , both between Pb, Zn And Mn, also possibility caused by manganese, which often precipitated the metal element, caused false anomaly, third factor of copper element behaviour itself. Third factor of possibility relate to the existence of mineralization in Br Kolong area, according to P3G that showing the existence of Cu element. For fourth factor possibility of mineralization is because of the existence of lead and zinc. While gold element found in the southern part of Sampar Ree area.

S A R I

Lokasi daerah penyelidikan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sumbawa Besar dan Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat dengan batas koordinat 1170 30’ 00 ‘’ s.d. 1180 15’ 00’’ BT dan 090 07’ 00’’ s.d. 080 00’ 00’’.

Geologi daerah penyelidikan dibagi menjadi enam satuan batuan yang berumur dari Miosen sampai Holosen, yaitu Satuan Gunungapi Tersier, Satuan Batuan Sedimen Tersier, Satuan Batuan Gunungapi Kuarter, Satuan Batuan Sedimen Kuarter yaitu batugamping terumbu yang berumur Miosen Atas sampai Plistosen dan endapan permukaan. Sedangkan batuan terobosan, berkomposisi mulai dari andesit sampai basal. Mineralisasi di daerah penyelidikan hanya ditemukan berupa tembaga dan besi di daerah OT Dinding dan di daerah Br. Kolong.

(2)

1. PENDAHULUAN

Dengan telah Diundangkannya Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 mengenai kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom, maka Pemetaan Geokimia regional secara sistematik dengan sekala lebih kecil atau sama dengan 1: 250.000 masih merupakan tugas atau kewenangan pemerintah pusat (Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral).

Kegiatan pemetaan/penyelidikan geokimia merupakan salah satu jenis pemetaan untuk mendapatkan gambaran mengenai sebaran unsur di permukaan bumi, yang meliputi jenis unsur dan pola sebarannya. Dengan adanya kelainan gambaran sebaran unsur atau anomali, diharapkan dapat ditafsirkan adanya keterkaitan antara sebaran unsur tertentu dengan kondisi geologi atau pemineralan tertentu di suatu daerah. Dengan kata lain peta geokimia dapat dijadikan sebagai data dasar untuk eksplorasi mineral. Berdasarkan pemetaan geokimia ini akan disusun Peta Geokimia regional bersekala 1: 250.000.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk penyediaan data dasar geokimia di seluruh wilayah Indonesia, pemetaan ini telah dapat diselesaikan di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Timur dengan batas koordinat 2 derajat ke utara tahun 1980, Pulau Sumatera sejak tahun 1994 dan di Pulau Sulawesi tahun 2000. Di Sumatera dan Sulawesi bagian Selatan serta Utara telah dibuat atlas geokimia dijitasi dalam bentuk CD.

Hasil pemetaan ini diharapkan dapat dijadikan pula sebagai data dasar untuk mengetahui kondisi tanah yang terdapat di suatu daerah, sehingga bisa dijadikan informasi untuk usaha pertanian, perkebunan atau usaha lain yang bertalian dengan penggunaan lahan, kesehatan masyarakat maupun sebagai acuan dalam tata ruang pembangunan daerah.

Daerah yang diselidiki termasuk Lembar Sumbawa Besar yang terletak diwilayah Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat dengan batas koordinat 1170 30’ 00” s.d. 1180 15’ 00” BT dan 090 07’ 00” s.d. 80 00’ 00” LS, serta luas daerah sekitar 3900 km2 (Gambar 1.)

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan

1. GEOLOGI UMUM

2.1. Stratigrafi

Batuan daerah ini dari tua ke muda yang tersusun menurut Sudradjat, A, 1998 adalah sebagai berikut :

• Batuan Sedimen dan Batuan Hasil

Gunungapi. Satuan pertama terdiri dari batupasir tufan, batuapung dan tuf, pada beberapa tempat terdapat breksi.

• Satuan kedua terdiri dari breksi yang bersifat andesitan dengan lapisan tuf pasiran, tuf batuapung dan batupasir tufan, yang di beberapa tempat mengandung lahar, lava berkomposisi andesit sampai basal.

• Satuan ketiga terdiri dari batugamping dan batupasir gampingan. Hubungan antara yang kesatu dan yang kedua menjemari.

• Batugamping Koral. Satuan ini terdiri dari batugamping berlapis mengandung koral dan rijang, berumur Miosen.

• Lempung Tufan. Satuan ini terdiri dari batulempung tufan, batupasir dan kerikil hasil rombakan gunungapi, berumur Tersier Akhir. Tersingkap di daerah Sumbawa Besar.

• Terumbu Koral Terangkat. Satuan ini terdiri dari batugamping terumbu koral dan pecahan batugamping koral, dan di beberapa tempat mengandung hasil gunungapi. Satuan ini berumur Miosen Akhir sampai Plistosen.

• Batuan Gunungapi Lebih Tua terdiri dari breksi gunungapi bersusunan andesit, hasil letusan dari Tanah Merah, umur batuan ini adalah Kuarter Awal.

• Batuan Gunungapi Muda. Satuan ini

(3)

• Batuan Terobosan. Batuan terobosan berumur Miosen. bersusunan andesit, basal, dan dasit yang sulit dibedakan.

2.2. Struktur Geologi

Pada zaman Kenozoikum terjadi aktivitas tektonik di daerah Sumbawa yang berhubungan dengan penunjaman lempeng Hindia-Australia terhadap lempeng Asia Tenggara di sebelah selatan P. Sumbawa. Struktur di daerah ini terdiri dari sesar mendatar, sesar normal, serta kekar-kekar dan pelipatan yang berarah timurlaut – baratdaya, dan ada pula yang berarah baratlaut – tenggara serta utara – selatan. Sesar mendatar dijumpai melewati Benawang, Sumbawa Besar hingga ke P. Moyo, berarah baratdaya – timurlaut. Sesar normal berarah utara – selatan. Sedangkan lipatan berarah barat – timur.

2.3. Mineralisasi

Emas dan perak di Kabupaten Sumbawa termasuk endapan primer, yang terdapat dalam urat-urat kuarsa akibat proses hidrotermal pada satuan batuan Gunungapi dan pada batuan sedimen Tersier. Emas dan perak tersebar di beberapa tempat yaitu di Teluk Puna, Sejarong, Brang Bambu (Kec. Jereweh), Dodo, Gunung Rinti dan Brang Airpanas (Kec. Ropang serta di daerah Brang Nuling (Kec. Lunyuk), Endapan emas terdapat di daerah Brang Air Panas, Kec. Ropang, urat kuarsa pada zona silisifikasi dengan ketebalan 40 cm sampai beberapa meter berarah N 330° E sampai N 350° E. dengan kadar emas 1,3-3,6 gr/ton dan perak 22-310 gram/ton (“spot sampling”) (Daranin,E., dkk ,1993,PPTM). Sedangkan di daerah Dodo kurang lebih 30 km tenggara Lenangguar, Kecamatan Ropang, terdapat di lingkungan batuan volkanik andesit, dasit porfir dan intrusi hipabisal.

Endapan pasir besi adalah endapan mekanik berupa letakan pantai, yang terbentuk pada lingkungan laut dangkal, hasil pelapukan dari volkanik yang kaya mineral berat antara lain magnetit dan hematit. Pasir besi tersebar di daerah Pt. Alas, Lb. Tano, Pt. Kertasari, Pt. Bretong, Pt. Sekongkang, Pt. Tongo, Tl. Telonang, Lb. Sepang, Lb, Petani, Pt. Babar, Tj. Same, Tl. Lampui, Tl. Liangsong, Lb. Teratak, Tl. Batugong, Tl. Bermang, Pt. Sekongkang (Heryadi,R, dkk, 1997) Tembaga terdapat di daerah sebelah selatan OT. Dinding dan di daerah sebelah timur hulu Sungai Brang Kolong (Sudradjat, A, 1998).

PT. Newmont sedang melakukan pemboran di daerah Doro Mata tetapi sampai saat ini belum didapatkan laporan tentang daerah ini.

3. HASIL PENYELIDIKAN

Penyelidikan Geokimia dilakukan pada daerah seluas ± 3.900 km2, conto yang terkumpul sekitar 126 conto sedimen sungai aktif, jadi kerapatan conto untuk daerah ini kurang lebih 28,7 km2 per satu conto. Selain itu juga dilakukan pengamatan geologi dan lingkungan geokimia di sekitar tempat pengambilan conto tersebut. (Gambar 2).

Gambar. 2. Peta Lokasi Pengambilan Conto Geokimia, Daerah Dompu, Sumbawa, NTB

Analisis kimia diutamakan untuk conto endapan sungai aktif dengan ukuran fraksi –80# (mesh). Sedangkan unsur yang ditentukan sebanyak 12 unsur yaitu : Cu, Pb, Zn, Ni, Co, Mn, Ag, Li, Cr, Fe, K dan Au. Seharusnya unsur As dan Sb juga dianalisis, untuk mengetahui unsur emas, karena As dan Sb pada umumnya dikenal sebagai indikatornya.

3.1. Geologi Daerah Penyelidikan

Morfologi berdasarkan bentuk kemiringan lereng dan ketinggiannya, di daerah penyelidikan ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi yaitu:

Morfologi dataran tinggi dengan gunung tertinggi adalah G. Tambora (2851 m) di sebelah utara daerah penyelidikan, G. Pamalat (1140 m), G. Jaranpusang (1200 m) serta Doro Mota di pesisir selatan daerah penyelidikan. Pada umumnya dihuni oleh batuan volkanik muda yang berumur Kuarter.

Pola aliran sungai pada umumnya dentritik, di daerah G. Tambora, D. Tanah Merah, dan D. Labumbu, berpola aliran radier.

(4)

(Aluvium). Sedangkan Batuan Terobosan, berkomposisi andesitik.

Gambar 3. Peta Geologi Disederhanakan, Daerah Sumbawa, Provinsi NTB (Sumber P3G)

Batuan tertua, adalah Satuan Gunungapi Tersier termasuk Satuan breksi-tuf (Tmv). Satuan Gunungapi Tersier terutama terdiri dari batuan breksi bersifat andesit dengan lapisan-lapisan tuf pasiran, tuf batuapung dan batupasir tufan dan di beberapa tempat mengandung lahar, lava, lava andesit dan basal, mendominasi hampir seluruh daerah Sumbawa.

Satuan Batuan Sedimen Tersier termasuk Batupasir Tufan (Tms), Batulempung Tufan (Tpc), dan Batugamping Koral (Tmcl). Batupasir Tufan terutama terdiri dari batupasir tufan berlapis cukup baik, batulempung, tuf ini pada umumnya bila melapuk menjadi lempung berwarna hijau dan adanya mineral pirit, juga di beberapa tempat terdiri dari breksi. Sentuhan antara satuan batuan gunungapi Tersier dalam hal ini adalah Satuan Breksi Tuf (Tmv) dan satuan batuan sedimen Tersier. Endapan permukaan (Qal) terdiri dari kerikil, pasir, lempung, dan pasir pantai yang terutama bersusunan andesit.

Batupasir Tufan (Tms) tidak begitu jelas, akan tetapi mungkin berupa silangjari. Fosil-fosil yang ditemukan pada lensa batugamping (Tmcl) yang terdapat pada kedua satuan ini juga mengandung batupasir gampingan. Sebarannya mengelompok di bagian selatan Sumbawa Besar. Secara tidak selaras diendapkan batulempung Tufan (Tpc) yang terdiri dari lapisan-lapisan pasir dan kerikil hasil rombakan batuan gunungapi, berlapis baik. Satuan ini berumur Tersier Atas dan tersebar di daerah Sumbawa bagian barat. Kemudian diendapkan Terumbu Koral Terangkat (Ql) yang terdiri dari terumbu koral dan pecahan batugamping koral yang di beberapa tempat mengandung kepingan hasil gunungapi, berumur Miosen Atas sampai Plistosen.

Batuan gunungapi Kuarter tua terdiri dari breksi gunungapi, bersusunan andesit, hasil letusan Tanah Merah, termasuk breksi Tanah Merah

(Qot) berumur relatif, ditafsirkan berdasarkan morfologi dan tingkat pelapukannya, tersebar di daerah Labuhan Haji sampai Bangkulua. Sedangkan Hasil Gunungapi tua terdiri dari breksi gunungapi, lahar, tuf, abu dan lava, bersusunan andesit dan basal. Tersebar di daerah OT. Sangenges dan OT. Sakedet. Diatasnya diendapkan hasil gunungapi Kuarter muda termasuk Satuan Lava Breksi (Qhv) yang berasal dari G. Tambora, terdiri dari aliran lava, breksi, lahar, tuf dan abu gunungapi., dan termasuk gunungapi muda.

Struktur Geologi di daerah penyelidikan tidak terlepas dari adanya penekukan Lempeng Samudra Hindia-Australia di bawah Lempeng Asia Tenggara, sehingga berpengaruh terhadap daerah penyelidikan.

Struktur yang ada berupa sesar berarah umum timurlaut - baratdaya dan sebagian kecil berarah utara – selatan. Sesar yang berarah barat – timur terdapat di D. Banggo, sesar normal yang melalui sebelah selatan kota D. Banggo diperkirakan bagian selatannya yang turun dibandingkan dengan bagian utaranya, sedangkan P3G menyatakan bahwa bagian utara yang relatif turun jika dibandingkan dengan bagian selatannya, sesar yang melalui Tanjung Sahe diperkirakan berarah timurlaut-baratdaya, di P3G tidak ada. Sedangkan kaldera terdapat di daerah D. Tanah Merah dan G. Tambora.

3.2. Analisis Geokimia

3.2.1. Analisis Univariat. Untuk menentukan

berapa populasi dan apakah termasuk kedalam kurva normal atau tidak, maka kita dapat mengolahnya memakai program GPICK diantaranya, sehingga kita tidak keliru dalam penafsiran datanya.

TEMBAGA (CU). Rentang nilai tembaga mulai

(5)

ppm di S. Moci. Di lokasi YR 5061 (639979 9034029), di Sungai kecil di bagian barat daya S. Moci semuanya dari D. Mata. Conto tinggi keempat pada lokasi YR 5060 79 ppm, terletak diantara lokasi ketiga. Conto tinggi kelima pada lokasi YR 5063 77 (636440 9029569) ppm, kearah barat lokasi YR 5062. Berdasarkan pengolahan univariat maka penyebaran unsur tembaga di daerah Pasanggrahan (G. Tambora), daerah D. Rewo dan di daerah OT. Penotok, yang mana menurut (P3G) adanya unsur Cu sebesar 3000 ppm dan 50 ppm untuk unsur Pb.

TIMBAL (Pb). Rentang nilai timbal mulai dari

7 ppm sampai 35 ppm dengan rata-rata aritmatiknya 17,74 ppm serta simpangan baku 4,75 ppm. Dilihat dari kurva probabilitasnya (MapInfo) dapat dikelompokkan menjadi 7 populasi, kelas I > 21,2 ppm, kelas II 18,4 – 21,2 ppm kelas III 16,8 – 18,4 ppm, kelas IV 15,3 – 16,8 ppm, kelas V 13,6 – 15,3 ppm, kelas VI 11,3 – 13,6 dan kelas VII 0 – 11,3 ppm. Populasi mencakup nilai > 21,2 ppm dianggap sebagai anomali geokimia, dan nilai yang lebih kecil dari 16,8 ppm dapat diamsumsikan sebagai populasi latar belakang.

Harga tertinggi 35 ppm, pada conto nomor AD 5111 (614623 9034132) di S. Latoa. Harga ke II sebesar 29 ppm (586206 9026378), dilokasi AD 5125 di daerah Plampang (S.Gali). Harga ke III di lokasi YR 5076 28 ppm (627010 9025546) di S. Pamail dari D. Tanah Merah. Penyebaran IV pada lokasi AD 5120 (617916 9030424) sebesar 27 ppm, di S. Ampana.. Harga V pada lokasi AD 5111 (609198 9033379) di daerah S. Latoa dan YR 5084 (584993 9016367 di daerah S. Panan. Penyebaran unsur timbal menurut pengolahan hasil univariat tersebar di daerah D. Mata sampai D. Tanah Merah dan di daerah D. Rewo.

SENG (Zn). Rentang mulai dari harga diatas

batas deteksi (5 ppm) yaitu 41 ppm hingga 259 ppm, dengan rata-rata 90,52 ppm dan standar deviasi 35,28 ppm. Dari kurva probabilitasnya dapat dikelompokkan menjadi 7 populasi dengan pembagian secara berurutan ,> 135 ppm dianggap sebagai anomali geokimia, kelas II antara 110 - 135 ppm, kelas III antara 93 - 110 ppm, kelas IV antara 80 - 93 ppm, kelas V 70 - 80 ppm, kelas VI antara 57 – 70 ppm dan kelas VII 0 – 57 ppm. Populasi latar belakang mencakup nilai 80 – 93 ppm, populasi nilai diatas 135 ppm dianggap sebagai anomali geokimia.

Harga tertinggi di lokasi conto YR 5076 (62710 9025546) sebesar 259 ppm, berasal dari S. Tiram, sama tinggi dengan harga timbal ke III di daerah ini. Harga tinggi ke II pada lokasi AD 5102 (640394 9044860) sebesar 237 ppm, tersingkap di S. Kepi. Harga tinggi ke III sebesar

208 ppm (624234 9019812), pada daerah sebelah selatan S. Tiram. Harga tinggi kr IV pada conto YR 5075 (621720 9019037 di daerah S. Tiram. Harga tinggi keV pada lokasi conto 5125. Penyebarannya di daerah Pelampang (S. Gali), sama dengan harga timbal ke II. Penyebaran unsur seng menurut hasil pengolahan univariat di daerah D. Mata sampai daerah OT. Danakala, serta sedikit di daerah D. Wodi.

PERAK (Ag). Rentang harga dari 0,5 - 7 ppm,

dengan rata-rata aritmatik 1,86 ppm, dengan simpangan bakunya 0,91 ppm. Kurva probabilitas dapat dibagi menjadi 4 populasi. Populasi I yaitu > 2.28 ppm (580922 9031638), di daerah Plampang kelas II 1.77 – 2.28 ppm, kelas III 1.425 – 1.77 ppm dan kelas ke IV 0.5 – 1.42 ppm. Anomali geokimia diambil dari harga > 3 ppm, sedangkan latar belakang geokimia diambil dari harga < 2.28 ppm. Penyebaran unsur perak terdapat di daerah Kawinda Nae, daerah Pasanggrahan, dan sedikit di daerah Tj. Katupa, serta daerah D. Ramu dan D. Labumbu, di bagian hulu sungai Br. Kalong, dimana adanya peninggian unsur tembaga dan adanya intrusi andesit. Harga tertinggi I pada lokasi AD 5128 (580922 9031638), dengan harga 7 ppm. Harga ke II pada lokasi AD 5004 (626333 9059260) sebesar 6 ppm dan harga ke III pada lokasi AD 5013 (589858 9077923), harga tinggi ke IV pada conto AD 5024 dan AD 5037, tersebar di S. Kapanca dan Sideri, dari G. Tambora. Karombo (G. Tambora) dan di daerah D. Larumbu serta di daerah OT. Pamalat .

KOBAL (Co). Rentang harganya mulai dari 6

hingga 63 ppm, dengan rata–rata aritmatika 23,24 dan standar deviasi 9,14. Kurva probabilitas memperlihatkan adanya 6 populasi, yang pembagiannya adalah sbb: kelas I >33,9 ppm, kelas II dengan nilai 28,1 – 33,9 ppm, kelas III 23,8 – 28,1 ppm, kelas IV 20,2 – 23,8 ppm, kelas V 17,2 – 20,2 ppm dan kelas VI 13,3 – 17,2 ppm dan harga < 13,3 ppm. Harga anomali geokimia diambil diatas harga 33,9 ppm. Sedangkan latar belakang geokimia diambil pada harga < 23,8 ppm. Harga tertinggi berlokasi di daerah S. Ampana sebesar 63 ppm, pada conto AD 5119 (615865 9032323), harga tinggi ke II pada lokasi AD 5118 (614623 9034132) dengan harga 51 ppm, di daerah yang sama dengan AD 5119. Harga tinggi ke III pada conto AD 5120 (617916 9030424) di daerah S. Ampana dan conto YR 5051 (642186 9045344) di daerah S. Napa. Penyebaran unsur kobal berdasarkan program univariat tersebar di daerah D. Tanah Merah sampai D. Pidang.

NIKEL (Ni). Rentang harga mulai dari 4 – 37

(6)

probabilitasnya membentuk 7 populasi, dengan pembagian kelas tertinggi > 22,4 ppm, kelas ke II 19,4 – 22,4 ppm, kelas ke III antara 17,4 – 22,4 ppm, kelas ke IV antara 15,5 – 17,4 ppm, kelas ke V antara 13 – 15,5 ppm, kelas ke VI antara 9,9 – 13 ppm dan lebih kecil dari 9,9 ppm. Pengambilan nilai tertinggi ( anomali ) dimulai dari harga > 22,4 ppm. Sedangkan latar belakang diambil dari harga < 17,4 ppm. Harga tertinggi pada conto YR 5051 (642186 9045344) sebesar 37 ppm, terdapat di S. Napa. Harga tinggi ke II pada lokasi AD 5109 (620985 9041844) berharga 35 ppm di daerah D. Pidang. Harga tinggi ke III AD 5032 (579256 9089978) sebesar 32 ppm, di daerah S. Saripekat Guwu Noa (G. Tambora), Harga tinggi ke IV pada conto AD 5044 dan YR 5060. Penyebaran unsur nikel merurut pengolahan univariat di daerah Kadingding Nae sampai Lab. Kananga, di daerah D. Rewo dan di daerah D. Pidang.

MANGAN (Mn). Rentang harga 311 – 3.561

ppm, dengan rata – rata aritmatik 671,26 ppm dan standar deviasi 339,18 ppm. Kurva probabilitasnya membentuk 7 populasi dengan pembagian secara berurutan adalah: kelas I > 960 ppm, kelas II 780 – 960 ppm, kelas III 680 – 780 ppm, kelas IV 610 – 680 ppm, kelas V 560 – 610 ppm, kelas VI 470 – 560 ppm, kelas VII < 310 ppm. Pengambilan batas deteksi untuk penentuan anomali adalah mulai dari harga 960 ppm. Sebagai latar belakang geokimia diambil lebih kecil dari 680 ppm. Nilai tertinggi terdapat pada lokasi AD 5119 ( 515865 9032323) dengan harga 3561 ppm, di S. Ampana. Harga tinggi II lokasi AD 5015 (588994 9084394) dengan nilai 1549 ppm, terdapat di daerah S. Guru Kara (D Tambora) sama dengan yang III. Harga tinggi III 1503 ppm pada lokasi AD 5014 (587210 9081548). Harga tinggi IV AD 5128 ( 580922 9031638) dengan nilai 1270 ppm, harga tinggi V sebesar 1234 ppm, AD 5047 (591456 9033641) di daerah Plampang. Penyebaran unsur mangan berdasarkan pengolahan univariat tersebar di daerah S. Guru Karo sampai S. Sogo, dan sedikit di daerah dekat Tg. Sarontok .

LITIUM (Li). Rentang harga antara 3 – 17 ppm,

dengan rata-rata aritmatika 7,56 dan standar deviasi 2,49 ppm dari kurva probabilitasnya, dibagi menjadi 7 populasi yang masing-masingnya terbagi menjadi kelas I = > 10,2 ppm, kelas II = 8,6 – 10,2 ppm, kelas III = 7,7 – 8,6 ppm, kelas IV = 7,2 – 7,7 ppm, kelas V = 6,6 – 7,2 ppm, dan kelas VI = 5,8 – 6,6 ppm, kelas VII < 5,8 ppm, serta pengambilan harga anomali mulai dari 10,2 ppm. Nilai tertinggi pada lokasi conto AD 5122 (612230 9027384) sebesar 17 ppm, di daerah S.Laminta. Harga tinggi II dengan nilai 14 ppm, pada lokasi YR 5069

(630873 90233599) di daerah D. Mata. Harga tinggi III pada lokasi AD 50008 (619253 9071730) di daerah S.Heada, AD 5123 (619253 9071730) di daerah Labuhan Haji, YR 5081 (571519 9048990) di daerah S. Lape, YR 5082 (568049 9045727) di daerah S. Lape. Harga tinggi IV dengan harga 13 ppm dengan nomor AD 5133 dan AD 5134, di daerah S. Lape dan YR 5087 (569371 9016425) di daerah Sibekil. Panyebaran unsur Lithium sekitar S. Hoddo, di daerah OT. Penotok sesuai dengan adanya intrusi andesit dan di daerah S. Lape dan sekitarnya, juga adanya intrusi dasit di daerah ini.

POTASSIUM (K). Rentang harga adalah 1000 –

104.000 ppm, dengan rata-rata aritmatik.11393,65 dengan standar deviasi 13794,10 ppm. Melihat kurva probabilitasnya, dapat dibagi menjadi 7 populasi. Kelas I > 30.000ppm, kelas II 16.000 – 30.000 ppm, kelas ke III = 8.000 – 16.000 ppm, kelas ke IV 7.000 – 8.000 ppm, dan kelas V = 6.000 – 7.000 ppm, kelas ke VI 4.000 – 6.000 ppm dan < 4..000 ppm. Pengambilan harga anomali dimulai dari harga 30.000 ppm. Sedangkan latar belakang diambil < dari 8.000 ppm. Nilai tertinggi AD 5123 (611782 9036360) berharga 104.000 ppm, tersebar di daerah Labuhan Haji. Harga tinggi II 65400 ppm pada lokasi AD 5007 (618295 9066681) di daerah Heada. Harga tinggi III pada lokasi YR 5008 (619253 9071730) berharga 27.400 ppm, dan di daerah yang sama dengan harga tinggi ke II. Harga tertinggi IV terdapat pada lokasi AD 5036 54400 ppm (623031 9092275). Kedapatan unsur potasium berkaitan dengan adanya batuan volkanik. Penyebaran unsur potasium berdasarkan analisis univariat tersebar di daerah sebelah tenggara G. Tambora dan sedikit di Tg. Sarantok.

KHROM (Cr). Rentang harga adalah 17 – 213

(7)

Faktor 2 : Pb - Zn di daerah Ampang. Penyebaran unsur khrom

berdasarkan analisis univariat tersebar di daerah Kadingding Nae, di daerah D. Pidang sampai Lb. Haji.

Faktor 3 : Cu

Faktor 4 : Pb – Zn - Mn Faktor 5 : Au

3.2.2. Analisis Multivariat

Faktor skor 1 (Co-Ni-Fe-Cr): memperlihatkan hubungan atau kaitan unsur antara khrom, nikel, kobal dan besi. Pada pengamatan peta geologi tidak ditemukan adanya batuan ultra basa, kemungkinan berkaitan dengan adanya batuan volkanik yang berkomposisi andesit-basa, terutama di daerah D. Tanah Merah dan di daerah Kadingding Nae (Gambar 4).

Untuk pengolahan data multivariat dapat menggunakan program (perangkat lunak) DATAMINE, SPSS, STATISTIKA dan lain-lain.

Untuk asosiasi unsur (Analisis Multivariat), dapat menggunakan analisis cluster, analisis faktor, analisis R-Mode NLM dan analisis korelasi.

Dalam hal penentuan jumlah populasi yang berkorelasi baik, maka digunakan program STATISTIKA dan SPSS, yang menghasilkan kurva Scree Plot untuk menentukan berapa jumlah faktor signifikan, dan biasanya diambil mulai dari batas harga 1.

Faktor skor 2 (Pb – Zn): Hubungan atau kaitan unsur antara timbal, seng dan mangan. Tidak adanya mineralisasi unsur timbal, seng, karena pengaruh dari unsur mangan. Hanya sebagai “scavenger”. Tersebar di OR. Sarangan sampai OT Sarangan dan di daerah Tg. Sarontok. (Gambar 5).

Dalam membandingkan antara STATISTIKA dengan SPSS hasilnya sama untuk analisis cluster maupun untuk Scree plot, dalam penampilannya lebih jelas menggunakan program statistika. Sedangkan untuk analisis faktor menggunakan program SPSS, dimana didapat adanya 5 faktor yang saling berkaitan.

Faktor skor 3 (Cu) : Tidak berhubungan dengan unsur lain, hanya logam tembaga yang berdiri sendiri, adanya mineralisasi tembaga, yang kemungkinan tertutup oleh batuan volkanik muda. Tersebar di daerah D. Donggocilo, D. Mata, sampai D.Danakala. Hanya di daerah D. Mata sedang dilakukan pemboran oleh Newmoth, di daerah OR. Sarangan, di daerah sebelah selatan OT. Dinding sesuai dengan adanya tembaga menurut P3G. (Gambar 6). Karena analisis faktor dapat dipetakan melalui

program Mapinfo, sedangkan analisis Cluster, analisis R-Mode NLM, analisis Multi Elemen Plot dan analisis Korelasi tidak dapat dipetakan, karena tidak memiliki harga satuan.

Analisis Cluster. Dengan menggunakan korelasi matrik Z-transform, untuk analisis cluster dikerjakan dengan menggunakan perangkat lunak statistika. Penyajian data pada metoda ini membentuk tiga kelompok unsur sebagai berikut :

Faktor skor 4 (Pb-Zn-Mn): Hubungan antara unsur Timbal dan seng, kemungkinan adanya mineralisasi di daerah D. Pidang menerus ke D. Tanah Merah sampai OT. Danakala. (Gambar 7).

a. Cr - Ni- Co Faktor skor 5 (Au): Tidak berhubungan untuk

unsur emas ini, kemungkinan adanya mineralisasi emas di daerah Semamang sesuai dengan keterdapatan batuan intrusi yang berkomposisi dasit di daerah Sampar Ree. (Gambar 8).

b. Mn – Fe – Zn - Pb c. Au – K – Li – Ag – Cu

3.2.3. Analisis Faktor.

Analisis faktor pada set data dilakukan dengan menggunakan Program Statistika, sedangkan analisis cluster memakai program SPSS. Berdasarkan program statistika diperoleh angka faktor untuk lima vektor eigen (Tabel 1). Program SPSS juga menghasilkan 5 (lima) faktor. Dalam hal ini pengolahan baik dengan statistika maupun dengan SPSS meperlihatkan kesamaan antara keduanya, hanya faktor 2 dan faktor 4 yang bertukar tempat.

Angka-angka faktor yang diperoleh adalah sbb :

(8)

Tabel 1. Analisis Faktor Menurut program Statistika

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Faktor 5

Z_Cu .264945 -.090283 .816623 -.026066 .186076

Z_Pb .206820 .700322 .084074 .478619 -.078752

Z_Zn .053231 .430929 -.387141 .583914 .237813

Z_Ag .095118 -.774914 .161093 .284638 .025672

Z_Co .749872 .234212 .090959 .419514 -.075161

Z_Ni .872406 -.073393 .269158 .115717 .127670

Z_Mn .143751 -.060746 -.122016 .650615 -.248685

Z_Li -.481249 .186824 .316223 -.468775 -.351047

Z_Fe .422281 .055526 -.697469 .183383 .135619

Z_Cr .902348 .001736 -.268502 .018425 .026111

Z_K -.107791 .027421 -.006537 -.740339 -.092643

Z_Au -.068105 .030033 -.058699 .035494 -.912641

Expl.Var 2.709328 1.388368 1.607420 2.067494 1.165639

Prp.Tot .225777 .115697 .133952 .172291 .097137

(dicetak tebal adalah unsur yang berkaitan).

Gambar 4. Peta Sebaran skor faktor 1 (Cr-Ni-Co-Fe)

Gambar 5. Peta Sebaran skor faktor 2 (Pb-Zn-Mn)

(9)

Gambar 6. Peta Sebaran skor faktor 3 (Cu)

Gambar 7. Peta Sebaran skor faktor 4 (Pb-Zn-Mn)

Gambar 8. Peta Sebaran skor faktor 5 (Au)

(10)

4. KESIMPULAN

Daerah penyelidikan pada umumnya ditutupi oleh endapan volkanik muda dari G. Tambora, D. Tanah Merah dan banyak gunung-gunung kecil lainnya. Kemungkinan indikasi mineralisasi tidak muncul di permukaan.

Dalam analisis univariat unsur tembaga pada umumnya berdiri sendiri, hanya di Tg. Sahe sampai Rewo berkaitan dengan unsur timbal. Sedangkan unsur timbal dan seng tumpang tindih di daerah Or. Sarangan.

Untuk unsur khrom dan nikel tumpang tindih di daerah D. Tanah Merah dan Kadingding Nae. Unsur Potasium dan Lithium di daerah D. Dora Mbolo, kemungkinan erupsi dari gunung tersebut berkomposisi asam. Sedangkan untuk unsur emas tersebar di daerah Lape, dimana adanya intrusi batuan dasit. Untuk unsur besi hanya terdapat di daerah Tg. Baru, sedangkan unsur perak sukar diprediksikan.

Untuk analisis multivariat unsur timbal berkaitan dengan unsur seng, sedangkan unsur emas berdiri sendiri dan begitu juga unsur tembaga. Saran peta geologi yang dibuat oleh P3G, menurut pangamatan adanya penambahan sesar dan koreksi sesar naik. Pada daerah ini adanya sesar di pantai selatan dari Tg. Sahe sampai kearah timur ke tim Bima (Agus Gurniwa) di Teluk Woworada. Sesar ini berarah timurlaut – baratdaya, di peta P3G tidak ada.

Peta struktur geologi di daerah D. Taa atau D. Banggo sampai Dompu adalah sesar dimana bagian utara turun dan bagian selatan naik, sedangkan menurut P3G dimana bagian utara naik dan bagian selatan turun.

DAFTAR PUSTAKA

Daranin, E. A., Suherman I., Sudirman, 1993;

Peruntukan Lahan Tambang Dalam

Tata Ruang Wilayah Di Kabupaten

Sumbawa, Propinsi NTB (laporan

PPTM), Bandung.

Heryadi, Rachmat, 1997; Penyelidikan/

Eksplorasi Bahan Galian Pasir Besi di

Kabupaten Sumbawa, Propinsi NTB,

Mataram

Sudradjat, A. Mangga, A. dan Suwarna, N. ,1998; Peta Geologi Lembar Sumbaw,

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar. 2. Peta Lokasi Pengambilan Conto Geokimia, Daerah Dompu, Sumbawa, NTB
Gambar 3. Peta Geologi Disederhanakan, Daerah Sumbawa, Provinsi NTB (Sumber P3G)
Tabel 1. Analisis Faktor Menurut program Statistika
+2

Referensi

Dokumen terkait

membantu mempertahankan ketersediaan air tanah.Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis dan mengevaluasi Kebutuhan luasan RTH terhadap suhu udara mikro di

Oleh sebab itu, hasil diseminasi dan edukasi tentang peningkatan produksi ASI melalui tombong kelapa ini memberikan manfaat yang sangat penting untuk peserta

Penelitian mencakup tiga tahap utama, yaitu studi beban listrik di salah satu puskesmas di Kecamatan Gema, dalam hal ini dipilih Puskesmas Desa Gema, studi potensi energi surya

Dugoročno odrţivo poslovanje je krajnji rezultat poduzeća koja u svom poslovanju i marketingu prihvaćaju i primjenjuju etička načela i standarde i zbog toga je nuţno

Data primer ialah data yang dimana cara perolehannya dari sumber yang pertama dan dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung (Eko Putro Widoyoko, 2014). Data

Pada grafik terlihat bahwa jumlah cluster yang paling banyak berada di posisi cluster 2 dengan jumlah 438 data sebanyak 63 % dengan nilai input yang masuk di anggota

Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014.

Gambar 4.4 merupakan kenampakan bentuklahan dataran alluvial (F.1) dalam Citra Ikonos dari Google Earth dan kondisi di lapangan. Dataran alluvial merupakan salah