• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI SALINITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI SALINITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2012"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh : Nur Indahwati

K5408040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

Nur Indahwati, STUDI SALINITAS AIRTANAH DANGKAL DI

KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2012.

Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Oktober 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui agihan spasial salinitas di Kecamatan Ulujami, (2) Mengetahui hubungan jarak dari garis pantai dengan konduktivitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami. (3) Mengukur kedalaman interface air asin di Kecamatan Ulujami Tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasinya adalah airtanah dangkal berupa sumur penduduk yang berada di Kecamatan Ulujami. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sistematik (systematic sampling) dengan cara membuat sistem transek line yang dimodifikasi dan didapatkan sampel sebanyak 129 titik. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan : (1) Agihan spasial salinitas di Kecamatan Ulujami terkonsentrasi di bagian utara/ di dekat pantai. (2) Ada hubungan yang negatif antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami tahun 2012. (3) Semakin jauh jarak dari garis pantai, kedalaman interface Kecamatan Ulujami akan semakin besar.

(5)

commit to user

v

Nur Indahwati, STUDY OF SHALLOW GROUNDWATER SALINITY IN

ULUJAMI SUBDISTRICT PEMALANG REGENCY 2012. Thesis. Surakarta:

Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, October 2012.

The aims of this research are to : (1) know spatial distribution of salinity in Ulujami Subdistict. (2) determine the relationship between coastline distances with salinity of groundwater in Ulujami Subdistict. (3) measure the deepness of salt water interface in Ulujami Subdistict 2012.

This research uses descriptive quantitative method. The populations are the shallow groundwater that is showed by dug wells in Ulujami Subdistict. The sampling technique was done by making a modification transect line system which numbered 129 samples. Data collection techniques uses interview, direct observation, and documentation.

Based on the results of this study, it can be concluded: (1) the spatial distributions of salinity in Ulujami Subdistict have been concentrated in the north area/ nearby coastline. (2) there is a negative relationship between coastline distances with salinity of groundwater in Ulujami Subdistict. (3) the deepness of salt water interface in Ulujami Subdistict will increase along with its distance from coastline.

(6)

commit to user

vi

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN ABSTRAK ………. iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR PETA ………. viii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….... 1

B. Identifikasi Masalah ……….… 6

C. Pembatasan Masalah ………... 6

D. Perumusan Masalah ……… 6

E. Tujuan Penelitian ……… 7

F. Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II LANDASAN TEORI ……… 9

A. Tinjauan Pustaka ……… 9

1. Sumberdaya Air dan Kualitasnya .………. 9

2. Airtanah ……… 11

3. Pantai ……….………. 13

4. Akuifer Pantai ……….... 15

5. Intrusi Air Laut ……….. 18

B. Penelitian yang Relevan ………. 23

C. Kerangka Berpikir ..……… 27

D. Hipotesis ……….……….… 29

BAB III METODE PENELITIAN ……… 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 30

1. Tempat ………...……… 30

(7)

commit to user

vii

C. Populasi dan Sampel ……….. 30

1. Populasi ……… 32

2. Sampel ………. 32

D. Variabel dan Data Penelitian ……….……… 33

E. Teknik Pengumpulan Data ……… 34

F. Rancangan Penelitian……… 36

G. Teknik Analisis Data ………. 40

1. Agihan Spasial Salinitas Airtanah Dangkal ……….. 40

2. Hubungan Jarak dari Garis Pantai dengan Salinitas ……. 42

3. Kedalaman Interface ……….. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ………. 49

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ………..………… 49

1. Letak, Batas dan Luas ……… 49

2. Iklim ……….. 51 3. Geologi ………. 55 4. Geomorfologi …….……… 57 5. Tanah ……….………… 61 6. Hidrologi ………...……… 63 7. Penggunaan Lahan ………..……….. 67 8. Kependudukan ……….. 69

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……….. 73

1. Agihan Spasial Salinitas Airtanah Dangkal ……….. 73

2. Hubungan Jarak dari Garis Pantai dengan Salinitas ………. 93

3. Kedalaman Interface …………..……….. 98

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………. 107

A. Kesimpulan ……… 107

B. Implikasi ……… 108

C. Saran ………. 108

DAFTAR PUSTAKA ………. 110

(8)

commit to user

8

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis Kegiatan Perekonomian Kecamatan Ulujami ……… 2

Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Tahun 2011 ………. 3

Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Ulujami tahun 2011 ………. 3

Tabel 4. Kriteria Air Berdasarkan Nilai Salinitas ……….. 22

Tabel 5. Penelitian yang Relevan ……….…………. 25

Tabel 6. Rancangan Waktu Penelitian ..……….… 30

Tabel 7. Kriteria Penilaian DHL (Daya Hantar Listrik) Air Sumur …..…. 38

Tabel 8. Kriteria Penilaian TDS (Total Dissolved Solids) ……… 41

Tabel 9. Klasifikasi Nilai Koefisien Korelasi ………. 41

Tabel 10. Rerata Curah Hujan Perbulan Selama Sepuluh Tahun …………. 50

Tabel 11. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan dan Intensitas Hujan ..………. 50

Tabel 12. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ……….. 51

Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Ulujami Tahun 2011 ...….. 64

Tabel 14. Komposisi Penduduk Kecamatan Ulujami Tahun 2011 ………. 67

Tabel 15. Nilai DHL Berdasarkan Jaraknya dari Garis Pantai …………..… 72

Tabel 16. Klasifikasi Airtanah berdasarkan Salinitas ………. 80

Tabel 17. Perbandingan Hasil Parameter DHL dan TDS………... 83

Tabel 18. Nilai pH Berdasarkan Jaraknya dari Garis Pantai ………. 85

Tabel 19. Deskripsi Data Variabel Jarak ……….. 91

Tabel 20. Deskripsi Data Variabel Salinitas ……….……… 92

Tabel 21. Hasil Uji Linearitas Variabel X dengan Y ……… 93

Tabel 22. Koefisien Korelasi Variabel Salinitas dengan Jarak ... 94

Tabel 23. Ketinggian Muka Airtanah Berdasarkan Jarak dari Garis Pantai.. 95

(9)

commit to user

9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kondisi Hidrogeologi dalam Akuifer Pantai ………. 15

Gambar 2. Potongan Melintang Ideal Suatu Sistem Akuifer Pantai ……. 16

Gambar 3. Model Interface Ghyben Herzberg …..…………...…………. 17

Gambar 4. Sirkulasi Air Asin ……….……… 17

Gambar 5. Hubungan air asin dengan airtanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai ………..…….. 19

Gambar 6. Kerangka Pemikiran ………..……… 29

Gambar 7. Pengambilan Sampel dengan Transek Line ……….…… 32

Gambar 8 PH Meter Multifungsi ………..… 36

Gambar 9. Diagram Alir Penelitian ………….……….. 39

Gambar 10. Diagram Tipe Curah Hujan Lokasi Penelitian ……… 52

Gambar 11. Zona Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur ………. 53

Gambar 12. Batuan Hilir Sungai Banger di Desa Blendung ……… 54

Gambar 13. Pembagian Zona Pulau Jawa ……… 56

Gambar 14. Sungai Comal di dataran Aluvial ……… 57

Gambar 15. Abrasi di pantai Kertosari ……….… 58

Gambar 16. Perbandingan Penggunaan Lahan di Kecamatan Ulujami …... 66

Gambar 17. Grafik Hubungan Salinitas dengan Jarak Sumur dari Garis Pantai……… 74

Gambar 18. Konsentrasi Air Berkenaan dengan Konduktivitas ……..…… 79

Gambar 19. Kondisi Terjadinya Intrusi Air Laut karena Keseimbangan Terganggu Akibat Pengambilan Air ……….… 98

(10)

commit to user

10

DAFTAR PETA

Halaman

Peta 1. Administrasi Kecamatan Ulujami ……….…… 48

Peta 2. Tanah Kecamatan Ulujami ……… 60

Peta 3. Arah Aliran Kecamatan Ulujami ……….………….…….………. 63

Peta 4. Penggunaan Lahan Kecamatan Ulujami ……….... 65

Peta 5. Kepadatan Penduduk Kecamatan Ulujami ……… 69

Peta 6. Sebaran Nilai DHL Kecamatan Ulujami Tahun 2012 ….…….….. 76

Peta 7. Kontur DHL Kecamatan Ulujami ……….……… 78

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satu contoh pemanfaatannya adalah menyediakan sumber air bersih untuk bahan baku air minum yang paling tinggi mutunya dibandingkan dengan sumber air lainnya.

Kebutuhan airtanah selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk. Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa daya dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air. Kebutuhan air bagi manusia yang paling utama diantaranya adalah untuk kebutuhan domestik sehari-hari, industri, irigasi, jasa dan penyediaan air perkotaan. Peningkatan pemanfaatan ini dapat dijumpai pada daerah-daerah yang padat penduduk, daerah pemukiman baru dan daerah-daerah industri. Wilayah pesisir khususnya, merupakan kawasan yang sangat strategis dan berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat karena memiliki fisiografis yang datar. Banyak daerah di pantai yang populasi penduduknya tinggi, menyebabkan meningkatnya kebutuhan air bersih. Akuifer pantai merupakan sumber penting untuk memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya di daerah-daerah yang berkembang di sepanjang pesisir pantai.

Pengambilan airtanah yang terus menerus tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungannya menyebabkan kebutuhan akan airtanah melebihi daya produksi dari suatu akuifer, yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan air cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan biasa. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh negatif berupa kurangnya cadangan air, degradasi muka air tanah, terjadinya intrusi air laut terhadap sumber air bawah tanah (sumur) serta menyebabkan penurunan lapisan tanah di permukaan (Kodoatie, 1995: 319).

(12)

Bappeda Kabupaten Pemalang telah melakukan kajian CAT menggunakan model matematik steady strate dan transient flow, dan diperoleh hasil berupa terjadinya penurunan muka airtanah mencapai lebih dari 5 m pada tahun 2000 dan 2010 akibat pemompaan airtanah yang diprediksi sebesar 10,4 juta m3/tahun. Hal demikian memicu terjadinya intrusi air laut, terutama di sekitar Pemalang. Simulasi itu memakai 79% masukan (flux inflow) dari hujan dan 21% lainnya dari atas muka air tetap.

Kecamatan Ulujami merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah yang letaknya paling utara dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kecamatan ini merupakan wilayah pesisir dengan perkembangan wilayah khususnya di bidang permukiman yang berkembang sangat pesat. Perkembangan permukiman dengan segala fasilitasnya mengakibatkan jumlah kebutuhan akan airtanah semakin meningkat.

Kecamatan Ulujami juga terus berkembang pesat baik sebagai wilayah pertanian, perdagangan, industri tekstil dan industri rumah tangga, serta perikanan. Rekapitulasi data jenis kegiatan perekonomian yang ada di Kecamatan Ulujami dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Jenis Kegiatan Perekonomian Kecamatan Ulujami per Oktober 2011

No Jenis Sektor Perekonomian Jumlah (buah) Tenaga Kerja

1 Industry besar dan sedang 34 905

2 Kecil 183 1637 3 Rumah Tangga 391 773 4 Perhotelan 1 14 5 Rumah Makan 6 15 6 Perdagangan * * 7 Angkutan 57 128

* Tidak ada data

(13)

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi pada kecamatan ini, maka pertumbuhan penduduk juga terus meningkat dari 102.655 jiwa pada tahun 2002 menjadi 109.988 pada tahun 2005 (Kabupaten Pemalang dalam Angka, 2002-2005). Serta menjadi 114.621 pada tahun 2011 (Laporan kependudukan Kecamatan Ulujami bulan Oktober 2011). Kepadatan penduduk Kabupaten Pemalang divisualisasikan pada tabel 2.

Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Tahun 2011

No Kecamatan Luas (Km2) Banyaknya Penduduk Kepadatan

1 Moga 41,40 73948 1786,18 2 Warungpring 26,31 49398 1877,53 3 Pulosari 87,52 58750 671,27 4 Belik 124,54 108059 867,06 5 Watukumpul 129,02 72390 561,07 6 Bodeh 85,98 64422 749,27 7 Bantarbolang 139,19 87984 632,11 8 Randudongkal 90.32 112064 1240.74 9 Pemalang 101,93 190536 1869,28 10 Taman 67,41 176201 2613,87 11 Petarukan 81,29 158874 1954,41 12 Ampelgading 53,30 76062 1427,05 13 Comal 26,54 96777 3646,46 14 Ulujami 60,55 114621 1892,99 Jumlah 1115,3 1440086 1291,21

Sumber: Registrasi Penduduk Kecamatan Tahun 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 kecamatan yang menduduki posisi pertama dalam hal jumlah penduduk di Kabupaten Pemalang adalah Kecamatan Pemalang, diikuti Kecamatan Taman dan Kecamatan Petarukan. Kecamatan Ulujami menempati urutan keempat dengan perincian pada tabel 3:

(14)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Ulujami Tahun 2011

No Desa Jumlah Penduduk

1 Sukorejo 6993 2 Botekan 4761 3 Rowosari 7148 4 Ambowetan 4362 5 Pagergunung 8395 6 Wiyorowetan 4498 7 Samong 5967 8 Tasikrejo 6135 9 Bumirejo 3080 10 Kaliprau 8505 11 Kertosari 4018 12 Pamutih 8950 13 Padek 4593 14 Blendung 5807 15 Ketapang 4507 16 Limbangan 7429 17 Mojo 7875 18 Pesantren 11134 Jumlah 114621

Sumber: Laporan Kependudukan Kecamatan Ulujami Bulan Oktober 2011

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Ulujami terdapat di Desa Pesantren, diikuti Desa Pamutih dan Desa Kaliprau. Desa Pesantren secara geografis terletak di perbatasan antara Kecamatan Ulujami dan Kecamatan Comal, berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan dilalui oleh Jalur Pantura. Letaknya yang strategis memungkinkan desa ini untuk memiliki jumlah penduduk yang paling besar di Kecamatan Ulujami.

Semakin besar jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadikan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, baik air untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan industri. Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan airtanah, baik yang diambil dari akuifer dangkal maupun akuifer dalam. Hal tersebut dikarenakan pelayanan

(15)

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pemalang belum menjangkau wilayah ini.

Eksploitasi airtanah secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya intrusi air laut pada daerah tersebut, yakni terjadinya penurunan muka airtanah (drawdown) yang mengakibatkan air asin masuk ke dalam akifer di daratan, sehingga air sumur penduduk terasa payau atau asin. Jika hal ini terjadi, maka kondisi air pada daerah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.

Eksploitasi airtanah yang terus berlangsung dan semakin meningkat dari waktu ke waktu tersebut diduga telah mengakibatkan terjadinya intrusi air laut pada akuifer di daerah pantai Kecamatan Ulujami. Air tawar pun sulit didapatkan, terutama dalam pembuatan sumur-sumur baru. Hal ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya sumur penduduk yang berubah menjadi payau/salin.

Dugaan tersebut semakin kuat dengan adanya hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006. Hasil penelitiannya yang berjudul “Kerusakan Akibat Intrusi Air Laut di Pantai Utara Jawa Tengah” menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir ini, intrusi air laut di beberapa wilayah pantai utara Jawa Tengah semakin masuk jauh ke daratan, baik intrusi permukaan (rob) maupun intrusi di bawah permukaan.

Dua kota di pantai utara Jawa Tengah yang diperkirakan paling parah terintrusi adalah pantai Kota Semarang dan Pekalongan. Sementara Kecamatan Ulujami merupakan kecamatan yang letaknya paling timur dari Kabupaten Pemalang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan yang berada pada satu jalur yakni jalur Pantura (Pantai Utara). Faktor lokasi itulah yang semakin menguatkan anggapan telah terjadinya intrusi air laut yang meningkatkan kadar garam pada akuifer Kecamatan Ulujami.

Studi mengenai sebaran salinitas airtanah dangkal di daerah penelitian perlu dilakukan agar dapat diketahui daerah-daerah yang memerlukan perhatian khusus dari

(16)

pemerintah daerah dalam rangka penanggulangan dan pengurangan dampak yang ditimbulkan.

Bappeda Pemalang (2008:III-12), menyatakan bahwa kandungan garam-garam terlarut dalam air secara umum dapat berasal dari tengah laut atau estuari dan konsentrasinya menipis menuju batas-batas daratan, yakni garis pantai. Pernyataan tersebut perlu dibuktikan kebenarannya melalui pengukuran salinitas dan jaraknya dari garis pantai.

Hal-hal demikianlah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian dengan tema salinitas. Dirancanglah suatu penelitian yang diberi judul “Studi

Salinitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang Tahun 2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat diidentifikasikan masalahnya adalah:

1. Eksploitasi airtanah di Kecamatan Ulujami yang berlangsung terus menerus dan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

2. Air sumur penduduk di daerah pantai Kecamatan Ulujami terasa payau. 3. Sebaran salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami belum diketahui. 4. Belum diketahui bagaimana hubungan antara jarak dengan salinitas

5. Kedalaman interface yang dapat digunakan sebagai deteksi intrusi air laut pada daerah penelitian belum diketahui.

6. Intrusi air laut menimbulkan dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek dalam kehidupan dan belum diketahui bagaimana pola penanggulangannya.

C. Pembatasan Masalah

Terdapat beberapa permasalahan yang muncul di daerah penelitian. Mengingat keterbatasan tenaga, waktu, biaya, kemampuan, dan kemampuan penulis serta untuk mempertajam dan memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

(17)

1. Sebaran salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami belum diketahui. 2. Hubungan antara jarak terhadap besarnya salinitas airtanah dangkal. 3. Kedalaman interface Kecamatan Ulujami.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka peneliti menetapkan rumusan masalahnya yaitu:

1. Bagaimana agihan spasial salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami Tahun 2012?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami?

3. Bagaimana kedalaman interface di Kecamatan Ulujami Tahun 2012?

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dengan tujuan yang jelas, berbagai proses dalam penelitian akan lebih mudah. Penelitian yang dilakukan di wilayah pesisir Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui agihan spasial salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang Tahun 2012

2. Mengetahui hubungan antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami.

(18)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi serta dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kajian intrusi air laut di daerah penelitian.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan dalam penanganan dan pencegahan intrusi air laut yang perlu

mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dalam kaitannya dengan

perencanaan pembangunan wilayah dikawasan pesisir.

b. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Kecamatan Ulujami untuk selalu menjaga kelestarian dan bersikap bijaksana dalam pemanfaatan sumberdaya air di pesisir.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan air tanah secara efektif, efisien dan tidak berlebihan serta sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai intrusi air laut.

d. Dapat memberikan informasi kepada pemerintah Kabupaten Pemalang mengenai daerah-daerah yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah terutama pada pengadaan fasilitas pengairan.

e. Dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran IPS Geografi di SMP Kelas VII semester 2 pada kompetensi dasar mendeskripsikan gejala – gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk memahami konsep dari variable-variabel yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibawah ini diuraikan telaah pustaka dari konsep dasar dan hasil penelitian terkait sebelumnya. Konsep yang akan diuraikan dibawah ini meliputi: 1) konsep sumberdaya air dan kualitasnya, 2) airtanah, 3) pantai, 4) akuifer pantai, serta 5) intrusi air laut.

1. Sumberdaya Air dan Kualitasnya

Sumberdaya air adalah sumber-sumber air yang terdapat di atas atau di bawah permukaan tanah tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut (UU No. 11 tahun 1974). Sumberdaya air merupakan bagian dari sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbarui (renewable resources). Di Indonesia, pemanfaatan sumberdaya air telah dikembangkan cukup luas, antara lain: untuk pembangkit tenaga listrik; penggelontoran sampah dan limbah perkotaan; irigasi pertanian dan perkebunan; pendingin mesin-mesin industry; dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari penduduk.

Berdasarkan pada letaknya, sumberdaya air tersebut dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:

a. Air permukaan adalah air hujan atau airtanah yang keluar dari dalam tanah secara terakumulasi, terkumpul, atau terlimpas (run off) dan berada pada tempat-tempat cekungan untuk sementara waktu, contohnya adalah air sungai, genangan, situ, danau, waduk, rawa, laguna, dsb.

b. Airtanah dangkal adalah air yang berada di bawah permukaan tanah hingga kedalaman 90 m dari permukaan tanah, mengisi pori-pori tanah di atas lapisan batuan kedap air dalam tanah. Airtanah ini membentuk permukaan air sebagaimana permukaan air pada sumur-sumur penduduk.

(20)

c. Airtanah dalam sering juga disebut air bawah tanah (ground water) atau air artesis umunya berada pada kedalaman lebih dari 90 m dari permukaan tanah.

Sebagai satu sumberdaya alam yang dapat diperbarui, sumberdaya air harus terus dilestarikan ketersediaannya. Untuk itu, sumberdaya air mutlak harus dilestarikan ketersediaannya. Untuk itu, sumberdaya air mutlak harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Terdapat 3 aspek yang perlu dikelola dalam pengelolaan sumberdaya air, yaitu:

a. Konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air b. Pengendalian daya rusak air

c. System informasi sumberdaya air

Aspek-aspek pengelolaan sumberdaya air mencakup pula pokok-pokok sebagai berikut:

a. Perlindungan dan pelestarian sumber air

b. Pengisian air pada sumber air, antara lain, pemindahan aliran air.

c. Pengaturan sarana dan prasarana sanitasi meliputi sarana prasarana air limbah dan persampahan.

d. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air.

e. Pengendalian pengelolaan tanah di daerah hulu. f. Rehabilitasi hutan dan lahan.

g. Peleatarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. h. Pengelolaan air bersih.

Kualitas sumberdaya air sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia, serta biologinya di dalam suatu ekosistem. Khusus air permukaan mempunyai multifungsi dalam pemanfaatannya (domestik, industri, pertanian, dan lain-lain) sehingga kualitas sumberdaya sangat dipengaruhi oleh lokasi, penggunaan lahan serta tingkat kepadatan penduduk dan adanya aktifitas perekonomian. Sedangkan untuk airtanah, kualitas sumberdaya airnya sangat dipengaruhi oleh jenis, ketebalan, dan tingkat porositas equifer-nya. (Bappeda Kab. Pemalang, 2008)

(21)

2. Airtanah

Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008).

Sumber utama air yang ada di permukaan dan bawah permukaaan tanah berasal dari hujan. Hujan yang turun ke bumi sebagian akan mengalir sebagai air permukaan dan sebagian lagi meresap ke dalam tanah, kemudian membentuk air tanah. Baik air permukaan maupun air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi yaitu dari daerah resapan atau daerah imbuhan menuju daerah yang lebih rendah dan akhirnya menuju ke laut. selain itu ada yang disebut air fosil (air “connate”), merupakan kantong air yang terjadi karena air tersebut terperangkap pada endapan sewaktu terjadi proses pengendapannya. Kadar kandungan air tanah di suatu daerah ditentukan oleh:

a. Iklim/musim atau banyaknya curah hujan.

b. Banyak sedikitnya tumbuh-tumbuhan; misalnya hutan, padang, dsb. c. Topografi, misalnya lereng, datar, cekungan.

d. Derajat kesarangan / derajat celah atau pori-pori batuan.(Teguh, 2009: 173)

Airtanah merupakan salah satu fase dalam siklus hidrologi, yaitu suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer. Pada proses siklus hidrologi tersebut irtanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam siklus hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis tanah, penggunaan lahan, jenis tanah, penggunaan lahan, jenis vegetasi penutup, serta manusia yang berada di permukaan bumi (Setyowati, 2007:7-8).

Pada dasarnya, airtanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun sacera tak langsung dari air sungai, dnau, rawa, dan genangan air lainnya. Pergerakan airtanah pada hakekatnya terdiri atas

(22)

pergerakan horizontal airtanah; infiltrasi,sungai, danau, dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau keluarnya airtanah melalui spring (sumur), pancaran airtanah (mata air), serta aliran airtanah memasuki sungai dan tempat-tempat lain yang merupakan tempat keluarnya airtanah (Effendi, 2003:46).

Penyebaran airtanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) Penyebaran secara vertical, merupakan deskripsi penyebaran airtanah di permukaan bumi yang diidentifikasi dalam suatu kolom tanah dari permukaan tanah sanpai ke dalam tanah tertentu; (2) Penyebaran secara horizontal, merupakan deskripsi penyebaran airtanah di permukaan bumi yang diidentifikasi secara horizontal dari suatu tempat ke tempat lain (Setyowati, 2007:12-13).

Airtanah ditemukan pada formasi geologi permeable (tembus air) yang dikenal sebagai akuifer (juga disebut reservoir airtanah, formasi pengikat air, dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa (Seyhan, 1990:256).

Adapun tipe-tipe akifer yang dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:

a. Akifer tidak tertekan: Akifer ini (disebut juga bebas, freatik atau non-artesis) batas-batas adalah muka airtanah. Kelengkungan dan kedalaman muka airtanah beragam tergantung dari kondisi-kondisi permukaan, luas pengisian kembali, debit, pemompaan dari sumur, permeabilitas, dan lain-lain.

b. Akifer tertekan: Akifer ini disebut juga akifer artesis atau akifer tekanan. Airtanah tertutup antara 2 lapisan yang relatif kedap air. Airnya ada di bawah tekanan dan bagian atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik. Kawasan yang memasok air ke akuifer tertekan disebut daerah pengisian kembali.

c. Akifer melayang: Akifer ini merupakan kasus khusus yang terjadi pada akifer tak terbatas yang terjadi dimana tubuh airtanah dipisahkan dari tubuh utama airtanah oleh lapisan yang relative kedap air dengan luas yang kecil. Lensa-lensa liat yang deposit sedimen mempunyai tubuh air yang dangkal yang melapisinya.

(23)

d. Akifer semi-tertekan: Akifer ini merupakan kasus khusus akifer bertekanan yang dibatasi oleh lapisan-lapisan semi-permeabel (Seyhan, 1977:259-260).

Kecenderungan pemilihan airtanah sebagai sumber air bersih dibandingkan air permukaan, karena beberapa keuntungan diantaranya:

a. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga distribusi lebih murah. b. Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil.

c. Lebih bersih dari bahan pencemar (polutan) permukaan.

d. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut, atau tumbuhan dan binatang liar. e. Kualitasnya seragam. (Suripin, 2001:141).

Dalam Undang-undang Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Menurut Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua buah yaitu CAT bebas (unconfined aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer). Elemen CAT adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan. CAT ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total besarnya potensi masing-masing CAT adalah :

1) CAT Bebas : Potensi 1.165.971 juta m³/tahun 2) CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta m³/tahun

3. Pantai

Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara.

Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu

(24)

pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan dalam mengamankan garis pantai seperti pemecah gelombang dan pengembangan vegetasi di pantai. (Wikipedia)

Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari gelombang/ombak dapat digunakan pemecah gelombang yang berfungsi untuk memantulkan kembali energi gelombang. Berbagai cara yang ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak tertentu dari garis pantai.

Hutan bakau dapat membantu mengatasi gelombang serta sekaligus bermanfaat untuk kehidupan binatang serta tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau disebagian besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada gilirannya akan menggerus pantai. Terumbu karang juga merupakan pemecah gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam mempertahankan garis pantai. Klasifikasi pantai menurut Valentin, 1952 (Sutikno, 1999), dasar klasifikasinya adalah perkembangan garis pantai maju atau mundur. Pantai maju dapat disebabkan oleh pengangkatan pantai atau progradasi oleh deposisi, sedangkan pantai mundur disebabkan pantai tenggelam atau retrogradasi oleh erosi.

Menentukan tingkat perubahan pantai yang dapat dikategorikan kerusakan daerah pantai merupakan hal yang tidak mudah. Untuk melakukan penilaian terhadap perubahan pantai diperlukan suatu tolok ukur agar penilaian perubahan pantai dapat lebih obyektif dalam penentuan tingkat kerusakannya. Perubahan pantai harus dilihat tidak dalam keadaan sesaat, namun harus diamati dalam suatu kurun waktu tertentu. Perubahan garis pantai yang terjadi sesaat tidak berarti pantai tersebut tidak stabil, hal ini mengingat pada analisis perubahan garis pantai dikenal keseimbangan dinamis daerah pantai. Keseimbangan dinamis berarti pantai tersebut apabila ditinjau pada suatu kurun waktu tertentu (misalnya satu tahun) tidak terjadi kemajuan atau kemunduran yang langgeng, namun pada waktu-waktu tertentu pantai tersebut dapat

(25)

maju atau mundur sesuai musim yang sedang berlangsung pada saat itu. Untuk mengetahui perubahan pantai secara tepat perlu adanya patok pemantau (monitoring) yang diketahui koordinatnya, dan dipasang pada tempat-tempat yang rawan erosi dan diamati pada setiap bulan. (Fardiaz, 1992: 86)

4. Akuifer Pantai

Menurut usgs, 2001, zone dalam formasi geologi tanah atau bagian tanah yang dapat ditempati oleh molekul air disebut “aquifer”. Airtanah dapat berada pada pori-pori tanah, retakan, dan rongga-rongga dalam formasi geologi tanah.

Akuifer daerah pantai merupakan sumber air tanah yang sangat penting bagi daerah kota dan pertanian dengan batas pantai. Di beberapa daerah kondisi hidrogeologi pantai secara sederhana digambarkan sebagai suatu individu tak tertekan (A), lapisan akuifer kepulauan (B) atau akuifer tertekan (C), (Gambar 1). Secara lebih umum susunan hidrogeologi dalam lingkungan pantai adalah suatu jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi lapisan akuifer tertekan dan tak tertekan.

Gambar 1. Contoh Suatu Kondisi Hidrogeologi dalam Akuifer Pantai Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats

(26)

Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks. Lapisan akuifer yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama (seragam).

Untuk menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan sebagai suatu sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas hingga ke dasar tebing seperti Gambar 2. Dalam kedaan alami, kondisi yang tidak terganggu, terdapat suatu garis kemiringan hidrolik seimbang yang mengarah kelaut, dalam setiap akuifer dengan air tawar yang mengalir kelaut (Gambar 2A).

Gambar 2. Potongan Melintang Ideal Suatu Sistem Akuifer Pantai Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats

Dibawahnya pada akuifer tertekan air tawar mengalir ke laut melalui bocoran terus ke lapisan atas dan atau mengalir bebas ke tebing. Pada suatu kasus sistem satu lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi "steady-state". Kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu daerah air asin, mengakibatkan percampuran sehingga menjadi tidak statis.

(27)

Gambar 3: Model Interface Ghyben Herzberg Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats

Pada kenyataannya, pemisahan "interface" air tawar dan air asin adalah suatu daerah transisi yang dibentuk oleh campuran air karena efek difusi dan penyebaran secara mekanik. Cooper (1959) dan Kohout (1964) juga telah menunjukkan bahwa dalam daerah campuran, air asin yang ditambah air kurang pekat dari air laut semula, menyebabkanya naik dan bergerak kelaut sepanjang "interface" (Gambar 3). Ini menyebabkan suatu siklus aliran air asin dari laut, dasar samodra, ke daerah campuran dan kembali ke laut. Siklus aliran ini terjadi dibawah kondisi "steady-state".

Gambar 4. Sirkulasi Air Asin dari Laut Menuju Daerah Transisi dan Kembali ke Laut Oleh Percampuran Pada Daerah Interface

Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats

Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan "interface". Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan "interface" bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar

(28)

mendorong "interface" ke arah laut. Laju gerakan "interface" dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer pada kedua sisi "interface". Pada sisi dengan air asin dapat bergerak kedalam atau keluar, pada sistem akuifer efek dari gerakan interface mempengaruhi perubahan debit air tawar di lepas pantai. Dalam suatu sistem akifer berlapis, air asin dapat masuk akuifer oleh aliran melalui akuifer tersingkap atau bocoran yang melewati lapisan pembatas atau lantai laut (Gambar 2B). (http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats)

5. Intrusi Air Laut

Intrusi air laut merupakan suatu peristiwa penyusupan atau meresapmya air laut atau air asin ke dalam air tanah. Kasus intrusi air laut merupakan masalah yang sering terjadi di daerah pesisir pantai. Masalah ini selalu terkait dengan kebutuhan air bersih, dimana air bersih merupakan air yang layak untuk dikonsumsi. Rusaknya air tanah pada daerah pesisir ditandai dengan keadaan air yang tidak bersih dan rasanya asin. (Djoko Sangkoro, 1979: 121).

Pada daerah yang berdekatan dengan pantai atau dekat dengan laut, maka terjadi pertemuan antara air laut dengan air tawar yang kita kenal dengan sebutan interface. Interface ini bisa menjorok ke arah laut dan juga bisa juga menjorok ke arah darat tergantung besar kecilnya imbuhan air hujan. Apabila imbuhan air hujan lebih sangat besar, maka interface akan menjorok ke arah laut, sedangkan imbuhan air hujan sedikit atau tidak ada sama sekali, maka interface akan menjotok ke arah darat. Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan luar aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan interface. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan interface bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong interface ke arah laut.

Akibat penggunaan air tanah yang berlebihan sementara imbuhan air hujan terbatas menyebabkan interface menjadi naik ke atas. Keadaan ini kita kenal dengan sebutan up conning. Sehingga air yang dikonsumsi menjadi asin akibat pengaruh air laut.

(29)

Menurut (Vienastra, 2010), intrusi air laut dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya:

a. Aktivitas manusia b. Faktor batuan c. Karakteristik pantai

d. Fluktuasi airtanah di daerah pantai.

Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben-Herzberg. Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar, maka bidang batas (interface) tergantung pada keseimbangan keduanya. Hubungan antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai seperti ditunjukkan pada gambar 5. (Musnawir, 2001)

Gambar 5.Hubungan air asin dengan airtanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai. (L.M. Musnawir)

Tekanan hidrostatis di titik A = B

pA = pB

Ps.g.hs = Pf.g.hf + Pf.g.hs

Hs =

(30)

Dimana; Ps: kerapatan air laut (berat jenis)= 1, 025 gr/cm3 ; Pf: kerapatan airtanah tawar = 1 gr/cm3 ;

g: percepatan gravitasi;

hs: kedalaman muka air laut dari titik A; hf: kedalaman muka airtanah dari muka laut Persamaan tersebut hanya berlaku jika :

a. Muka air tanah (bid. pisometrik) berada di atas muka laut b. Muka air tanah (bid. pisometrik) miring ke arah laut

Pada kondisi yang dinamis, hukum Ghyben Herzberg tidak sepenuhnya berlaku. Pada gambar (2) tampak bahwa garis aliran air tanah ada yang menunjukkan arah menaik. Pada pantai yang landai perbedaan bidang batas yang sesuai dengan hukum Ghyben- Herzberg dengan bidang batas sesungguhnya kecil, sedangkan pada pantai curam perbedaan tersebut cukup besar. Dengan demikian panjang penyusupan air laut pada akuifer pantai tergantung :

c. Tebal akuifer atau tebal zone jenuh air d. Koefisien kelulusan air

e. Debit aliran airtanah per satuan luas akuifer

Dalam penentuan batas antara airtanah dan air laut yang dinyatakan dengan suatu garis/zona lengkung interface antara air laut dan airtanah dengan persamaan Ghyben-Herzberg maka, dilakukan pengukuran, perhitungan dalam menentukan garis batas tersebut. Dalam penelitian dilakukan penentuan dengan melakukan pengukuran muka airtanah sehingga dapat diperoleh titik lengkung batas terhadap air laut dengan persamaan Ghyben-Herzberg. (L.M. Musnawir)

Beberapa parameter yang berkaitan dengan intrusi air laut diantaranya adalah: a. Rasa

Rasa pada air ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas terlarut, organism hidup, dan adanya limbah padat dan limbah cair. Rasa air dapat dideteksi oleh indera pengecap (lidah) dengan cara dimasukkan ke mulut, didiamkan sejenak dan kemudian dikeluarkan kembali. Dengan cara tersebut akan

(31)

diketahui rasa air yang dideteksi. Indera pengecap mudah mengenali rasa asin, manis dan asam serta pahit (Pitojo, 2003).

b. Konduktivitas

Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Konduktivitas dinyatakan dengan satuan µmhos/cm, dapat dideteksi dengan menggunakan alat EC Meter (Elektric Condustance).

Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20-500 µmhos/cm (Boyd, 1988). Perairan laut memiliki nilai DHL yang sangat tinggi karena banyak mengandung aram terlarut. Limbah industri memiliki nilai DHL mencapai 10.000 µmhos/cm (APHA, 1976 dalam Effendi, 2003)

c. TDS (Total Dissolved Solids)

Jumlah garam terlarut dapat ditentukan dengan pengukuran TDS (Total Dissolved Solids) karena jumlah konsentrasi garam dalam air sangat tinggi terutama air laut yang banyak mengandung senyawa kimia. Air laut memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik (Effendi, 2003)

Parameter untuk kualitas air yang biasa dipakai adalah TDS. Definisi salinitas dalam hubungannya dengan TDS adalah berat total semua larutan substansi setiap unit berat air dengan semua karbon oksidasi, semua bromide dan iodium diganti oleh khlorida serta bahan organic teroksidasi pada suhu 480oC.

Todd (1980) memberi batasan salinitas untuk air yang dapat diminum adalah dengan nilai Total Dissolved Solids (TDS) kurang dari 1000 mg/l. Klasifikasi kualitas air dilihat dari kadar TDS ditunjukkan pada tabel 4 berikut:

(32)

Tabel 4. Kriteria Air Dilihat dari Nilai Salinitas Kriteria TDS (mg/l) Fresh water 1-1000 Brackish water 1000-10.000 Saline water 10.000-100.000 Brine > 100.000

Sumber: Carrol 1940 dalam Todd 1980 d. Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Satu contoh air laut seberat 1000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% air laut berupa air murni dan 3,5% zat terlarut. Banyaknya zat terlarut disebut salinitas. Satuan salinitas adalah per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut (Soemarto, 1995: 6). Selain pengertian diatas, salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Merupakan bagian dari sifat fisik kimia suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-lain. Besar kecilnya dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, nilai salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau (Nybakken,1992: 122).

Kandungan garam-garam terlarut dalam air secara umum dapat berasal dari tengah laut atau estuary dan konsetrasinya menipis menuju batas-batasa daratan (garis pantai). Selain dari kedua sumber tersebut garam juga bisa berasal dari:

1) Hujan asam yang dipicu oleh penguapan air laut demikian tinggi sehingga ion-ion garam turut teruapkan, umumnya ion-ion magnesium dan chloride karena ion tersebut banyak ditemukan dalam wujud uap di sekitar laut.

2) Limpasan gelombang laut terus menerus, pasang surut, dan storm surges dapat meningkatkan kandungan garam airtanah di beberapa lokasi.

(33)

3) Polusi dari berbagai sumber polutan seperti tempat buangan limbah cair pada industry dan rumah tangga, asap kendaraan bermotor, dan drainase irigasi yang mengandung zat kimia.

4) Pelarutan garam-garam yang teruapkan dari pemanasan batuan halite (rock salt), anhydrite, dan gypsum.

5) Fosil di daerah aquifer. (Bappeda Pemalang, 2008:III-12)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi Tejo Wahyu Jatmiko (1990) yang berjudul “Kajian Sumber

Kemasinan Airtanah di Kabupaten Bekasi Jawa Barat dengan Pendekatan Hidrokimia dan Isotop Lingkungan”, yang bertujuan untuk menentukan kualitas

airtanah untuk air minum dan industri di daerah penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa sumber kemasinan airtanah di daerah penelitian disebabkan oleh adanya pelarutan endapan garam-garam evaporit dan juga terjadinya proses pertukaran kation antara airtanah dengan batuan. Proses intrusi air asin tidak terjadi di daerah ini. Agihan kemasinan airtanah di daerah penelitian meliputi segala arah, dan ini terkait dengan keberadaan material akuifer yang berasal dari laut.

Soenarso Simoen (1992) dalam penelitian “Sistem Akuifer dan Intrusi Air

Laut di Daerah Semarang” yang bertujuan untuk mempelajari sistem akuifer dan

intrusi air asin ke dalam airtanah pada daerah Semarang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari tujuh penampang geolistrik yang diteliti, hanya dua penampang yang terdeteksi mengalami intrusi air asin, yaitu penampang I dan iv dekat pantai,yang ditunjukkan dengan harga tahanan jenis < 1 ohm-meter. Meskipun demikian intrusi tersebut tidak atau belum bergerak ke arah darat. Pada lima penampang lain, payaunya air sumur di beberapa tempat disebabkan oleh air connate asin, yang terdapat pada lensa-lensa lempung berpasir dengan kedalaman dan ketebalan yang berbeda-beda.

Soegiyanto (1995) dalam tesisnya yang berjudul “Kajian Intrusi Air Laut

(34)

adalah untuk mengkaji apakah sudah terjadi intrusi air asin ke air tanah atau belum dan mencari penyebab asinnya airtanah serta menentukan sejauh mana kedalaman interface-nya. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa belum terjadi intrusi air asin. Airtanah asin yang ada di daerah penelitian disebabkan karena adanya lapisan air connate yang tersebar di beberapa tempat di daerah penelitian. Penyebaran airtanah asin yang tidak merata ini menunjukkan bahwa yang terjadi bukan intrusi air asin tetapi karena air connate. Dari hasil pendugaan geolistrik di lapangan dibuktikan bahwa kedalaman interface-nya masih dalam yaitu antara 30 m sampai 150 m dari permukaan tanah, selain itu juga adanya niali kualitas air yang bervariasi, dicirikan oleh adanya air tawar, air payau, dan air asin. Untuk air tawar ditunjukkan oleh nilai DHL < 1500 µmhos/cm, sedangkan air mulai payau ditunjukkan dengan nilai DHL >1500 µmhos/cm.

Eka Purnamasari (2002), dalam skripsinya yang berjudul “Intrusi Air Asin

di Pesisir Teluk Lampung Propinsi Lampung” juga masih menggunakan tehnik

yang sama dengan penelitian-penelitian diatas namun masih ditambah dengan pengukuran nilai DHL sebagai cross check serta data pengukuran interface dengan metode ghyben dan Herzberg, menyatakan bahwa belum terjadi intrusi si pesisir teluk lampung yang meliputi sukaraja, ketapang, way lunik dan pidada. Adapun airtanah payau yang dijumpai pada daerah penelitian lebih disebabkan oleh adanya air connate yang terdapat pada lensa-lensa lempung sepanjang garis pantai.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa penyebab tingginya salinitas airtanah adalah bukan intrusi melainkan air connate. Melalui pertimbangan itulah, penulis tertarik untuk meneliti penyebab tingginya salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami.

(35)
(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah yang meliputi 18 desa. Lokasi ini dipilih karena merupakan kecamatan yang letaknya paling timur dari Kabupaten Pemalang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu daerah di pantai utara Jawa Tengah yang diperkirakan paling parah terintrusi air laut (Hamam, dkk: 2006).

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak pengajuan proposal, yakni dimulai pada tanggal 13 Agustus 2011 sampai dengan penulisan laporan hasil penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian yang divisualisasikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 6. Rancangan Waktu Penelitian

Kegiatan

2011 2012

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Penulisan proposal Penyusunan instrumen Pengumpulan data Analisis data Penulisan laporan B. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Sedang penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dilakukan

(37)

dengan menggunakan metode-metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1983: 4). Dengan demikian metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencari dan menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan yang disusun secara sistematis dan terencana guna mencapai tujuan tertentu, diantaranya adalah memecahkan suatu permasalahan.

Berdasarkan jenis variabel dan analisis datanya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaif yang digunakan untuk menentukan dan memastikan seberapa besar hubungan antar variable yang terdapat dalam suatu penelitian. Menurut Travers yang dikutip oleh Consuelo G. Sevilla (1993: 71) dalam (Sigit Setyawan, 2010), “Metode penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian”. Metode kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. (Musianto, 2002:124).

Deskriptif kuantitatif artinya mendeskripsikan hasil di lapangan dengan menggunakan perhitungan statistik. Analisis data secara deskriptif diperlukan untuk menjelaskan fenomena atau gejala-gejala yang bersifat fisik, seperti proses dan penyebab terjadinya intrusi air laut. (Tika, 2005: 26)

Guna menghampiri atau mendekati masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan (approach). Pendekatan yang digunakan antara lain pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis) dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis) (Bintarto dan Hadisumarno, 1982:13). Penelitian ini menerapkan pendekatan geografi keruangan. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada, yakni untuk mengetahui persebaran salinitas airtanah di Kecamatan Ulujami. Juga untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh agihan spasial salinitas terhadap jaraknya dari garis pantai.

(38)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas merupakan himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya. Sedangkan himpunan individu atau objek yang tidak terbatas merupakan himpunan individu atau objek yang sulit diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya sudah diketahui (Tika, 2005: 22). Populasi dalam penelitian ini adalah airtanah dangkal yang dalam hal ini berupa sumur penduduk yang berada di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 2005: 24). Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode plot garis transek (Transect Line Plots). Pada setiap lokasi dibuat transek memanjang dari tepi laut ke arah darat (Romimohtarto dan Sri Juwana, 1999 dalam Muryani, 2008:58). Jarak masing-masing titik pengambilan sampel adalah 100 meter baik ke barat maupun selatan. Sampel yang diambil sebanyak 129 titik. Pengambilan jarak 100 meter diperlukan untuk pembuatan peta kontur DHL dan kontur airtanah.

Gambar 7: Cara Penarikan Transek Line

(39)

Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Transek dapat juga digunakan untuk studi altitude dan mengetahui perubahan komunitas yang ada. Ukuran dari transek tergantung pada beberapa kondisi. Transek pada komunitas yang kecil penarikan garis menyilang hanya beberapa meter panjangnya. Pada daerah berbatuan transek dapat dibuat beberapa ratus meter panjangnya. (Vienastra, 2010)

D. Variabel dan Data Penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yakni variabel jarak (x) sebagai variable bebas dan salinitas (y) sebagai variable terikat. Sedangkan data yang diperlukan ada dua macam, yakni:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997: 67). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Data nilai DHL (Daya Hantar Listrik)

b. Data nilai TDS (Total Dissolved Solids) untuk menentukan salinitas airtanah sumur.

c. Data pH.

d. Data jarak titik sampel dari garis pantai yang nantinya akan digunakan untuk menganalisis hubungan antara salinitas dan jarak.

e. Data kedalaman muka air tanah.

f. Data/ informasi penting lain yang diperoleh dari hasil wawancara dengan penduduk sekitar.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli (Tika, 1997: 67). Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:

(40)

a. Data penggunaan lahan, dari peta RBI lembar 1309-324 (Widuri), 1409-113 (Blendung), dan 1409-111 (Comal), Google Earth serta pengecekan lapangan. b. Data kependudukan, diperoleh dari laporan kependudukan Kecamatan Ulujami

dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang

c. Data klimatologi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kab Pemalang tahun 2001 s/d 2011.

d. Data geologi, diperoleh dari Peta Geologi skala 1:100.000 lembar Purwokerto-Tegal dan lembar Banjarnegara-Pekalongan tahun 1996.

e. Data tanah, diperoleh dari Dinas Pertanian Kab. Pemalang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah upaya-upaya yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Beberapa teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak berstruktur, sehingga tidak diperlukan lembar wawancara khusus. Secara langsung mewawancarai masyarakat yang memiliki sumur pada sekitar lokasi titik pengambilan sampel. Materi pertanyaannya berkaitan dengan pemanfaatan dan kuantitasnya, serta kualitas air sumur, seperti rasa, bau dan tingkat kekeruhan.

2. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer (orang yang melakukan observasi) berada bersama objek yang diteliti (Tika, 2005: 44). Alat bantu yang digunakan dalam observasi langsung diantaranya:

a. pH Meter multifungsi. Selain mengukur pH, alat ini juga memiliki 3 macam fungsi lain yakni sebagai:

(41)

2) EC Meter (Elektrid Conductance) untuk mengukur Daya Hantar Listrik (DHL) atau besarnya kemampuan air dalam meneruskan aliran listrik.

3) Thermometer, yakni untuk mengukur suhu air.

b. Refraktometer, merupakan alat pengukur salinitas, disebut juga sebagai pengukur indeks pembiasan pada cairan yangg dapat digunakan untuk mengukur kadar garam.

c. Checklist, yakni suatu daftar berisi nama objek atau fenomena yang akan diteliti atau diamati (Tika, 2005: 48).

d. GPS (Global Positioning system) untuk mengukur lokasi titik sampel dan ketinggian tempat.

e. Kamera digital untuk dokumentasi foto lokasi penelitian. f. Roll meter dan tali plastik.

g. Alat bantu lainnya meliputi; alat tulis, tabung sampel air dan kendaraan roda dua.

Langkah pertama adalah penentuan lokasi pada masing-masing titik pengukuran dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) yang lokasinya secara astronomis dapat dilihat pada lampiran 3.

Tahap selanjutnya adalah pengukuran parameter salinitas, yakni DHL dan TDS. Selain kedua data tersebut, beberapa keterangan lain yang mendukung juga ikut diukur. Data-data tersebut meliputi elevasi, suhu, pH, serta ketinggian muka airtanah. Keseluruhan data tersebut dapat dilihat pada lampiran 3.

Pengukuran DHL, TDS dan pH dilakukan menggunakan satu alat yang sama, yakni pH /EC/TDS/°C Tester Hanna Combo seri W408-8138.

(42)

Gambar 8: pH Meter Multifungsi Sumber: Dokumentasi Penelitian

3. Analisis Dokumen

Metode dokumentasi yaitu mencari data, mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 2006: 234). Dalam penelitian ini teknik dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang sudah ada. Data yang diperoleh dari dokumentasi berupa jenis batuan, jenis tanah, kelerengan, data curah hujan dan data monografi seluruh desa di Kecamatan Ulujami serta data jenis penggunaan lahan dari peta RBI.

F. Rancangan Penelitian

Penelitian dengan hasil yang maksimal harus melalui prosedur yang sesuai, benar dan sitematik. Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran tentang keseluruhan kegiatan, meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis data yang telah terkumpul sampai dengan penulisan laporan. Prosedur penelitian harus melewati beberapa tahapan sebagai berikut:

(43)

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, dilakukan pencarian referensi untuk menguatkan penelitian. Kajian teoritik menggunakan kepustakaan/literatur yang mendukung topik/tema. Observasi awal daerah penelitian juga dilakukan agar penelitian kan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tepat waktu. Pengajuan judul penelitian dilakukan dengan membuat mini proposal yang disertai dengan alasan – alasan dimaksudkan agar penelitian dapat ilmiah dan sesuai kaidah bidang ilmu geografi.

2. Tahap Penyusunan Proposal

Penyusunan proposal dilakukan setelah penetapan pembimbing. Penulisan proposal sesuai kaidah penulisan karya ilmiah.

3. Tahap Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggumpulkan data yang diperlukan. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diantaranya peta RBI, Global Positioning System (GPS), meteran, Refraktometer, pH Meter, checklist, dan kamera digital serta alat-alat tulis.

4. Tahap Pengumpulan Data

Merupakan tahap pengambilan dan pengukuran sampel-sampel secara langsung di lapangan dan melakukan wawancara tak berstruktur.

5. Tahap Analisis Data

Analisis data diperlukan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. Untuk dapat membuktikan kebenaran hipotesis yang telah disusun, maka pengukuran dan pemetaan harus disertai dengan analisis yang tepat. Investigasi intrusi air laut di kecamatan ulujami dimulai dengan pengumpulan data sekunder dan primer melalui survey dan pengukuran salinitas. Data tersebut selanjutnya akan diolah sebagai bahan dalam menganalisis hubungan spasial antar variable penelitian. Hasil analisis kemudian akan dipetakan guna mempermudah pembacaannya. Semua hasil pengukuran, analisis dan pemetaan akan dicermati lebih lanjut untuk menarik kesimpulan dan saran penelitian.

(44)

6. Penulisan Laporan Penelitian

Tahap akhir dari seluruh rangkaian penelitiana dalah penyusunan/ penulisan laporan. Dalam tahap ini hasil penelitian yang diperoleh dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, gambar dan peta. Tahapan penelitian divisualisasikan dalam diagram alir penelitian seperti yang dapat dilihat pada gambar 9:

(45)

Keterangan:

= Data = Hasil

=Variabel = Proses

Penentuan Titik Sampel

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Ulujami Tahun 2011 skala 1:50.000

Hubungan Jarak dan Salinitas Klasifikasi Airtanah:

1. Terintrusi 2. Tidak Terintrusi

Peta Salinitas Kecamatan Ulujami Tahun 2012

Gambar 9: Diagram Alir Penelitian

Jarak dari Garis Pantai DHL

Analisis statistik Menghitung Kedalaman

Interface

Peta Zonasi DHL Peta RBI Lembar 1309-324,

1409-111 dan 1409-113

Interpretasi Citra Google Earth Tahun 2011

Pembuatan Garis transek

interface Pengambilan Sampel Air Sumur interface Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah interface Pengukuran Indikator Intrusi Air Laut

(46)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2001: 103). Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dimengerti dan diinterpretasikan. Data yang sudah terkumpul diseleksi atau disortir, diklasifikasikan kemudian diolah dan diambil kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan. Berikut adalah teknik yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Menentukan Agihan Spasial Salinitas Airtanah Dangkal

Menurut Simoun (2000: 23), parameter intrusi air laut yang dapat diketahui dengan pengukuran di lapangan ada 2 yakni: DHL (Daya Hantar Listrik) atau Electric Conductivity (EC) dan TDS (Total Dissolved Solids) pada sumur penduduk yang dipilih sebagai sampel. Hasil pengukuran menggunakan EC dinyatakan dalam μS/cm (mikromhos/cm). Hasil pengukuran dalam μS/cm dapat dikonversikan ke mg/l dengan menggunakan grafik yang disajikan oleh Hansen dkk (1992: 89).

Coxwin (1996) dalam Nasjono (2010: 263 – 264) menggunakan teknologi Geographic Information System (GIS) dengan aplikasi Global Positioning System untuk memodelkan salinitas pada daerah irigasi didaerah kering di Amerika. Darwish (2005) dalam Nasjono (2010: 264), menerapkan teknologi berlandas gambar satelit untuk mengidentifikasi lokasi sumur dan mengukur salinitas berdasarkan pengukuran Electric Conductor Meter.

Titik-titik hasil plotting GPS juga dapat dipakai untuk menentukan jarak sumur yang dijadikan sampel dari garis pantai. Sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara jarak dengan besarnya salinitas.

Global Positioning system (GPS) adalah suatu sistim yang dipergunakan untuk menentukan posisi dipermukaan bumi menggunakan satelit navigasi. Ada 24 satelit navigasi yang ditempatkan di luar angkasa, 4 sampai 10 satelit navigasi yang akan selalu dapat diamati dari manapun pada satu lokasi dipermukaan bumi (Poerbandono, 2005: 32).

(47)

a. Nilai DHL/ Daya Hantar Listrik

Analisis nilai DHL bersifat kuantitatif sehingga perlu adanya pengukuran langsung terhadap sampel air sumur di daerah penelitian. Pengukuran dilakukan langsung di lapangan menggunakan alat EC Meter (Electric Conductance). Satuannya sangat kecil, maka digunakan satuan mikrosiemen (µS/cm) atau mikromhos (µmhos/cm). Daya hantar listrik ini diukur pada suhu standart yaitu pada 25o C. Apabila pengukurannya pada suhu diatas atau dibawah 25o C maka harus dilakukan koreksi yaitu dengan menggunakan rumus:

DHL 25O C = DHL t O C 1+ 0,02 ( t – 25 )

Titik-titik koordinat setiap tempat pengambilan sampel dapat digunakan untuk membuat peta kontur DHL. Hasil akhirnya berupa peta tingkat salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami Tahun 2012. Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui wilayah-wilayah/ distribusi keruangan salinitas tertinggi yang ada di Kecamatan Ulujami untuk dianalisis faktor-faktor penyebabnya. Standar baku nilai DHL dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Kriteria Penilaian DHL (Daya Hantar Listrik) Air Sumur

No DHL (µmhos/cm) Klasifikasi

1 <650 Air tawar

2 650 – 1500 Air payau

3 >1500 Air asin

Sumber: Simoun (2000: 23)

Berdasarkan batas konduktivitas listrik, klasifikasi intrusi air laut dapat juga dibedakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 8. Klasifikasi Intrusi Air Laut Berdasarkan Konduktivitas Listrik

No Batas Konduktivitas (μmhos/cm, 25 ) Klasifikasi Intrusi

1 ≤ 200,00 Tidak terintrusi

2 200,01 - 229,24 Terintrusi sedikit

3 229,25 - 387,43 Terintrusi sedang

4 387,44 - 534,67 Terintrusi agak tinggi

5 ≥534,68 Terintrusi tinggi

(48)

b. Nilai TDS (Total Dissolved Solids)

Air yang asin memiliki nilai TDS yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas. Maka tingkat salinitas bisa ditunjukkan melalui nilai TDS. Analisis nilai TDS untuk menentukan jumlah garam terlarut dalam air sumur juga bersifat kuantitatif sehingga perlu adanya pengukuran langsung terhadap sampel air sumur di daerah penelitian. Pengukuran dilakukan langsung di lapangan menggunakan alat TDS Meter. Standar baku nilai TDS dapat dilihat pada tabel 9:

Tabel 9. Kriteria Penilaian TDS (Total Dissolved Solids)

No Nilai TDS (Mg/l) Tingkat Salinitas

1 0 – 1.000 Air tawar

2 1.001 – 3.000 Agak asin/ payau (slightly saline)

3 3.001 – 10.000 Sedang/ payau (moderately saline)

4 10.001 – 100.000 Asin (saline)

5 >100.000 Sangat asin (brine)

Sumber: Mc Neely et al, dalam Effendi (2003: 69) c. pH

nilai pH secara tidak langsung berhubungan dengan kedua parameter salinitas diatas sehingga perlu dilakukan pengukuran. pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14. Istilah pH berasal dari “p” lambang matematika dari negatif logaritma, dan “H” lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen. Yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

Dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Jika konsentrasi [H+] lebih besar daripada [OH-], maka material tersebut bersifat asam, yaitu nilai pH kurang

Gambar

Tabel 1. Jenis Kegiatan Perekonomian Kecamatan Ulujami per Oktober 2011  No  Jenis Sektor Perekonomian  Jumlah (buah)  Tenaga Kerja
Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Tahun 2011
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Ulujami Tahun 2011
Gambar 1. Contoh Suatu Kondisi Hidrogeologi dalam Akuifer Pantai  Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari 14 desa di kecamatan Gemolong terdapat 1 desa yang memiliki kualitas sekolah yang tinggi yang berada di desa Gemolong, kemudian yang memiliki kualitas

Dengan adanya perubahan jumlah penduduk dan penggunaan lahan dari tahun 1991 dan tahun 2007 akan memungkinkan terjadinya perubahan kualitas airtanah untuk air minum pada

Namun, dari sampel sekolah yang dijadikan penelitian, terdapat satu sekolah (sekolah C) yang hanya memberikan layanan konseling individu untuk mengentaskan

Lampiran 8 Tabulasi Skor Observasi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Permainan Tebak Kata Siklus I

Berdasarkan Tabel 5 pada Lampiran maka diperoleh informasi bahwa menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2016, secara umum airtanah di Desa Gulurejo terutama

(iii) Berdasarkan kelayakan kualitas air tanah dangkal untuk air minum di area industri tepung aren Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten Tahun 2012 menunjukkan bahwa

Hasil penelitian dari 15 sampel air tanah dangkal (sumur) di Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sukarame Palembang, didapatkan 5 sampel (33,3%) kadar Fe memenuhi syarat dan 10

Dari 14 desa di kecamatan Gemolong terdapat 1 desa yang memiliki kualitas sekolah yang tinggi yang berada di desa Gemolong, kemudian yang memiliki kualitas