• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Hall (2011: 5), sistem merupakan kumpulan atau kelompok yang terdiri dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan atau subsistem-subsistem untuk mencapai tujuan yang sama. Selain itu, berdasarkan pendapat Gelinas dan Dull (2010: 11), sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dimana elemen-elemen ini secara bersama-sama bertujuan untuk menyelesaikan suatu tujuan yang spesifik.

Jadi, dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan komponen atau elemen-elemen yang saling berhubungan satu sama lain. Elemen-elemen ini kemudian bertujuan untuk mencapai tujuan yang spesifik serta terorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Pengertian Informasi

Menurut Hall (2011: 11), informasi adalah kumpulan data yang telah diubah menjadi konteks yang berguna bagi para pemakai informasi dan mengharuskan para pemakai informasi tersebut untuk mengambil sebuah tindakan dalam pemrosesan data tersebut. Selain itu, berdasarkan pendapat Gelinas dan Dull (2010: 17), informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang lebih teroganisir dan berguna bagi para pengambil keputusan dalam decision making.

Jadi, dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan kumpulan dari data-data yang telah diubah dan disajikan dalam bentuk yang lebih terorganisir. Informasi ini diharapkan dapat memberikan nilai guna bagi para pemakainya.

(2)

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Gelinas dan Dull (2010: 12), sistem informasi atau sistem informasi manajemen adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang berisi suatu rangkaian komponen-komponen berbasis komputer yang telah terintegrasi satu sama lain dan komponen manual yag dapat digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menyediakan output informasi yang diperlukan oleh pengguna. Selain itu, berdasarkan pendapat Hall (2011: 7), sistem informasi adalah kumpulan prosedur-prosedur formal yang memungkinkan data untuk dapat dikumpulkan untuk selanjutnya diproses menjadi informasi yang memiliki nilai guna, dan didistribusikan kepada pengguna.

Jadi, dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang berisi kumpulan rangkaian prosedur formal yang terintegrasi satu dan lainnya. Sistem informasi ini kemudian dapat digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan data serta mengolah dan memproses data menjadi informasi dan mendistribusikan informasi tersebut kepada para pemakai.

2.2 Sistem Informasi Akuntansi

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Bodnar dan Hopwood (2010: 1), sistem informasi akuntansi adalah kumpulan dari sumber-sumber daya, seperti orang dan perlengkapan yang dirancang untuk dapat mentransformasikan data-data finansial dan data-data lainnya menjadi informasi. Selain itu, berdasarkan pendapat Gelinas dan Dull (2010: 14), sistem informasi akuntansi adalah suatu subsistem yang spesifik dari sistem informasi dimana dapat digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek keuangan dari kejadian bisnis.

Jadi, dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu subsistem atau bagian dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi-informasi terkait dengan akuntansi,

(3)

finansial atapun non finansial yang diperoleh dari proses rutin transaksi. Sistem informasi akuntansi kemudian dapat digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi-informasi tersebut.

2.2.2 Manfaat dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi

Ada beberapa manfaat dari Sistem Informasi Akuntansi menurut jurnal yang ditulis oleh Salehi et al. (2010) yaitu sebagai berikut:

a. Good corporation

Dalam hal ini, manfaat sistem informasi akuntansi adalah dapat mencatat dan mencerminkan kegiatan bisnis perusahaan, mengintegrasikan fungsi antar bagian perusahaan sehingga dapat menghindari terjadinya duplikasi pengumpulan informasi serta bagian akuntansipun dapat turut serta untuk berpartisipasi dalam kegiatan operasional perusahaan.

b. To meet the needs of multi-users

Dalam hal ini, manfaat sistem informasi akuntansi adalah dapat menyediakan database yang mendokumentasikan semua aktifitas bisnis perusahaan dan pengguna dapat memperoleh informasi yang lebih luas melalui tampilan yang disediakan.

c. To control afterwards and control in advance and in concurrent Dalam hal ini, manfaat sistem informasi akuntansi adalah dapat mengintegrasikan pengolahan data yang real-time serta dapat melakukan pengendalian terhadap akses ke dalam sistem sehingga ke depannya dapat meminimalisasi kesalahan yang mungkin terjadi.

2.2.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2006: 2), ada enam komponen dalam sistem informasi akuntansi, yaitu :

1. People, yaitu pihak yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai fungsi.

(4)

manual maupun otomatis, yang termasuk dalam kegiatan pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi.

3. Data, yaitu mengenai data tentang organisasi dan proses bisnis organisasi.

4. Software, yaitu perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data organisasi.

5. Information technology infrastructure, yaitu infrastruktur teknologi yang mencakup komputer, peripheral device dan peralatan jaringan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mentransformasikan data dan informasi.

6. Internal control and security measures, yaitu pengendalian internal dan pengukuran terhadap level keamanan yang bertujuan untuk menjaga keamanan data dalam sistem informasi akuntansi.

2.2.4 Siklus Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Bodnar dan Hopwood (2010: 11), terdapat tiga siklus transaksi utama dalam sistem informasi akuntansi, yaitu :

1. Siklus pendapatan (revenue cycle) adalah proses atau aktivitas pendistribusian barang dan jasa kepada suatu entitas dan penerimaan pembayaran dari aktivitas tersebut.

2. Siklus pengeluaran (expenditure cycle) adalah proses atau aktivitas yang berhubungan dengan perolehan barag dan jasa dari entitas lain dan juga aktivitas terkait pelunasan kewajiban. Dalam siklus ini juga termasuk aktivitas pengadaan, logistik, dan juga mendukung keuangan dan akuntansi.

3. Siklus produksi (production cycle) adalah proses atau aktivitas yang berhubungan dengan transformasi sumber daya menjadi bentuk barang dan jasa yang dihasilkan dari hasil produksi dan juga mendukung keuangan dan akuntansi.

(5)

2.3 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan

Menurut Hall (2011: 43-44), siklus pendapatan merupakan siklus yang tersusun dari proses penjualan kas, penjualan kredit, dan penerimaan kas dari penjualan kredit. Transaksi di dalam siklus pendapatan juga memiliki komponen fisik (terjadinya pemindahan barang atau jasa dari penjual ke pembeli) dan komponen keuangan (terjadinya penerimaan kas dari piutang pelanggan).

Menurut Romney dan Steinbart (2006: 360-376), ada empat kegiatan utama dalam siklus pendapatan, yaitu:

1. Sales Order Entry

Kegiatan dalam siklus pendapatan dimulai dengan menerima pesanan dari pelanggan. Urutan pendataan proses penjualan dijabarkan dalam tiga langkah yaitu mengambil pesanan pelanggan, memeriksa dan menyetujui kredit pelanggan, dan memeriksa ketersediaan persediaan.

2. Shipping

Kegiatan selanjutnya dalam siklus pendapatan adalah mengisi pesanan pelanggan dan pengiriman barang dagangan yang diinginkan. Proses ini terdiri dari dua langkah yaitu mengambil serta memuat pesanan dan pengiriman pesanan.

3. Billing

Kegiatan selanjutnya melibatkan penagihan kepada pelanggan. Tugas-tugas yang terkait erat yaitu faktur dan memperbarui piutang yang dilakukan oleh dua unit yang terpisah dalam departemen akuntansi.

4. Cash Collection

Tahapan terakhir dalam siklus pendapatan adalah mengumpulkan kas/penerimaan kas. Kasir akan melaporkan kepada bendahara serta menangani pengiriman uang pelanggan dan mendepositokan ke bank.

2.3.1 Pengertian Penjualan

Menurut Warren et al. (2014: 271), penjualan merupakan total biaya yang dibebankan kepada pelanggan atas barang yang telah dijual oleh perusahaan, baik penjualan yang dilakukan secara tunai ataupun penjualan

(6)

yang dilakukan secara kredit. Selain itu, berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia dalam pernyataan SAK 2009 pasal 23 menyebutkan bahwa penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual kembali. Proses penjualan meliputi kegiatan menerima dan memproses order dari pelanggan, mengisi order, dan mengirimkan produk ke pelanggan, membuat tagihan untuk pelanggan di waktu yang tepat, dan mencatat transaksi.

Jadi, dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan total biaya yang didapatkan oleh suatu perusahaan atas hasil penjualan barang baik penjualan tunai maupun kredit. Hal tersebut diperkuat oleh

2.3.1.1Penjualan tunai

Menurut Mulyadi (2010: 455), sistem penjualan tunai merupakan sistem yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Selain itu, berdasarkan pendapat Arif dan Wibowo (2008: 78), penjualan tunai adalah penjualan barang dagang dengan menerima pembayaran kas atau tunai secara langsung dari pelanggan pada saat terjadinya penjualan.

Jadi, dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penjualan tunai merupakan penjualan barang yang dilakukan oleh perusahaan dimana pembeli diharuskan melakukan pembayaran pada saat terjadinya penjualan tersebut.

2.3.1.2Penjualan kredit

Menurut Mulyadi (2010:210), penjualan kredit merupakan penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara mengirim barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Menurut Soemarso (2009: 160), penjualan kredit merupakan

(7)

transaksi antar dua perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang.

Jadi, dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dimana pembayarannya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan dimana penjualan kredit ini akan mengakibatkan timbulnya piutang.

2.3.1.2.1 Prosedur-prosedur dalam Penjualan Kredit

Menurut Gelinas dan Dull (2010: 351-356) terdapat tiga proses dalam penjualan kredit, yaitu:

1. Validate Sales Order

a. Verify Inventory Availability

Berdasarkan customer order, akan dicek ketersediaan produk pada inventory master data. Jika persediaan on hand, maka akan dibuat inventory available order. Sebaliknya, jika jumlah persediaan tidak mencukupi maka akan dilakukan proses back orders, yaitu proses pemenuhan customer order dengan membuat back order request ke departement pembelian. Jika pelanggan menolak untuk menerima back order, maka proses penjualan akan diterima dan order akan ditolak. Informasi tentang order akan dicatat pada marketing data store. b. Complete Sales Order

Pada proses ini, informasi harga barang diperoleh dengan pasti dari inventory master data secara bersamaan juga akan dilakukan:

1. Meng-update inventory master data untuk mengalokasi kuantitas order penjualan.

(8)

2. Meng-update Sales Order master data untuk mengindikasikan bahwa order telah selesai dilakukan.

Dari proses pertama ”validate Sales Order” akan dihasilkan dokumen:

1. Picking ticket

Dokumen pengambilan barang oleh gudang untuk diserahkan ke bagian pengiriman, mengidentifikasi barang yang diambil, dan biasanya menyatakan lokasi gudang.

2. Customer acknowledgement

Dokumen akan dikirim ke pelanggan sebagai bukti bahwa order pelanggan diterima akan terdapat tanggal perkiraan pengiriman.

3. Check credit

Setelah inventory tersedia, maka akan dilakukan credit check berdasarkan Account Receivable master data dan Sales Order master data, sehingga perusahaan menjadi lebih mudah menentukan jumlah kredit yang tersedia bagi pelanggan. Tanpa database terpusat, saldo piutang pelanggan menjadi berlipat yang melampaui batas jumlah penjualan. Dari proses ini, akan dibuatkan accepted order jika jumlah kredit masih tersedia bagi pelanggan.

2. Complete picking ticket

a. Match goods with picking ticket

Dalam proses mencocokan fisik barang dengan picking ticket, terdapat dua situasi yang dapat terjadi:

(9)

1. Barang yang diambil di gudang tidak sesuai dengan picking ticket (barang ditempatkan pada lokasi gudang yang salah).

2. Barang yang tidak tersedia untuk memenuhi order. Situasi ini timbul ketika barang salah ditempatkan atau saldo persediaan fisik tidak sesuai dengan saldo persediaan dengan sistem perpetual yang dinyatakan dalam data persediaan.

3. Pada saat barang yang ada telah sesuai dengan picking ticket, maka akan dibuatkan matched picking ticket.

b. Enter Quantity Picked

Bagian Gudang membuatkan completing picking ticket dan meneruskannya bersama dengan barang ke bagian pengiriman.

3. Execute shipping notice a. Match Orders

Bagian pengiriman akan mencocokkan kualitas produk, kuantitas dalam picking tickets, dan kuantitas dalam Sales Order master data. Jika sesuai jumlahnya, maka matched Sales Order akan diteruskan ke proses selanjutnya. Jika tidak sesuai, akan reject order.

b. Produce Shipping Notice

Pada saat Matched Sales Order diteruskan, maka akan meng- update:

1. Inventory master data untuk menggambarkan barang yang sudah diambil, dipack, dan dikirimkan.

2. Sales Order master data untuk mengubah kuantitas pada saat terjadi Sales Order, mengurangi kuantitas fisik persediaan.

(10)

Dari proses terakhir “execute shipping notice” akan dihasilkan dokumen:

1. Bill of lading: kontrak antara bagian pengiriman dengan perusahaan pengangkutan dimana perusahaan pengangkutan setuju untuk memgirimkan barang ke pelanggan

2. Packing slip: ditempelkan pada kemasan barang, mengidentifikasikan pelanggan yang memesan barang tersebut dan isi kemasan tersebut.

3. General Ledger Inventory Sales Order Update: untuk memberitahukan bagian General Ledger bahwa persediaan barang yang telah dijual dan cost of good sold meningkat.

2.3.2 Fungsi-fungsi yang Terkait dalam Penjualan

Menurut Mulyadi (2010: 211), ada beberapa fungsi yang terkait dalam penjualan, yaitu antara lain:

1. Fungsi penjualan

Fungsi penjualan merupakan fungsi yang bertanggung jawab untuk menerima order penjualan atau surat order dari pembeli, mengubah order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum terdapat pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan asal gudang darimana barang akan dikirim, dan mengisi surat order pengiriman.

2. Fungsi kredit

Fungsi kredit merupakan suatu fungsi di bawah bagian keuangan yang bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit terhadap pelanggan tersebut sesuai dengan hasil penilaian kredit yang dilakukan.

(11)

3. Fungsi gudang

Fungsi gudang bertanggung jawab untuk meyimpan barang yang masuk dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan tersebut serta menyerahkan barang-barang tersebut ke bagian pengiriman untuk kemudian dikirimkan kepada pelanggan.

4. Fungsi pengiriman

Fungsi pengiriman adalah fungsi dibawah gudang yang bertanggung jawab untuk mengirim barang kepada pelanggan.

5. Fungsi penagihan

Fungsi penagihan adalah fungsi dibawah bagian keuangan yang bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan.

6. Fungsi akuntansi

Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang muncul akibat terjadinya transaksi penjualan.

2.3.3 Kebijakan Pemberian Kredit Kepada Pelanggan

Menurut Gitman (2009: 652), kebijakan kredit yang perlu dilakukan perusahaan mencakup:

1. Credit selection and standard a. Credit selection

Seleksi pemberian kredit meliputi teknik aplikasi untuk menetukan pelanggan mana yang layak diberi kredit dan pelanggan mana yang tidak layak diberikn kredit. Teknik yang cukup terkenal yaitu 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition).

b. Credit standard

Strategi credit standard ditetapkan dengan meningkatkan volume penjualan, investasi pada piutang, dan biaya piutang yang kemungkinan tidak tertagih. Dengan adanya pengubahan

(12)

terhadap credit standard ini akan menghasilkan pengembalian dan nilai yang lebih baik untuk pemiliknya.

2. Credit terms

Kebijakan credit terms adalah periode penjualan kepada pelanggan dengan perpanjangan kredit oleh perusahaan. Cara lain yang ditawarkan perusahaan adalah cash discount, yaitu persentase pengurangan dari harga pembelian untuk membayar pada waktu yang telah ditentukan, seperti dengan penerapan 2/10 net 30; 4/10 net 30; dan lain-lain.

Menurut Kasmir (2008: 108) terdapat prinsip 5C dalam pemberian kredit yaitu akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Character

Prinsip character ini berfokus kepada analisis terhadap watak dari peminjam. Hal ini penting, dikarenakan kredit merupakan kepercayaan yang diberikan kepada debitur sehingga debitur seharusnya adalah pihak yang dapat dipercaya dan memiliki niat baik untuk mengembalikan. Hal-hal yang termasuk dalam analisis watak debitur ini yaitu riwayat peminjaman, reputasi dala bisnis dan keuangan, manajemen, dan legalitas usaha. b. Capacity

Prinsip capacity ini berfokus untuk mengukur tingkat kemampuan debitur dalam membayar. Kemampuan ini dapat diuraikan ke dalam kemampuan manajerial dan kemampuan finansial.

c. Capital

Prinsip capital ini berfokus untuk mengukur kemampuan debitur untuk memiknul beban pembiayaan yang dibutuhkan dan bagaimana debitur atau perusahaan tersebut dapat menanggung resiko yang mungkin saja dapat muncul terkait dengan keputusan yang dibuatnya.

(13)

d. Collateral

Prinsip collateral ini berfokus kepada pemberian jaminan yang dapat diberikan oleh debitur. Jaminan hendaknya dapat melebihi jumlah kredit yang diberikan.

e. Condition of Economy

Prinsip condition of economy ini berfokus kepada kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada pada saat ini dan dampak yang mungkin akan muncul nantinya pada bidang usaha debitur.

2.3.4 Pengertian Piutang

Menurut Kieso et al (2011: 348), piutang adalah suatu klaim atau jumlah yang dimiliki oleh pelanggan yang berhutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa terhada pelanggan tersebut. Piutang ini diharapkan dapat dikumpulkan dalam bentuk uang tunai. Dapat juga dikatakan bahwa piutang merupakan suatu hak yang dimiliki oleh suatu perusahaan atas penjualan barang atau jasa miliknya kepada pelanggan yang dilakukan secara kredit terhadap pelanggan tersebut.

Menurut PSAK no.9, piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dan lain-lain yang diharapkan tertagih dalam satu atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

Menurut Mulyadi (2010: 16), dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu piutang adalah

a. Faktur penjualan, digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit. Dokumen ini dilampiri dengan surat muat atau surat jalan dan surat order pengiriman sebagai dokumen pendukung untuk mencatat transaksi penjualan kredit.

b. Bukti kas masuk, digunakan sebagai dasar pencatatan piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur atau pihak yang berhutang.

(14)

2.3.4.1 Piutang Tidak Tertagih

Menurut Warren et al. (2014: 405), terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Metode penyisihan (allowance method) membuat akun beban piutang tak tertagih di muka sebelum piutang tersebut dihapus. Prosedur lain, yang dinamakan dengan metode penghapusan langsung (direct write-off method), mengakui beban hanya pada saat piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Dua metode akuntansi untuk piutang tak tertagih yaitu:

1. Metode Penghapusan Langsung (direct write-off method) Pencatatan beban piutang tak tertagih ketika akun piutang dinyatakan sudah tidak bisa tertagih.

2. Metode Penyisihan (allowance method)

Pencatatan beban piutang tak tertagih diestimasi berdasarkan jumlah piutang tak tertagih di akhir periode akuntansi.

2.3.4.2 Jenis-jenis Sistem Penagihan Piutang

Menurut Gelinas et al. (2010: 404), secara umum terdapat dua jenis sistem penagihan, yaitu:

1. Post-billing. Dalam sistem post-billing, faktur penjualan disiapkan setelah barang dikirim dan notifikasi pesanan penjualan sesuai dengan notifikasi pengiriman barang.

2. Pre-billing. Dalam sistem pre-billing, faktur penjualan disiapkan segera pada penerimaan order dari konsumen dimana setelah pengecekan atas kredit dan persediaan diselesaikan.

2.3.5 Retur Penjualan

Menurut Bodnar dan Hopwood (2010 :286), retur penjualan merupakan pengembalian barang yang terjadi ketika seorang pelanggan mengembalikan barang yang telah dikirimkan kepadanya dan pengembalian

(15)

kredit secara keseluruhan biasanya diperlakukan untuk barang yang dikembalikan ini. Bagian penerimaan yang akan menghitung secara detail mengenai jumlah barang yang dikembalikan oleh pelanggan sehingga jumlahnya dapat diverifikasi. Ketika barang telah diterima dan telah dikembalikan kembali ke gudang, maka bagian penerimaan akan membuat memo pemberitahuan retur atau dokumen sejenis ke bagian departemen kredit.

2.3.6 Penerimaan Kas

Menurut Romney dan Steinbart (2006:376), aktivitas terakhir dalam siklus pendapatan yaitu berkaitan dengan penerimaan kas. Di dalam penerimaan kas, terdapat fungsi kasir yang akan melaporkan penerimaan, menangani remittance pelanggan, dan menyetorkan uang ke bank.

Selain itu, menurut Bodnar dan Hopwood (2010: 287), sebagai tambahan, penerimaan kas terjadi ketika terdapat pelanggan yang telah melakukan pembayaran sehingga saldo piutangnya balaced. Pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan biasanya dibayarkan kepada kasir atau cash window.

2.3.7 Jurnal

Menurut Kieso et al (2011: 55), jurnal merupakan buku entri asli yang menunjukkan efek debet maupun kredit pada akun tertentu. Adapun jurnal-jurnal yang berhubungan dengan transaksi penjualan, piutang usaha, dana penerimaan kas adalah sebagai berikut:

1. Pada saat penjualan tunai Kas xxxx

Penjualan xxxx

2. Pada saat penjualan kredit Piutang usaha xxxx

(16)

3. Pada saat penerimaan kas Kas xxx

Piutang usaha xxx

2.4 Pajak Pertambahan Nilai

2.4.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Waluyo (2011 :11), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri dan mempunyai sifat pemungutan atau karakteristik yang dikenal dengan legal character, yaitu:

a. PPN sebagai pajak objektif b. PPN sebagai pajak tidak langsung c. Pemungutan PPN multistage tax

d. PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti faktur pajak. e. PPN bersifat netral

f. PPN tidak menimbulkan pajak ganda

g. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan atas konsumsi dalam negeri.

2.4.2 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen).

b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0 % (nol persen).

2.5 Sistem Pengendalian Internal (Internal Control)

Menurut Jones dan Rama (2006: 103-106), sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan atau anggota lainnya, yang dirancang dimana dapat memberikan kepastian untuk mencapai sasaran kategori-kategori yang terdiri atas:

(17)

a. Efektifitas dan efisiensi operasi b. Keandalan dalam pelaporan keuangan

c. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

2.5.1 Komponen Sistem Pengendalian Internal

Menurut Jones dan Rama (2006: 105), laporan Committee of Sponsoring Organization (COSO) mengidentifikasikan bahwa terdapat 5 komponen pengendalian internal (internal control) yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian internal yaitu:

a. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian yaitu berfokus pada faktor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap pengendalian.

b. Penentuan resiko

Penentuan resiko yaitu berfokus pada identifikasi dan analisa resiko yang mengganggu pencapaian sasaran pengendalian internal.

c. Aktifitas pengendalian

Aktifitas pengendalian yaitu berfokus pada kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi resiko. Aktifitas pengendalian meliputi hal-hal berikut:

 Penelaahan kinerja  Pemisahan tugas,

 Pengendalian aplikasi, dan  Pengendalian umum. d. Informasi dan komunikasi.

Informasi dan komunikasi berfokus pada sistem informasi perusahaan yang merupakan kumpulan prosedur dan record yang dibuat untuk mencatat, memproses, dan melaporkan kejadian pada proses entitas.

(18)

e. Pengawasan

Pengawasan berfokus pada bagaimana manajemen harus mengawasi pengendalian internal yang ada untuk memastikan bahwa pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.

2.6 Metode Analisis

Menurut Satzinger et al. (2005: 60) object oriented analysis mendefinisikan semua tipe-tipe objek yang mengoperasikan pekerjaan di dalam sistem dan menunjukkan interaksi-interaksi pengguna yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Sedangkan Object oriented design mendefinisikan semua tipe-tipe objek yang dibutuhkan untuk dapat berkomunikasi dengan user dan tools di dalam sistem tersebut serta menunjukkan bagaimana objek-objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan tugas.. Di bawah ini merupakan gambar yang menjelaskan mengenai persyaratan model yang secara langsung digunakan untuk mengembangkan model desain:

Gambar 2.1 Design models dengan input models Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 300)

(19)

2.6.1 Business Modeling

Menurut Satzinger et al. (2005: 86-94), tujuan utama dari disiplin ilmu permodelan bisnis adalah untuk memastikan bahwa pengembang sistem dapat memahami kebutuhan bisnis dan dapat memberikan sebuah solusi untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi di dalam kebutuhan bisnis tersebut. Business Modeling pada membahas isu-isu yang sesuai dengan proses bisnis yaitu sebagai berikut:

2.6.1.1 Understanding The Business Environment

Tujuan dari aktivitas adalah memahami konteks proyek yang harus dioperasikan. Salah satu persyaratan dokumen yang harus dimiliki adalah sebuah tim menghasilkan sebuah pernyataan dari permasalahan bisnis yang harus diselesaikan.

2.6.1.2 Creating The System Vision

Tujuan dari pembangunan sistem adalah untuk memastikan apakah terdapay pemahaman yang jelas mengenai bagaimana sebuah dapat dikembangkan dan sistem baru tersebut dapat berperan dalam mencapi tujuan strategis dari suatu organisasi.

2.6.1.3 Creating Business Models

Banyak area yang berbeda dari sebuah bisnis yang harus dipahami dan diperagakan untuk mengembangkan sebuah sistem solusi yang yang memadai. Area pertama menjelaskan mengenai apa saja hal yang dibutuhkan di dalam mencapai tujuan sebuah bisnis dan area kedua menjelaskan secara detail apa yang harus dilakukan oleh pegawai diperusahaan.

2.6.2 Requirements Discipline

Menurut Satzinger et al. (2005: 126-127), requirement discipline, berfokus kepada detail internal dari sebuah sistem dan apa dan bagaimana tujuan dari sebuah bisnis dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Terdapat aktivitas dalam requirements discipline yaitu:

(20)

6.2.2.1.1 Mengumpulkan informasi secara rinci. 6.2.2.1.2 Mendefinisikan persyaratan fungsional. 6.2.2.1.3 Mendefinisikan persyaratan nonfungsional.

6.2.2.1.4 Memprioritaskan kepada kebutuhan atau persyaratan. 6.2.2.1.5 Mengembangkan user interface dialogs.

6.2.2.1.6 Mengevaluasi kebutuhan pengguna.

2.6.3 Design Discipline Activities

Menurut Satzinger et al. (2005:263-264), perancangan sistem adalah suatu disiplin ilmu yang menjabarkan, mengorganisirkan, dan membuat suatu struktur kerangka dari komponen sistem yang terdapat pada level arsitektur dan level detail, dengan tujuan untuk merancang dan mengembangkan tujuan dari sistem. Architectural design adalah desain keseluruhan dari struktur sistem. Ada enam tahap dalam design yaitu:

a. Design support service architecture and deployment environment.

b. Design the software architecture. c. Design use case realization. d. Design the database.

e. Design the system and user interface. f. Design the system security and control.

2.6.4 Implementation

Menurut Satzinger et al. (2005:532), aktivitas yang terkait dengan fase implementasi adalah komponen software, yang dibangun atau diperoleh, dimana bergantung kepada proyek tertentu. Component adalah modul software yang dirakit, siap digunakan, dan dengan tampilan yang baik untuk menyambung kepada client atau bagian lain didalam sistem. Terdapat 3 langkah dalam implementasi yaitu:

b. Build software components c. Acquire software component

(21)

d. Intergrate software components. 2.7 Metode Perancangan

2.7.1 Activity Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005:144), pengertian activity diagram merupakann sebuah diagram alur yang menjelaskan mengenai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang user (atau sistem), dimana user inilah yang melakukan setiap aktivitas atau kegiatan tersebut dan alur yang berurutan dari aktivitas-aktivitas tersebut. Notasi-notasi yang digunakan di dalam activity diagram antara lain :

1. Swimlane

Merupakan sebuah area berbentuk persegi panjang dalam activity diagram yang memaparkan mengenai aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan oleh seorang pengguna.

2. Starting Activity (Pseudo)

Merupakan suatu notasi dalam activity diagram yang memliki fungsi sebagai penanda dimulainya suatu aktivitas.

3. Transition Arrow

Merupakan suatu notasi dalam activity diagram yang memliki fungsi menghubungkan satu aktivitas dengan aktivitas berikutnya yang dilakukan oleh seorang user.

4. Activty

Merupakan suatu notasi dalam activity diagram yang memiliki fungsi menjelaskan aktivias yang dilakukan oleh seorang user.

5. Synchronization Bar

Merupakan suatu notasi dalam activity diagram yang memiliki fungsi mengatur atau mengendalikan pemisahan dan penyatuan dari beberapa aktivitas yang berurutan.

6. Decision Activity

(22)

pada saat user akan melakukan proses pengambilan keputusan atau decision making.

7. Ending Activity

Merupakan notasi dalam activity diagram yang memliki fungsi sebagai penanda berakhirnya suatu aktivitas.

(23)

Gambar 2.2 Activity Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005:145)

2.7.2 Event Table

Menurut Satzinger et al. (2005:174), pengertian event table merupakan sebuah katalog dari use case yang terdiri dari beberapa event dan merupakan bagian penting dari informasi dari beberapa event tersebut yang terdapat di dalam kolom. Event terbagi dalam 3 tipe, yaitu:

1. External event

Event yang terjadi di luar dari sistem, biasanya dimulai oleh external agent, yaitu orang atau unit organisasi yang menyediakan atau menerima data dari sistem,.

2. Temporal event

Event yang terjadi akibat dari tercapainya suatu titik waktu tertentu. Temporal event berbeda dengan external event karena sistem ini akan menghasilkan output yang dibutuhkan tanpa harus diperintah sehingga terjadi sesuai alur yang seharusnya telah direncanakan. Dengan kata lain, external agent tidak membuat permintaan, tetapi sistem akan menghasilkan informasi atau output yang dibutuhkan ketika informasi tersebut dibutuhkan.

3. State event

Event yang akan terjadi ketika sesuatu terjadi di dalam sistem, sehingga memicu adanya kebutuhan untuk pemrosesan. Menurut Satzinger et al. (2005:175), event table terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a. Event : kejadian atau aktivitas yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu.

b. Trigger : sinyal yang memicu sistem bahwa suatu event terjadi terjadi, baik karena adanya data yang harus diproses ataupun karena titik waktu tertentu.

c. Source : external agent atau aktor (berupa orang, bukan sistem atau database).

(24)

e. Response : keluaran atau output yang dihasilkan oleh sistem. f. Destination : external agent yang menerima data dari sistem.

(25)

Gambar 2.3 Event Table

Sumber : Satzinger et al. (2005:175) 2.7.3 Use Case Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005:214), use case adalah aktivitas yang menggambarkan interaksi anatar system dengan user dimana aktor akan melakukan action dan sistem akan merespon event yang terjadi. Actor merupakan orang atau sesuatu yang sesungguhnya menyentuh atau berinteraksi dengan sistem. Actor selalu berada di luar automation boundary dari sebuah sistem tetapi sebagai bagian dari pengguna sistem.

Gambar 2.4 Use Case Diagram

2.7.4 Use Case Description

Menurut Satzinger et al. (2005:220), use case description merupakan suatu rincian penjelasan dari sebuah proses yang telah digambarkan dalam use case diagram yang ada pada penjelasan di atas. Use Case Description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Brief Description

Brief Description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan biasanya sistem yang dibangun berskala kecil.

(26)

Sumber : Satzinger et al. (2005:221)

2. Intermediate Description

Intermediate Description merupakan pengembangan dari brief description untuk menyertakan aliran internal dari aktifitas untuk sebuah use case. Exception dapat didokumentasikan jika diperlukan.

Gambar 2.6 Intemediate Description dari Use Case Sumber : Satzinger et al. (2005:222)

3. Fully Developed Description

Fully Developed Description adalah metode paling lengkap yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan use case.

(27)

Gambar 2.7 Fully Developed Description dari Use Case Sumber : Satzinger et al. (2005:223)

(28)

2.7.5 Statechart Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005: 214), statechart adalah sebuah diagram yang menunjukkan dalur hidup dari suatu objek yang menunjukkan suatu keadaan atas peralihan atau perubahan yang terjadi.

2.7.6 Class Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005:179-180), terdapat tiga langkah dalam mengembangkan suatu daftar mengenai apa yang dibutuhkan oleh sistem untuk menyimpan sebuah informasi. Langkah pertama menggunakan event table dan informasi di setiap kejadian, langkah kedua menggunakan informasi lainnya dari sumber yang lain, prosedur sebelumnya, dan laporan sebelumnya, dan langkah ke tiga memperbaiki daftar dan catatan pendapat atau isu untuk digali. Menurut Satzinger et al. (2005: 185), class diagram adalah suatu diagram yang digunakan untuk mendefinisikan problem domain classes dimana terdiri dari class, attribute, dan method..

Tabel 2.1 Hubungan relasional antar class Sumber : Satzinger et al. (2005:186)

Hubungan Simbol

Zero to one (optional) 0..1

One and only one (mandatory) 1

One and only one alternate (mandatory) 1..1

Zero or more (optional) 0..*

Zero or more alternate (optional) *

(29)

"Stereotype Name" Class Name :: Parent Class

Attribute list

Visibility name :type -expression=initial- value {property} Method List Visibility name:type-expression (parameter list)

Gambar 2.8 Design Class Notation (Sumber: Satzinger et al. (2005: 304)

Gambar berikut ini contoh dari hasil UML Class Diagram yang telah terisi dengan nama class, attributes, dan method sebagai berikut:

Gambar 2.9 UML Class Diagram Sumber: Satzinger et al. (2005: 185)

(30)

Menurut Satzinger et al. (2005: 189), ada dua hirarki dalam notasi class diagram, yaitu:

1. Generalization / specialization notation

Generalization adalah pertimbangan akan kelompok-kelompok data dengan jenis tipe yang sama, contohnya ada banyak jenis kendaraan seperti mobil, motor, sepeda, pesawat, dan sebagainya. Sedangkan specialization adalah sifat atau karakteristik umum akan jenis-jenis hal yang berbeda, sebagai contoh jenis khusus dari mobil adalah mobil sport, sedan, jeep, dan sebagainya. Generalization/specialization hierarchy digunakan untuk mengurutkan atau memberikan tingkatan akan hal-hal umum menjadi khusus.

2. Whole-part hierarchy notation

Whole-part hierarchies menggambarkan hubungan keterkaitan antara sebuah objek dengan komponennya. Ada dua jenis whole-part hierarchies, yaitu aggregation dan composition. Aggregation digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan antara agregat (keseluruhan) dan komponennya (bagian-bagian) dimana bagian-bagian tersebut dapat berdiri sendiri secara terpisah. Sedangkan composition digunakan untuk menggambarkan hubungan keterikatan yang lebih kuat, dimana tiap-tiap bagian tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah.

2.7.6.1 First-Cut Class Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005: 309), first-cut class diagram adalah pengembangan dan perluasan dari domain model class diagram dimana membutuhkan dua langkah yaitu:

(1) Mengelaborasi attribute dengan tipe dan informasi awal. (2) Menambahkan navigation visibility arrows.

(31)

Gambar 2.10 First-cut Class Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005:311)

(32)

2.7.6.2 Updating Class Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005: 337), design class diagrams saat ini dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa layer. Di dalam view layer dan data access layer, dimana beberapa class baru harus lebih dispesifikasikan. Saat inipun, metode informasi dapat ditambahkan ke dalam classes.

Gambar 2.11 Updated Design Class Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005:340)

(33)

2.7.7 System Sequence Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005:315), system sequence diagam digunakan untuk menjelaskan interaksi antar objek dan dokumen rancangan keputusan. System Sequence Diagram (SSD) digunakan untuk dapat mendokumentasikan input dan output sistem untuk use case tunggal atau scenario. Sebuah system sequence diagram menggambarkan interaksi antara sistem dengan aktivitas dunia luar yang dioperasikan oleh aktor. Sistem itu sendiri diperlakukan sebagai object tunggal yang dinamakan dengan :System.

Gambar 2.12 Notation of Sequence Diagram Sumber: Satzinger et al.

2.7.8 Completed Three Layer Sequence Diagram

Completed three layer sequence diagram merupakan gambaran yang lebih lengkap dari system sequence diagram dan juga merupakan perluasan dari first-cut sequence diagram yang telah dibahas sebelumnya. Completed three later sequence diagram ini juga sering disebut sebagai data access

(34)

sequence diagram yang merupakan sequence diagram yang telah dikembangkan dan dapat menampilkan hubungan sampai objek hingga database.

Gambar 2.13 Completed Three-Layer Design Sequence Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005:229)

(35)

2.7.9 Package Diagram

Menurut Satzinger et al. (2005: 339-342), package diagram adalah diagram tingkat tinggi (high level diagram) yang memungkinkan perancang sistem untuk dapat mengasosiasikan kelas-kelas dari grup-grup yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam diagram ini, objek harus dari beberapa layer yang menampilkan secara bersama di dalam diagram yang sama. Notasi dari package diagram berbentuk kotak persegi panjang berlabel (tabbed rectangle). Nama dari package biasanya tertera pada label, sedangkan kelas-kelas yang dimiliki oleh package ditempatkan di dalam kotak persegi panjang.

Gambar 2.14 Package Diagram Sumber : Satzinger et al. (2005:345)

(36)

2.7.10 User Interface Storyboard

Menurut Satzinger et al. (2005: 460), user interface storyboard adalah sebuah teknik yang digunakan untuk dapat melaukan perancangan dialog dokumen yang menunjukkan sketsa sequence dari tampilan layar. UI Storyboard merupakan salah satu teknik yang cukup penting dalam rancangan dokumen.

2.7.11 User Interface

Menurut Satzinger et al. (2005: 442-445), user interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan pengguna sebagai interaksi untuk membangun input dan output. User interface terdiri dari: a. Aspek fisik dari user interface: mencakup alat-alat yang

benar-benar disentuh oleh pengguna, seperti keyboard, mouse, layar sentuh, atau keypad.

b. Aspek persepsi dari user interface: mencakup semua yang dilihat, didengar atau disentuh (melewati alat fisik) oleh pengguna. Contoh nyata dari apa yang didengar oleh pengguna adalah suara yang berasal dari sistem, seperti bunyi beep atau click yang memberitahukan kepada pengguna bahwa sistem mengenali pilihan yang dimaksud. Contoh untuk apa yang disentuh oleh pengguna adalah menu, dialog box, dan tombol yang ada di layar dengan menggunakan mouse.

c. Aspek konseptual dari user interface: mencakup segala sesuatu yang pengguna ketahui dari cara penggunaan dan pengoperasian sistem, termasuk semua masalah yang ada di dalam sistem yang pengguna dapat manipulasi, pengoperasian yang bisa dilakukan, dan prosedur telah diikuti untuk melakukan pengoperasian. Pengguna harus memahami dan mengenali semua secara lengkap mengenai bagaimana sistem diimplementasikan di dalamnya dan juga bagaimana menggunakan sistem tersebut untuk menyelesaikan tujuan.

(37)

Menurut Satzinger et al. (2005: 453-457), beberapa organisasi pengembangan sistem menggunakan interface design standards yaitu ketentuan dan aturan serta prinsip-prinsip umum yang harus diikuti dalam mengembangkan suatu sistem.

Ben Shneiderman mengajukan 8 prinsip yang dapat diterapkan pada kebanyakan interactive system yang disebut dengan “Eight Golden Rules”, yaitu:

1. Mengusahakan untuk konsisten (strive for consistency)

2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan jala pintas atau shortcut (enable frequent users to use shortcuts)

3. Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback)

4. Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to yield closure)

5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana (offer simle error handling)

6. Memungkinkan untuk kembali ke action sebelumnya dengan mudah (permit easy reversal of actions)

7. Mendukung fokus pengendalian internal (support internal focus of control)

8. Mengurangi muatan memory jangka pendek (reducing short-term memory load)

(38)

2.8 Kerangka Berfikir

act Kerangka Berfikir

M elakukan Studi Kepustakaan

M elakukan pengumpulan data berdasarkan observ asi, w aw ancara, dan dokumentasi

M engidentifikasi proses bisnis perusahaan saat ini serta bagian-bagian dan dokumen-dokumen yang terkait dengan siklus

pendapatan

M engidentifikasi masalah-masalah yang terj adi, penyebab, serta dampaknya

M emberikan usulan rekomendasi terhadap masalah-masalah yang dihadapi

M elakukan perancangan sistem informasi akuntansi siklus pendapatan pada PT M aulana Inti Perkasa yang mengacu pada Business M odeling, Requirement Disciplie, serta Design Discipline

(39)

Keterangan:

Perancangan sistem informasi akuntansi siklus pendapatan pada PT Maulana Inti Perkasa di atas dimulai dari studi kepustakan yaitu baik dari buku, jurnal, maupun internet. Selain itu, juga dilakukan penelitian lapangan berupa observasi langsung mengenai siklus pendapatan yang berjalan untuk memahami dan mengetahui prosedur-prosedur terkait yang dilakukan sehari-hari oleh PT Maulana Inti Perkasa, wawancara dengan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan operasional perusahaan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, dan pendokumentasian bukti-bukti dan dokumen-dokumen yang terkait dengan kegiatan yang sedang diteliti yaitu transaksi dalam siklus pendapatan.

Tahapan selanjutnya adalah menganalisis proses bisnis perusahaan serta mengidentifikasi bagian-bagian yang terkait dengan siklus pendapatan serta dokumen-dokumen yang diperlukan dalam siklus pendapatan yang dapat terlihat dari activity diagram pada PT Maulana Inti Perkasa. Selanjutnya, dilakukan tahap pengidentifikasian mengenai masalah-masalah yang terjadi terkait dengan siklus pendapatan yang sedang berjalan pada PT Maulana Inti Perkasa serta kemudian memberikan usulan rekomendasi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi tersebut. Pada tahap akhir, setelah mengidentifikasi masalah serta memberikan rekomendasi, kemudian hal-hal ini akan menjadi acuan dalam perancangan sistem informasi akuntansi siklus pendapatan pada PT Maulana Inti Perkasa dengan mengacu kepada business modelling, requirement discipline, serta design discipline.

(40)

Gambar

Gambar 2.1 Design models dengan input models   Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 300)
Gambar 2.6  Intemediate Description dari Use Case  Sumber : Satzinger et al. (2005:222)
Gambar 2.7 Fully Developed Description dari Use Case  Sumber : Satzinger et al. (2005:223)
Tabel 2.1 Hubungan relasional antar class  Sumber : Satzinger et al. (2005:186)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Secara epistimologi six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki suatu proses dengan memfokuskan pada usaha-usaha untuk memperkecil variasi

D 23 April 2015 14:00 wib Yohanes Widodo - Yohanes Widodo LUKAS Nobertus Ribut Catherine Dianti 080903594 3. PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN ENDOSER IKLAN TERHADAP MINAT BELI

Sampel dalam penelitian ini adalah pelanggan e-commerce wilayah Surakarta yang pernah melakukan transaksi lewat internet, sedangkan sampel dalam penelitian Fitra

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas nilai circuit breaker, ukuran penampang kabel, tegangan jatuh, dan rugi-rugi daya, serta perbandingangannya dengan

Mekanisme yang sedang dikembangkan di internasional untuk menurunkan emisi dengan mencegah deforestasi dan degradasi Perkembangan selanjutnya REDD+ memasukkan konservasi, PHL dan

Sedangkan menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen Produksi dan Operasi (2004:210) mengemukakan bahwa “ Pengendalian kualitas adalah kegiatan memastikan apakah

Meskipun belum terlihat ada pola tertentu, setidaknya hasil-hasil ini mengkonfirmasi hasil yang dicapai oleh beberapa peneliti sebelumnya, misalnya [8] yang