PT Trikomsel Oke Tbk. dan Anak
perusahaan
Laporan keuangan konsolidasi
31 MARET 2010 DAN 2009 (Tidak diaudit)
Daftar Isi
Halaman
Neraca Konsolidasi ……… 1-2
Laporan Laba Rugi Konsolidasi ……….. 3
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi ……….. 4
Laporan Arus Kas Konsolidasi ……… 5
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi ……….. 6-55
Catatan 2010 2009
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 2e,5 85.647.834.575 161.322.373.678
Piutang usaha - pihak ketiga - setelah
dikurangi penyisihan atas piutang ragu-ragu
sebesar Rp3.046.700.000 pada tahun 2010 2f,6,11 250.259.188.700 148.424.219.450
Piutang lain-lain
Pihak ketiga 7 20.024.054.731 11.348.842.998
Persediaan - setelah dikurangi penyisihan atas penurunan nilai persediaan sebesar Rp3.266.863.888. pada tahun 2010 dan
Rp1.090.582.711 pada tahun 2009 2h,7,11 569.190.671.346 969.810.654.367 Biaya dan pajak dibayar di muka
dan uang muka 2i,8
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2g,23 81.324.638 -
Pihak ketiga 807.614.100.697 232.190.122.656
JUMLAH ASET LANCAR 1.732.817.174.687 1.523.096.213.149
ASET TIDAK LANCAR
Aset pajak tangguhan - bersih 2l,13e 2.090.272.370 714.611.629 Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi
penyusutan sebesar Rp38.567.619.241 pada tahun 2010 dan Rp27.606.348.881
pada tahun 2009 2j,9 41.849.389.570 33.198.633.841
Aset tidak lancar lainnya - bersih 2e,2p,10 30.810.847.634 48.091.087.372 Taksiran tagihan pajak penghasilan 13d 87.972.097.388 41.891.778.907
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 162.722.606.962 123.896.111.749
JUMLAH ASET 1.895.539.781.649 1.646.992.324.898
Catatan 2010 2009
Pihak ketiga 221.078.101.213 131.328.461.973
Hutang pajak 13a 8.318.016.710 1.269.522.225
Biaya masih harus dibayar 8.304.667.468 2.025.132.335
Bagian kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun - pihak ketiga
Sewa pembiayaan 2j,9 128.393.435 616.075.696
Pembiayaan konsumen 14 219.763.377 210.342.311
Kewajiban lancar lainnya 15
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2g,23 - 41.650.786
Pihak ketiga 40.348.662.045 24.518.263.360
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 1.169.687.989.201 1.101.296.731.237
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Estimasi kewajiban imbalan kerja karyawan 2n,16 7.819.089.123 5.826.970.111
Kewajiban pajak tangguhan 2l, 13f 1.586.010 -
JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 8.639.507.644 5.826.970.111
JUMLAH KEWAJIBAN 1.178.327.496.845 1.107.419.706.952
HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH
ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI 2b 24.601 -
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp100 per saham Modal dasar – 12.000.000.000 saham pada
tahun 2010 dan 2009
Modal ditempatkan dan disetor penuh -
4.450.000.000 saham pada tahun 2010 dan
4.000.000.000 saham pada tahun 2009 17 445.000.000.000 400.000.000.000
Tambahan modal disetor - bersih 2m 50.992.584.389 -
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 2b (1.930.888.400) (117.457.464)
Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 17 1.000.000.000 -
Belum ditentukan penggunaannya 222.150.564.214 139.690.075.210
JUMLAH EKUITAS 717.212.260.203 539.572.617.946
Catatan 2010 2009
PENDAPATAN BERSIH 2o,19 1.282.132.444.664 1.077.144.529.498
BEBAN POKOK PENDAPATAN 2g,2o,20,23 1.140.091.062.157 972.676.744.724
LABA KOTOR 142.041.382.507 104.467.784.774
BEBAN USAHA 2g,2o,21,23 80.249.001.803 58.407.001.391
Pendapatan bunga 853.277.563 2.372.690.970
Lain-lain - bersih 2j,7,9 1.237.270.177 2.721.782
Beban lain-lain - bersih (24.327.409.703) (2.405.132.887)
LABA SEBELUM BEBAN PAJAK
PENGHASILAN BADAN 37.464.971.001 43.655.650.495
BEBAN PAJAK
PENGHASILAN BADAN
Tahun berjalan 2l,13b (8.841.965.972) (11.955.283.400)
Beban pajak penghasilan badan (8.841.965.972) (11.955.283.400)
LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS
LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG
DIKONSOLIDASI 28.623.005.029 31.700.367.095
HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK
PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI 2b 41 -
LABA BERSIH 28.623.005.070 31.700.367.095
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR 2q,18 6 9
Selisih Kurs Saldo Laba
karena
Modal Saham Uang Muka Penjabaran Telah Belum
Ditempatkan dan Tambahan Modal Pemesanan Laporan Ditentukan Ditentukan
Catatan Disetor Penuh Disetor - Bersih Saham Keuangan Penggunaannya Penggunaannya Jumlah Ekuitas
Saldo tanggal 1 Januari 2009 321.310.000.000 - (618.615.723) - 107.989.708.114 428.681.092.391
Tambahan setoran modal 17 78.690.000.000 - - - 78.690.000.000
Selisih kurs karena penjabaran
laporan keuangan 2b - - - 501.158.459 - - 501.158.459
Laba bersih tahun berjalan - - - 31.700.367.096 31.700.367.096
Saldo tanggal 31 maret 2009 400.000.000.000 - - (117.457.264) - 139.690.075.210 539.572.617.946
Saldo tanggal 1 januari 2010 445.000.000.000 50.992.584.389 - (3.085.179.432) 1.000.000.000 193.527.559.144 687.434.964.101
Selisih kurs karena penjabaran
laporan keuangan 2b - - - 1.154.291.032 - - 1.154.291.032
Laba bersih tahun berjalan - - - 28.623.005.070 28.623.005.070
Saldo tanggal 31 maret 2010 445.000.000.000 50.992.584.389 - (1.930.888.400) 1.000.000.000 222.150.564.214 717.212.260.203
Catatan 2010 2009
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan 1.337.736.981.818 1.170.201.496.735 Pembayaran kas kepada pemasok (1.106.924.947.513) (1.445.375.139.514) Pembayaran kas kepada karyawan (26.127.118.521) (17.911.710.778)
Pembayaran beban operasi (51.412.661.726) (55.322.367.879)
Kas digunakan untuk operasi 153.272.254.058 (348.407.721.436)
Pembayaran pajak penghasilan badan (8.324.885.500) (11.955.283.400)
Kas bersih diperoleh (digunakan) untuk
aktivitas operasi 144.947.368.558 (360.363.004.836)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Penerimaan penghasilan bunga 853.277.563 2.372.690.970
Hasil penjualan aset tetap 9 12.090.000 -
Perolehan aset tetap 9 (3.006.721.876) (2.280.297.872)
Kas bersih diperoleh (digunakan) untuk
aktivitas investasi (2.141.354.313) 92.393.098
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan hutang bank - 242.032.413.224
Pembayaran hutang bank (122.896.324.172) -
Penambahan modal saham 17 - 78.690.000.000
Penerimaan hutang pembiayaan konsumen 516.080.244 -
Pembayaran hutang pembiayaan konsumen - -
Pembayaran beban keuangan (19.698.869.353) (11.400.255.432)
Pembayaran hutang sewa pembiayaan - (326.053.423)
Kas bersih diperoleh (digunakan) dari
aktivitas pendanaan (142.079.113.281) 308.996.104.369
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS
DAN SETARA KAS 726.900.964 (50.773.348.910)
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 5 84.920.933.611 212.095.722.588
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 5 85.647.834.575 161.322.373.678
AKTIVITAS YANG TIDAK MEMPENGARUHI KAS
1. UMUM
a. Pendirian Perusahaan
PT Trikomsel Oke Tbk. (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Ny. Liliana Indrawati Tanuwidjaja, S.H., No. 11 tanggal 21 Agustus 1996. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-9342.HT.01.01.Th.96 tanggal 7 Oktober 1996 dan diumumkan dalam Tambahan No. 9342, dari Berita Negara Republik Indonesia No. 93 tanggal 19 Nopember 1996. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir adalah dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 27 tanggal 22 April 2009 sehubungan dengan realisasi jumlah saham yang dikeluarkan saat penawaran perdana. Perubahan anggaran dasar tersebut telah diberitahukan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10-08860 tanggal 29 Juni 2009.
Berdasarkan anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama Perusahaan meliputi usaha perdagangan dan distribusi perangkat telekomunikasi, yang mencakup telepon selular, aksesoris, suku cadang, kartu telepon pra bayar dan paska bayar, serta jasa yang terkait dengan
telekomunikasi dan multimedia. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tanggal 21 Agustus 1996. Kantor Perusahaan berkedudukan di Jalan Raya R.S. Fatmawati No. 40, Cipete
Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan mengoperasikan secara keseluruhan masing-masing 764 dan 813 toko.
b. Penawaran Umum Efek Perusahaan
Sesuai dengan Surat Pernyataan Efektif yang diterbitkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“BAPEPAM-LK”) No. S-2475/BL/2009 tanggal 31 Maret 2009, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana kepada masyarakat sebanyak 450.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp100 per saham melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp225 per saham. Pada tanggal 14 April 2009, seluruh saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia, berdasarkan surat No.S-01871/BEI.PSJ/04-2009 tanggal 7 April No.S-01871/BEI.PSJ/04-2009.
c. Anak Perusahaan
Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan memiliki Anak perusahaan dengan kepemilikan hak suara langsung lebih dari 50% dengan rincian sebagai berikut:
Telepon selular 2008 100.00% 100.00% 248.054.125.167 78.576.554.372
PT Okeshop* Indonesia Perdagangan alat-alat
Multimedia, komputer, telepon selular beserta aksesoris
dan suku cadangnya - 99.90% - 1.995.936.729 -
1. UMUM (lanjutan)
d. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan
Susunan dewan komisaris dan direksi Perusahaan adalah sebagai berikut:
31 Maret 2010:
Dewan Komisaris Direksi
Kindarto Kohar - Presiden Komisaris Sugiono Wiyono Sugialam - Presiden Direktur Glenn T Sugita - Komisaris Djohan Sutanto - Direktur
Christine Barki - Komisaris Independen Djoko Harijanto - Direktur Suryatin Setiawan - Komisaris Independen Evy Soenarjo - Direktur
Ellianah Wati Setiady - Direktur tidak terafiliasi
31 Maret 2009:
Dewan Komisaris Direksi
Kindarto Kohar - Presiden Komisaris Sugiono Wiyono Sugialam - Presiden Direktur Christine Barki - Komisaris Independen Ellianah Wati Setiady - Direktur
Suryatin Setiawan - Komisaris Independen Djohan Sutanto - Direktur Djoko Harijanto - Direktur Evy Soenarjo - Direktur
Susunan komite audit Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2010 adalah sebagai berikut:
Ketua : Suryatin Setiawan Anggota : Felix Kristani
Anggota : Lely Setyaningsih Kwik
Sekretaris Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2010 adalah Juliana Samudro.
Gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada komisaris dan direksi Perusahaan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 masing-masing sebesar Rp284.059.813 dan Rp1.464.259.291 Sedangkan gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada komisaris dan direksi Perusahaan untuk periode yang berakhir tanggal 31 Maret 2009 adalah sebesar Rp144.000.000 dan Rp822.000.000.
Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan mempunyai karyawan tetap masing-masing sebanyak 827 dan 1017 orang.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING(lanjutan)
Kebijakan akuntansi penting yang diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi, yang disajikan dalam Rupiah kecuali dinyatakan lain, disusun berdasarkan basis akrual dengan menggunakan konsep biaya historis, kecuali persediaan yang dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih.
Laporan arus kas konsolidasi, yang disusun dengan menggunakan metode langsung, menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang diklasifikasikan menjadi aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah.
b. Prinsip Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi meliputi akun-akun Perusahaan dan Anak perusahaan yang dimiliki oleh Perusahaan, secara langsung dengan kepemilikan saham lebih dari 50%. Seluruh saldo akun dan transaksi yang material antar perusahaan yang dikonsolidasi telah dieliminasi.
Berdasarkan PSAK No. 11 “Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing”, untuk tujuan akuntansi investasi dalam Anak perusahaan di luar negeri dan perhitungan bagian laba (rugi) terkait, laporan keuangan Anak perusahaan di luar negeri dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah pada akhir tahun untuk akun-akun aset dan kewajiban, kurs historis untuk akun-akun ekuitas dan kurs rata-rata dalam tahun yang bersangkutan untuk akun-akun laba rugi. Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan disajikan sebagai “Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan” dalam kelompok Ekuitas di neraca konsolidasi.
Bagian kepemilikan pemegang saham minoritas atas aset bersih Anak perusahaan disajikan sebagai akun “Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan yang Dikonsolidasi” pada neraca konsolidasi. Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu Anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam ekuitas Anak perusahaan. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutup kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, Anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup.
c. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING(lanjutan)
c. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing (lanjutan)
Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada hari terakhir transaksi perbankan pada tanggal tersebut. Laba atau rugi selisih kurs yang terjadi, dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun berjalan.
Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, kurs yang digunakan adalah sebagai berikut:
2010 2009
1 Dolar Amerika Serikat 9115 11.575
1 Dolar Singapura 6505 7617
1 Dolar Hong Kong 1174 1494
1 Baht Thailand 282 326
1 Dolar Taiwan 291 -
d. Instrumen Derivatif
Setiap instrumen derivatif (termasuk derivatif melekat) dicatat sebagai aset atau kewajiban dalam neraca konsolidasi dan diakui sebesar nilai wajar masing-masing kontrak. Perubahan nilai wajar instrumen derivatif harus dibukukan pada usaha tahun berjalan, kecuali untuk lindung nilai tertentu yang memungkinkan laba atau rugi instrumen derivatif saling hapus dengan aset atau kewajiban yang dilindungi. Setiap entitas diharuskan untuk melakukan dokumentasi, merancang dan menilai efektivitas atas transaksi yang diperlakukan sebagai akuntansi lindung nilai. Instrumen derivatif Perusahaan dan Anak perusahaan tidak dimaksudkan sebagai aktivitas lindung nilai untuk tujuan akuntansi.
e. Deposito Berjangka
Deposito berjangka dengan jangka waktu tiga (3) bulan atau kurang sejak tanggal penempatan dan tidak digunakan sebagai jaminan, diklasifikasikan sebagai “Setara Kas”. Sedangkan deposito berjangka dengan jangka waktu lebih dari tiga (3) bulan sejak tanggal penempatan dan / atau dijaminkan atau dibatasi penggunaannya disajikan dalam akun “Aset Tidak Lancar Lainnya - bersih -Deposito yang dibatasi penggunaannya” dalam neraca konsolidasi.
f. Penyisihan Piutang Ragu-ragu
Perusahaan dan Anak perusahaan membentuk penyisihan piutang ragu-ragu berdasarkan hasil penelaahan terhadap kemungkinan tidak tertagihnya piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING(lanjutan)
h. Persediaan
Efektif tanggal 1 Januari 2009, Perusahaan dan Anak perusahaan menerapkan PSAK No. 14 (Revisi 2008),”Persediaan”, yang menggantikan PSAK No. 14 (1994), ”Persediaan”. Penerapan PSAK revisi ini tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan.
Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto (the lower of cost or net realizable value). Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa setelah dikurangi dengan biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang (weighted-average method).
Penyisihan untuk persediaan usang ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan fisik persediaan pada akhir tahun.
i. Biaya Dibayar di Muka
Biaya dibayar di muka dibebankan pada operasi sesuai masa manfaat biaya yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method).
j. Aset Tetap
Pemilikan Langsung
Efektif tanggal 1 Januari 2008, Perusahaan menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), “Aset Tetap”, yang menggantikan PSAK No. 16 (1994), “Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain” dan PSAK No. 17 (1994), “Akuntansi Penyusutan”, dimana Perusahaan dan Anak perusahaan telah memilih model biaya sebagai dasar pengukuran aset tetapnya.
Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai (jika ada). Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap pada saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah tercatat (carrying amount) aset tetap sebagai suatu pengganti jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya.
Penyusutan dihitung sebagai berikut:
Taksiran Umur Manfaat
Jenis Aset Tetap Metode (Tahun) Tarif
Perusahaan
Bangunan Garis Lurus 20 5%
Peralatan kantor Saldo Menurun Berganda 4 dan 8 50% dan 25%
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
j. Aset Tetap (lanjutan)
Pemilikan Langsung (lanjutan)
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan ditelaah, dan jika sesuai dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif.
Sewa
Efektif tanggal 1 Januari 2008, Perusahaan menerapkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), “Sewa”. Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), penentuan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau perjanjian yang mengandung sewa didasarkan atas substansi perjanjian pada tanggal awal sewa dan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset dan perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tersebut. Menurut PSAK revisi ini, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substantial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Perusahaan sebagai lessee
i) Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), dalam sewa pembiayaan, Perusahaan dan Anak perusahaan mengakui aset dan kewajiban dalam neraca pada awal masa sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban sewa. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa, sehingga menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya. Beban keuangan dicatat dalam laporan laba rugi. Aset sewaan (disajikan sebagai bagian aset tetap) disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewaan dan periode masa sewa, jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa Perusahaan akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
k. Penurunan Nilai Aset
Perusahaan dan Anak perusahaan melakukan penelaahan untuk menentukan adanya peristiwa atau perubahan kondisi yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat tidak dapat dipulihkan seluruhnya pada setiap tanggal pelaporan. Apabila kondisi tersebut terjadi, Perusahaan diharuskan untuk menentukan taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) atas semua asetnya dan mengakuinya sebagai kerugian dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
l. Pajak Penghasilan Badan
Beban pajak tahun berjalan ditetapkan berdasarkan estimasi laba kena pajak tahun berjalan. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara aset dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan perpajakan setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa mendatang, seperti saldo rugi fiskal yang belum digunakan, diakui sejauh besar kemungkinan realisasi atas manfaat pajak tersebut.
Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Perubahan-perubahan nilai tercatat aset dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan pada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.
Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak diterima atau, jika Perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan tersebut telah ditetapkan.
m. Tambahan modal disetor - bersih
Tambahan modal disetor - bersih merupakan selisih antara harga penawaran dari hasil penawaran umum perdana saham Perusahaan dengan nilai nominal saham, setelah dikurangi dengan biaya -biaya yang terjadi sehubungan dengan penawaran umum perdana saham tersebut.
n. Estimasi Kewajiban Imbalan Kerja Karyawan
Perusahaan mencatat estimasi kewajiban imbalan kerja karyawan tanpa pendanaan sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 (“Undang-undang”) dan diakui sesuai dengan PSAK No. 24 (Revisi 2004) “Imbalan Kerja Karyawan”.
Berdasarkan PSAK No. 24 (Revisi 2004), perhitungan estimasi kewajiban untuk imbalan kerja karyawan berdasarkan Undang-undang ditentukan dengan menggunakan metode aktuarial
“Projected Unit Credit”. Keuntungan atau kerugian aktuaria diakui sebagai pendapatan atau beban
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
o. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan diakui pada saat barang diserahkan dan risiko serta hak kepemilikannya berpindah kepada pelanggan. Pendapatan jasa perbaikan barang dalam garansi (service warranty) diakui pada saat terjadinya. Pendapatan dari penjualan konsinyasi diakui sebesar jumlah penjualan konsinyasi kepada pelanggan, sedangkan beban terkait diakui sebesar jumlah yang terhutang kepada pemilik (consignor) sebagai bagian dari pendapatan. Pendapatan dari penjualan voucher
isi pulsa diakui pada saat penerimaan pembayaran.
Beban diakui pada saat terjadinya (accrual basis).
p. Biaya Ditangguhkan - Biaya Pinjaman
Biaya signifikan yang timbul untuk mendapatkan pinjaman jangka panjang ditangguhkan dan disajikan sebagai bagian dari akun “Aset Tidak Lancar Lainnya - bersih - Biaya Ditangguhkan, bersih - Biaya Pinjaman Sindikasi”, yang diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama jangka waktu pinjaman tersebut. Apabila Perusahaan mengalami kegagalan pembayaran pokok atau bunga pinjaman maupun pemenuhan rasio keuangan tertentu yang dapat mengakibatkan seluruh saldo pokok pinjaman beserta bunga masih harus dibayar menjadi jatuh tempo segera, biaya-biaya terkait dengan hutang bank tersebut dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
q. Laba Bersih per Saham Dasar
Laba bersih per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih tahun berjalan dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama tahun yang bersangkutan. Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar untuk periode yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 masing-masing berjumlah 4.450.000.000 saham dan 3.633.376.136 saham (Catatan 18).
r. Informasi Segmen
Informasi segmen Perusahaan dan Anak perusahaan disajikan berdasarkan segmen usaha sebagai segmen primer dan segmen saluran distribusi sebagai segmen sekunder.
Segmen usaha menyajikan produk atau jasa yang memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Suatu segmen saluran distribusi merupakan suatu komponen yang terpisah, yang menyalurkan produk atau jasa melalui saluran distribusi tertentu yang memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan komponen yang menyalurkan produk atau jasa melalui saluran distribusi lain.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
s. Penggunaan Estimasi
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi-estimasi dan asumsi-asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi. Karena adanya ketidakpastian yang melekat dalam penetapan estimasi, maka jumlah sesungguhnya yang akan dilaporkan di masa mendatang mungkin berbeda dari jumlah yang diestimasi tersebut.
3. AKUISISI ANAK PERUSAHAAN
Pada tanggal 25 Nopember 2008, Perusahaan mengakuisisi 100% saham Trikomsel Pte. Ltd., perusahaan di Singapura, yang bergerak dalam bidang distribusi penjualan telepon selular, dengan harga perolehan sebesar nilai buku yaitu SGD1 dari Bapak Sugiono Wiyono Sugialam, yang merupakan presiden direktur dan pemegang saham Perusahaan.
Pada tanggal yang sama, Perusahaan melakukan peningkatan modal disetor di Trikomsel Pte. Ltd. sebesar SGD1.299.999 sehingga investasi Perusahaan menjadi sebesar SGD1.300.000.
Kemudian pada tanggal yang sama, guna memperluas jaringan usaha dan basis pelanggannya, Perusahaan telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Trikomsel Pte. Ltd., dimana Trikomsel Pte. Ltd. ditunjuk oleh Perusahaan untuk memasarkan telepon selular di luar negeri melalui jalur distribusi resmi yang izinnya dimiliki Perusahaan.
4. PENDIRIAN ANAK PERUSAHAAN
Berdasarkan Akta Notaris Lilik Kristiwati, S.H. tanggal 1 Oktober 2009, Perusahaan mendirikan PT Okeshop (OkeShop), yang bergerak dalam bidang perdagangan alat-alat multimedia, komputer, telepon, telepon selular beserta asesoris dan suku cadangnya. Pendirian tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-57725.AH.01.01.Tahun 2009 tanggal 25 Nopember 2009. Modal yang telah disetor sebesar Rp25.000.000 berasal dari Perusahaan dan PT Delta Sarana Pradana (DSP) masing-masing sebesar Rp24.975.000 atau dan Rp25.000, sehingga kepemilikan Perusahaan dan DSP masing-masing sebesar 99,90% dan 0,10%. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2010, PT OkeShop belum beroperasi secara komersial.
5. KAS DAN SETARA KAS
Dolar Taiwan (TWD11.617 pada tahun 2010) 3.381.012 427.983 Dolar Singapura PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 4.901.453.080 6.377.143.942
Citibank N.A., Jakarta 853.855.931 1.685.555.111
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. 153.640.619 743.541.002
PT Bank Mega Tbk. 205.550.268 171.719.061
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 74.999.340 520.012.659
PT Bank UOB Buana 380.881.358 595.850.342
Standard Chartered Bank, Indonesia 13.839.331 -
PT Bank Internasional Indonesia 47.556.341 -
The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd., Jakarta 4.946.050 -
PT Bank CIMB Niaga Tbk. 205.325.330 106.196.001
PT ANZ Panin Bank 30.117.375 -
PT Bank OCBC NISP Tbk. 4.858.383 341.837.437
PT Bank Rabobank International Indonesia 727.706 -
PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk 40.955.045 99.661.609
5. KAS DAN SETARA KAS (lanjutan)
$AS2.593.036 pada tahun 2009) 37.364.565.967 30.014.393.668
Standard Chartered Bank, Singapore
(AS2.493.846,60 pd tahun 2010 dan
$AS905.295 pada tahun 2009) 22.731.411.759 9.577.761.299 Citibank N.A., Jakarta
($AS13.953 pada tahun 2010 dan
$AS361.595 pada tahun 2009) 127.189.798 4.185.460.967 PT ANZ Panin Bank ($AS17.343,03 pada
($AS 8.103,67 pada tahun 2010 dan
$AS1.976 pada tahun 2009) 72.125.172 22.873.473
PT ANZ Panin Bank ($AS200.000) 1.823.000.000 14.670.000.000
UBS, Singapore - 578.750.000
4.323.000.000 15.248.750.000
Jumlah kas dan setara kas 85.647.834.575 161.322.373.678
6. PIUTANG USAHA - PIHAK KETIGA
Akun ini terdiri dari piutang usaha dari pihak ketiga dengan rincian sebagai berikut:
6. PIUTANG USAHA - PIHAK KETIGA (lanjutan)
Akun ini terdiri dari piutang usaha dari pihak ketiga dengan rincian sebagai berikut: (lanjutan)
2010 2009
Rupiah:
PT Carrefour Indonesia 11.455.911.220 4.959.715.895
PT Aka Lestarindo 5.078.980.300 -
PT Access 2.781.840.000 -
PT Sony Ericsson Indonesia 2.305.450.401 -
PT Hero Supermarket Tbk. 1.704.119.206 1.025.588.777
PT Parastar Echorindo 1.427.827.500 -
bawah Rp1 miliar) 52.664.539.754 46.320.866.198
195.632.938.137 129.847.543.156
Dolar Amerika Serikat:
Glory Access Trading Ltd., Hong Kong ($AS3.575.880 pada tahun 2010 dan
$AS860.341 pada tahun 2009) 32.594.146.200 9.958.447.075 Prime Net (S) Pte. Ltd., Singapura
($AS568.103 pada tahun 2010 dan
$AS138.030 pada tahun 2009) 5.178.260.030 1.597.697.250 Dictum International Corp
($AS1.133.770 pada tahun 2010) 10.334.313.550 -
Fast Track Pte. Ltd., Singapura ($AS32.234 pada tahun 2010 dan
$AS172.859 pada tahun 2009) 293.810.631 2.000.837.138
GSM City, Inc., Amerika Serikat ($AS428.983
Royal Tele Trading Pte. Ltd., Singapura
($AS$AS17.120 pada tahun 2009) 198.164.000
Bombay Bazaar ($AS25.680 pd tahun 2010) 234.073.200
TCN ($AS193.750,25 pada tahun 2010) 1.766.033.529
Pars Telecom Limited ($AS30.375) - 351.590.625
Damai Cell ($AS54.750) - 633.731.250
6. PIUTANG USAHA - PIHAK KETIGA (lanjutan)
Seluruh piutang usaha di atas (kecuali piutang usaha dari Anak perusahaan sebesar Rp 57.672.950.563,- dan Rp 18.576.676.294,- pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009) digunakan sebagai jaminan atas hutang bank yang diperoleh Perusahaan (Catatan 11).
Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun, manajemen Perusahaan dan Anak perusahaan berpendapat bahwa jumlah penyisihan atas piutang ragu-ragu tersebut adalah memadai untuk menutupi kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha.
7. PERSEDIAAN
2010 2009
Telepon selular 536.001.757.348 875.233.688.724
Kartu perdana dan voucher isi ulang 29.719.712.626 82.255.791.958
Aksesoris 3.853.784.777 5.922.705.588
Netbook/laptop dan modem 2.118.682.729 62.398.036
Suku cadang 717.900.357 7.426.652.772
Barang dalam perjalanan 45.697.398 -
Jumlah persediaan 572.457.535.235 970.901.237.078
Dikurangi penyisihan atas penurunan
nilai persediaan (3.266.863.888) (1.090.582.711)
Persediaan - bersih 569.190.671.347 969.810.654.367
Manajemen Perusahaan dan Anak perusahaan berkeyakinan bahwa penyisihan atas penurunan nilai persediaan pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas penurunan nilai persediaan.
Seluruh persediaan di atas pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 digunakan sebagai jaminan atas hutang bank yang diperoleh Perusahaan (Catatan 11).
Pada tanggal 31 Maret 2010, persediaan Perusahaan diasuransikan terhadap risiko kerugian akibat kebakaran, banjir dan risiko lainnya berdasarkan suatu paket polis tertentu dari PT Asuransi Allianz Utama Indonesia, pihak ketiga, dengan nilai pertanggungan sebesar $AS400.000.000 (setara dengan Rp3.760.000.000.000), yang berdasarkan pendapat manajemen Perusahaan adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian dari risiko-risiko tersebut.
8. BIAYA DAN PAJAK DIBAYAR DI MUKA DAN UANG MUKA
2010 2009
Biaya dan Pajak Dibayar di Muka
Pihak ketiga:
Pajak pertambahan nilai masukan 29.979.630.876 36.054.555.024
Sewa dibayar di muka 23.569.578.054 25.289.746.636
Fit Out 2.816.147.469 8.082.943.232
Asuransi dibayar di muka 542.820.518 401.997.161
Lainnya 3.234.284.995 447.100.508
Jumlah pihak ketiga 60.142.461.912 70.276.342.561
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 23):
Fit Out 81.324.638 -
Jumlah pihak yang mempunyai hubungan istimewa 81.324.638 -
Jumlah biaya dan pajak dibayar di muka 60.223.786.550 70.276.342.561
Uang Muka - Pihak Ketiga
Pihak ketiga:
Pembelian persediaan
($AS69.990.774 dan Rp75.196.268.730,- pada tahun 2010 dan $AS11.152.145
dan Rp10.754.595.139 pada tahun 2009) 709.662.723.568 139.840.668.517 Pembelian aset tetap
($AS 3.373.965 pada tahun 2010
dan $AS1.839.940 pada tahun 2009) 33.953.908.700 21.769.490.467
Lain-lain 3.773.681.879 303.621.111
Jumlah pihak ketiga 747.390.314.147 161.913.780.095
Jumlah biaya dan pajak dibayar di muka
dan uang muka 807.614.100.697 232.190.122.656
Fit Out merupakan biaya renovasi dan dekorasi di outlet-outlet ritel Perusahaan yang diamortisasi
selama satu (1) tahun. Biaya amortisasi atas Fit Out disajikan sebagai bagian dari “Beban Usaha” dalam laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 21).
Uang muka pembelian persediaan merupakan uang muka kepada operator untuk voucher dan kepada Nokia Pte. Ltd., Singapura, dan Sony Ericsson Mobile Communication AB, Swedia, untuk telepon selular.
9. ASET TETAP
Peralatan kantor 48.804.595.113 2.280.297.871 - - 51.084.892.984
Kendaraan 3.925.556.978 - - - 3.925.556.978
Sub-jumlah 55.952.134.542 2.280.297.871 - - 58.232.432.413
Peralatan kantor 21.855.435.633 1.813.581.605 - - 23.669.017.238
Kendaraan 2.277.327.896 103.014.318 - - 2.380.342.215
Sub-jumlah 24.660.550.159 1.956.870.704 - - 26.617.420.863
Aset sewa pembiayaan
Kendaraan 883.353.199 105.574.819 - - 988.928.018
Jumlah akumulasi penyusutan 25.543.903.358 2.062.445.523 - - 27.606.348.881
9. ASET TETAP (Lanjutan)
Penyusutan yang dibebankan pada operasi untuk periode yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp2.618.244.650 dan Rp2.062.445.523 (Catatan 21).
Perhitungan rugi atas penjualan aset tetap adalah sebagai berikut:
2010 2009
Hasil penjualan 12.190.000 -
Nilai buku bersih 17.706.570 -
Rugi atas penjualan aset tetap (5.616.570) -
Laba atas penjualan aset tetap dicatat sebagai bagian dari akun “Penghasilan (Beban) lain - Lain-lain - Bersih” pada laporan laba rugi konsolidasi.
Pada tanggal 31 Maret 2010, kendaraan Perusahaan senilai Rp750.000.000 digunakan sebagai jaminan atas hutang pembiayaan konsumen kepada PT BCA Finance (Catatan 14) dan Rp765.000.000 digunakan sebagai jaminan atas pembiayaan hutang sewa guna usaha. Aset-aset tersebut di atas diasuransikan terhadap risiko kebakaran, pencurian, dan risiko lainnya berdasarkan suatu paket polis tertentu.
Hak atas bangunan Perusahaan yang terletak di Jalan Mangga Dua adalah dalam bentuk “Hak Guna Bangunan (HGB)” yang berjangka waktu dua puluh (20) tahun dimana jatuh tempo terakhir pada tahun 2029. Hak atas bangunan Perusahaan yang terletak di Palembang Square adalah dalam bentuk “Hak Milik”tanpa jangka waktu tertentu.
Berdasarkan kondisi aset tetap, Manajemen Perusahaan berkeyakinan bahwa tidak terdapat indikasi adanya penurunan nilai aset tetap pada tanggal 31 Maret 2010.
Pada tanggal 31 Maret 2010, aset tetap diasuransikan terhadap risiko kerugian akibat kebakaran, banjir dan risiko lainnya berdasarkan suatu paket polis tertentu dari PT Asuransi AIU Indonesia, pihak ketiga, dengan nilai pertanggungan sebesar Rp23.763.000.000, yang berdasarkan pendapat manajemen Perusahaan adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian dari risiko-risiko tersebut.
Perusahaan mengadakan perjanjian sewa pembiayaan dengan pihak ketiga, yaitu PT Bumiputera-BOT Finance, PT Bank Jasa Jakarta dan PT ORIX Indonesia Finance, dengan jangka waktu berkisar antara dua (2) sampai dengan tiga (3) tahun untuk kendaraan.
Pada tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan telah melunasi seluruh hutang sewa pembiayaan tersebut.
10. ASET TIDAK LANCAR LAINNYA - BERSIH
Akun ini terdiri dari:
2010 2009
Biaya ditangguhkan - bersih
Biaya pinjaman sindikasi 8.602.798.290 15.717.147.922
Biaya lain-lain - 2.368.617.116
dan $AS882.235 pada tahun 2008) 8.983.893.212 Merrill Lynch Pte. Ltd., Singapura
($AS500.000 pada tahun 2009 dan 2008) 4.557.500.000 -
Margin deposit
PT Bank Central Asia Tbk.
($AS2.102.836 pada tahun 2009) - 24.340.322.417
Deposit sewa dan keamanan 5.584.737.268 5.456.149.672
Bank garansi - 169.581.015
Lainnya
($AS9.433 pada tahun 2010 dan
$AS3.393 pada tahun 2009) 85.982.434 39.269.230
Jumlah aset tidak lancar lainnya - bersih 30.810.847.634 48.091.087.372
Biaya ditangguhkan - bersih - biaya pinjaman sindikasi terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan hutang bank sindikasi, seperti: biaya upfront, biaya arrangement, biaya agen jaminan dan lain-lain. Biaya ditangguhkan tersebut diamortisasi selama jangka waktu perjanjian hutang bank sindikasi, yaitu tiga (3) tahun, kecuali biaya agen jaminan yang merupakan biaya tahunan yang diamortisasi selama satu (1) tahun (Catatan 11c). Amortisasi biaya tangguhan yang dibebankan selama tahun 2010 dan 2009 sebesar Rp.2.289.054.491 dan Rp1.784.321.991 disajikan sebagai bagian dari “Beban Usaha” dalam laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 21).
Deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya pada PT ANZ Panin Bank digunakan sebagai
margin deposit atas pemakaian pinjaman. Suku bunga tahunan untuk deposito berjangka yang
dibatasi penggunaannya yang ditempatkan pada PT ANZ Panin Bank di atas adalah sebesar 1,00% pada tahun 2009.
Deposito berjangka yang dibatasi pengunaannya, yang ditempatkan Anak perusahaan pada UBS AG, Singapura, digunakan untuk bank garansi untuk memperoleh status Major Exporter Scheme dari
Inland Revenue Authority of Singapore (IRAS). Deposito yang dibatasi pengunaannya, yang
10. ASET TIDAK LANCAR LAINNYA – BERSIH (Lanjutan)
Deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk digunakan untuk jaminan pengadaan pembelian barang. Suku bunga untuk deposito berjangka yang ditempatkan pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk adalah sebesar 7% per tahun.
Margin deposit merupakan deposit yang ditempatkan Perusahaan pada PT Bank Central Asia Tbk.
sehubungan dengan fasilitas letters of credit yang diberikan untuk pembelian persediaan dari Nokia Pte. Ltd., Singapura dan Sony Ericsson Mobile Communications AB, Swedia.
11. HUTANG BANK - PIHAK KETIGA
2010 2009
Rupiah
Hutang bank sindikasi (c) 443.000.000.000 461.000.000.000
Pinjaman berjangka
PT Bank Central Asia Tbk. (d) 70.000.000.000 75.000.000.000
Cerukan
PT Bank Central Asia Tbk. (d) 50.103.395.492 49.128.576.521
563.103.395.492 585.128.576.521
Dolar Amerika Serikat Hutang bank sindikasi
($AS22.685.185 pada tahun 2010
dan $AS23.500.000 pada tahun 2009) (c) 206.775.462.916 272.012.500.000
Term loan
328.186.989.466 352.911.332.500
Jumlah hutang bank 891.290.384.958 938.039.909.021
Informasi sehubungan dengan hutang bank yang diperoleh Perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Pada tanggal 12 Maret 2009, Perusahaan menandatangani perjanjian kredit dengan Standard Chartered Bank (”SCB”), dimana Perusahaan memperoleh fasilitas Import Invoice Financing
11. HUTANG BANK - PIHAK KETIGA (Lanjutan)
Kemudian pada tanggal 30 Juni 2009, perjanjian fasilitas Import Invoice Financing tersebut diamandemen kembali untuk mengubah tanggal dimulainya fasilitas pembiayaan tersebut dari tanggal 12 Maret 2009 menjadi tanggal 30 Juni 2009. Pada tanggal 18 Pebruari 2010, Perusahaan menandatangani perpanjangan perjanjian dengan Standard Chartered Bank, Jakarta sehubungan dengan perpanjangan jangka waktu fasilitas import invoice financing dan fasilitas foreign exchange
dari tanggal 18 Pebruari 2010 sampai dengan 30 Nopember 2010 dan penambahan fasilitas import
invoice financing II sebesar $AS10.000.000 dengan maksimum tenor pembiayaan tiga (3) bulan.
Seluruh fasilitas import invoice financing dan fasilitas foreign exchange dijamin dengan persediaan merk Nokia sebesar $AS10.000.000 dan piutang sebesar $AS10.000.000.
Perjanjian ini mensyaratkan Perusahaan untuk mempertahankan rasio keuangan sebagai berikut:
- Rasio EBITDA terhadap bunga minimal 200%;
- Rasio hutang bersih terhadap EBITDA tidak boleh melebihi 350%; - Rasio hutang terhadap tangible net worth tidak boleh melebihi 250%.
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan telah memenuhi seluruh persyaratan rasio keuangan di atas.
Seluruh fasilitas di atas dijamin dengan persediaan yang bermerk Nokia dan piutang milik Perusahaan, masing-masing senilai $AS10.000.000 (Catatan 6 dan 7).
b. Pada tanggal 5 Maret 2009, Perusahaan menandatangani perjanjian dengan PT ANZ Panin Bank (“ANZ”), yang disahkan oleh Notaris Veronica Nataadmadja, S.H., No. 14/L/III/2009 pada tanggal yang sama, dimana Perusahaan memperoleh fasilitas revolving working capital dengan maksimum pagu kredit gabungan sebesar $AS20.000.000 yang terdiri dari: working capital
dengan pagu kredit sebesar $AS20.000.000 dan trade facility dengan pagu kredit sebesar $AS10.000.000. Selain itu, Perusahaan juga memperoleh fasilitas transaksi mata uang asing dengan pagu kredit sebesar $AS3.000.000. Fasilitas-fasilitas tersebut akan digunakan untuk pembiayaan pembelian persediaan telepon selular dan akan berakhir pada tanggal 5 Maret 2010.
Perjanjian ini mensyaratkan Perusahaan untuk mempertahankan rasio keuangan sebagai berikut: - Rasio aset lancar terhadap kewajiban lancar, minimal 110%;
- Rasio hutang bersih terhadap EBITDA tidak boleh melebihi 350%; - Rasio hutang terhadap ekuitastidak boleh melebihi 250%; - Rasio EBITDA terhadap biaya bunga , minimal 200%;
- Net worth minimal Rp350.000.000.000;
- Rasio piutang ditambah dengan persediaan dan prepayment of handsets inventory level
adalah 125% dari total hutang.
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan telah memenuhi seluruh persyaratan rasio keuangan di atas.
Seluruh fasilitas pinjaman di atas dijamin dengan persediaan dan piutang milik Perusahaan dengan jumlah senilai $AS25.000.000 (Catatan 6 dan 7).
Perjanjian tersebut juga mensyaratkan Perusahaan untuk memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank sebelum melakukan tindakan tertentu, yaitu antara lain:
- Menjaminkan kembali persediaan dan piutang yang telah dijadikan jaminan; - Melakukan peleburan dan penggabungan;
11. HUTANG BANK - PIHAK KETIGA (Lanjutan)
- Memperoleh hutang lain; - Perpanjangan hutang.
Sehubungan dengan pembagian dividen tahun 2008 pada tanggal 7 Agustus 2009, Perusahaan telah memperoleh surat waiver dari ANZ pada tanggal 19 Maret 2010.
c. Pada tanggal 3 Juli 2008, Perusahaan menandatangani Revolving Facility Agreement, yang dilakukan dengan sindikasi bank-bank, yaitu Citigroup Global Markets Asia Ltd., PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank Internasional Indonesia Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (dahulu PT Bank Lippo Tbk) (selanjutnya disebut “Bank’’), dengan Citicorp International Limited sebagai facility agent dan PT Bank Central Asia Tbk. sebagai security agent.
Hutang bank sindikasi tersebut terdiri dari Tranche A yang merupakan fasilitas berdenominasi Rupiah dengan maksimum pagu kredit sebesar Rp480.000.000.000 dan Tranche B yang merupakan fasilitas berdenominasi Dolar Amerika Serikat dengan maksimum pagu kredit sebesar $AS27.000.000. Hutang bank sindikasi ini dibayar tiga (3) bulan dari tanggal penarikan hutang dan bersifat revolving sampai dengan jangka waktu fasilitas pinjaman, dimana fasilitas-fasilitas pinjaman tersebut akan jatuh tempo dalam 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk dua (2) tahun berikutnya. Pada tanggal 12 Pebruari 2010, Perusahaan menandatangani perubahan perjanjian hutang bank sindikasi sehubungan dengan Revolving Facility Agreement. Berdasarkan perubahan perjanjian tersebut, hutang bank sindikasi yang terdiri dari Tranche A yang merupakan fasilitas berdenominasi Rupiah dengan maksimum pagu kredit sebesar Rp480.000.000.000 dan
Tranche B yang merupakan fasilitas berdenominasi Dolar Amerika Serikat dengan maksimum
pagu kredit sebesar $AS27.000.000 berubah menjadi Tranche A1 dan Tranche A2 yang merupakan fasilitas berdenominasi Rupiah dengan maksimum pagu kredit masing-masing sebesar Rp480.000.000.000 dan Rp20.000.000.000 dan Tranche B yang merupakan fasilitas berdenominasi Dolar Amerika Serikat dengan maksimum pagu kredit sebesar $AS25.000.000.
Perjanjian ini mensyaratkan Perusahaan untuk mempertahankan rasio keuangan sebagai berikut:
- Rasio aset lancar terhadap kewajiban lancar minimal 110%; - Rasio hutang bersih terhadap EBITDA tidak boleh melebihi 350%; - Rasio hutang terhadap tangible net worth tidak boleh melebihi 250%; - Rasio EBITDA terhadap pembayaran bunga minimal 200%.
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan telah memenuhi seluruh persyaratan rasio keuangan di atas.
Perjanjian tersebut juga mensyaratkan Perusahaan untuk memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank sebelum melakukan tindakan tertentu, yaitu antara lain:
- Memperoleh pinjaman baru atau memberikan pinjaman kepada pihak lain; - Memberikan jaminan kepada pihak lain;
11. HUTANG BANK - PIHAK KETIGA (Lanjutan)
Jumlah beban bunga untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp14.757.648.287 dan Rp6.998.461.618 disajikan dalam akun “Penghasilan (Beban) Lain-lain - Beban Keuangan” dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Hutang bank di atas dijamin dengan rekening tertentu kas di bank peserta sindikasi dan persediaan Perusahaan sebesar 125% dari jumlah hutang bank sindikasi (Catatan 5 dan 7).
d. Perusahaan memiliki perjanjian kredit dengan PT Bank Central Asia Tbk. (“BCA”) yang diaktakan dengan Akta Notaris Veronica Sandra Irawaty Purnadi, S.H., No. 2 tanggal 10 Mei 2006 dan Perubahan Perjanjian Kredit No. 14 tanggal 8 Desember 2006, dimana Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman dari BCA yang mencakup fasilitas kredit lokal (rekening koran), serta fasilitas
Omnibus Sight Letters of Credit (“L/C“) dan Trust Receipt (“T/R“) atau Usance Payable at Sight
L/C(“UPAS”) dengan batas maksimum pinjaman masing-masing sejumlah Rp50.000.000.000 dan
$AS13.000.000. Fasilitas-fasilitas tersebut jatuh tempo pada tanggal 10 Mei 2007.
Berdasarkan amandemen perjanjian kredit dengan BCA yang diaktakan dengan Akta Notaris Veronica Sandra Irawaty Purnadi, S.H., No. 30 tanggal 24 Agustus 2007, Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman dari BCA, yang mencakup fasilitas kredit lokal (rekening koran) dengan batas maksimum pinjaman sebesar Rp50.000.000.000, fasilitas L/C dan T/R atau UPAS
dengan batas maksimum pinjaman sebesar $AS13.000.000, pinjaman berjangka dengan batas maksimum pinjaman sebesar Rp100.000.000.000, dan Bank Guarantee Line dengan batas maksimum pinjaman sebesar Rp1.000.000.000. Fasilitas-fasilitas tersebut mengharuskan Perusahaan untuk membayar margin deposit minimum sebesar 10% dari saldo fasilitas L/C dan
T/R atau UPAS.
Berdasarkan amandemen perjanjian kredit yang diaktakan dengan Akta Notaris Veronica Sandra Irawaty Purnadi, S.H., No. 50 tanggal 29 Juli 2008, batas maksimum fasilitas L/C dan T/R atau
UPAS diturunkan dari $AS13.000.000 menjadi $AS7.000.000 dan Time Revolving Loan
diturunkandari Rp100.000.000.000 menjadi Rp75.000.000.000.
Berdasarkan amandemen perjanjian kredit yang diaktakan dengan Akta Notaris Veronica Sandra Irawaty Purnadi, S.H., No.01 tanggal 6 Agustus 2009, BCA memberikan tambahan fasilitas Forex
Line dengan batas maksimum sebesar $AS6.000.000, mengalihkan fasilitas bank garansi,
menurunkan dan mengubah struktur fasilitas L/C dan T/R atau UPAS sebesar $AS7.000.000 menjadi fasilitas L/C dan T/R atau UPAS dan Standby Letter of Credit (SBLC) sebesar $AS5.000.000. Fasilitas tersebut di atas jatuh tempo pada tanggal 10 Mei 2008 dan telah diperpanjang sampai dengan tanggal 10 Mei 2010.
Perusahaan diharuskan memenuhi beberapa persyaratan pinjaman, antara lain untuk mempertahankan rasio keuangan sebagai berikut:
Rasio aset lancar terhadap kewajiban lancar, minimal 110%
Rasio hutang bersih terhadap EBITDA, maksimal 350%
Rasio hutang terhadap tangible net worth, maksimal 250%
11. HUTANG BANK - PIHAK KETIGA (Lanjutan)
Perjanjian tersebut juga mensyaratkan Perusahaan untuk memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari bank sebelum melakukan tindakan tertentu, yaitu antara lain:
- Memperoleh pinjaman/kredit baru;
- Meminjamkan uang kepada pihak lain (selama tidak melebihi 15% ekuitas); - Melakukan transaksi di luar praktek yang ada;
- Mengajukan permohonan pailit;
- Melakukan investasi, penyertaan, atau membuka usaha baru; - Menjual atau melepaskan harta tidak bergerak atau kekayaan utama; - Melakukan peleburan, penggabungan, pengambilalihan atau pembubaran;
- Mengubah status kelembagaan, anggaran dasar, susunan direksi, komisaris serta para pemegang saham;
- Melakukan pembagian dividen melebihi 45% dari laba bersih tahun berjalan.
Sehubungan dengan pembatasan-pembatasan tersebut di atas, pada tanggal 12 Maret 2008 dan 30 Maret 2009, Perusahaan telah menerima surat waiver dari BCA masing-masing mengenai perubahan anggaran dasar dan pembagian dividen; dan transaksi akuisisi Trikomsel Pte. Ltd., Singapura, yang dilakukan pada tanggal 25 Nopember 2008 (Catatan 3).
Sehubungan dengan pendirian PT Okeshop, Perusahaan telah memperoleh surat waiver dari BCA pada tanggal 25 Maret 2010.
Seluruh hutang bank di atas dijamin dengan piutang usaha dan persediaan Perusahaan (Catatan 6 dan 7).
Suku bunga tahunan dari berbagai fasilitas hutang bank di atas adalah sebagai berikut:
2010 2009
Rupiah
Hutang bank sindikasi 10,05%-10,09% 12,91%-15,00%
Pinjaman berjangka:
PT Bank Central Asia Tbk. 10,25%-11,25% 10,00%-10,56%
Cerukan:
PT Bank Central Asia Tbk. 10,75%-13,50% 10,75%-13,50%
Dolar Amerika Serikat
Hutang bank sindikasi 3.90%-6.50% 6,81%-8,04%
Hutang non-cash loan usance
PT ANZ Panin Bank 3.80%-3.95% -
Standard Chartered Bank, Indonesia 3.80%-4,00% -
PT Bank Central Asia Tbk. - 4,19%-6,94%
12. HUTANG USAHA
12. HUTANG USAHA (Lanjutan)
2010 2009
Pihak ketiga:
Rupiah 34.903.360.910 96.195.200.958
Dolar Amerika Serikat:
Sony Ericsson Mobile Communications AB,
Swedia ($AS18.700.997) 170.459.585.832 -
Research In Motion Ltd., Singapura ($AS1.431.040) 13.043.929.600 -
PT ZTE Indonesia ($AS57.468) 523.819.453 -
PT Malifax Indonesia ($AS.38.320) 349.286.618 -
DHL Global Forwarding Pte. Ltd., Singapura
($AS5.219 pada tahun 2009) - 60.410.388
Aero World Transport Pte Ltd., Singapura
($AS5.402) - 62.526.877
Apple. Singapore ($AS280.551) - 35.010.323.750
186.173.645.593 35.133.261.015
Jumlah pihak ketiga 221.077.006.503 131.328.461.973
Jumlah hutang usaha 221.078.101.213 134.575.835.503
Akun ini pada umumnya merupakan kewajiban kepada para pemasok atas pembelian barang dagang.
Pada tanggal 31 Maret 2009, hutang usaha pihak ketiga - lainnya dalam Rupiah sebesar Rp12.771.333.969 merupakan uang muka pembelian yang diterima dari para pedagang eceran sehubungan dengan pesanan barang ke Perusahaan.
Menurut manajemen Perusahaan dan Anak perusahaan, seluruh hutang usaha pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 akan dilunasi dalam waktu 90 hari.
13. PERPAJAKAN (Lanjutan)
b. Rekonsiliasi antara laba sebelum beban pajak penghasilan badan seperti yang disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi, dan penghasilan kena pajak untuk periode yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:
2010 2009
Laba sebelum beban pajak penghasilan badan
menurut laporan laba rugi konsolidasi 37.464.971.001 43.655.650.495 Laba Anak perusahaan sebelum beban pajak
penghasilan (3.041.649.837) -
Laba Perusahaan sebelum beban pajak 34.423.321.164 43.655.650.495 penghasilan
Koreksi fiskal
Penyusutan aset tetap (1.875.322.880) (2.352.500.514)
Selisih penyusutan komersial dengan pokok
Pinjaman sewa guna usaha - (132.797.042)
Jamuan dan sumbangan 518.384.452 159.663.000
Beban yang tidak dapat dikurangkan 1.024.681.582 902.325.740
Beban bunga yang tidak dapat dikurangkan 48.403.324 -
Beban pajak - 13.222.126
Penghasilan bunga yang telah dikenakan pajak final (839.925.425) (2.336.284.844)
Taksiran penghasilan kena pajak 33.299.542.217 39.909.278.961
c. Perhitungan hutang pajak penghasilan (tagihan pajak penghasilan) adalah sebagai berikut:
2010 2009
Beban pajak penghasilan badan - tahun berjalan
Perusahaan 8.324.885.500 11.955.283.400
Anak perusahaan 517.080.472 -
Jumlah beban pajak penghasilan menurut
laporan laba rugi konsolidasi 8.841.965.972 11.955.283.400
Jumlah 20.873.245.446 20.964.973.745
Tagihan pajak penghasilan
13. PERPAJAKAN (Lanjutan)
Taksiran tagihan pajak penghasilan adalah sebagai berikut: Perusahaan
Tahun 2010 (12.031.279.474) -
Tahun 2009 (39.123.523.880) (9.009.690.345)
Tahun 2008 (32.882.088.562) (32.882.088.562)
Jumlah (84.036.891.916) (41.891.778.907)
Penghasilan kena pajak tahun 2008 telah sesuai dengan Surat Pemberitahuan Tahunan (“SPT”) yang dilaporkan Perusahaan ke Kantor Pelayanan Pajak.
Terdapat perbedaan antara penghasilan kena pajak tahun 2005 dan 2006 dengan SPT yang dilaporkan Perusahaan ke Kantor Pelayanan Pajak. Namun, pada bulan Mei 2008, Perusahaan telah melakukan revisi atas perhitungan pajak penghasilan badan tahun 2005 dan 2006, dimana Perusahaan membayar tambahan pajak sebesar Rp996.268.400 ke Kantor Pajak. Jumlah tersebut dicatat sebagai “Beban usaha - Pajak dan Perizinan” dalam laporan laba rugi konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008.
d. Rekonsiliasi antara laba sebelum beban pajak penghasilan badan yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku, dengan beban pajak penghasilan badan adalah sebagai berikut:
2010 2009
Laba sebelum beban pajak penghasilan badan
menurut laporan laba rugi konsolidasi 37.464.971.001 43.655.650.495 Laba Anak perusahaan sebelum beban pajak
tarif pajak yang berlaku 9.448.664.447 15.701.654.934
Pengaruh pajak atas beda tetap:
Jamuan dan sumbangan 518.384.452 159.663.000
Beban yang tidak dapat dikurangkan 1.024.681.582 902.325.740
Beban pajak 48.403.324 13.222.126
Penyusutan aset tetap (1.875.322.880) (2.352.500.514)
Penghasilan bunga yang telah dikenakan pajak final (839.925.425) (2.336.284.844)
Selisih penyusutan komersial dengan pokok
Pinjaman sewa guna usaha - (132.797.042)
Beban pajak penghasilan
Perusahaan 8.324.885.500 11.955.283.400
Anak perusahaan 517.080.472 -
Beban pajak penghasilan badan konsolidasi 8.841.965.972 11.955.283.400
13. PERPAJAKAN (Lanjutan)
e. Pengaruh pajak tangguhan atas beda temporer antara laporan keuangan konsolidasi untuk tujuan komersial dan perpajakan atas aset dan kewajiban Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:
2010 2009
Aset pajak tangguhan
Estimasi kewajiban imbalan kerja karyawan 1.966.504.531 1.459.956.178 Penyisihan atas penurunan nilai persediaan 816.483.472 305.363.159 Biaya gaji yang masih harus dibayar 781.000.000 720.205.059
Penyisihan piutang ragu-ragu 761.675.000 -
Kewajiban pajak tangguhan
Aset tetap (2.235.390.633) (1.744.352.378)
Sewa pembiayaan - (26.560.389)
Aset pajak tangguhan - bersih 2.090.272.370 714.611.629
Kewajiban pajak tangguhan - Anak perusahaan (817.800) -
Manajemen berkeyakinan bahwa aset pajak tangguhan dapat dipulihkan kembali melalui penghasilan kena pajak di masa yang akan datang.
f. Pada bulan September 2008, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 mengenai “Pajak Penghasilan” diubah untuk keempat kalinya dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Perubahan tersebut juga mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif pajak progresif menjadi tarif tunggal yaitu 28% untuk tahun 2009 dan 25% untuk tahun fiskal 2010 dan seterusnya. Perusahaan mencatat penurunan manfaat pajak atas dampak penurunan tarif pajak tersebut sebesar Rp282.211.730 dan Rp17.423.280 sebagai bagian dari “Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan Badan - Tangguhan” pada laporan laba rugi konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
14. HUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN DAN SEWA GUNA USAHA
Berdasarkan Perjanjian Kredit tanggal 19 Desember 2008, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit dari PT BCA Finance, pihak ketiga, senilai Rp600.000.000 untuk jangka waktu 24 bulan dengan suku bunga efektif tahunan sebesar 17%. Fasilitas kredit tersebut dijaminkan dengan kendaraan Perusahaan senilai Rp750.000.000. Perusahaan diharuskan untuk mengasuransikan kendaraan yang dijaminkan tersebut selama periode pinjaman (Catatan 9).
15. KEWAJIBAN LANCAR LAINNYA
Lainnya ($AS 1.283 pada tahun 2010 dan
$AS865 pada tahun 2009) 11.689.714 10.010.870
Jumlah pihak ketiga 40.348.662.044 24.518.263.360
Jumlah kewajiban lancar lainnya 40.348.662.044 24.559.914.146
16. ESTIMASI KEWAJIBAN IMBALAN KERJA KARYAWAN
Perusahaan menyediakan imbalan kerja bagi karyawannya yang mencapai usia pensiun pada usia 55 tahun berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003. Imbalan kerja tersebut tidak didanai.
Estimasi kewajiban imbalan kerja karyawan pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 dicatat berdasarkan penilaian aktuaria yang dilakukan oleh PT Binaputera Jaya Hikmah, aktuaris independen, berdasarkan laporannya masing-masing bertanggal 25 Maret 2010 dan 1 April 2009, dengan menggunakan metode “Projected Unit Credit”. Asumsi-asumsi penting yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
Beban imbalan kerja karyawan (Catatan 21) 2.374.676.042 1.717.165.407
16. ESTIMASI KEWAJIBAN IMBALAN KERJA KARYAWAN (Lanjutan)
Rincian atas estimasi kewajiban imbalan kerja karyawan adalah sebagai berikut
2009 2008
Nilai kini kewajiban 8.997.555.963 4.491.737.959
Kerugian (keuntungan) aktuarial yang belum diakui (1.131.537.840) 1.348.086.752
Estimasi kewajiban imbalan kerja karyawan 7.866.018.123 5.839.824.711
Mutasi kewajiban imbalan kerja karyawan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:
2009 2008
Saldo awal tahun 5.839.824.711 4.122.659.304
Beban imbalan kerja selama tahun berjalan 2.374.676.042 1.717.165.407
Realisasi pembayaran manfaat (348.482.630) -
Saldo akhir tahun 7.866.018.123 5.839.824.711