• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01908

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01908"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Estimasi Dosis Radiasi Janin pada Pemeriksaan

Anterior-Posterior

(AP) Abdomen dengan X-ray Konvensional

Estrisia Angu Bima 1), Giner Maslebu 2), Jodelin Munenggar 3)

1,2,3) Fakultas Sains dan Matematika, Universitas KristeSatya Wacana 1 642012018@student.uksw.edu,2ginmaslebu@gmail.com

Abstrak - Pemanfaatan radiologi diagnostik pada bidang kesehatan memiliki banyak manfaat, terutama pada pemeriksaan AP abdomen pada wanita hamil. Paparan radiasi selama kehamilan menunjukkan adanya efek negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan estimasi dosis paparan radiasi janin selama tahap kehamilan yang sekecil mungkin pada pemeriksaan AP abdomen. Estimasi dosis janin didapatkan dengan mengalikan antara Normalized Uterine Dose (NUD) dengan Entrance Surface Dose (ESD). NUD didapatkan dari kalkulasi software fetdose V4, sedangkan ESD didapatkan dengan pengukuran langsung yaitu dari hasil bacaan multimeter X-ray yang diletakkan pada titik berkas utama permukaan phantom anterior dengan tebal phantom 18 cm, 20 cm, 22 cm sebagai representasi dari parameter janin 5,5, 6,0, dan 6,6 cm untuk pemeriksaan abdomen dengan arah penyinaran anterior-posterior. ESD juga bisa didapatkan secara tak lansung yaitu menggunakan persamaan. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan variasi tegangan tabung 70, 71, 77, 81, 85, 90, 96 kV, dan variasi jarak titik fokus ke abdomen (FFD) yaitu 100-170 cm, dengan beban tabung tetap yaitu 10 mAs. Estimasi dosis radiasi janin yang didapat pada pemeriksaan abdomen dengan ESD langsung pada ketebalan AP 18-22 cm semakin kecil yaitu berkisar pada 3,5093 – 0,8346 mGy.

Kata Kunci: Dosis Janin, Risiko Janin, Normalized Uterine Dose , Entrance Surface Dose

I.

PENDAHULUAN

Pada umumnya pemeriksaan radiologi diag-nostik memberikan banyak manfaat bagi penggunanya yaitu untuk melihat kondisi tulang, gigi, abdomen serta organ tubuh yang lain tanpa melakukan pembedahan langsung pada tubuh pasien [3,16]. Namun demikian pemeriksaan radiologi dapat dilakukan, termasuk pemeriksaan anterior posterior (AP) abdomen pada wanita hamil. Walaupun paparan radiasi selama kehamilan menunjukan adanya efek negatif pada pertumbuhan janin serta efek dikemudian hari [1].

Risiko efek negatif paparan radiasi pengion dan manfaat radiologi untuk wanita hamil harus mempertimbangkan manfaat yang dirasakan oleh ibu dan janin [1]. Dipastikan bahwa janin selama tahap kehamilan menerima paparan dosis radiasi pengion yang seminim mungkin sesuai literatur yaitu kurang dari 100 mGy [9,10].

Nilai estimasi dosis radiasi pada janin bisa didapatkan dengan pengukuran entrance surface dose (ESD) secara langsung maupun secara perhitungan dan normalize uterine dose (NUD) [11,17]. ESD secara langsung bisa didapatkan dari hasil bacaan multimeter x-ray, sedang

secara tak langsung dapat menggunakan persamaan [11]. NUD adalah koefisien dosis rahim yang tergantung pada posisi penyinaran (anterior posterior and posterior anterior) [6]. Normalize uterine dose (NUD) dapat ditentukan dengan menggunakan program fetdose V4. Program fetdose V4 digunakan untuk menghitung paparan dosis janin pada pekerja ibu hamil di bagian radiologi dan untuk menghitung dosis yang diserap dan resiko oleh janin pada pemeriksaan radiografi konvensional, fluoroscopy, computed tomography dan prosedur terapi radiasi yang dilakukan pada pasien hamil [16,18]. Parameter yang sangat penting untuk menentukan estimasi dosis radiasi janin, pada pemeriksaan abdomen dengan kondisi penyinaran anterior- posterior (AP) merupakan variasi tegangan (kV), focus to film distance (FFD) dan ketebalan dinding perut ibu hamil (ketebalan AP) [10,13,14].

II.

METODE PENELITIAN

(2)

diletakkan pada titik berkas utama permukaan phantom anterior dengan tebal phantom mula-mula 18cm, kemudian 20cm dan 22cm untuk pemeriksaan abdomen dengan arah penyinaran anterior-posterior (AP)dengan luas bidang penyinaran 36 × 43 cm.

Pengukuran keluaran tabung x-ray (INAK) dilakukan terlebih dahulu, dengan arus tabung 4 mAs dan tegangan tabung 70 kV, kemudian barulah pengukuran ESD secara langsung dilakukan dengan arus tabung tetap 10 mAs , variasi tegangan tabung 70, 73, 77, 81, 85, 90, dan 96 kV dan variasi jarak titik fokus ke abdomen atau focus to film distance (FFD) 100, 120, 130, 140, 150, 160, dan 170cm. ESD juga bisa didapatkan dari hasil perkalian dengan persamaan :

2 2

100 kVp

ESD = × INAK mAs FSD 80

   

   

     (1)

FSD = FFD - Tebal AP (2) Keterangan :

ESD = Entrance Surface Dose= mGy INAK= Incident Air Kerma= mGy/mAs FSD = focal to skin distance = Cm FFD = focus to film distance = Cm

Nilai pengukuran INAK dan ESD secara langsung dapat dimasukkan pada program fetdose V4 untuk mendapatkan nilai normalize uterine dose (NUD) dan nilai estimasi dosis radiasi janin pada pemeriksaan AP abdomen. Nilai estimasi dosis radiasi janin pada pemeriksaan AP abdomen bisa didapatkan dari perhitungan dengan persamaan berikut : [11,14,15,16,17].

n

Fabs = (NUD × ESD)

i=1 (3)

Keterangan:

Fabs = EstimasiDosisJanin = mGy

NUD = Normalized Uterine Dose ESD = Entrance Surface Dose = mGy

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Estimasi dosis janin pada pemeriksaan AP abdomen dilakukan berdasarkan usia kehamilan yang dapat

diasumsikan dari berat badan dan ketebalan perut ibu hamil. Parameter janin dapat diasumsikan 30 % dari kedalaman janin dan, berdasarkan program fetdose V4 [5,6]. Berdasarkan pertumbuhanjanin, abdomen ibu hamil akan mulai membesar sekitar usia 3 bulan atau 12 minggu. Ketebalan abdomen ibu hamil biasanya akan bertambah 2cm dari ukuran semula (16cm), pada ibu hamil yang bertubuh kurus (55 kg) [7,8]. Pada usia 12 minggu embrio bertambah panjang 6,3–7,6 cm, usia 14 minggu embrio bertambah panjang 8-11 cm, dan pada usia 16 minggu embrio bertambah panjang 11,6 cm ketebalan abdomen ibu hamil akan bertambah 2cm dari ukuran semula. Jadi dari ukuran semula 16 cm menjadi 18, 20, dan 22 cm dengan parameter janin 5,5, 6, 6,6 cm [7].

Pada tabel 3.1 dapat dilihat besarnya nilai ESD pada pemeriksaan AP abdomen sangat dipengaruhi oleh nilai tegangan tabung. Pada tegangan terkecil 70 kV ESD bernilai 0,662 mGy dan tegangan terbesar pada 96 kV ESD bernilai 1,364 mGy. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya tegangan yang diberikan maka energy elektron yang terdapat pada tabung potensial akan semakin dipercepat dan electron tersebut memiliki energy maksimal untuk memancarkan sinar-x. Jadi radiasi hambur yang dikeluarkan semakin besar, sehingga menghasilkan nilai ESD yang semakin besar pula [2,4].

(3)
[image:3.595.92.509.147.404.2]

Tabel 1. Nilai ESD langsung menggunakan multimeter x-ray pada pemeriksaan AP

Teganga

n (kV)

Arus

Tabung

(mAs)

Ketebalan AP

18 cm

20 cm

22 cm

ESD

(mGy)

NUD

ESD

(mGy)

NUD

ESD

(mGy)

NUD

70

10

0,6620

0,4548

0,7000

0,399

0

0,7320

0,353

4

73

10

0,7220

0,4769

0, 7620

0,420

0

0,7980

0,373

7

77

10

0,7940

0,5063

0, 8400

0,448

0

0,8790

0,400

7

81

10

0,8820

0,5353

0, 9320

0,475

5

0,9770

0,427

3

85

10

0,9750

0,563

1, 0310

0,501

5

1,0780

0,452

3

90

10

1,0960

0,5976

1, 1570

0,534

0

1,2110

0,483

6

96

10

1,2350

0,6364

1, 3030

0,570

6

1,3640

0,518

4

[image:3.595.319.476.504.665.2]

Berdasarkan tabel 1 nilai NUD yang didapatkan selalu konstan pada ketebalan dan tegangan yang sama, meskipun jarak titik fokus ke abdomen (FFD) dan tegangan (kV) divariasikan. Nilai NUD pada ketebalan 18 cm bernilai 3,7703 mGy, ketebalan 20 cm bernilai 3,3486 mGy, ketebalan 22 cm bernilai 3,0094 mGy. Jadi nilai NUD hanya dipengaruhi oleh usia janin, semakin bertambahnya usia janin maka nilai NUD yang didapatkan makin kecil. [14,15].

Gambar 3.1 Grafik Hubungan ESD (mGy) dan Tegangan (kV)

Nilai ESD dan NUD yang diperoleh untuk mencari estimasi dosis radiasi janin dengan menggunakan persamaan 3. Berikut adalah contoh perhitungan pada ketebalan 18 cm, FFD 100 cm, dan tegangan 70-96 kV. Berdasarkan data pada tabel 3.1.

n

Fabs = (NUD × ESD) i=1

(0,6620 × 0,4548) + (0,7220 × 0,4769) + (0,7940 × 0,5063) +

F = (0,8820 × 0,5353) +

abs

(0,9750 × 0,5963) + (1,0960 × 0,5976) + (1,2350 × 0,6364)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Fabs = 3, 5093 mGy

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Fabs sebesar 3,5093mGy. Hasil ini sama dengan

[image:3.595.88.270.568.709.2]
(4)
[image:4.595.77.295.145.322.2]

dosis radiasi janin yang sama juga berlaku pada ketebalan 20 cm dan 22 cm.

Tabel 2. Estimasi dosis janin pada pengukuran langsung berdasarkan perhitungan fet dose V4

FFD

(cm)

Arus

mAs

INAK

mGy/ mAs

F.abs (mGy)

18 cm 20 cm 22 cm

100 10 0,1820 3,5093 3,2972 3,1071

110 10 0,1500 2,7442 2,5534 2,3875

120 10 0,1760 2.2221 2,0623 1,9220

130 10 0,1080 1,8545 1,7165 1,5970

140 10 0,0920 1,5431 1,4215 1,3195

150 10 0,0800 1,3260 1,2194 1,2173

160 10 0,0700 1,1307 1,0361 0,9542

170 10 0,0620 0,0990 0,9066 0,8346

Berdasarkan tabel 2 pada ketebalan AP 18 cm, 20 cm, 22 cm dan FFD 100 cm Fabs

masing-masing bernilai 3,509 mGy, 3,2972 mGy, 3,1071 mGy semakin kecil. Kecenderungan yang sama terjadi pada variasi FFD 110 – 170

cm, yang menunjukkan bahwa semakin tebal AP, Fabs semakin kecil [12]. Variasi FFD

mempengaruhi nilai INAK yaitu semakin besar nilai FFD 100 cm -170 cm nilai INAK yang terbaca semakin kecil. Dari data ini juga terlihat bahwa semakin besar FFD, nilai Fabs semakin

kecil untuk semua variasi ketebalan AP. Hal ini disebabkan karena jarak titik fokus keabdomen semakin diperbesar maka lapangan penyinaran sinar-x semakin diperbesar dari titik pusat sehingga radiasi hambur yang diterima oleh alat ukur multimeter x-ray semakin kecil [2,11]. Berdasarkan persamaan (1) nilai ESD pada ketebalan 18 cm, 20 cm, 22 cm akan semakin kecil jika FFD semakin besar, dan mempengaruhi nilai INAK pada masing-masing variasi FFD 100 – 170 cm yaitu semakin kecil, sehingga ketika dimasukkan pada persamaan (3) Fabs yang didapatkan

semakin kecil pada FFD dan ketebalan AP yang besar. Hubungan jarak titik fokus ke abdomen (FFD) dengan dosis radiasi janin (Fabs) ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar.2. Grafik Hubungan jarak titik fokus ke abdomen (FFD) dengan Dosis janin berdasarkan ketebalan AP, pada pemeriksaan Abdomen setelah jarak titik fokus ke abdomen divariasikan (100 cm

[image:4.595.90.518.425.651.2]
(5)

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Ketebalan AP (phantom), mempengaruhi nilai estimasi dosis radiasi janin. Bertambahnya usia janin maka yang dibutuhkan adalah nilai estimasi dosis radiasi janin yang sangat kecil atau justifikasi. Estimasidosis radiasi janin pada ESD langsung dengan ketebalan 18 cm, 20 cm, 22 cm dan FFD 100 cm bernilai 3,5093 - 3,1071 mGy. Jadi semakin bertambah usia janin nilai estimasi dosis radiasi janin semakin kecil.

2. Nilai ESD bertambah besar jika tegangan diperbesar dari 70-96 kV untuk ketebalan 18 cm bernilai 0,6620 - 1,2350 mGy, untuk ketebalan 20 cm bernilai 0,7000 – 1,3030 mGy, untuk ketebalan 22 cm bernilai 0,7320

– 1,3640 mGy .

3. Besarnya NUD tidak dipengaruhi oleh variasi FFD, akan tetapi dipengaruhi oleh pertambahan umur janin atau ketebalan AP dan tegangan (kV) .

4. Estimasi dosis radiasi janin pada variasi FFD 100 cm dengan ketebalan 18 cm, 20 cm, 22 cm, bernilai 3,5093 mGy, 3,2972 mGy dan 0,8346 mGy semakin kecil. Kecenderungan yang sama terjadi pada variasi FFD 110 – 170 cm, yang menunjukkan bahwa semakin tebal AP, maka Fabs semakin kecil.

V.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan rasa terimakasi yang sebesar-besarnya pada ICT Center UNDIP, kota Semarang yang sudah meminjamkan alat, berupa x-ray konvesional, multimeter x-ray, dan phantom berbahan solid water . Penulis juga berterimakasi pada Bapak. Zaenul Muhlisin M.Si selaku dosen jurusan fisika, Universitas Diponegoro, kota Semarang yang menjadi dosen pembimbing, disela-sela kesibukannya namun tetap meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan membimbing penggunaan alat dan cara pengambilan data.

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla Ibrahim, Mohamed Elshikh. 2015.

Effect of radiation on pregnancy”.

International Journal of Medicine

and Medical Sciences. 7(5), 98-101.

Akhadi, Mukhlis .1997

. “Dasar-dasar proteksi

radiasi. Rineka cipta

” . Jakarta :

RinekaCipta

Ali ChaparianPh.D, Mahdi Aghabagheri

M.Sc. 2013. “

Fetal radiation doses and

subsequent risks from X-ray examinations:

Should we be concerned?”

. Iran : original

article, J Reprod Med. 11, 899-904.

Beiser, Arthur. 1981.

Concept of Modern Physics,

Third Edition. Japan: McGraw – Hill

International Book Company.

Costa .R. Paulo .and Lammoglia .Patrıcia, at

all. 2000. “

Determination of the voltage

applied to x-ray tubes from the

bremsstrahlung spectrum obtained with a

silicon PIN photodiode”

. Brazil :

Medical Physics27, 2617 ; doi:

10.1118/1.1318222.

Costa. R. Paulo, Groff. Paulo. deGuedes.

Sybele. 2015.

“ On

-line software for the

estimation of fetal radiation dose to patients

and staff in diagnostic radiology “.

Brazil .

Gilbert-Barness Enid, Debich-Spicer Diane.

2004.”

Embryo and Fetal Pathology,

Cambridge University Press, ISBN

0-521-82529-6 .

Hiryanto. 2011. “Permulaan Kehidupan

Manusia (Perkembangan Pranatal)”

FIP UNY.

International Commission on Radiological

Protection (ICRP). 2000.

“Pregnancy

and Medical Radiation”

. ICRP

Publication 84, ISSN, 1, 0146-6453,

Annals of the ICRP 30.

International Commission on Radiological

Protection (ICRP). 2007. “

the 2007

Recommendations of the ICRP

”.

ICRP

Publication 103, Elsevier, 2007,

Annals of the ICRP

.

L. Y. Fitri. 2011.

“Skripsi : Estimasi Dosis Janin

Pada Pemeriksaan Radiografi Thoraks

Dan Abdomen”

. Depok : Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam Program Studi Fisika.

Little fair .Stephen, Mello-Thoms. Claudia, at

all. 2015 .

“Increasing Prevalence

Expectation in Thoracic Radiology Leads

to

Overcall”

.Australia

:The

(6)

Radiologists. Published by Elsevier

Inc. All rights reserved.

National Radiological Protection Board

(NRPB). 1998. “

Diagnostic medical

exposures: to Ionising Radiation during

Pregnancy”

Documents of theNRPB,

ISBN 0-85951-420-X.

Osei E.K and Faulkner K. 1999. "

Fetal position

and size data for dose estimation".

Br J

Radiol72, 363-370.

Osei E.K, Faulkner K and Kotre C.J. 1999.

"

Radiation dose to the fetus in diagnostic

radiology

". Southport, UK : Sixth

International

Symposium:

Achievements

and

Challenges:

Advancing Radiation Protection into

the 21st Century. Southport .

Osei EK, Darko J. 2013. “

Foetal radiation dose

and risk from diagnostic radiology

procedures: a multinational study

,” ISRN

Radiology, 318425.

Osei EK, Faulkner K. 1999. “

Fetal doses from

radiological examinations”

Br

J

Radiol;72:773-780.

Gambar

Tabel 1. Nilai ESD langsung menggunakan multimeter x-ray pada pemeriksaan AP
Tabel 2. Estimasi dosis janin pada pengukuran langsung berdasarkan perhitungan fet dose V4

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang memberikan suatu gambaran mengenai langkah -langkah dalam melakukan penelitian tertentu. Metode k penelitian n yang

2 1053 4 1072 Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama Keg i a tan Peningkatan Manajemen Peradilan Agama Program Sarana dan Prasarana Aparatur Negar a MA-RI Pengadaan

Menurut Fatah (2008: 73-75) kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang dapat dilihat dari indikator

kemudian ketiga subjek di dalam penelitian ini cukup mensyukuri pernikahan yang sudah mereka jalani, akan tetapi dua dari tiga subjek menyatakan bahwa pernikahan beda

Dalam rangka penyelenggaraan kewenangan antara pemerintah dan daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4)

Arti permanen di sini karena apabila pengendalian hayati berhasil, musuh alami telah menjadi lebih mapan di ekosistem dan selanjutnya secara alami musuh alami akan mampu

Penelitian ini dilakukan di Cabang/Unit Bandung, yang menurut informasi pihak perusahaan bahwa sistem pencatatan akuntansi dilakukan sama untuk semua Cabang/Unit kemudian

Gejala sindrom radikular tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di