Hubungan Antara Tingkat Nyeri Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi di Ruang Filipus dan Elisabet Rumah Sakit Immanuel Bandung
Marthwuliska Ishak1, Srihesty Manan1*& Linda Hotmaida1
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Abstract
Pain is a common complaint that rises within post surgery. A total number of 75% post-surgery patients had unpleasant experience due to inadequate pain management. Lack of pain management on patient whose experiences post operative pain might lead to uncomfortable condition, which tends to increase anxiety. The purpose of this study was to identify the perceived level of pain, experienced level of anxiety and the relationship between pain and anxiety on post-surgery patients. A quantitative method, which used a cross-sectional correlational approach of 30 respondents, was used in this study. The results revealed that most of the respondents experienced moderate pain (63.3%) and anxiety (60.0%). Statistically, with P value = 0.028, whereas P value = < 0.05, pain and anxiety levels were determined to have a relationship. In other words, hypothesis Ha is accepted. Patients whose experienced pain would prone to uncomfortable feeling; whereas, insufficient in pain management might lead to anxiety. The feel of being threatened due to subsequent effect of pain could influence anxiety. In short, there was a relationship between pain and anxiety level. Thus, health workers are expected to provide health education related to pain management techniques and information of post-surgery condition, which might enhance safety and comfortable feelings.
Pendahuluan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat & Jong, 2011). Pembedahan baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa
kompleks yang menegangkan.
Kebanyakan prosedur bedah
dilakukan di ruang operasi rumah sakit (Kozier, 2011).
Keluhan yang sering
dikemukakan pada fase post operasi adalah nyeri, demam, batuk dan sesak napas, takikardia, mual muntah. Selain itu, suatu proses
pembedahan juga dapat
menimbulkan cemas. Mengatasi masalah pada pasien post operasi merupakan intervensi keperawatan yang memerlukan keterampilan
perawat. Dalam memberikan
intervensi keperawatan, perawat memfokuskan pada penurunan nyeri dan kecemasan (Sjamsuhidajat & Jong, 2011).
Pasca pembedahan (post operasi) pasien merasakan nyeri hebat dan 75% penderita mempunyai
pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat. Bila pasien mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu mengurangi rasa nyeri. Hal itu wajar, karena nyeri dapat menjadi
pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat. Tingkat
dan keparahan nyeri post operatif tergantung pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Pinandita, 2012).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2010) yang meneliti mengenai gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada pasien post laparatomi Di Ruang Rindu B2 RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2010 terhadap 26 responden didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah kecemasan, faktor pengalaman bedah pada masa lalu, faktor usia, dan faktor jenis kelamin. Tindakan pembedahan memberikan dampak nyeri pada pasien post operasi. Penanganan nyeri yang tidak adekuat akan membuat rasa nyeri semakin kuat. Pasien-pasien yang mengalami nyeri akan merasa cemas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumanto (2011) mengenai hubungan tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pada pasien post operasi sectio caesarea di RSU PKU Muhammadiyah Gombong terhadap 30 responden didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat nyeri yang dialami oleh pasien post operasi sectio caesarea semakin tinggi juga tingkat kecemasannya karena nyeri merupakan suatu perasaan yang tidak
nyaman yang menyebabkan
kecemasan pada pasien post sectio caesarea.
Pada pasien post operasi salah satu faktor yang dapat
meningkatkan nyeri adalah
kecemasan. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Respon fisiologis saat seseorang individu merasakan nyeri dari jaringan yang luka, ambang batas nyeri tercapai. Ambang batas nyeri adalah jumlah stimulus nyeri yang dibutuhkan seseorang untuk dapat merasakan nyeri. Ini dikarenakan adanya rangsangan pada medula spinalis yang disebabkan oleh adanya jaringan yang luka sehingga merangsang pengeluaran bradikinin sehingga individu merasakan nyeri.
Bila nyeri tidak teratasi dengan adekuat dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan ini timbul dikarenakan seseorang merasa dirinya terancam atau adanya akibat yang lebih buruk dari nyeri tersebut. Kecemasan sering kali menyertai nyeri. Menurut Rhudy & Meagher (2000), kecemasan merupakan efek atau respon dari nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Ancaman dari sesuatu yang tidak diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa yang menyertai nyeri sering kali memperburuk persepsi nyeri. Individu yang mengalami nyeri dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyeri akan mengalami penurunan persepsi nyeri, yang akan menurunkan rasa cemas mereka (Kozier, 2011).
Rumah sakit Immanuel
Bandung mempunyai dua ruang rawat inap bedah yaitu ruang rawat
inap bedah Filipus dan
Elisabeth.Jumlah pasien post operasi yang ada di Rumah Sakit Immanuel pada bulan April 2013 adalah berjumlah 391 kasus (Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung). Adapun jenis tindakan operasi yang ada diruangan Filipus adalah
Appendictomy, Debridement,
Tension free Hernioraphy,
Laparatomy, dan Cystocopy. Di ruang Elisabet adalah Appendictomy, Debridement, Sectio caesarea, Laparatomy, URS Litotripsi (Buku tindakan bedah Ruang Bedah Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 April - 03 Mei 2013 dengan mewawancarai enam pasien post operasi yang dirawat diruang Filipus dan Elisabet dengan
menanyakan apakah masih
merasakan nyari dan apakah cemas dengan nyeri yang masih dirasakan, maka didapatkan keterangan bahwa pasien post operasi masih merasa nyeri dan merasa cemas dengan nyeri. Selain itu, pasien juga mengatakan cemas bukan hanya karena nyeri tetapi ada beberapa faktor antara lain kondisi luka yang terkadang masih berdarah, nyeri yang ditimbulkan oleh luka operasi, pengobatan terhadap luka operasi pada saat pasien sudah diperbolehkan pulang, dan alat-alat medis yang
terpasang seperti drain dan selang kateter.
Berdasarkan fakta dan teori diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan suatu penelitian
mengenai “Hubungan Antara
Tingkat Nyeri Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Di Ruang Filipus Dan Elisabet Rumah Sakit Immanuel Bandung”.
Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah Metode kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan rancangan penelitian pendekatan Cross Sectional.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Yang menjadi variabel independen (variabel yang mempengaruhi) adalah tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi dan variabel
dependen (variabel yang
dipengaruhi) adalah tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien post operasi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah HARS (Hamilton Anexiety Rating Scale) dan Skala Nyeri Numerik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang telah baku.
Untuk penilaian kecemasan
menggunakan kuesioner HARS yang terdapat dalam Videbeck (2008) tanpa ada modifikasi dan untuk penilaian tingkat nyeri menggunakan
skala nyeri numerik yang terdapat dalam Smeltzer & Bare (2010).
Populasi penelitian ini adalah pasien-pasien post operasi mayor yang mendapatkan perawatan di ruang Filipus dan Elisabeth Rumah Sakit Immanuel pada bulan April 2013 yang berjumlah 70 pasien. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Porposive Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden. Jumlah sampel ini diambil berdasarkan teori menurut Fraenkel dan Wallen (1993) dimana besar sampel tergantung dari jenis penelitiannya. Untuk jenis penelitian korelasional disarankan jumlah sampel adalah 30 responden
(Kasjono, 2009). Penentuan
responden yang digunakan untuk penelitian ini, peneliti membuat kriteria sampel yang akan menjadi panduan peneliti dalam menentukan responden yang akan digunakan. Adapun kriteria sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah :
Kriteria inklusi :
a. Pasien post operasi mayor dan dalam perawatan di ruang rawat inap bedah Filipus dan Elisabet. b. Pasien yang telah mendapatkan
perawatan setelah operasi > 1x24 jam.
c. Pasien sadar dan bersedia untuk
menjadi responden dan
menandatangani surat
persetujuan (informed consent). d. Pasien bisa membaca dan
Kriteria eksklusi :
a. Pasien yang dirawat kurang dari 24 jam
b. Pasien yang berkeberatan menjadi responden
Teknik analisa data dalam penelitian ini terdapat dua teknik analisa data yaitu analisa data univariat dan bivariat. Teknik analisa
univariat dilakukan untuk
mengetahui tingkat nyeri dan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien post operasi. Data yang telah
diperoleh mengenai tingkat
kecemasan dan tingkat nyeri kemudian dibentuk distribusi dengan menggunakan Rating Scale :
Keterangan :
P = Persentase yang dicari F = Frekuensi responden N = Jumlah total responden
Untuk teknik analisa bivariat digunakan rumus korelasi spearman Rank untuk mengetahui hubungan antara tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pasien post operasi. Adapun rumus spearman Rank sebagai berikut : Dimana : P = Koefisien korelasi spearman Rank n = Jumlah sampel Interpretasi hasil :
a. Bila P value ≤ alpha 0,05, Ho ditolak berarti data sampel mendukung adanya hubungan yang bermakna (berhubungan). b. Bila P value ≥ alpha 0,05, Ho
diterima berarti data sampel tidak mendukung adanya hubungan
yang bermakna (tidak
berhubungan).
Hasil Penelitian 1. Tingkat Nyeri Tabel 1
Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Di Ruang Filipus dan Elisabet Rumah Sakit Immanuel Bandung
Tingkat Nyeri Frequency Percent (%)
Ringan 9 30,0
Sedang 19 63,3
Berat Terkontrol 2 6,7
Berat tidak terkontrol 0 0
Total 30 100,0
Berdasarkan tabel 1
menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 19
orang (63,3%) merasakan nyeri sedang.
P =
2. Tingkat Kecemasan Tabel 2
Kecemasan Pasien Post Operasi Di Ruang Filipus dan Elisabet Rumah Sakit Immanuel Bandung
Kecemasan Frequency Percent (%)
Ringan 10 33,3 Sedang 18 60,0 Berat 2 6,7 Panik 0 0 TOTAL 30 100,0 Berdasarkan tabel 2
menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 18
orang (60,0%) mengalami
kecemasan sedang.
3. Hubungan Tingkat Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Post Operasi
Tabel 3
Hubungan Tingkat Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Post Operasi Di Ruang Filipus dan Elisabet Rumah Sakit Immanuel Bandung
Nyeri
Cemas
Total
Ringan Sedang Berat Panik
N % N % N % N % N % Ringan 4 13,3% 5 20,0% 0 0% 0 0% 9 30,0% Sedang 6 16,7% 13 43,3% 0 0% 0 0% 19 63,3% Berat terkontrol 0 0% 0 0% 2 6,7% 0 0% 2 6,7% Berat tidak terkontrol 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% Total 10 33,3% 18 60,0% 2 6,7% 0 0% 30 100% P value = 0,028 Berdasarkan tabel 3
menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan dengan korelasi Spearman Rank diperoleh nilai P value = 0,028 dimana nilai P value = < 0,05 yang berarti secara statistik terdapat hubungan anatara tingkat nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi. Bila nilai P value < nilai α maka antara variabel tingkat nyeri dan variabel tingkat kecemasan memiliki hubungan.
Pembahasan 1. Tingkat Nyeri
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 mengenai tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi, menunjukkan sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) merasakan nyeri sedang setelah post operasi. Pasien yang merasakan nyeri sedang secara
menyeringai dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Dalam mengatasi nyeri pada pasien post operasi ini, perawat memiliki peran yang penting. Peran perawat selama fase post operasi adalah untuk pemulihan pasien. Dalam kasus pasien post operasi, anestesia dapat menghambat kemampuan pasien untuk berespon terhadap stimulus lingkungan dan untuk membantu mereka sendiri, meskipun derajat kesadaran pasien mungkin akan sangat beraneka ragam (Kozier, 2011). Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 25 orang (83,3%) menggunakann anestesi umum. Anestesi umum bekerja dengan memblok pusat kesadaran di otak dimana dapat membuat pasien analgesia (insesibilitas terhadap nyeri), hipnosis (tidur palsu), dan relaksasi (mengurangi ketegangan pada beberapa bagian tubuh).
2. Tingkat Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 mengenai kecemasan yang dialami oleh pasien post
operasi, menunjukkan bahwa
sebagian besar dari responden yaitu
sebanyak 18 orang (60,0%)
mengalami kecemasan sedang. Pasien yang mengalami kecemasan
sedang memungkinkan pasien
tersebut untuk memusatkan
perhatian pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain.
Sehingga pasien mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pasien yang mengantisipasi nyeri dapat menjadi lebih cemas. Mengajarkan pasien tentang sifat dari pengalaman nyeri yang akan dialami dan cara-cara yang ada untuk menurunkan nyeri sering menurunkan kecemasan. Hal ini merupakan peran perawat sebagai pemberi pendidikan kesehatan atau sebagai edukator.
Penanganan nyeri yang tidak baik pada pasien post operasi yang
mengalami nyeri, dapat
menimbulkan suatu kondisi yang tidak nyaman pada pasien sehingga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas. Kecemasan adalah suatu respon individu terhadap suatu keadaan yang dialami.
3. Hubungan antara tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pada pasien post operasi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 mengenai hubungan antara tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pada pasien post operasi, dengan menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rank diperoleh nilai P value = 0,028 dimana nilai P value = < 0,05 yang berarti secara statistik terdapat hubungan anatara tingkat nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi. Bila nilai P value
lebih kecil daripada nilai α maka variabel yang diteliti memiliki
hubungan. Dengan demikian
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pada pasien post operasi diterima.
Nyeri merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan bagi pasien post operasi. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Pada respon fisiologis, saat seseorang individu merasakan nyeri dari jaringan yang luka, ambang batas nyeri tercapai. Ambang batas nyeri adalah jumlah stimulus nyeri yang dibutuhkan seseorang untuk dapat merasakan nyeri. Ini dikarenakan adanya rangsangan pada medula spinalis yang disebabkan oleh adanya jaringan yang luka sehingga merangsang pengeluaran bradikinin sehingga individu merasakan nyeri. Nyeri yang tidak teratasi dengan baik akan menimbulkan perasaan cemas. Kecemasan merupakan efek atau respon dari nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Rasa cemas timbul diakibat karena seseorang merasa dirinya terancam atau adanya akibat yang lebih buruk dari nyeri tersebut.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data mengenai Hubungan Antara Tingkat Nyeri Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Di Ruang Filipus Dan Elisabet Rumah Sakit Immanuel
Bandung, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi dari 30 responden adalah sebagian besar pasien post operasi merasakan nyeri sedang dengan persentase 63,3%.
2. Kecemasan yang dialami oleh pasien post operasi dari 30 responden adalah sebagian besar pasien post operasi mengalami kecemasan sedang dengan persentase 60,0%.
3. Hubungan antara tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pada pasien post operasi secara statistik dinyatakan memiliki hubungan dengan nilai P value = 0,028 dimana nilai P value ini < dari nilai α = 0,05 yang berarti hipotesis Ha diterima. Dimana bila nilai P value < dari nilai α maka antara variabel tingkat nyeri dan variabel tingkat kecemasan memiliki hubungan.
Saran
1. Perawat
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan bagi perawat untuk lebih meningkatkan implementasi keperawatan dalam pemberian cara mengatasi nyeri pada pasien post operasi seperti memberikan pendidikan kesehatan mengenai teknik relaksasi dan distraksi serta meningkatkan komunikasi antara perawat dan pesien.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan bagi
institusi pendidikan untuk
memberikan target kompetensi penanganan nyeri dan kecemasan pasien post operasi kepada mahasiswa keperawatan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dan nursing practice sehingga dapat
meningkatkan keterampilan
mahasiswa keperawatan. 3. Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien post operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid. 1994. Dasar-dasar Statistika Terapan, Program Pascasarjana, Unpad. Bandung
Anxiety and Depression Association of America (ADAA). 2010. Chronic Pain. www.adaa.org. Diperoleh pada tanggal 02 Agustus 2013.
Corwin. 2001. Buku saku
patofisiologi. Jakarta. EGC Feeney. 2004. The relationship
between pain and negative affect in older adults: anxiety as a predictor of pain. www.dx.doi.org. Diperoleh pada tanggal 08 Agustus 2013.
Gruendemann. 2006. Buku ajar keperawatan perioperatif. Jakarta. EGC
Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta. Salemba Medika
Kozier. 2011. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktek. Jakarta. EGC Korff & Simon. 1996. The
Relationship Between Pain and Depression. www.pain-initiative-un.org. Diperoleh pada tanggal 08 Agustus 2013.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika
Megawati. 2010. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri Pada Pasien Post Laparatomi Di Ruang Rindu B2 RSUP H.Adam Malik
Medan Tahun 2010.
www.umnaw.co.id. Diperoleh pada tanggal 01 maret 2013.
Pinandita. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi. http://digilib.stikesmuhgombon g.ac.id. Diperoleh pada tanggal 01 maret 2013.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Jakarta. EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis , Proses-proses Penyakit. Jakarta. EGC
Rhudy & Meagher. 2000. Fear and anxiety: divergent effects on human pain thresholds. www.dx.doi.org. Diperoleh pada tanggal 08 Agustus 2013
Riyanto. 2010. Pengolahan dan
Analisis Data
Kesehatan.Yogjakarta. Medical Book
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan.
Yogyakarta. Graha Ilmu
Sjamsuhidajat. De Jong. 2011. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta. EGC Smeltzer & Bare. 2010.
Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 1 & 2. Jakarta. EGC
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta Suliswati. 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC
Sumanto, 2010. Hubungan Tingkat Nyeri Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
http://digilib.stikesmuhgombon g.ac.id. Di peroleh pada tanggal 28 April 2013.
Videbeck. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.