• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARTA RAHARJA 1(1) (2019): KARTA RAHARJA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARTA RAHARJA 1(1) (2019): KARTA RAHARJA."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KARTA RAHARJA 1(1) (2019): 47 - 55

KARTA RAHARJA

http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr

Pemulihan Tanaman Apel

di Desa Gubugklakah, Poncokusumo

sebagai Implementasi Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Kabupaten Malang

Yulianti Budhi Kuntari

1, *

, Rudy Madiyanto

2

1Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur

Jl. KH Agus Salim No 7, Malang

2CV Among Tani Sejahtera

Jl. Raya Sumber Brantas Gg. III No. 2, Sumber Brantas, Bumiaji, Batu Dikirim: 9 April 2019; Disetujui: 20 Juni 2019; Diterbitkan: 8 Juli 2019

Abstract

Apples are one of the main agricultural products in Gubugklakah Village, Poncokusumo District. At present, the decline in productivity of apples is caused by plants that are not productive, control pests and diseases that have not been effective, and the conversion of apple land to other agricultural land. These problems have pushed the Malang Regency Regional Research and Development Agency to launch a Regional Innovation System (SIDa) program for apple plant recovery in an effort to rejuvenate agricultural cultivation. This research is to see the implementation of SIDa of local government in increasing apple productivity, controlling pests and diseases of apple plants and encouraging farmers to be enthusiastic in replanting apples. The research method used is a qualitative method by observing, surveying problems in the field and Focus Group Discussion (FGD). The results showed that the implementation of government SIDa was carried out through training given to farmers, where farmers had new knowledge and mastered new techniques to deal with the problems of pests and diseases of apple plants. In addition, farmers became enthusiastic to carry out apple cultivation again and were very active to ask experts through social media. Pilot land development by providing improved treatment of apple plants also showed a positive impact. Plants that are treated with fertilizers thrive and bear fruit. As for plants that have cancer with stems treated, they can also heal well. In conclusion, a program to strengthen and stabilize apple recovery in the future must be carried out in order to produce quality apples.

Keywords: Apples, SIDa, Agriculture, Local Commodities

Abstrak

Apel merupakan salah satu hasil pertanian utama di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo. Saat ini, terjadi penurunan produktivitas apel disebabkan oleh tanaman yang sudah tidak produktif, pengendalian hama dan penyakit yang belum efektif, serta konversi lahan apel ke lahan pertanian lain. Permasalahan tersebut mendorong Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Malang meluncurkan program Sistem Inovasi Daerah (SIDa) untuk pemulihan tanaman apel sebagai upaya untuk menggeliatkan kembali budidaya pertanian. Penelitian ini untuk melihat implementasi SIDa pemerintah daerah dalam meningkatkan produktivitas apel, mengendalikan hama dan penyakit tanaman apel serta mendorong petani untuk semangat dalam menanam apel kembali. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan observasi, survei permasalahan di lapangan dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan implementai SIDa pemerintah dilakukan melalui pelatihan yang diberikan kepada petani, di mana petani memiliki pengetahuan baru dan menguasai teknik baru untuk menghadapi permasalahan hama penyakit tanaman apel. Selain itu, petani menjadi antusias untuk melaksanakan budidaya apel kembali dan sangat aktif untuk bertanya kepada ahli melalui media sosial. Pembuatan lahan percontohan dengan memberikan perlakuan perbaikan tanaman apel juga menunjukkan dampak positif. Tanaman yang diberi perlakukan pupuk tumbuh subur dan berbuah banyak. Adapun tanaman yang sakit kanker batang dengan diobati, juga dapat sembuh dengan baik. Kesimpulannya, program penguatan dan pemantapan pemulihan apel di masa yang akan datang harus dilakukan agar produksi apel berkualitas.

(2)

I. Pendahuluan

Buah Apel merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Malang. Salah satu daerah penghasil buah apel terbesar berada di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Namun, dibalik besarnya produktivitas buah apel tersebut terdapat satu permasalahan yang dihadapi yaitu terjadinya penurunan hasil panen dari tahun ke tahun. Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Malang, menunjukkan bahwa pada 2011 hasil panen buah apel di Kecamatan Poncokusumo mencapai 321.836 kwintal. Pada tahun berikutnya terjadi penurunan hasil panen secara signifikan, yaitu hanya mencapai 328.662 kwintal pada tahun 2012 dan 310.067 kwintal pada tahun 2013. Terjadinya perubahan cuaca ekstrim menjadi salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya produktivitas buah apel. Pada tahun 2016, Kecamatan Poncokusumo diguyur hujan yang hampir terjadi sepanjang tahun. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan kegagalan pembentukan buah, sehingga menurunkan hasil panen buah apel. Selain itu, penurunan produktivitas juga disebabkan karena rusaknya struktur tanah media apel oleh pemakaian pupuk kimia dan pestisida berlebihan selama bertahun-tahun. Hal ini diperkuat dengan penelitian Hamdani, et al (2014) yang menyatakan bahwa dibalik keunggulan potensi apel di Kecamatan Poncokusumo, dijumpai berbagai permasalahan salah satunya penggunaan pupuk kimiawi yang melebihi batas. Penelitian Ruminta (2015) juga menunjukkan produktivitas apel di Batu mengalami penurunan karena faktor non iklim seperti konversi lahan tanaman apel; tanaman apel sudah berumur tua; budidaya apel kurang intensif; dan harga apel Batu yang semakin turun.

Selain adanya penurunan produktivitas apel, masalah yang ada dalam pengembangan apel adalah adanya konversi lahan apel menjadi lahan untuk sayuran atau tanaman lain. Berdasarkan data dari PPL desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo pada 2010 luas lahan yang ditanami apel di Desa Gubugklakah seluas 266 ha dan pada tahun 2016 tersisa 235 ha. Desa yang lain juga mengalami hal yang sama, seperti Desa Poncokusumo pada tahun 2010 memiliki lahan apel seluas 450 ha dan pada 2016 tersisa 125 ha. Hal tersebut antara lain dikarenakan tanaman yang kurang produktif, masalah cuaca ekstrem dan rendahnya harga apel pada saat panen raya.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan suatu usaha untuk pemulihan tanaman apel. Program pemulihan apel ini merupakan implementasi dari konsep Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Malang. SIDa Kabupaten Malang sendiri merupakan penjabaran dari Peraturan

Bersama Menteri Riset dan Teknologi No 3 Tahun 2012 dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Substansi Peraturan Bersama Kementrian tersebut adalah mengharuskan Pemerintah Daerah melakukan penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa), yaitu dengan membuat Road Map SIDa, penataan secara kelembagaan dan pengembangan kualitas SDM, serta pengembangan SIDa berbasis potensi lokal. Melalui sistem inovasi yang terintegrasi, diharapkan tercipta alur koordinasi dan pelaporan terkait inovasi daerah yang harmonis dengan pemerintah pusat. Tujuan yang ingin dicapai pada pengembangan apel ini adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas apel, memperbaiki tanaman apel yang rusak, serta mendorong petani untuk bersemangat mengadakan penanaman kembali tanaman apel.

Penelitian terkait implementasi SIDa di Kabupaten Malang khususnya terkait komoditas apel belum pernah dilakukan, ada pun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan inovasi pertanian pernah dilakukan oleh Santoso dan Wikantyoso (2018) tentang pengembangan agrowisata di apel berbasis kearifan lokal di Kecamatan Poncokusumo. Penelitiannya mengemukakan bahwa kawasan ini cocok untuk dikembangan menjadi kawasan agrowisata, namun perlu memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan. Selain itu, dikemukakan juga strategi pengembangan kawasan salah satunya adalah perlu adanya sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat.

Penelitian lain terkait status apel malang dan strategi konservasi melalui pengembangan agrowisata juga dilakukan oleh Hakim dan Siswanto (2009). Hasil penelitian mengemukakan bahwa saat ini apel dapat tumbuh dengan baik di kawasan tropis. Namun, kondisi pertanian apel diketahui terancam sehingga diperlukan tindakan konservasi secara terintegrasi. Ancaman terhadap kelangsungan pertanian apel adalah penggunaan bahan-bahan kimia secara berlebihan yang mengakibatkan turunnya kuantitas dan kualitas hasil pertanian. Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, agrowisata berbasis apel dapat dipromosikan sebagai kunci penting bagi konservasi tanaman apel. Dalam hal ini, mempromosikan pertanian berkelanjutan dengan mengedepankan pertanian organik menjadi strategi penting menuju agrowisata apel yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Penelitian lainnya terkait tanaman lokal juga pernah dilakukan oleh Baladina dkk (2016). Mereka melakukan identifikasi potensi komoditi pertanian unggulan dalam penerapan konsep agropolitan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Berdasarkan analisis Location Quation (LQ), diperoleh hasil bahwa potensi komoditi unggulan

(3)

untuk industrialisasi pertanian di Kecamatan Poncokusumo adalah ubi kayu dan jagung untuk sub sektor tanaman pangan dan palawija; apel, belimbing, dan kelengkeng untuk sub sektor tanaman buah-buahan; kentang, tomat, kubis, dan cabe besar untuk sub sektor tanaman sayur-sayuran; kopi arabika dan kelapa untuk sub sektor tanaman perkebunan rakyat; bunga krisan untuk sub sektor tanaman bunga; serta jahe untuk sub sektor tanaman rempah dan obat. Diharapkan pemilihan komoditi untuk industrialisasi pertanian dapat memaksimalkan potensi dari komoditi-komoditi pertanian unggulan tersebut.

Berbeda dengan penelitian di atas Penelitian ini lebih menekankan kepada implementasi SIDa dalam pemulihan tanaman apel. Sejauh ini penelitian tersebut belum pernah dilakukan. Penelitian terkait SIDa sering kali lebih mengarah pada jenis-jenis inovasi daerah yang ada, dan jarang kea rah yang lebih spesifik. Terkait hal itu, Penelitian ini akan membahas kondisi pertanian apel di Kecamatan Poncokusumo, program SIDa dalam upaya pemulihan tanaman apel, serta penguatan inovasi dalam melestarikan budidaya apel.

II. Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriptip dengan pendekatan kualitaif. Penelitian ini mengaplikasikan beberapa teknik pengambilan keputusan dan metode statistik deskriptif untuk menggali dan menemukan faktor-faktor penting dalam mengidentifikasi produktivitas tanaman apel dan aktivitas pertanian, dan potensi apel, dan merumuskan solusi pemecahannya dalam bentuk strategi dan rencana aksi pengembangan produk unggulan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey wawancara dan hasil Focus Group

Discussion (FGD). untuk menghimpun data dan

informasi aktual yang dibutuhkan. Kegiatan survey dilakukan pada sejumlah unit analisis yang telah ditentukan. Unit analisis adalah Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Lahan tersebut dipilih karena wilayah paling luas diantara desa lain di Kecamatan Pocokusumo. Waktu kegiatan pengembangan apel di Dusun Gubugklakah dilaksanakan dalam 2 periode yaitu tahun 2017 dan 2018. Periode I dilaksanakan pada bulan Mei 2017 dengan fokus utama pemulihan tanaman Apel. Periode II dilaksanakan pada tahun 2018 dengan fokus kegiatan pada bulan Juli dan November.

III. Hasil dan Pembahasan

Kecamatan Poncokusumo merupakan salah satu dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang yang memiliki luas 100,43 km2. Kecamatan Pocokusumo

memiliki 17 Desa yang berdasarkan letak geografis sebagian desa adalah daratan dan sebagian lagi terletak di lereng (BPS, 2018). Desa Gubugklakah merupakan salah satu desa di Kecamatan Poncokusumo yang terletak pada koordinat 7o21’ – 7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’ – 111o40’ Bujur Timur. Keberadaan desa di daerah pegunungan menjadikan Desa Gubugklakah memiliki hawa sejuk dengan suhu udara berkisar antara 20oC – 22oC dengan kelembaban nisby 20% dan curah hujan 2000 mm/tahun (Gubugklakah.com, 2018). Topografi Desa Gubugklakah berdada di lereng Gunung Semeru dengan kecuraman yang cukup tinggi. Tata guna lahan desa didominasi oleh lahan pertanian dengan luas 326 ha, dengan hasil utama adalah Apel (Demografi Desa Gubugklakah).

A. Kondisi Pertanian Apel di Desa Gubugklakah

Kondisi pertanian apel di Desa Gubugklakah mengalami permasalahan yang menyebabkan penurunan produktivitas dan konversi lahan apel menjadi peruntukan lain. Berdasarkan hasil survei di lapangan bersama praktisi apel, Rudy Madiyanto, diketahui bahwa tanaman apel banyak yang sudah tidak produktif. Hal ini disebabkan karena pola budidaya petani apel pada masa lalu yang kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan seperti penggunaan pupuk kimia dan bahan aktif perangsang yang berlebihan. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan menyebabkan kesuburan tanah menurun karena mengalami kejenuhan. Penggunaan bahan aktif perangsang tumbuh buah yang berlebihan lama-kelamaan akan menyebabkan tanaman tidak mau berproduksi. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Widayanti dan Maghfoer (2018) menyebutkan konsentrasi pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman apel yang efektif adalah 50 ml/l, sehingga apabila diberikan dengan konsentrasi yang tinggi maka hasilnya tidak optimal. Tanaman apel yang mati karena penyakit juga berpengaruh terhadap produktivitasnya. Di lapangan, tanaman apel banyak terserang penyakit akar putih, kanker batang, kut sisik dan virus. Selama ini, petani kurang tepat dalam penanganan hama dan penyakit tersebut. Penggunaan pupuk kimia secara menerus tanpa diimbangi pupuk organik merusak struktur tanah, menjadi asam. Pohon apel berusia lebih dari 30 tahun, mudah terserang hama (Arifin Zainul, 2015). Pupuk kimia seperti trichoderma sp, memiliki kemampuan untuk menekan pertumbuhan penyakit yang kapang patogen yaitu penyakit yang mampu membunuh organ-organ pada tanaman (Pradana, Ardiyati, & Aini, 2013).

Pertanian apel di Desa Gubugklakah juga dihadapkan pada permasalahan konversi lahan

(4)

dari lahan apel menjadi lahan untuk sayur atau peruntukan lain. Konversi ini dilakukan oleh petani karena petani membutuhkan tanaman lain yang cepat menghasilkan. Hal ini ditambah dengan rendahnya harga apel pada saat musim panen, sehingga petani merasa rugi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Malang (2018) menyebutkan bahwa pergeseran ini banyak disebabkan oleh mahalnya biaya perawatan apel yang tidak diimbangi oleh harga hasil panen yang menguntungkan petani. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak sesuai dengan pendapatan yang diterima. Penurunan produksi dan populasi apel merupakan sebuah ancaman bagi eksistensi apel sebagai salah satu bentuk keanekaragaman hayati Indonesia dan image Malang sebagai kota apel.

Di sisi lain, baik kualitas maupun kuantitas teknologi yang diterapkan oleh petani sangat bergantung pada harga buah apel pada musim tersebut, padahal fluktuasi harga buah ditingkat petani sangat besar. Pada saat harga tinggi, petani akan memelihara kebunnya secara optimal bahkan cenderung berlebih. Sebaliknya pada saat harga panen rendah seperti yang biasa terjadi pada bulan Nopember-Desember, pemeliharaan kebun yang diterapkan oleh petani menjadi tidak optimal. Sebenarnya petani menyadari bahwa pemeliharaan kebun yang kurang baik akan berdampak negatif dalam waktu lama, tetapi petani kecil umumnya tidak mempunyai akses permodalan sebaik petani kelas menengah dan besar. Selain itu, lembaga pelaku agribisnis apel dalam beberapa subsistem belum optimal baik kelengkapan maupun aktivitasnya sehingga mempengaruhi kenerja sistem agribisnisnya secara keseluruhan (Balitjestro, 2014). Konservasi apel menjadi sangat penting untuk mengatasi hal tersebut.

B. Program Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo mendorong Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Malang meluncurkan program Sistem Inovasi Daerah (SIDa) bekerja sama dengan Kemenristek Dikti dan Balitbangda Provinsi Jatim untuk pemulihan apel. Penguatan SIDa Kabupaten Malang dengan tema Agro Ekowisata di Kecamatan Poncokusumo dan daerah pendukungnya mengangkat komoditas ekonomi primer dan sekunder berupa potensi lokal meliputi klaster sapi perah, klaster apel dan sayuran, serta klaster industri kreatif (makanan/minuman & kerajinan rakyat) (Balitbangda Kab. Malang, 2017).

Dalam kalster apel, identifikasi dilakukan terhadap beberapa hasil studi terkait komoditas apel

malang serta program pengembangan apel dalam meningkatkan produktivitasnya. Secara finansial dan ekonomi, pendapatan apel di Kabupaten Malang bernilai positif. Hal ini berarti bahwa pertanian menguntungkan dan layak untuk dibudidayakan. Petani apel juga memiliki keunggulan kompetitif, seingga apel memiliki daya saing baik di pasar dalam negeri dan luar negeri, dan masih layak diusahakan (Hidayati & Aji, 2017, p. 38).

Dalam mendukung program beberapa permasalahan juga dianalisis lebih jauh seperti terkait pengembangan produk unggulan Jawa Timur yang belum optimal. Apel malang merupakan salah satunya. Pasalnya saat ini olahan apel secara umum masih bersifat tradisional dan mempunyai banyak kendala, antara lain keterbatasan modal dan jangkauan pemasaran, rendahnya efisiensi produksi dan mutu produk yang dihasilkan serta minimnya kelembagaan usaha. Namun, diversifikasi produk unggulan yang dihasilkan masih dapat dikembangkan karena selain didukung oleh suplai bahan baku yang sangat besar, permintaan pasar dan nilai tambahnya juga cukup tinggi. Permasalahan lain yang dihadapi di wilayah penelitian adalah masih rendahnya kemampuan SDM terutama dalam menciptakan disain produk yang menarik, keterbatasan dalam kemitraan usaha, modal dan jangkauan pemasaran, serta peralatan produksi yang kurang efisien. Strategi yang dapat dilakukan diantaranya dengan meningkatkan jalinan kemitraan dengan pelaku usaha lainnya serta lembaga penyedia jasa permodalan (R, P, Abdurrahman, & P, 2017).

C. Upaya Pemulihan Lahan Apel

Permasalahan pada proses budidaya tanaman apel adalah petani belum mampu menangani kendala yang muncul dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan petani. Upaya yang dilakukan adalah melalui kegiatan pelatihan pemulihan tanaman apel yang meliputi pelatihan pengolahan lahan, peremajaan bibit dan pengendalian hama penyakit tanaman.

Hasil pelatihan pengolahan lahan kepada petani diketahui bahwa banyak petani yang baru mengetahui teknik-teknik pengolahan apel dengan baik dan optimal. Teknik pengolahan lahan yang baru diketahui oleh petani antara lain pemupukan yang optimal bagi tanaman apel, yaitu 10-20 kg pupuk organik serta NPK 3kg per pohon, yang diaplikasikan satu bulan sebelum panen. Selain itu, Petani baru mengetahui bahwa kapur sangat penting untuk ditambahkan pada lahan apel, 1 tahun sekali, dengan dosis 2 kg per pohon, yang bermanfaat untuk mengurangi keasaman tanah. Petani juga memperoleh ilmu baru terkait pupuk bokashi dan

(5)

peningkatan unsur nitrogen dalam tanah dengan penanaman tanaman kacang-kacangan.

Luaran dari pelatihan peremajaan bibit meningkatkan pengetahuan petani bawa membuat bibit dari stek muda merupakan cara praktis untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang banyak. Petani juga baru mengetahui bahwa batang bawah yang optimal sepanjang 5 cm. Selain itu, baru diketahui oleh petani bahwa batang bawah dari stek pucuk lebih tahan terhadap pengeroposan batang bawah. Kaitannya dengan pertumbuhan tanaman agar lebih optimal, petani baru mengetahui tanaman harus tertata arsitekturnya. Penataan ini berguna untuk memudahkan perawatan tanaman dan memperlancar tanaman dalam mendistribusikan makanan untuk pembentukan buah serta untuk optimalisasi masuknya cahaya matahari.

Pelatihan pengendalian hama dan penyakit tanaman mampu meningkatkan pengetahuan di mana sebelumnya petani belum mampu mengendalikan hama penyakit dengan baik. Petani baru mengetahui bahwa tanaman apel yang terkena virus tidak bisa diselamatkan dan harus dikarantina. Selanjutnya, petani baru mengetahui bahwa cairan kitin (kulit udang) bisa untuk mengisolasi virus, apabila disemprotkan pada tanaman yang sakit. Petani juga baru mengetahui bahwa dengan menanam sereh dan kembang sepatu bisa menghindarkan tanaman apel dari serangan cabuk. Pada pengendaliaan Jamur Akar Putih (JAP) bisa dilakukan dengan mengoleskan desinfektan dan daconil pada area yang terserang, serta untuk mempercepat pemulihan tanaman sakit, sebaiknya dilakukan susuan atau bantuan makanan dari batang bawah, bisa lebih dari satu batang bawah.

Adanya pelatihan-pelatihan yang dilakukan dalam rangka pemulihan lahan apel memberikan hasil positif bagi petani. Pengetahuan dan teknik-teknik budidaya apel yang baru telah disampaikan kepada petani dengan baik. Hasilnya secara umum petani memiliki pengetahuan yang baru dalam budidaya apel. Selain itu, nampak ada perubahan pada sikap dan perilaku petani, di mana gairah petani sangat terasa, yang ditunjukkan dengan mempraktikkan hasil pelatihan secara mandiri. Petani selalu menanyakan permasalahan di lahan dengan berkomunikasi melalui media WhatsApp dengan narasumber sangat intensif.

Keberhasilan pelatihan kepada petani ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuntariningsih dan Mariyono (2013) tentang pengaruh pelatihan kepada petani kedelai yang menunjukkan bahwa Pelatihan kepada petani tersebut telah berdampak positif terhadap kinerja usaha tani. Peningkatan kinerja usaha tani ditunjukkan oleh adanya peningkatan produksi dan keuntungan usaha tani Peningkatan produksi terjadi

karena penggunaan input-input (sarana produksi) yang lebih produktif. Peningkatan keuntungan merupakan akibat langsung dari peningkatan produksi dan penggunaan input yang lebih efektif dan efisien.

D. Pemantapan Pemulihan Lahan Apel

Hasil input pelatihan kepada petani yang baik memerlukan pemantapan agar lebih terlihat hasilnya di lapangan. Pemantapan ditindaklanjuti dengan pembuatan lahan percontohan budidaya apel. Lahan percontohan digunakan sebagai laboratorium lapangan oleh semua petani apel di Desa Gubugklakah. Lahan percontohan yang digunakan adalah milik petani setempat di mana tanaman apel terkena penyakit Jamur Akar Putih dan kanker batang serta tanaman yang kurang produktif. Sebagai tambahan, lahan milik petani yang dijadikan lahan percontohan ini oleh pemiliknya sudah akan dikonversi ke lahan untuk peruntukan lain pada saat itu.

Tanaman apel di lahan percontohan diberi perlakuan pemupukan 10-20 kilogram pupuk organik serta NPK 3 kg per pohon yang diaplikasikan satu bulan sebelum panen. Selanjutnya, pemberian pupuk makro mikro dan hormon untuk pembentukan buah dan perbaikan rasa buah. Hasil perlakukan tersebut dapat terlihat pada Gambar 1 . Gambar (a) adalah tanaman di luar demplot yang tidak mendapat perlakukan pemupukan sedangkan Gambar (b) adalah tanaman yang mendapat perlakuan pupuk. Pada Gambar (b) tanaman terlihat lebih subur dan berbuah lebat dibandingkan dengan Gambar (a). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dan NPK mampu meningkatkan kesuburan dan meningkatkan produksi tanaman apel.

Pada lahan percontohan, tanaman yang terkena penyakit Jamur Akar Putih (JAP) juga dilakukan perbaikan. Perlakuan perbaikan tanaman yang diberikan adalah pengolesan dengan desinfektan dan daconyl. Selanjutnya, pembuatan inarching atau susunan dengan batang bawah untuk penambahan nutrisi dan percepatan penyembuhan bekas sakit.

Hasil perbaikan tanaman sakit dapat dilihat pada Gambar 2. pada Gambar (a) adalah gambaran tanaman pada saat pertama kali ditemukan dalam keadaan sakit dimana batang masih berwarna cokelat dan basah. Gambar (b) adalah kondisi tanaman seminggu setelah pemberian desinfektan dan daconyl. Gambar (c) merupakan kondisi tanaman 3 bulan setelah diberi perlakuan, terlihat bekas kanker batang mulai memudar. Gambar (d) adalah kondisi tanaman sudah sembuh dan dapat tumbuh dengan baik.

Hasil program pemulihan lahan apel sangat bagus dan efektif terlihat dari peningkatan

(6)

pengetahuan petani dan berhasilnya perlakuan yang diberikan pada lahan percontohan. Keberhasilan lain yang terlihat nyata adalah petani menjadi bersemangat untuk budidaya apel kembali karena melihat keberhasilan tanaman apel di lahan percontohan. Berdasarkan data dari Mantri Pertanian Kecamatan Poncokusumo pada tahun 2016 jumlah tanaman akhir apel sebanyak 345.175 pohon. Pada akhir tahun 2017 jumlah tanaman apel yang ditanam petani secara swadaya meningkat sebanyak 12.950 pohon yang ditanam oleh 17 petani atau setara dengan 11,5 ha. Sedangkan jumlah bantuan bibit apel dari Lemlitbang Kementan melalui Balitjestro sebanyak 15.000 pohon, serta bantuan bibit dari Balitbang Provinsi Jatim sebanhyak 600 pohon, sehingga total bantuan setara 14 ha, sehingga total pembagian lahan 25 ha.

Program ini juga dipastikan sangat bermanfaat untuk perbaikan lahan apel di Desa Gubugklakah itu sendiri. Keberhasilan percontohan ini perlu ditindaklanjuti oleh perangkat daerah yang membidangi hortikultura untuk aplikasi lebih luas. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan diseminasi teknologi budidaya apel, baik bagi semua petani apel di desa Gubugklakah maupun desa lain di kecamatan Poncokusumo yang berpotensi untuk lahan apel.

E. Penguatan Sistem Inovasi Daerah

Keberhasilan program pemulihan tanaman apel di Desa Gubugklakah dapat digunakan sebagai percontohan untuk diterapkan di desa atau daerah lain yang memiliki kondisi sama. Untuk meningkatkan kualitas keberhasilan program diperlukan penguatan dan pemantapan program melalui rekomendasi-rekomendasi yang disusun berdasarkan permasalahan di lapangan. Permasalahan yang teridentifikasi disajikan dengan menyertakan rekomendasi penyelesaian yang diharapkan ditindaklanjuti oleh organisasi perangkat daerah, baik mandiri maupun kerjasama dengan instansi vertical, baik pusat dan daerah serta CSR.

IV. Kesimpulan

Budidaya apel di Desa Gubugklakah menghadapi permasalahan penurunan produktivitas yang disebabkan oleh tanaman apel tidak produktif dan pengendalian hama yang kurang maksimal. Upaya mengatasi permasalahan sangat diperlukan untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas apel di kawasan tersebut. Upaya yang dilakukan adalah melalui pemulihan tanaman apel. Pemulihan tanaman apel diawali dengan identifikasi masalah di lapangan, selanjutnya dilakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama petani dan pakar. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan pelatihan kepada petani dan pembuatan lahan percontohan.

Pelatihan yang diberikan kepada petani diperoleh luaran yang baik, di mana petani memiliki pengetahuan baru dan menguasai teknik baru untuk menghadapi permasalahan hama penyakit tanaman apel. Selain itu, petani menjadi antusias untuk melaksanakan budidaya apel kembali dan sangat aktif untuk bertanya kepada ahli melalui media sosial. Pembuatan lahan percontohan dengan memberikan perlakuan perbaikan tanaman apel juga menunjukkan hasil yang baik. Tanaman yang diberi perlakukan pupuk tumbuh subur dan berbuah banyak. Adapun tanaman yang sakit kanker batang dengan diobati, juga dapat sembuh dengan baik.

Berdasarkan luaran positif tersebut disusun rekomendasi penguatan dan pemantaban program pemulihan apel agar lebih berkualitas dengan melibatkan berbagai pihak terkait. Rekomendasi disusun berdasarkan permasalahan dilapangan kaitannya dengan populasi, produktivitas, dan produksi apel; pendapatan petani apel; serta peningkatan pendapatan petani. Rekomendasi ini disusun disertakan dengan lembaga/institusi yang

Gambar 2. Perbaikan tanaman sakit kanker batang Gambar 1. Hasil perlakuan pemupukan

(7)

dapat menindaklanjutinya.

Pemulihan tanaman apel Malang bukan hanya pengetahuan para petani tentang pentingnya menjaga tanaman agar tetap produktif, tetapi juga pentingnya menjaga kelestarian alam. Untuk mengatasi hal tersebut, perbaikan kualitas tanah menjadi sangat penting. Aaplikasi model pertanian organik dengan menggunakan kompos memegang peran penting. Hal ini akan memberikan prospek bagi manajemen lahan secara lebih akrab lingkungan dan lestari pada masa mendatang.

Penggunaan kompos dapat menekan belanja pupuk yang harganya cenderung semakin mahal. Pertanian organik harus dapat menjadi inspirasi dan gerakan masyarakat petani apel, dan dengan demikian perencanaan pada level regional dengan melibatkan berbagai komponen lansekap menjadi sangat penting. Pertanian organik telah diidentifikasi memberikan banyak manfaat. Selain menghasilkan produk bersih dan sehat, pertanian organik diketahui mampu meningkatkan hasil apel secara signifikan. Pertanian organik juga

Tabel 1.

Populasi, produktivitas dan produksi tanaman apel dari tahun ke tahun

Masalah Solusi Institusi

• Konversi tanaman apel ke tanaman lain • Mengetahui permasalahan penyebab konversi, dan memberi dorongan pada petani untuk kembali bergairah bertanam apel

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikulura; Balitjestro

• Kegagalan melakukan penanaman bibit

apel • Pengembangan budidaya apel melalui demplot penanaman bibit berkualitas • Mengembangkan bibit apel yang tepat untuk

rehabilitasi tanaman

Balitbangda Kab. Malang; Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikulura; Balitjestro; FP PTN dan PTS

• Tanaman terserang penyakit yang tidak

dapat dikendalikan oleh petani • Kegiatan studi pemulihan tanaman apel di Desa Gubugklakah • Kegiatan Diseminasi pemulihan tanaman apel • Pendampingan kelompok tani apel di

Kecamatan Poncokusumo

Balitbangda Kab Malang; Balitbangda Provinsi Jatim; Kemenristek Dikti; Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura; Balitjestro; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur • Penurunan produksi karena tanaman apel

tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup untuk berproduksi secara optimal

• Kegiatan studi pemulihan tanaman apel di Desa Gubugklakah

• Kegiatan Diseminasi pemulihan tanaman apel • Pendampingan kelompok tani apel di

Kecamatan Poncokusumo

• Uji tanah untuk mengetahui keadaan kandungan nutrisi tanah

Balitbangda Kab Malang (Rekomendasi teknis Tahun 2017); Balitbangda Provinsi Jatim (hibah nutrisi tanaman 2017 dan RKA 2018); Kemenristek Dikti (Lemtitbang dan PUI); Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura; Balijestro; BPTP Jatim • Penurunan produksi karena sulitnya

mendapat pupuk • Penguatan lembaga petani apel yang dikelola desa Dinas koperasi dan UMKM; Dinas Pemberdayaan Masyarakat; BUMDES • Perilaku petani apel yang blm memahami

GAP (Good Agriculture Practices), sehingga kualitas (mutu dan besaran) serta produktivitas apel rendah

• Pelatihan SL GAP dan pendampingan PPL • Kuliah lapang apel bekerjasama dengan

perguruan tinggi

Dinas Pertanian, Hortikulturadan Perkebunan; Perguruan Tinggi (kerjasama dengan UB untuk ditindaklanjuti) • Penurunan produksi apel karena

perubahan temperatur global (sebagian lahan)

• Pergeseran lokasi budidaya ke lahan lebih

tinggi Kerjasama dengan Perhutani

Tabel 2.

Pendapatan petani apel

Masalah Solusi Institusi

Rendahnya harga apel saat panen raya Membentuk Lembaga di bawah BUMDES untuk

mengatur permodalan dan penjualan. Dinas Koperasi dan UMKM; Dinas Pemberdayaan Masyarakat; Dinas perindustrian dan Perdagangan; BUMDES Tingginya biaya rehabilitasi dan

perawatan budidaya apel Bantuan bibit apel berkualitas Insentif untuk petani apel berupa bantuan saprodi Dinas Koperasi dan UMKM; Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura; Balitjestro Kepemilikan Lahan yang sempit Kerjasama dg Perhutani yg lahan kosong

(8)

mengurangi konsumsi energi, mengurangi emisi gas CO2, dan mengurangi penggunaan air secara berlebihan. Secara sosial, pertanian organik juga diketahui dapat memberikan peluang kerja bagi komunitas, dan mereduksi pemanfaatan mesin-mesin pertanian yang mahal. Dengan demikian, pertanian organik adalah salah satu kunci penting bagi pelestarian budaya pertanian apel di Malang yang harus dipromosikan.

Ucapan Terima Kasih

Mengucapkan terima kasih Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Malang, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi, petani Desa Gubugklakah yang menyediakan lahan demplot, dan peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Malang, yang membantu dalam pengumpulan data.

V. Referensi

Arifin Zainul. (2015). Tanah Pertanian Rusak, Apel Malang Terancam Musnah. Retrieved August 29, 2019, from https://www.liputan6.com/ bisnis/read/2363718/tanah-pertanian-ru-sak-apel-malang-terancam-musnah

Baladina, N., Anindita, R., Isaskar, R., & Sukardi, S. (2016). Nur Baladina, Ratya AninditaRiyanti Isaskar, Sukardi Sukardi. Agrise. Agricultural Socio-Economics Journal, 13(1), 30. Retrieved from https://agrise.ub.ac.id/index.php/ agrise/article/view/35

Balitjestro. (2014). Permasalahan Apel di Kota Batu. Retrieved June 26, 2019, from http://

balitjestro.litbang.pertanian.go.id/permasala-han-apel-di-kota-batu/

Gemari. (2018, November). Tingkatkan Pro-duksi Apel Kota Malang. Gemari. Retrieved from https://www.yumpu.com/id/docu- ment/view/12190617/tingkatkan-produk-si-apel-kota-malang-gemari

Gubugklakah.com. (2018). Profil Desa Wisata Gu-bugklakah. Retrieved August 29, 2019, from https://www.gubugklakah.com/

Hakim, L., & Siswanto, D. (2009). Status Apel Lokal Malang dan Strategi Konservasinya melalui Pengembangan Agrowisata. Researchgate. Malang: researchgate.net. Retrieved from https://www.researchgate.net/publica-tion/260299384_Status_Apel_Lokal_Malang_ dan_Strategi_Konservasinya_melalui_Pengem-bangan_Agrowisata

Hamdani, A. F., Joy, B., & Wikarta, E. K. (2014). Eval-uasi Keberlanjutan Agropolitan Pocokusumo, Malang, Jawa Timur. Bandung: Universitas Padjadjaran. Retrieved from http://pustaka. unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/ Evaluasi-Status-Keberlanjutan-Agropoli-tan-Poncokusumo.pdf

Hidayati, N. I., & Aji, T. S. (2017). Analisis Daya Saing Apel Jawa Timur (Studi Kasus Apel Batu, Nong-kojajar dan Poncokusumo). Agromax, 8(1), 36–49. Retrieved from https://jurnal.yud-harta.ac.id/v2/index.php/AGROMIX/article/ view/563

Kuntariningsih, A., & Mariyono, J. (2013). Dampak Pelatihan Petani terhadap Kinerja Usaha Tani Kedelai di Jawa Timur. Sosiohumaniora, 15(2), 130–138.

https://doi.org/10.24198/sosiohu-Tabel 3.

Peningkatan pendapatan masyarakat

Masalah Solusi Institusi

Peningkatan nilai ekonomis apel yang kurang bagus (sortiran)

Peningkatan nilai tambah apel saat panen raya

Pengolahan apel dalam bentuk kekinian, seperti : Keripik apel bolong tengah, untuk peningkatan mutu, tanpa mengikutkan badan biji; Coklat isi selai apel (dark coklat, isi selai rasa original, pedas, sangat pedas); Coklat putih rasa apel (diwarna hijau); Pie apel susu; Selai apel; dan lain-lain

Disperindag; Disnaker; Dinas Koperasi dan UMKM; Puslitkoka

Legalitas produk olahan apel belum

optimal Sertifikasi produk dari lembaga perijinanPendampingan untuk mendapatkan sertifikasi produk

Disperindag; Dinas Kop UMKM; Dinkes

Pengolahan apel yang sederhana, produksi tidak besar, kualitas gampang menurun.

Modernisasi mekanisasi industri pengolahan dengan

pelatihan dan pendampingan Disperindag; Dinas Kop UMKM; CSR (Bank, dll); Perguruan Tinggi Pendampingan untuk proses hilirisasi

dari perguruan tinggi, balai litbang masih kurang

Membangun jejaring/networking antara usaha, PT, Investor, Balai Litbang dan pemerintah: Asosiasi, FGD, Seminar, dll.

Balitbang; Bappeda; Perguruan tinggi; Pemda

Promosi dan pemasaran yang tidak

(9)

maniora.v15i2.5739

Pradana, G. S., Ardiyati, T., & Aini, L. Q. (2013). Ek-splorasi Kapang Antagonis dan Kapang Pato-gen Tanaman Apel di Lahan Perkebunan Apel Poncokusumo. Biotropika: Journal of Tropical Biology, 1(1), 14–18. Retrieved from https:// biotropika.ub.ac.id/index.php/biotropika/ar-ticle/view/111

R, H. Y., P, B. H., Abdurrahman, A., & P, T. D. (2017). Strategi Pengembangan Produk Unggulan Lin-tas Wilayah untuk Mendukung Sistem Inova-si Daerah di Kabupaten Magetan, Ponorogo, dan Pacitan. CAKRAWALA, 11(1), 113–129. https://doi.org/10.32781/CAKRAWALA. V11I1.10.G10

Ruminta, R. (2015). Dampak perubahan iklim pada produksi apel di Batu Malang. Kultivasi, 14(2). https://doi.org/10.24198/kltv.v14i2.12064 Santoso, D. K., & Wikantiyoso, R. (2018).

Pengem-bangan Agrowisata Apel Berbasis Kearifan Lo-kal Di Poncokusumo. Local Wisdom : Jurnal Il-miah Kajian Kearifan Lokal, 10(1). https://doi. org/10.26905/lw.v10i1.2396

Widayanti, R., & Maghfoer, M. D. (2018). Efektivi-tas Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Hidrogen Si-anamida Terhadap Pertumbuhan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill.) var. Manalagi. Jurnal Produksi Tanaman, 6(5). https://doi. org/10.21176/PROTAN.V6I5.719

Gambar

Gambar 2. Perbaikan tanaman sakit kanker batangGambar 1. Hasil perlakuan pemupukan

Referensi

Dokumen terkait

Keterampilan Kerja & Belajar Usaha Pelayanan : Sarana dan prasarana, Pelayanan informasi, Jaringan koordinasi dan kemitraan Pembinaan instruktur/ pengelola Pembiayaan

Iklan merupakan salah satu wujud ragam bahasa jurnalistik yaitu ragam Bahasa yang digunakan oleh insan kretif.Iklan mengandung daya informatif dan persuasif yang secara

Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini seperti data pasien, data rekam medis pasien untuk menentukan attribut dalam pembuatan sistem, alur kerja pada Klinik dan

Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan kegiatan inti (±40 menit) yaitu siswa diberi kesempatan untuk berkontribusi apa yang mereka selidiki, siswa dibimbing untuk

 Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,..  Guru

Penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan terhadap BC & EC perusahaan akan mengakibatkan tindakan disipliner dalam berbagai bentuk yang diberikan oleh manajemen perusahaan,

Gambar 2.3 menunjukkan bahwa pada gambar (1) merupakan tampilan jaringan kulit normal dalam mikroskop digital yang terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis

Hubungan diplomatik antarnegara-negara didunia harus dijaga, sebab dengan melakukan hubungan diplomatik mendapatkan keuntungan, seperti mempermudah melakukan kerjasama