• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN PERANANNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KELOMPOK TANI SIMPAY TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG PROPINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELEMBAGAAN DAN PERANANNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KELOMPOK TANI SIMPAY TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG PROPINSI JAWA BARAT"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN PERANANNYA TERHADAP

PENDAPATAN PETERNAK DI KELOMPOK TANI SIMPAY

TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG

PROPINSI JAWA BARAT

Studi Kasus di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas Kecamatan Cimalaka Sumedang

SKRIPSI HENDRO SISWOYO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(2)

RINGKASAN

Hendro Siswoyo. D14080299. 2013. Analisis Kelembagaan dan Peranannya

Terhadap Pendapatan Peternak di Kelompok Tani Simpay Tampomas Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi

Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono, MS (Alm.) Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, MS

Peternakan merupakan subsektor pertanian yang sangat berpotensi untuk dikembangkan, untuk mencapainya diperlukan adanya saling kerjasama diantara berbagai pihak atau stakeholder antara lain, pemerintah, swasta, akademik, maupun dengan peternak pada level yang sama. Salah satu bentuk kerjasama dalam bidang peternakan pada level petani adalah dengan membentuk organisasi atau kelompok yang dapat memfasilitasi para anggotanya untuk lebih mengoptimalkan kinerja mereka untuk kemajuan usaha peternakan yang dibangun. Banyak diantara kelompok tani yang cukup berhasil mengembangkan usahatani mereka dengan menerapkan strategi-strategi sukses sesuai potensi yang dimiliki. Salah satu kelompok tani di Jawa Barat yang berhasil mendapat penghargaan karena sukses menerapkan sistem integrasi tani-ternak dengan kelembagaannya yang cukup kuat adalah kelompok tani Simpay Tampomas.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2011 di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendapatan usaha dari anggota kelompok tani ternak, menganalisis kelembagaan dan mempelajari peran kelompok dalam peningkatan pendapatan anggota kelompok tani ternak kambing perah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kinerja kelompok tani menggunakan skala Likert, analisis pendapatan dan korelasi Rank Spearman. Variabel yang dikorelasikan adalah variabel pendapatan dengan pengalaman organisasi, pengalaman usaha dan skala usaha.

Jumlah Responden yang diamati 17 orang, terdiri atas anggota aktif yang tergabung dalam kelompok tani Simpay Tampomas. Hasil penelitian yang diperoleh kelompok tani dinilai cukup efektif oleh peternak dengan nilai keefektifan 390. Koefisien korelasi yang dihasilkan antara pendapatan dengan skala usaha sangat nyata dibuktikan dengan nilai koefisien korelasinya (0,722**). Korelasi antara pendapatan dengan pengalaman organisasi adalah (-0,151) yang berarti tidak ada korelasi antara pendapatan dengan pengalaman organsasi. Hubungan antara pendapatan dengan pengalaman usaha menunjukkan nilai koefisien korelasi (-0,137), hal ini menunjukkan tidak adanya korelasi antara pendapatan dengan pengalaman usaha.

(3)

3

ABSTRACT

Analysis of Institutional Capacity of The Simpay Tampomas Group and Its Roles on Farmer Income In Cimalaka of Sumedang District West Java

Siswoyo, H., D. J. Setyono, and A. M. Fuah

A survey study had been carried out in Cimalaka of Sumedang district, West Java. The objectives of the study were to analyze the institutional capacity of the Simpay Tampomas dairy goat farmers group and to understand the group roles increasing farmers income from dairy goat enterprises. The method used in this study included work performance analysis by using Likert scale, income analysis, and Rank Spearman correlation. Intercorrelated variables in this study included farmers income with organizational experience, business experience, and business scale. Seventeen farmers of Simpay Tampomas group were interviewed using questionnaires that has been provided. The results showed that farmer group was effective with the effectiveness value of 390. The Correlation between income with business scale was very strong indicated by the value of correlation coefficient of 0.722, while the correlation between income and organizational experience was -0.151. The results suggested that there was no correlation between farmers income and organizational experiences as well as between income and business experiences. The condition was relatively due to the difficulties of farmers in adopting new technology and implementating effective management in goat farming.

(4)
(5)

i

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN PERANANNYA TERHADAP

PENDAPATAN PETERNAK DI KELOMPOK TANI SIMPAY

TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG

PROPINSI JAWA BARAT

Studi Kasus di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas Kecamatan Cimalaka Sumedang

HENDRO SISWOYO D14080299

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(6)

Judul : Analisis Kelembagaan dan Peranannya Terhadap Pendapatan Peternak di Kelompok Tani Simpay Tampomas Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat

Nama : Hendro Siswoyo NIM : D14080299

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. Dwi Joko Setyono, M.S)(Alm) (Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, MS) NIP. 19601123 198903 1 001 NIP : 19541015 197903 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc) NIP. 19591212 198603 1 004

(7)

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Mei 1990 di Jakarta, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kasdi dan Ibu Endang Setyaningsih.

Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri RRI Cisalak dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan menengah tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Negeri 7 Depok, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 98 Jakarta pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada program studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan pada tahun 2008.

Selama menjalani proses perkuliahan, penulis aktif dalam Badan Kerohanian Islam Mahasiswa IPB (BKIM IPB) tahun 2008-2009, FAMM AL-AN’AM periode 2009-2012 dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter) pada tahun 2010 (Staf Peduli Pangan Peternakan) dan 2011 (Kadiv Peduli Pangan Peternakan). Penulis terlibat sebagai peserta dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) CDA IPB dan peserta Young On Top pojok BNI serta menjadi finalis wilayah program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) pada tahun 2012. Penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Teknologi Hasil Ikutan Ternak tahun 2012.

(8)

2

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunia serta nikmat sehat, rizki dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar, dan skripsi ini. Shalawat dan Salam kepada Rosululloh Muhammad SAW atas keteladanan dan bimbingan beliau yang telah membawa cahaya islam bagi ummatnya.

Skripsi yang berjudul Analisis Kelembagaan dan Peranannya Terhadap

Pendapatan Peternak di Kelompok Tani Simpay Tampomas Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif serta kontribusi penulis dalam bidang Pertanian khususnya peternakan. Hasil dari skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran umum kelembagaan di tingkat petani dan peranannya terhadap pendapatan yang berdampak terhadap kesejahteraan peternak di kelompok tani ternak Simpay Tampomas, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penyusunan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan solusi aktif dalam memperbaiki kelemahan dari kelembagaan tani yang ada kelompok tani Simpay Tampomas, dan Indonesia pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar skripsi ini dapat diperbaiki dan disempurnakan dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kelompok tani Simpay Tampomas dan dunia peternakan.

Bogor, Mei 2013 Penulis

(9)

3

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kambing Peranakan Etawah ... 3

Kelompok Tani ... 3

Partisipasi Petani dalam Kelembagaan Tani ... 5

Pembinaan Himpunan Tani dan Kelompok Tani ... 5

Peran Kelompok Tani ... 6

Gabungan Kelompok Tani ... 7

Skala Usaha Tani ... 8

MATERI DAN METODE ... 10

Lokasi dan Waktu ... 10

Prosedur ... 10

Rancangan dan Analisis Data ... 10

Analisis Deskriptif ... 10

Analisis Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani ... 11

Analisis Pendapatan Usaha Tani... 12

Analisis Data ... 12

Analisis R/C Rasio ... 12

Analisis Korelasi ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 14

Potensi Alam ... 15

Penduduk Cibeureum Wetan dan Mata Pencahariannnya ... 15

(10)

4

Kriteria Usaha Ternak Kambing ... 18

Komposisi Ternak Tujuan Produksi Daging ... 18

Komposisi Ternak Tujuan Produksi Susu dan Daging ... 19

Sejarah Berdirinya Kelompok ... 20

Analisis Pendapatan Peternak ... 20

Pendapatan Usahatani Tujuan Produksi Susu dan Daging ... 21

Pendapatan Usahatani Tujuan Produksi Daging ... 22

Perubahan Ternak ... 24

Analisis R/C Rasio ... 25

Sistem Kelembagaan Kelompok Ternak Simpay Tampomas... 26

Anggota Kelompok ... 26

Syarat Anggota ... 26

Struktur Organisasi... 27

Tugas dan Peran Pengurus ... 27

Maksud dan Tujuan Kelompok ... 29

Maksud Kelompok ... 29

Tujuan Kelompok ... 29

Peran Kelompok ... 30

Program Kerja Kelompok Tani Simpay Tampomas ... 30

Analisis Efektivitas Kelembagaan ... 31

Pinjaman dan Bantuan Permodalan Ternak ... 31

Pemasaran Produk Ternak ... 33

Partisipasi Anggota Kelompok ... 34

Penyediaan Sapronak dan Hijauan Makanan Ternak ... 35

Pembinaan Kelompok Ternak Simpay Tampomas ... 35

Gabungan Kelompok Tani Tampomas Mekar ... 36

Hasil Analisis Korelasi ... 37

Korelasi antara Pendapatan dengan Skala Usaha Ternak ... 37

Korelasi antara Pendapatan dengan Pengalamaan Organisasi ... 38

Korelasi antara Pendapatan dengan Pengalaman Usaha ... 39

Korelasi antara Pengalaman Usaha dengan Skala Usaha ... 39

Korelasi antara Pengalaman Uaha dengan Pengalaman Organisasi ... 40

Korelasi antara Skala Usaha dengan Pengalaman Organisasi ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

Kesimpulan ... 42 Saran ... 42 UCAPAN TERIMAKASIH ... 43 DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN ... 47 viii

(11)

5

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Skala Skor Penilaian Efektivitas Kelembagaan ……….. 12 2. Presentase Penduduk Cibeureum Wetan Menurut Jenis Mata

Pencaharian ………... 3. Karakteristik Peternak Kelompok Ternak Simpay Tampomas ... 4. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin untuk Tujuan Produksi Daging pada Akhir Tahun (Juli 2011) ... 5. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin untuk Tujuan Produksi Susu dan Daging pada Akhir Tahun (Juli 2011) ……….... 6. Rata-Rata Pendapatan Kelompok Peternak Kambing dengan Pola

I (Tujuan Produksi Susu dan Daging) dari Agustus 2010-Juli 2011 ……….. 7. Rata-Rata Pendapatan Peternak Kambing dengan Pola II (Tujuan Produksi Daging) dari Agustus 2010-Juli 2011 ... 8. Rata-rata Perubahan Ternak Kambing Kelompok Peternak

Simpay Tampomas Selama Setahun Terakhir (Agustus 2010-Juli 2011 ………... 9. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Simpay Tampomas Sejak Tahun 2006-Tahun 2010 ... 10. Sumber Modal yang Dihimpun Anggota Kelompok Selama Bulan Agustus 2010-Juli 2011 ... 11. Alokasi Penggunaan Modal yang Dihimpun Kelompok Selama Bulan Agustus-Juli 2011 ...

12. Korelasi Antara Pendapatan, Pengalaman Usaha, Pengalaman

Organisasi, dan Skala Usaha Ternak Kelompok Tani Simpay Tampomas ………... 16 17 18 19 21 23 25 26 32 37 33

(12)

6

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Desa Cibeureum Wetan dan Lokasi Penelitian ……….. 14

2. Lokasi Kebun Buah Naga dan Galian Pasir ... 15

3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Simpay Tampomas ... 29

(13)

7

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... ... 48 2. Perhitungan Skor Efektivitas Kelembagaan ... ... 59 3. Hasil Output SPSS 18 Korelasi antara Pendapatan, Skala Usaha

Pengalaman Organisasi dan Pengalaman Usaha ... . 61 4. Perhitungan R/C Rasio Produksi Susu dan Daging ... 61

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan suatu bidang yang memiliki potensi untuk dikembangkan, namun dalam usaha mengembangkan salah satu subsektor pertanian ini perlu adanya saling kerjasama di antara berbagai pihak atau stakeholder, seperti bekerjasama dengan institusi akademik, pemerintahan, swasta maupun dengan sesama peternak atau golongan yang sederajat. Pembangunan pada subsektor peternakan berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan melalui perbaikan gizi, mewujudkan keluarga mandiri gizi, peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat peternak, kesempatan kerja, pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan devisa negara (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003).

Pembangunan pertanian bukan saja diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pokok yang sifatnya melayani masyarakat, melainkan juga mengikutsertakan masyarakat dan kelompok sasaran dalam penentuan apa yang mereka butuhkan dan partisipasinya dalam proses implementasi pembangunan. Ketertinggalan dalam pembangunan yang dialami oleh masyarakat di pedesaan merupakan salah satu penyebab terjadinya kemiskinan di pedesaan. Daerah pedesaan memiliki persediaan sumber daya alam yang sangat melimpah, namun karena sumber daya manusia yang ada tidak memiliki kemampuan untuk mengelola, maka kekayaan alam yang ada tidak dapat menjadikan kemakmuran bagi masyarakat di pedesaan. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi pedesaan adalah dengan membentuk sumber daya manusia yang tangguh, sehingga masyarakat pedesaan dapat memiliki mindset dalam pengembangan perekonomian mereka secara sustainable, yakni salah satu caranya adalah dengan mengembangkan kelompok tani yang ada di pedesaan dalam rangka mengakomodir usaha masyarakat pedesaan.

Fungsi kelompok tani adalah memotivasi para anggotanya untuk lebih mengoptimalkan kinerja dalam rangka kemajuan usaha peternakan yang mereka bangun. Kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat petani yang secara langsung berperan sebagai wadah para petani atau peternak dalam kegiatannya mengembangkan unit usaha secara bersama. Analisis mengenai kelembagaan tani sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana fungsi-fungsi di setiap bagian dari

(16)

2 suatu kelompok berjalan sesuai tugas dan perannya masing-masing. Salah satu kelompok tani yang berhasil menjadi pelopor nasional adalah kelompok tani Simpay Tampomas. Kelompok tani ini telah mendapat penghargaan dari pemerintah karena prestasinya dalam hal reklamasi lahan bekas galian pasir dengan membangun usaha peternakan kambing secara terpadu dengan tanaman hortikultura termasuk buah naga dan nanas. Petani ternak berhasil mengembangkan ternak kambing perah dan membentuk kelompok dengan jumlah anggota saat ini 25 orang, namun pada saat ini jumlah anggota yang benar-benar aktif berjumlah 17 orang karena banyak yang beralih pekerjaan menjadi tukang galian pasir maupun menjadi TKI. Populasi ternak kambing yang ada di kelompok tani telah berjumlah 343 ekor, dengan tingkat kepemilikan 20,18 ekor per peternak. Peternakan kambing menjadi bagian penting dari sistem pertanian terpadu di lahan kritis yang terdapat di desa Cibeureum Wetan.

Tujuan

Penelitian bertujuan menganalisis pendapatan usaha dari anggota kelompok tani ternak Simpay Tampomas, menganalisis kelembagaan dan mempelajari peran kelompok dalam peningkatan pendapatan anggota kelompok tani ternak kambing Simpay Tampomas di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

(17)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Peranakan Etawah

Peternak kambing PE sudah banyak berkembang di Indonesia terutama di Pulau Jawa yang pemeliharaannya dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi susu. Hal ini disebabkan karena susu kambing dipercaya mempunyai khasiat dalam penyembuhan berbagai macam penyakit. Peternakan kambing dwiguna ini akan meningkatkan status gizi masyrakat pedesaan melalui konsumsi susu dan daging kambing hasil dari produksi petani, dengan demikian secara nasional pengembangan ternak kambing dwiguna di Indonesia akan membantu program pembangunan dibidang kesehatan disamping sebagai sumber pendapatan baru subsektor peternakan (Mardalena, 2008).

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah (asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Etawah tetapi lebih kecil. Kambing PE tipe dwiguna adalah ternak penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau Jawa Randu, yang merupakan tipe pedaging. Ciri khas kambing PE antara lain; bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang, bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal. Warna bulu ada yang tunggal; putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam (Batubara et al., 2005).

Kelompok Tani

Menurut Hermanto dan Swastika (2011), kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk secara langsung mengorganisir para petani dalam berusaha tani. Kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna mengatasi masalah bersama dalam usahatani serta menguatkan posisi tawar petani, baik dalam pasar sarana maupun pasar produk pertanian. Menurut Wahyuni (2003), kelompok tani dibentuk berdasarkan suara keputusan dan dimaksudkan sebagai

(18)

4 wadah komunikasi antar petani, serta antara petani dengan kelembagaan. Surat keputusan tersebut dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan atau tolak ukur untuk memonitor dan mengevaluasi kinerjaya. Kinerja tersebut yang merupakan indikator menentukan tingkat kemampuan kelompok.

Aspek kelembagaan menurut Soekartawi (2002) dapat berupa kelembagaan pemerintah maupun non-pemerintah, tergantung dari segi kepentingannya. Aspek kelembagaan sangat penting bukan saja dilihat dari segi ekonomi pertanian secara keseluruhan, tetapi juga ekonomi pedesaan. Pentingnya aspek kelembagaan sudah lama dikembangkan di Indonesia. Pembangunan pertanian sering dikenal dengan istilah “Wilayah Unit Desa” atau WILUD. Menurut Soekartawi (2002), dalam WILUD beberapa aspek kelembagaan yang dapat melayani petani, yaitu :

a. Adanya Bank. Kelembagaan keuangan seperti bank akan sangat besar

manfaatnya bagi petani untuk memperoleh kredit, disamping juga sebagai tempat menabung.

b. Adanya penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan ini dilengkapi dengan

petugasnya yang lebih dikenal dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), baik itu PPL monovalent (khusus mendalami masalah satu komoditi tertentu) atau PPL polyvalent (lebih dari satu komoditi).

c. Adanya lembaga penyaluran sarana produksi. Penyaluran faktor produksi

seperti bibit, pupuk dan obat-obatan yang dilakukan oleh penyalur hanya sampai di lini IV, yaitu KUD. Hal ini berarti KUD bertugas untuk menyalurkan ke kelompok tani atau petani.

d. Adanya lembaga yang mampu membeli hasil pertanian yang diproduksi petani. KUD memegang peranan dalam hal ini, misalkan untuk pengadaan

pangan dengan cara membeli produksi petani.

Empat program yang berfungsi saling melengkapi itu yang disebut Soekartawi (2002) dengan istilah “catur sarana usaha pertanian”.

Kinerja kelembagaan pembangunan sektor pertanian masa depan akan berhasil baik bila didukung oleh kebijakan pemihakan (affirmative policy) yang merupakan komitmen pembangunan pihak pemerintah, memiliki strategi dan teknik implementasi kebijakan yang jelas dan terstruktur, serta memiliki tolok ukur kinerja

(19)

5 yang jelas untuk kepentingan penyempurnaan strategi pembangunan pertanian nasional (Suradisastra et al., 2007).

Partisipasi Petani dalam Kelembagaan Tani

Partisipasi petani dalam pembangunan sektor hendaknya dipahami secara mendalam, terutama peran dan dampaknya dalam proses pembangunan. Partisipasi aktif dan bersifat interaktif akan lebih memperkuat eksistensi, posisi, dan peran kelembagaan dalam proses pembangunan sektor. Partisipasi interaktif juga mendorong berkembangnya manajemen aspiratif yang bersifat horisontal. Tingkat partisipasi petani dalam proses pembangunan pertanian, melalui kelembagaan tempat mereka bergabung, merupakan tolak ukur kuantitatif akan kinerja kelembagaan dalam menyalurkan aspirasi petani dan mencapai tujuan pembangunan sektor peternakan (Suradisastra et al., 2007).

Komponen yang mampu memperlancar proses interaksi kontak tani dibebankan kepada stakeholder itu sendiri, misalnya sikap (attitude) terhadap lembaga tata peraturan baru, pengetahuan dan keterampilan, serta kesediaan bekerjasama. Selain itu, dijumpai pula komponen diluar stakeholder yang mempengaruhi sikap dan kesediaan berinteraksi, seperti infrastruktur lembaga organisasi formal dan nonformal, pengaruh local leaders, situasi politik lokal, dan lain-lain. Kemampuan suatu kelembagaan pembangunan dalam memanfaatkan komponen pendukung merupakan tolok ukur kualitatif terhadap kinerja kelembagaan tersebut dalam mengikuti irama pembangunan dalam sistem yang sedang berjalan (Suradisastra et al., 2007).

Pembinaan Himpunan Tani dan Kelompok Tani

Pembinaan himpunan tani dan kelompok tani pada dasarnya adalah meningkatkan efektivitas interaksi antara anggota-anggota kelompok, sehingga merupakan organisasi penyuluhan yang semakin mantap. Hakikatnya penyuluhan pertanian yang dilakukan melalui kontak tani, kelompok tani dan himpunan tani dan usaha-usahanya berhasil mengubah cara berfikir, sikap, dan tindakan, baik peteni perseorangan maupun peteni-petani anggota kelompok secara keseluruhan, untuk mencapai hal tersebut harus terus menerus dilakukan usaha meningkatkan :

(20)

6 1. Kesadaran akan arti pentingnya berkelompok

2. Kepercayaan kepada kekuatan kelompok 3. Swadaya dan kegotong-royongan

4. Keinginan untuk mencapai usaha produksi yang lebih baik, berusaha tani yang lebih menguntungkan dan hidup yang lebih layak.

Tujuan dari pembinaan kelompok tani ini adalah mengembangkan kemampuan dan keterampilan berusaha dan berorganisasi, memupuk hubungan antara penyuluh dengan kontak tani dan kelompoknya, serta mendorong tumbuhnya kontak tani dan kelompok tani baru (Departemen Pertanian, 1971).

Peran Kelompok Tani

Kelompok tani sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian memiliki peran dan fungsi penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian dipedesaan. Kelompok tani inilah pada dasarnya sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di pedesaan. Keberadaan kelompok tani dapat memainkan peran tunggal atau ganda, seperti penyediaan input usaha tani (misalnya pupuk), penyedia modal (misalnya simpan pinjam), penyedia air irigasi, penyedia informasi (penyuluh/dinas peternakan melalui kelompok tani), serta pemasaran hasil secara kolektif (Hermanto dan Swastika, 2011).

Peranan kelompok tani secara konseptual lebih merupakan suatu gambaran tentang kegiatan-kegiatan kelompok tani yang dikelola berdasarkan kesepakatan anggotanya. Kegiatan tersebut dapat berdasarkan jenis usaha, atau unsur-unsur subsistem agribisnis, seperti pengadaan sarana produksi, pemasaran pengolahan hasil pasca panen, dan sebagainya. Kesaman kegiatan kelompok tani sangat tergantung pada kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling percaya dan keserasian hubungan antara peternak, sehingga dapat merupakan faktor pengikat untuk kelestarian kehidupan berkelompok diamana anggota merasakan manfaat dari adanya kelompok tani (Hermanto dan Swastika, 2011).

Meningkatnya partisipasi anggota kelompok akan meningkatkan kedinamisan kelompok. Kedinamisan tersebut akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anggota untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, sehingga tujuan bersama dapat dicapai. Sebuah kelompok tani yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan ataupun interaksi (Hermanto dan Swastika, 2011).

(21)

7 Kendala peningkatan peranan kelompok tani dalam mengembangkan usaha anggotanya dalam bidang agribisnis menurut Pambudy (2006) adalah : 1. Pada subsistem usaha tani sering terdapat permasalahan teknis dalam usaha

budidaya yaitu pengetahuan dan kemampuan manajemen petani masih relatif rendah

2. Ketersediaan faktor produksi seperti ; pengadaan bibit, obat-obatan, dan pakan ternak yang tidak terjamin waktunya serta harganya yang masih cenderung tinggi

3. Kurangnya pengetahuan petani mengenai informasi pasar, yang berdampak pada posisi tawar petani menjadi rendah

4. Kurangnya akses petani dalam mendapatkan bantuan kredit dari bank, serta kurangnya kesadaran petani akan fungsi dan peran kelompok tani dalam peningkatan posisi tawar petani yang akan bermasalah pada pengembangan usaha petani

5. Kualitas produk dari petani yang masih relatif rendah dikarenakan penanganan pasca panen belum optimal yang disebabkan keterbatasan dan mahalnya peralatan yang digunakan.

Gabungan Kelompok Tani

Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan, sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya, maka dari itu untuk meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah komersial. Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Lembaga pendamping utama Gapoktan adalah Dinas Pertanian setempat, dimana para penyuluh merupakan ujung tombak di lapangan. Penguat dari sisi lain adalah melalui implementasi berbagai kegiatan pemerintah yang di distribusikan ke desa, dimana Gapoktan selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan yang memungkinkan (Syahyuti, 2007).

Kelompok tani dapat dikembangkan melalui kerjasama antar kelompok dalam membentuk Gapoktan. Pengembangan Gapoktan saat ini dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesbilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan

(22)

8 usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi selain itu diharapkan juga mampu dalam menjalankan fungsi-fungsi lainnya (Syahyuti, 2007).

Menurut Syahyuti (2007), Strategi yang diperlukan untuk pengembangan Gapoktan ada lima, yaitu ;

1. Kelembagaan adalah sebuah opsi, bukan keharusan, kelembagaan yang di introduksikan dikelembagaan harus terlebih dulu merumuskan kegiatan yang akan dijalankan untuk kemudian tentukan wadah yang dibutuhkan.

2. Sediakan waktu yang cukup untuk mengembangkan kelembagaan. Pihak pelaksana seharusnya menyediakan waktu yang cukup untuk mengembangkan sampai cukup mandiri

3. Perlunya dibangun social network atau relasi dengan Gapoktan lain dalam membangun sistem usaha tata niaga yang baik.

4. Gapoktan lebih banyak berperan diluar aktivitas produksi atau usaha tani, karena kegiatan tersebut telah dijalankan oleh kelompok-kelompok tani serta peteni secara individual.

5. Gapoktan hanya salah satu komponen dalam pengembangan kelembagaan masyarakat perdesaan, jadi Gapoktan harus berada didalam kerangka strategi yang lebih besar.

Skala Usaha Tani

Usaha pertanian di Indonesia dicirikan oleh dua hal yaitu usaha pertanian skala besar yang lazimnya dikelola oleh negara atau swasta, sedangkan skala kecil yang lazimnya disebut usaha pertanian rakyat. Kedua macam jenis usaha ini mempunyai ciri khas, sehingga keduanya relatif lebih mudah dibedakan. Umumnya skala usaha tani kecil memerlukan bantuan modal, teknologi, dan bantuan pemasaran, sementara skala usaha besar memerlukan bahan baku. Skala usaha kecil dan besar sama-sama memiliki kontribusi dalam pembangunan pertanian Indonesia (Soekartawi, 1994). Dewasa ini skala usaha tani baik besar maupun kecil mendapat ancaman dari adanya era globalisasi jika petani tidak tanggap perubahan dalam segi teknologi dan informasi. Menurut Soekartawi (1994) hal-hal yang perlu diantisipasi

(23)

9 pada era globalisasi dalam kaitannya dengan mekanisme pembangunan pertanian adalah aspek-aspek berikut :

a. Pendekatan teknologi, perubahan teknologi akan semakin cepat dengan digantikannya teknologi lama dengan teknologi yang baru.

b. Perubahan harga, majunya pertanian di berbagai negara berakibat pada perubahan pasar dan perubahan harga produk pertanian yang lebih cepat. c. Meningkatnya jumlah produsen, kemajuan suatu negara menyebabkan

pengaruh majunya teknologi dan akses informasi menyebabkan jumlah produsen semakin bertambah.

d. Menurunnya harga, produsen bertambah, akses informasi semakin cepat diperoleh, teknologi yang modern menyebabkan efisiensi produksi dan harga produk pertanian semakin menurun.

e. Menurunnya lahan pertanian, industri yang kian meningkat akan mengurangi areal atau lahan subur yang tersedia.

f. Meningkatnya kesadaran kesehatan, meningkatnya kesehatan berkorelasi dengan kebutuhan akan produk pertanian organik (non pestisida) yang selama ini masih menggunakan pestisida

g. Perubahan iklim, saat ini iklim sulit diramalkan yang berakibat sulit memulai dan menentukan waktu panen.

h. Pembiayaan usahatani, perlu adanya efisiensi jika terjadi pengurangan subsidi pertanian yang berakibat biaya produksi akan tinggi.

i. Perubahan pola hidup, meningkatnya tingkat hidup masyarakat akan mengakibatkan semakin tinggi kualitas produk yang dikonsumsi yang berpengaruh pada proses produksi pertanian.

(24)

10

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Juni hingga Agustus 2011 dengan tahap persiapan selama satu bulan dan pengumpulan data selama satu bulan berikutnya. Penelitian ini bertempat di desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.

Data dan Prosedur

Data diperoleh dari 17 orang petani ternak sebagai responden yang ditentukan dengan sengaja (purposive sampling) yakni yang terhimpun sebagai anggota aktif kelompok tani Simpay Tampomas. Petani memiliki ternak kambing PE dan Jawarandu yang dijadikan sebagai materi dalam penelitian ini. Bahan dan peralatan yang digunakan untuk pengumpulan data adalah alat tulis, laptop, daftar kuesioner, alat perekam suara dan kamera digital. Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu penjajagan lokasi, penentuan responden dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lokasi dan wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan dan statistik peternakan Jawa Barat. Tahap kedua data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif, analisis kinerja kelembagaan, analisis pendapatan, analisis R/C rasio, dan analisis korelasi menggunakan alat analisis yang sesuai.

Rancangan dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi kasus. Tujuan dari studi kasus ini adalah memperoleh gambaran yang luas dan lengkap serta mengetahui keadaaan kelembagaan tani dan kondisi secara umum di lokasi penelitian yaitu kelompok tani ternak Simpay Tampomas.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan keadaan umum dari kelompok berupa karakteristik peternak, seperti tingkat pendidikan dan jenis usaha yang dilakukan peternak serta sistem pemeliharaan kambing yang ada di kelompok tani Simpay Tampomas.

(25)

11

Analisis Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani

Efektivitas dari kelembagaan dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian kefektifan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skala tersebut menggunakan skala Likert. Pengukurannya dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan pada responden, kemudian responden tersebut diminta untuk memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri atas tiga tingkatan dalam skala tersebut. Jawaban-jawaban tersebut diberikan skor 1 sampai 3 dengan pertimbangan skor terbesar adalah 3 untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terendah adalah 1 untuk jawaban yang tidak mendukung.

Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas keberadaan kelembagaan. Selang diperoleh dari selisih skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).

Selang = -1

Setelah diperoleh nilai selang, kemudian ditentukan skor efektivitas kelembagaan dengan membaginya ke dalam tiga selang efektivitas dari nilai minimal sampai nilai maksimal. Penilaian responden terhadap kelembagaan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif dan tidak efektif. Nilai skor yang diperoleh adalah antara 170 sampai 510.

Nilai skor 170 didapat dari hasil pengalian skor terendah 1 dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu sepuluh dengan jumlah responden yang telah ditentukan jumlahnya yaitu 17 responden, atau dapat ditulis (1x10x17=170), sedangkan nilai skor 510 didapat dari hasil pengalian skor tertinggi 3 dengan jumlah parameter yang digunakan sepuluh dan dengan jumlah responden 17, atau dapat ditulis (3x10x17= 510).

(26)

12 Tabel 1. Skala Skor Penilaian Efektivitas Kelembagaan

Kategori Penilaian Rentang Skala

Belum Efektif 170 – 283

Cukup Efektif 284 – 397

Efektif 398 – 510

Analisis Pendapatan Usaha Tani

Menurut Soekartawi et al. (1986) analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Perhitungan pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan menggunakan rumus : Pendapatan () = TR – TC

Keterangan :

TR = Total Revenue (Total penerimaan) TC = Biaya tunai + biaya yang diperhitungkan

Analisis pendapatan usahatani kelompok dibagi menjadi dua, yaitu analisis pendapatan peternak tujuan produksi susu dan daging (Pola I) dan analisis pendapatan peternak dengan tujuan produksi daging (Pola II).

Analisis Data

Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk melihat tingkat efektifitas dari kelompok tani. Analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan analisis pendapatan usaha tani. Perhitungan data kuantitatif dilakukan menggunakan kalkulator, laptop dan program software MS Excel 2007 dan SPSS 18.0 for windows.

Analisis R/C Rasio

R/C Rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha ternak. Rasio R/C dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak (Kadarsan, 1995).

(27)

13 Rumus yang digunakan : R/C Rasio =

Kriteria penilaian :

Rasio R/C > 1 : maka usaha menguntungkan Rasio R/C = 1 : maka usaha impas

Rasio R/C < 1 : maka usaha rugi

Analisis Korelasi

Hubungan yang diamati dalam penelitian ini adalah antara pendapatan dengan skala usaha, pengalaman organisasi, dan pengalaman usaha. Menurut Nazir (2005), koefisien korelasi ini mengukur keeratan hubungan antara dua jenis variabel. Program komputer yang digunakan adalah SPSS 18.0 for windows menggunakan model uji korelasi Rank Spearman. Adapun koefisien Rank Spearman adalah sebagai berikut :

Statistik Uji :

r

s =

Keterangan :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Selisih antara peringkat X dan Y n = Jumlah sampel

Variabel yang digunakan untuk melakukan analisis korelasi adalah pendapatan, pengalaman usaha, pengalaman organisasi, dan skala usaha ternak. Variabel-variabel tersebut kemudian dikorelasikan satu sama lain, yaitu ;

a. Pendapatan dengan pengalaman usaha. b. Pendapatan dengan pengalaman organisasi. c. Pendapatan dengan skala usaha.

d. Pengalaman usaha dengan pengalaman organisasi. e. Pengalaman usaha dengan skala usaha.

(28)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Desa Cibeureum Wetan di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang memiliki curah hujan rata-rata antara 2000 mm/ tahun, dengan jumlah bulan basah selama 6 bulan. Suhu rata – rata hariannya adalah 21- 30 oC dengan ketinggian antara 500-700 m dpl. Kemiringan lereng di desa ini sangat bervariasi mulai dari 0-45o, dengan topografi mulai dari datar, agak datar, bergelombang dan curam. Jenis tanahnya terdiri dari tanah regosol dan litosol keduanya meruapakan tanah hasil pengendapan mineral vulkanik yang cukup subur untuk berbagai jenis tanaman pertanian. Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang memiliki batas-batas wilayah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kehutanan Kecamatan Conggeang, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ciuyah Kecamatan Cisarua, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Legokkaler atau kidul Kecamatan Paseh sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka.

(29)

15

Potensi Alam

Lokasi pemukiman kelompok peternak Simpay Tampomas berada di lereng gunung Tampomas dengan ketinggian ± 700 m dpl. Kawasan ini sangat kaya akan pasir tambang berkualitas, sehingga banyak lokasi galian pasir tipe C. Penggalian pasir yang kurang terkontrol, menyebabkan meluasnya lahan kritis di daerah tersebut. Kelompok peternak kambing PE Simpay Tampomas didirikan tahun 1998. Awal mula berdirinya kelompok tani ini sampai sekarang, kelompok ini diketuai oleh Bapak Uha Jauhari. Kelompok ini turut berjasa dalam reklamasi lahan memanfaatkan lahan kritis bekas galian pasir untuk ditanami leguminosa sebagai pakan ternak. Mayoritas leguminosa yang ditanam adalah Gamal (Gliricidia sepium) merupakan mayoritas leguminosa yang ditanam kelompok peternak selain Lamtoro (Leucaena leucocepala), Kaliandra (Calliandra haematocephala hassk), nangka (Artocarpus Heterophyllus), dan Suren (Toona sureni Merr). Penanaman lahan kritis bekas galian pasir oleh kelompok peternak dapat membantu mempercepat proses reklamasi kawasan, sehingga akibat dari kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi. Lokasi kebun buah naga dan galian pasir dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Kebun Buah Naga (kiri) dan Galian Pasir (kanan)

Penduduk Desa Cibeureum Wetan dan Mata Pencahariannya

Kondisi sosial kependudukan desa Cibeureum Wetan, jumlah penduduknya mencapai 3.903 jiwa yang terdiri dari 1.973 (50,6%) jiwa jumlah penduduk laki – laki dan 1.930 (49,4%) jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga 1.279 KK. Jumlah tersebut sekitar 68% jumlah penduduk berada pada usia produktif, dan dapat

(30)

16 menjadi potensi sumber daya manusia. Mata pencaharian penduduk terbanyak adalah sebagai petani, yaitu 59,62%, sedangkan yang menjadi peternak hanya 2,5%.

Tabel 2. Presentase Penduduk Cibeureum Wetan Menurut Jenis Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (orang) Persentase (%)

1 Petani 2.053 59,62 2 Buruh tani 587 17,04 3 PNS 45 1,30 4 Pegawai swasta 370 10,74 5 Wiraswasta 82 2,40 6 Peternak 86 2,50 7 Pedagang 103 3,00 8 Jasa 117 3,40 Total 3.443 100,00

Sumber : Pemerintah Desa Cibeureum Wetan (2010)

Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk desa Cibeureum Wetan bermata pencaharian sebagai petani, yaitu petani padi, dan beberapa macam tanaman palawija seperti cengkeh, vanilla, kopi, dan lain sebagainya, serta buah-buahan seperti nanas, salak, dan buah naga. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak berjumlah 86 orang, dengan jumlah peternak yang hanya 86 orang, maka prospek usaha peternakan cukup besar karena belum banyak terjadi kompetisi usaha di desa Cibeureum Wetan.

Karakteristik Peternak

Sebagian besar peternak di kelompok tani Simpay Tampomas merupakan kelompok usia produktif yaitu yang umurnya berkisar antara 21-65 tahun yaitu berjumlah (70,6%,) sedangkan peternak yang berusia diatas 65 tahun (tidak produktif) yaitu (29,4%). Hal ini menunjukkan bahwa transfer informasi yang dilakukan oleh penyuluh maupun dinas saat pembinaan cukup mampu diserap. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1993), bahwa petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, namun memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan lebih membentuk perilaku petani muda usia produktif untuk lebih berani

(31)

17 mengambil keputusan dalam berusahatani, sehingga perkembangan dalam kelompok tani dapat berjalan optimal.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang mendukung perkembangan suatu negara, karena dengan pendidikan formal ataupun non formal yang didapatkan dari seseorang, diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten, sehingga mampu bersaing dalam era ekonomi global saat ini. Mayoritas anggota kelompok tani Simpay Tampomas yang mengenyam pendidikan hingga tamat Sekolah Rakyat (SR) atau SD yaitu (58,8%), sedangkan tamatan SMP (11,8%), dan tamat SMA (29,4%). Hasil ini menunjukkan sebagian besar peternak masih berpendidikan rendah, hal ini berpengaruh terhadap daya tangkap informasi tentang cara beternak yang baik, serta akan berpengaruh pada adopsi inovasi teknologi peternakan yang sedang berkembang.

Tabel 3. Karakteristik Peternak Kelompok Ternak Simpay Tampomas

Kriteria Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

Golongan Umur 0-20 0 0 21-65 12 70,6 >65 5 29,4 Tingkat Pendidikan Tamat SD /Sederajat 10 58,8 Tamat SMP /Sederajat 2 11,8 Tamat SMA/Sederajat 5 29,4

Status Usaha Tani

Pekerjaan Utama 11 64,7

Pekerjaan Sampingan 6 35,3

Jumlah Anggota Keluarga

0-3 5 29,4

4-6 10 58,8

>6 2 11,8

Lama tergabung dalam kelompok

1 – 5 tahun 3 17,6

6 – 10 tahun 3 17,6

(32)

18 Peternak yang menjadikan beternak menjadi pekerjaan utama terdapat (64,7%), sedangkan yang menjadikan pekerjaan sampingan adalah (35,3%). Peternak di kelompok tani Simpay Tampomas tidak hanya melakukan kegiatan beternak, namun juga terdapat pekerjaan lain yaitu berladang dan menggarap sawah, hal ini dikarenakan jika peternak hanya mengandalkan pendapatan dari hasil beternak saja, maka peternak akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, selain itu lahan yang digunakan peternak untuk bercocok tanam memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi. Tanaman-tanaman yang biasa ditanam diantaranya adalah buah naga, vanilla, nanas, kopi dan tanaman palawija lainnya, sehingga kelompok tani ini juga dapat disebut sebagai kelompok tani yang menganut sistem peternakan terpadu dalam usahanya.

Kriteria Usaha Ternak Kambing

Komposisi Ternak Tujuan Produksi Daging

Ternak yang dipelihara dengan tujuan produksi daging adalah kambing Peranakan Etawah dan kambing Jawarandu. Jenis kambing yang dijual antara lain jantan dan betina dewasa, jantan dan betina muda, serta jantan dan betina anak (cempe). Kambing PE yang dijual berjenis kelamin jantan atau betina yang sudah afkir. Kriteria kambing anak (jantan dan betina) berumur kurang dari enam bulan, kambing (jantan dan betina) muda berumur antara enam sampai dengan satu tahun, sedangkan kambing (jantan dan betina) dewasa berumur diatas satu tahun. Jumlah dan kriteria ternak kambing dengan tujuan produksi daging disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Komposisi Umur dan Jenis Kelamin

untuk Tujuan Produksi Daging pada Akhir Tahun (Juli 2011).

Kategori Jumlah (ekor) ST (Satuan Ternak) %

Jantan dewasa 16 2,24 20,32 Betina dewasa 31 4,34 39,36 Jantan muda 16 1,12 10,16 Betina muda 20 1,40 12,71 Jantan anak 30 1,05 9,52 Betina anak 25 0,87 7,93 Jumlah 138 11,02 100,00 Rata-rata/peternak 0,918

(33)

19 Jumlah ternak yang paling banyak dimiliki oleh peternak adalah betina dewasa dengan 4,34 Satuan Ternak. Rata-rata ternak kambing peternak yang memelihara ternaknya dengan tujuan produksi daging adalah 0,918 ST. Tujuan dari peternak menjual ternaknya untuk tujuan produksi daging adalah karena peternak pada pola ini tidak memiliki kambing kualitas unggul untuk menghasilkan susu seperti kambing PE, sehingga hasil pendapatan yang diperoleh hanya dari penjualan kambing.

Komposisi Ternak Tujuan Produksi Susu dan Daging

Peternak yang memelihara ternaknya dengan tujuan produksi susu dan daging, memiliki jenis kambing kambing Peranakan Etawah (PE) dan kambing Jawarandu. Jenis yang paling banyak dipelihara adalah kambing PE, karena produksi susunya yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kambing Jawarandu. Kambing PE yang dijual berjenis kelamin jantan atau betina yang sudah afkir. Kriteria kambing anak (jantan dan betina) berumur kurang dari enam bulan, kambing (jantan dan betina) muda berumur antara enam bulan sampai dengan satu tahun, sedangkan kambing (jantan dan betina) dewasa berumur diatas satu tahun. Komposisi ternak kambing tujuan produksi susu dan daging disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Komposisi Umur dan Jenis Kelamin untuk Tujuan Produksi Susu dan Daging pada Akhir Tahun (Juli 2011). Kategori Jumlah (ekor) ST (Satuan Ternak) %

Jantan dewasa 7 0,98 4,55 Betina dewasa 115 16,10 74,80 Jantan muda 20 1,40 6,50 Betina muda 24 1,68 7,80 Jantan anak 14 0,49 2,28 Betina anak 25 0,87 4,07 Jumlah 205 21,52 100,00 Rata-rata/peternak 4,30

Jumlah ternak yang dipelihara peternak dengan tujuan produksi susu dan daging lebih besar jika dibandingkan dengan peternak yang hanya memelihara ternaknya dengan tujuan produksi daging saja. Hal ini ada hubungannya dengan peternak yang umurnya relatif masih muda dan pengalaman beternak yang lebih banyak serta tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek pendukung dalam

(34)

20 berkembangnya usaha peternakan kambing. Rata-rata ternak yang dimiliki adalah 4,30 ST. Jumlah ini termasuk dalam skala usaha yang baik, sehingga perlu adanya upaya peningkatan skala usaha ternak peternak agar lebih baik lagi.

Sejarah Berdirinya Kelompok

Kelompok tani Simpay Tampomas berdiri pada tahun 1998, berlokasi diatas lahan bekas galian C, tepatnya di Blok Tari Kolot dan Batu Nungku, dusun Golempang, Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Awal mula peternakan ini muncul diinisiasi oleh ketua kelompok yaitu Bapak Uha yang awalnya mencoba untuk memelihara ternak disana, pada awalnya ternaknya hanya berjumlah tiga ekor, pakan yang diberikan adalah gamal (Gliricidia Sephium). Kegigihan dan kesuksesan Bapak Uha sebagai pendiri usaha ternak kambing menarik minat warga desa untuk memelihara ternak kambing. Semakin bertambahnya warga yang menjadi peternak, maka muncul niat untuk membentuk kelompok tani ternak yang dinamakan kelompok tani Simpay Tampomas. Salah satu tujuan kelompok tani ini juga diharapkan dengan menanam tanaman gamal yang menjadi pakan ternak kambing, yang mampu merubah lahan bekas galian pasir menjadi lokasi pertanian. Seiring proses penghijauan tersebut kemudian terbentuk pola pertanian terintegrasi (mixed farming) antara usaha penghijauan atau usaha pertanian secara umum dengan usaha budidaya ternak kambing.

Analisis Pendapatan Peternak

Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total, sehingga keuntungan yang didapat dari seorang petani dapat ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang didapat. Pendapatan usahatani dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dalam produksi susu dan daging (Pola I) dan pendapatan usaha tani dalam produksi daging (Pola II). Pengklasifikasian usahatani ini dilakukan karena terjadi perbedaan pendapatan yang cukup signifikan antara peternak yang hanya membudidayakan ternak untuk produksi daging saja dengan peternak yang menghasilkan susu dan produksi daging dalam budidayanya.

(35)

21

Pendapatan Usahatani Tujuan Produksi Susu dan Daging

Jumlah ternak yang dipelihara untuk tujuan produksi susu dan daging berjumlah 21,52 Satuan Ternak atau dengan skala kepemilikan rata-rata adalah 4,3 Satuan Ternak

Tabel 6. Rata-Rata Pendapatan Kelompok Peternak Kambing dengan Pola I (Tujuan Produksi Susu dan Daging) dari Agustus 2010-Juli 2011.

Pendapatan Kotor Nilai (Rp/Tahun) Presentase (%)

Penjualan Ternak 28.990.000 29,22

Nilai Ternak Akhir Tahun 115.250.000 Nilai Ternak Awal Tahun (86.660.000)

Nilai Kotoran Ternak 2.708.300 2,73

Nilai Ternak yang Dikonsumsi 2.350.000 2,37

Nilai Susu yang Dikonsumsi 5.940.000 5,99

Penjualan Susu 30.240.000 30,48

Nilai Ternak Bagi Hasil 400.000 0,40

Total Pendapatan Kotor 99.218.300 100,00

Nilai (Rp/Tahun) Persentase(%)

Biaya Tetap : Penyusutan Kandang 4.900.000 7,80 Penyusutan Peralatan 2.092.000 3,32 Sewa Lahan 60.000 0,09 Biaya Variabel : Tenaga Kerja 15.246.000 24,23 Konsentrat 11.706.462 18,61 Hijauan 12.647.250 20,10 Obat-obatan 1.030.000 1,64 Pembelian ternak 1.920.000 3,05 Operasional 3.264.900 5,19

Beli susu cempe 10.050.000 15,97

Total Biaya 62.916.612 100,00

Pendapatan Bersih 36.301.688

(36)

22 Biaya pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya non-tunai. Komponen biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak dengan tujuan produksi susu dan daging meliputi biaya untuk sewa lahan (biaya tetap), sedangkan untuk biaya variabel tunai meliputi obat-obatan, biaya operasional, tenaga kerja, hijauan dan konsentrat, sedangkan biaya non-tunai meliputi biaya penyusutan peralatan dan biaya penyusutan kandang (biaya tetap) serta pembelian susu cempe (biaya variabel). Cempe termasuk biaya non tunai disebabkan karena cempe memperoleh susu langsung dari induknya dan cempe tersebut disapih hingga berumur 2,5 bulan, setelah itu cempe diberikan susu bubuk yang berasal dari sapi. Total biaya yang dikeluarkan peternak dengan pola I adalah Rp 62.916.612,-. Total pendapatan bersih yang diterima peternak dengan tujuan produksi susu dan daging adalah Rp 36.301.688,-. Nilai ternak akhir tahun diperoleh dari perubahan nilai ternak yang dialami oleh peternak, seperti nilai ternak gaduhan, kelahiran ternak dan jumlah ternak yang mati.

Pendapatan Usahatani Tujuan Produksi Daging

Pendapatan kotor yang diterima peternak dengan tujuan produksi daging meliputi dua jenis yaitu pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor non tunai. Pendapatan kotor tunai didapat dari penjualan ternak, sedangkan pendapatan kotor non tunai peternak didapat dari nilai akhir ternak, dikurangi dengan nilai ternak awal tahun, nilai kotoran dan bagi hasil (gaduhan/maro), sehingga total pendapatan kotor ternak (tunai dan non tunai) adalah Rp 15.420.250,-. Komponen biaya pada usahatani tujuan produksi daging terdapat biaya tunai dan biaya non tunai dan dibagi lagi kedalam biaya vaiabel dan biaya tetap.

Biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak dengan tujuan produksi daging diantaranya hijauan, obat-obatan dan biaya oprasional (biaya variabel). Peternak dengan tujuan produksi daging tidak memberikan konsentrat, tetapi mereka hanya mengandalkan hijauan seperti legume dan rumput, hijauan yang sering digunakan adalah Kaliandra (Calliandra haematocephala hassk) dan gamal (Gliricidia sepium). Rincian penerimaan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan peternak dengan tujuan produksi daging disajikan pada Tabel 7.

(37)

23 Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Peternak Kambing dengan Pola II (Tujuan Produksi

Daging) dari Agustus 2010-Juli 2011.

Pendapatan Kotor Nilai (Rp/Tahun) Presentase (%)

Penjualan Ternak 5.200.000 33,72

Nilai Ternak Akhir Tahun 28.012.500

Nilai Ternak Awal Tahun (18.675.000)

Nilai Kotoran Ternak 632.750 4,11

Nilai Ternak Bagi Hasil 250.000 1,62

Total Pendapatan Kotor 15.420.250 100,00

Peternak dengan tujuan produksi daging tidak menggunakan tenaga kerja dari luar dikarenakan sebagian besar peternak tujuan produksi daging menggunakan tenaga kerja dari keluarga. Biaya oprasional yang dikeluarkan oleh peternak ini diantaranya terdiri atas bensin dan uang makan selama budidaya. Biaya total yang dikeluarkan untuk kegiatan budidaya ternak kambing perah adalah Rp 20.857.378,16,- hasil ini didapat dari biaya tetap yaitu Rp 1.204.916,67,-, sementara biaya variabel yang dikeluarkan untuk kegiatan budidaya selama satu tahun yaitu Rp 19.652.461, 49,-. Rata-rata pendapatan bersih peternak penghasil daging dalam satu tahun adalah - (Rp 5.437.128,16,-).

Pendapatan bersih dari peternak tujuan produksi daging diperoleh hasil minus (-) dikarenakan sebagian peternak menjadikan beternak bukan sebagai profesi utama, melainkan profesi sampingan. Pekerjaan utama dari sebagian peternak tujuan Nilai (Rp/Tahun) Persentase (%) Biaya Tetap : Penyusutan Kandang 837.500,00 4,02 Penyusutan Peralatan 367.416,67 1,76 Biaya Variabel : Obat-obatan 207.083,33 1,00 Hijauan 4.931.711,50 23,64 Tenaga kerja 13.745.833,33 65,90 Pembelian Ternak 250.000,00 1,20 Operasional 517.833,33 2,48 Total Biaya 20.857.378,16 100,00 Pendapatan Bersih -5.437.128,16 60,55

(38)

24 produksi daging adalah berladang dan sebagai pekerja galian pasir. Populasi ternak untuk peternak penghasil susu dan daging juga lebih banyak dibanding peternak penghasil daging saja. Pendapatan bersih yang didapat peternak dengan Pola I (tujuan produksi susu dan daging) lebih besar dibandingkan peternak dengan pola II (tujuan produksi daging). Perbedaan yang signifikan ini disebabkan karena adanya komponen tambahan pada peternak pola I, yaitu hasil dari penjualan susu disamping ternak yang dijual susu kambing ini biasanya dijual dengan harga antara Rp 20.000,- hingga Rp 25.000,- per liter, hal ini tergantung dengan kualitas susu yang dihasilkan. Kendala yang dialami peternak tujuan produksi daging beragam, mulai dari keterbatasan modal untuk membeli pakan yang berkualitas seperti ampas tahu dan konsentrat yang dapat memacu produktivitas bobot badan dan susu kambing, hal lain yang juga mempengaruhi adalah populasi kambing yang sedikit menyebabkan susu yang dihasilkan sedikit, sehiingga jika dijual kepada kelompok hasilnya kecil, oleh karena itu mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi susu tersebut sendiri, selain itu pengetahuan akan análisis keuntungan jika ternak mereka menghasilkan susu juga masih minim, jadi peternak kurang tertarik untuk mengupayakan ternak mereka agar menghasilkan susu, kendati telah difasilitasi oleh kelompok dalam penjualan susu. Sosialisasi dalam analisis usaha dalam beternak dikelompok tani Simpay Tampomas masih terbilang kurang, hal lain juga disebabkan karena kurang efektifnya komunikasi yang terjalin antara penyuluh dengan para peternak.

Perubahan Ternak

Ternak kambing kelompok tani ternak Simpay Tampomas selama Agustus 2010 sampai Juli 2011 mengalami dinamika populasi, variabel yang mempengaruhi perubahan ternak terdiri atas jumlah ternak pada awal tahun, pembelian ternak, kelahiran ternak, kematian ternak, penjualan ternak, pemotongan ternak atau dikonsumsi sendiri oleh peternak dan jumlah ternak pada akhir tahun. Perubahan populasi ternak pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa berdasarkan kategori ternak pada akhir tahun, ternak dewasa jantan, dewasa betina, muda jantan, dan muda betina mengalami penurunan, sedangkan untuk ternak anak jantan dan anak betina mengalami peningkatan.

(39)

25 Tabel 8. Rata-Rata Perubahan Populasi Ternak Kambing Kelompok Peternak Simpay Tampomas Selama Satu Tahun Terakhir (Agustus 2010-Juli 2011). Kategori Awal tahun (ST) Beli (ST) Lahir (ST) Mati (ST) Jual (ST) Potong (ST) Akhir Tahun (ST) Dewasa Jantan 0,250 0 0 0,008 0,05 0 0,192 Dewasa Betina 1,530 0 0 0,033 0,300 0 1,197 Muda Jantan 0,200 0,016 0 0,012 0,040 0,016 0,148 Muda Betina 0,260 0,008 0 0,008 0,065 0,012 0,183 Anak Jantan 0,060 0,002 0,14 0,018 0,090 0,002 0,092 Anak Betina 0,037 0,022 0,18 0,080 0,060 0 0,099 Total 2,337 0,048 0,32 0,159 0,605 0,030 1,911

Sebagian besar penjualan ternak berasal dari ternak dewasa betina dengan rata-rata mencapai 0,3 ST selama satu tahun, sementara penjualan paling sedikit terjadi pada jantan muda. Hal ini disebabkan karena pembeli menilai bahwa betina dewasa memiliki prospek yang cukup besar, karena selain dapat menjadi ternak potong, betina dewasa yang sedang laktasi juga dapat menghasilkan susu untuk dijual atau dikonsumsi.

Analisis Rasio R/C

Perhitungan rasio R/C dihitung dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya. Rasio R/C dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif suatu kegiatan atau usaha, artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak (Kadarsan, 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio R/C peternak Pola I (tujuan produksi susu dan daging ) dikelompok peternak kambing Simpay Tampomas adalah 1,57. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak kambing untuk peternak dengan tujuan produksi susu dan daging adalah menguntungkan atau layak, karena nilai rasio R/C > 1. Perhitungan rasio R/C khusus untuk peternak dengan pola II (tujuan produksi daging) dikelompok peternak Simpay Tampomas adalah 0,74. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak kambing dengan tujuan produksi daging adalah tidak menguntungkan atau rugi, dikarenakan nilai rasio R/C < 1. Sebagian Peternak dengan tujuan produksi daging tidak menjadikan beternak sebagai profesi utama melainkan hanya sebagai profesi sampingan, sementara sumber pendapatan utama mereka didapat dari berladang dan menjadi pekerja galian pasir.

(40)

26

Sistem Kelembagaan Kelompok Ternak Simpay Tampomas

Anggota Kelompok

Perkembangan anggota kelompok tani Simpay Tampomas pada saat didirikan sampai dengan penelitian ini dilaksanakan mengalami dinamika yang cukup stabil, yaitu tidak adanya penambahan anggota yang signifikan. Perkembangan anggota kelompok hingga tahun 2010 tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Simpay Tampomas sejak tahun 2006 hingga tahun 2010

No Tahun Jumlah (Peternak) Keterangan

1 2006 42 2 2007 42 3 2008 45 4 2009 45 5 2010 25 Dimekarkan menjadi kelompok baru (15 KK)

Sumber : Kelompok Tani Simpay Tampomas (2010)

Anggota kelompok tani Simpay Tampomas sejak 2006 hingga data terakhir yang diambil tahun 2010 mengalami perubahan jumlah anggota, dan yang paling signifikan terjadi di peralihan tahun 2009 ke 2010. Hal ini terjadi dikarenakan terjadi pemekaran yang disebabkan sebagian orang menginginkan keluar dari kelompok dan membentuk kelompok tani ternak baru. Data terakhir dari jumlah 25 orang yang terdaftar sebagai anggota hanya 17 orang yang secara aktif mengikuti kegiatan kelompok walaupun delapan anggota lain masih teradministrasi di kelompok.

Syarat Anggota

Syarat yang diajukan kelompok tani ternak Simpay Tampomas kepada anggotanya terbilang mudah, hal ini dikarenakan kelompok tidak ingin memberatkan anggota kelompok dalam pemenuhan syarat-syarat tersebut dan juga anggota kelompok tani ini sebagian besar adalah terdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran untuk mereklamasi lahan bekas galian pasir dengan membangun kompleks peternakan. Syarat yang harus terpenuhi untuk masuk kedalam keanggotaan kelompok tani Simpay Tampomas adalah (1) Memiliki visi misi yang sama (2) Membayar simpanan pokok sebesar Rp 25.000,00 berlaku selama kepengurusan (3)

(41)

27 Membayar simpanan wajib sebesar Rp 3.500,00 (4) Hadir dalam setiap kali diadakan rapat.

Struktur Organisasi

Pemilihan pengurus kelompok dilakukan melalui mekanisme rapat anggota. Masa jabatan pengurus yang baru dilantik adalah dua tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Pengurus yang tergabung dalam kelompok tani Simpay Tampomas berjumlah sepuluh orang yang memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Kelompok tani Simpay Tampomas memiliki dua belas bagian divisi yang masing-masing bagian bekerja sesuai job description nya masing-masing-masing-masing.

Tugas dan Peran Pengurus

a. Ketua : Berfungsi sebagai penanggung jawab pusat dimana fungsi ketua disini lebih fokus keluar yaitu kearah pengembangan usaha anggota kelompok.

Kendala : Fungsi ketua disini kurang maksimal, disebabkan karena usia dari ketua kelompok tani Simpay Tampomas (pak Uha), sudah tidak produktif lagi, yaitu 68 tahun, maka dari itu kendali tugas ketua diambil alih oleh sekertaris kelompok yang merupakan anak dari ketua kelompok.

b. Wakil Ketua : Berfungsi sebagai supervisi untuk setiap divisi yang ada di kelompok tani Simpay Tampomas, serta sebagai penyokong kerja ketua kelompok.

Kendala : Fungsi wakil ketua kurang berjalan maksimal, hal ini disebabkan

karena faktor usia wakil ketua yang sudah tidak produktif lagi, yaitu 68 tahun, sehingga tugas seorang ketua langsung dipegang sekertaris yang notabene nya masih berada di usia produktif, yaitu 32 tahun.

c. Sekertaris : Berfungsi sebagai administrasi kelompok, seperti pembuatan laporan akhir tahun, pendataan populasi ternak dan pencatatan perkembangan kelompok.

Kendala : Tugas dari seorang sekertaris kurang berjalan maksimal,

dikarenakan sekertaris kelompok tani Simpay Tampomas memegang dua pekerjaan sekaligus, sehingga waktu yang dialokasikan untuk tugas spesifiknya kurang efektif.

(42)

28 d. Bendahara : Memiliki tugas mengelola keuangan baik itu kas kelompok, bantuan perkreditan dari bank (dalam hal ini bank BJB), serta dana hibah yang diperoleh dari Dinas Peternakan.

e. Seksi Produksi : Bertugas mendata setiap populasi yang bertambah atau menurun di kelompok tani Simpay Tampomas (natalitas dan mortalitas).

Kendala : Recording/pendataan ternak yang lahir dan yang mati tidak

berjalan maksimal, sehingga data yang ada tidak up to date.

f. Seksi Pemasaran : Bertugas memasarkan produk hasil dari kelompok tani Simpay Tampomas yaitu berupa susu dan daging.

Kendala : Usia yang telah lanjut mengakibatkan sulitnya penangkapan

informasi yang disampaikan oleh penyuluh, serta kesibukan dalam mengurus ternak kambingnya menyebabkan tidak maksimalnya kinerja yang dilakukan. g. Seksi Kesehatan Hewan : Bertugas siaga dalam penanganan ternak yang

sakit

h. Seksi Sarana : Bertugas menyediakan Sapronak (Sarana Produksi Ternak) bagi anggota kelompok.

Kendala : Mahalnya peralatan dan kurang informasi dalam penggunaan

peralatan

i. Seksi Humas : Berfungi sebagai aksesor dengan instansi swasta atau negeri dalam hal menjalin kerjasama.

Kendala : Usia yang telah tidak produktif mengakibatkan kurang

maksimalnya tugas dari divisi Humas.

j. Seksi Keamanan : Bertugas menjaga ternak dari pencurian atau pengerusakan kandang dan kompleks peternakan.

(43)

29 Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Simpay Tampomas

Maksud dan Tujuan Kelompok

Kelompok tani Simpay Tampomas merupakan organisasi ditingkat petani, oleh karena itu layaknya organisasi lain, kelompok tani Simpay Tampomas memiliki struktur, aturan dan visi misi yang jelas untuk pengembangan kelompok. Maksud dan tujuan dibentuknya kelompok tani ini adalah sebagai berikut ;

I. Maksud Kelompok

1. Membentuk wadah belajar bersama bagi anggota kelompok pada khususnya dan anggota masyarakat sekitar kelompok pada umumnya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang usaha ternak kambing dan usaha lainnya.

2. Memupuk kerjasama dalam kegiatan usaha ternak kambing dan usaha lainnya.

3. Meningkatkan efisiensi pelayanan teknis dari instansi yang terkait.

II. Tujuan Kelompok

1. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok pada khususnya dan anggota masyarakat sekitar pada umumnya

2. Menyerap tenaga kerja di wilayah kelompok

3. Meningkatkan skala kepemilikan dan produksi ternak

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota untuk memanfaatkan sisa usaha pertanian secara umum untuk menunjang usaha ternak kambing

(44)

30 atau sebaliknya, memanfaatkan limbah peternakan untuk menunjang usaha budidaya pertanian lainnya.

5. Membantu usaha pelestarian lingkungan hidup yaitu dengan mereklamasi lahan galian C dengan pemanfaatan kotoran sebagai pupuk dan penanaman hijauan makanan ternak dan tanaman buah naga.

Peran Kelompok

Program Kerja Kelompok Tani Simpay Tampomas

Kelompok peternak kambing Simpay Tampomas memiliki rencana kerja yang disiapkan untuk mendukung pengembangan usaha ternak kambing. Rencana kerja kelompok ini dibagi menjadi tiga, yaitu rencana kerja jangka pendek, rencana kerja jangka menengah, dan rencana kerja jangka panjang. Program kerja yang dibentuk tahun 2010 di kelompok tani Simpay Tampomas yaitu ;

1. Pembuatan rumah kompos sebanyak satu unit

2. Pembuatan air permukaan untuk peternakan dan kebun rumput 3. Pembuatan dan rehabilitasi kandang ternak

4. Pemindahan sekertariat dan saung pertemuan kelompok 5. Perluasan kandang kawasan

6. Penambahan perluasan 20 hektar kebun HMT 7. Perluasan kebun buah naga seluas 25 hektar

8. Penambahan 450 ekor bibit ternak kambing PEPenambahan 450 ekor bibit ternak kambing PE

9. Regenerasi kepengurusan kelompok 10. Pengelolaan pemasaran konsentrat

Pembuatan rencana kerja dibuat melalui beberapa proses, yaitu mengumpulkan pengurus dan anggota kelompok dalam suatu pertemuan, menampung pendapat dan saran masukan dari pengurus dan semua anggota, pendapat dan saran dimusyawarahkan untuk diambil kesepakatan bersama, serta hasil kesepakatan musyawarah kelompok menjadi keputusan yang mengikat dan harus dilaksanakan.

Gambar

Tabel 2.  Presentase Penduduk Cibeureum Wetan Menurut Jenis Mata Pencaharian  No  Mata Pencaharian  Jumlah Penduduk (orang)       Persentase (%)
Tabel 3.  Karakteristik Peternak Kelompok Ternak Simpay Tampomas
Tabel 5. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Komposisi Umur dan Jenis Kelamin  untuk Tujuan Produksi  Susu dan Daging pada Akhir Tahun (Juli 2011)
Tabel 6. Rata-Rata Pendapatan Kelompok Peternak Kambing dengan Pola I (Tujuan  Produksi Susu dan Daging) dari Agustus 2010-Juli 2011
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait