• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum RisTek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum RisTek"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1948

TENTANG PERMOHONAN GRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

bahwa berhubung dengan perubahan yang terkhir dalam Peraturan pemerintah No. 7 tahun 1947 (Berita Negara 1947 No. 14) tentang permohonan grasi, yaitu dengan peraturan pemerintah No. 26 tahun 1947 (Berita Negara 1947 No. 64) perlu diubah pasal 5 ayat 3;

Mengingat:

Pasal 14 Undang-Undang Dasar dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 (Berita Negara 1947 No. 14) Nomor 18 (Berita Negara 1947 No. 39) Nomor 26 (Berita Negara 1947 No. 64) tahun 1947;

Memutuskan: Menetapkan Peraturan sebagai berikut:

PERATURAN MEMUAT PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH No. 7 jo. No. 18 dan No.26 tahun 1947

TENTANG PERMOHONAN GRASI. Pasal 1.

Peraturan Pemerintah No. 7 jo. No. 26 tahun 1947 tentang permohonan grasi diubah sebagai berikut:

Pasal 5 ayat 3 diubah hingga berbunyi demikian:

(3) jika permohonan grasi diajukan setiap tempo tersebut pada ayat 1 dan 2 lampau, maka permohonan itu harus ditolak oleh hakim atau ketua pengadilan tersebut pada pasal 7 ayat 1.

(2)

Pasal 2.

Peraturan ini mulai berlaku pada hari tanggal 18 Desember 1947. Ditetapkan di Yogyakarta

pada tanggal 26 Pebruari 1948.

Diumumkan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pada tanggal 26 Pebruari 1948. SOEKARNO.

Sekretaris Negara, Menteri Kehakiman,

A. G. PRINGGODIGDO. SOESANTO TIRTOPRODJO.

---*) Berita Negara 1948 No. 5.

Mengingat akan tanggal penetapannya Peraturan pemerintah ini ditempatkan setelah Peraturan Pemerintah 1948 No. 54 yang dimasukkan dalam Berita Negara 1948 No. 9.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan sebelum diberhentikan tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1), dapat diberhentikan sementara dari jabatannya

Pertama : Mengangkat mereka yang namanya tersebut dibawah ini sebagai Ketua, Wakil ketua, Sekretaris dan Anggota delegasi Republik Indonesia untuk

Sumpah diangkat oleh notaris dihadapan Ketua Pengadilan Tinggi yang daerah hukumnya melingkungi tempat kedudukan notaris itu, atau dihadapan pembesar lain yang ditunjuk khusus

9 Tahun 1950 tentang pemberian pangkat militer tituler kepada Hakim yang bukan perwira, Jaksa serta Panitera pada Pengadilan/Kejaksaan dalam lingkungan peradilan

(4) "Apabila panitera yang dimaksudkan dalam ayat 1 berhalangan, maka ia untuk pekerjaannya pada Mahkamah Tentara diwakili oleh Pegawai yang mewakilinya pada Pengadilan

bahwa berhubung dengan kemungkinan perhubungan lalu lintas yang termudah, maka sebaik-baiknya Pengadilan-pengadilan Negeri tersebut diatas dimasukkan daerah hukum

"Pengadilan Tentara mengadili pula perkara-perkara kejahatan yang dilakukan oleh siapapun juga jikalau kejahatn-kejahatan tersebut termasuk titel I

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Grasi, merubah merubah Pasal 7 ayat (2): Permohonan grasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan