• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara uji butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cara uji butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Standar Nasional Indonesia

Cara uji butiran agregat kasar berbentuk pipih,

lonjong, atau pipih dan lonjong

Badan Standardisasi Nasional

B

SN

ICS

(2)

i

Daftar isi

Daftar isi ... i Prakata ... ii Pendahuluan ... iii 1 Ruang lingkup ... 1 2 Acuan normatif ... 1

3 Istilah dan definisi ... 1

3.1 butiran agregat kasar ... 1

3.2 butiran agregat berbentuk lonjong ... 1

3.3 butiran agregat berbentuk pipih ... 1

3.4 butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong ... 1

3.5 jangka ukur rasio (proportional caliper device) ... 1

4 Prinsip ... 2 5 Peralatan ... 2 6 Persiapan bahan... 2 7 Cara pengujian ... 3 8 Perhitungan ... 3 9 Pelaporan ... 5

Lampiran A (informatif) Gambar alat pengujian kepipihan dan kelonjongan ... 6

Lampiran B (informatif) Gambar contoh agregat yang pipih, agregat yang lonjong, agregat yang pipih dan lonjong, agregat yang kubikal ... 8

Lampiran C (informatif) Formulir pengujian kepipihan dan kelonjongan ... 9

(3)

Prakata

Metode pengujian butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong ini dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, melalui Gugus Kerja Bidang Perkerasan Jalan pada Sub Panitia Teknik Standardisasi Bidang Prasarana Transportasi. Metode pengujian ini diprakarsai oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi, Badan Penelitian dan Pengembangan ex. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Metode ini merupakan adopsi dari ASTM D 4791-95 Standard Test Method for Flat Particles,

Elongated Particles, or Flat and Elongated Particles in Coarse Aggregate. Metode ini

dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi pengguna dalam melakukan pekerjaan konstruksi perkerasan jalan dan pengendalian mutu bahan perkerasan jalan.

Tata cara penulisan ini disusun mengikuti Pedoman BSN No. 8 tahun 2000 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 15 September 2004 yang melibatkan narasumber, pakar dan stakeholders Prasarana Transportasi sesuai ketentuan Pedoman BSN No. 9 tahun 2000.

(4)

iii

Pendahuluan

Cara uji kepipihan dan kelonjongan agregat kasar dengan alat jangka ukur rasio diperlukan untuk menentukan kualitas agregat kasar yang akan digunakan dalam campuran. Penentuan besarnya rasio pada waktu pengujian agregat, disesuaikan dengan persyaratan yang diiginkan.

Butiran agregat yang berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong jika digunakan dalam konstruksi, dapat berpengaruh terhadap kepadatan atau kekuatan dalam campuran. Metode uji ini dimaksudkan untuk mengontrol jumlah butiran yang dapat digunakan sesuai dengan batasan dalam spesifikasi.

Hasil pengujian akan memberikan keterangan tentang kualitas bahan terhadap produsen penghasil agregat pecah, perencana, dan pelaksana.

Metode pengujian butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong ini, mencakup Ruang lingkup, Acuan normatif, Istilah dan definisi, Peralatan, Cara pengujian dan Perhitungan.

(5)

Cara uji butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong,

atau pipih dan lonjong

1 Ruang

lingkup

Standar ini menetapkan kaidah dan tata cara penentuan persentase dari butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong.

Pengujian ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan berat dan jumlah butiran.

2 Acuan

normatif

− SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar − SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat

− SNI 13-6717-2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat

− ASTM D 4791-95, Standard test method for flat particles, elongated particles, or flat and

elongated particles in coarse aggregate

3

Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini sebagai berikut :

3.1

butiran agregat kasar

butiran agregat yang berdiameter lebih besar dari 9,5 mm (3/8 inci)

3.2

butiran agregat berbentuk lonjong

butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi

3.3

butiran agregat berbentuk pipih

butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi

3.4

butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong

butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi

3.5

jangka ukur rasio (proportional caliper device)

alat untuk mengukur butiran agregat yang berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong dengan rasio tertentu

(6)

RSNI T-01-2005

2 dari 14

4 Prinsip

Butiran agregat dipisahkan sesuai dengan ukuran saringan yang ditentukan, kemudian diukur untuk mendapatkan rasio lebar terhadap tebal, panjang terhadap lebar, atau panjang terhadap tebal.

5 Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pengujian butiran agregat harus disesuaikan dengan perbandingan ukuran yang diinginkan.

1) Jangka ukur rasio (The proportional caliper device);

Jangka ukur rasio dapat dilihat pada Gambar A.1, lampiran A. Alat ini terdiri dari plat dasar dengan dua tonggak tetap dan sebuah lengan yang dapat diatur bukaannya dengan perbandingan yang konstan. Posisi sumbu dapat disesuaikan dengan perbandingan ukuran bukaannya. Gambar A.2 pada lampiran A, mengilustrasikan sebuah alat yang diatur dengan perbandingan 1:2, 1:3, dan 1:5. Angka 2, 3, dan 5 pada gambar menunjukkan rasio yang bersesuaian.

2) Timbangan.

Timbangan yang digunakan harus mempunyai ketelitian sampai dengan 0,5% dari berat contoh.

6 Persiapan

bahan

1) Pengambilan contoh agregat kasar dari lapangan harus sesuai dengan SNI 03-6889-2002;

2) Dari contoh uji agregat kasar, diambil sejumlah contoh untuk diuji sesuai dengan tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat (SNI 13-6717-2002). Benda uji agregat kasar harus dalam keadaan kering, dan berat benda uji disesuaikan dengan ukuran nominal maksimum agregat tersebut. Berat benda uji untuk masing-masing ukuran nominal maksimum adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Berat Benda uji untuk Masing-masing Ukuran Nominal Maksimum

Ukuran Nominal Maksimum mm (inci)

Berat Minimum Contoh Uji kg 9,5 (3/8) 1 12,5 (1/2) 2 19,0 (3/4) 5 25,0 (1) 10 37,5 (1½) 15 50,0 (2) 20 63,0 (2½) 35 75,0 (3) 60 90,0 (3½) 100 100,0 (4) 150 112,0 (4½) 200 125,0 (5) 300 150,0 (6) 500

(7)

7 Cara

pengujian

1) Pengujian ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu berdasarkan berat dan jumlah butiran. Jika dinyatakan dalam berat, contoh uji dioven pada temperatur 110 ± 5o C sampai beratnya tetap. Jika dinyatakan dalam jumlah butiran, pengeringan agregat tidak diperlukan;

2) Contoh agregat kasar di saring sesuai dengan metode pengujian SNI 03-1968-1990. Kurangi dari masing-masing ukuran agregat yang lebih besar dari saringan 9,5 mm (3/8 inci) sebanyak 10% atau lebih dari berat contoh uji semula sesuai dengan SNI 13-6717-2002. Jumlah contoh yang didapat setelah pengurangan sampai kira-kira diperoleh 100 butir;

3) Pengujian kepipihan agregat dan pengujian kelonjongan agregat;

Lakukan pengujian untuk masing-masing ukuran butiran agregat dan kelompokkan dalam salah satu dari 3 kelompok agregat, yaitu kelompok agregat pipih, kelompok agregat lonjong, serta kelompok agregat tidak pipih dan tidak lonjong. Adapun langkah-langkah pengujian masing-masing ukuran butiran agregat adalah sebagai berikut:

a) gunakan jangka ukur rasio (proportional caliper device) pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai, seperti ditunjukkan pada Gambar A.2, lampiran A. - Uji kepipihan

Atur bukaan yang besar sesuai dengan lebarnya butiran. Butiran adalah pipih, jika ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.

- Uji kelonjongan

Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran. Butiran adalah lonjong, jika lebarnya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.

b) setelah butiran dikelompokkan, tentukan perbandingan contoh dalam masing-masing kelompok dengan menghitung jumlah butirnya atau beratnya, tergantung kebutuhan. 4) Pengujian kepipihan dan kelonjongan agregat.

Lakukan pengujian untuk masing-masing ukuran butiran agregat dan kelompokkan dalam salah satu dari 2 kelompok agregat, yaitu kelompok agregat pipih dan lonjong atau kelompok agregat tidak pipih dan lonjong.

a) Gunakan jangka ukur rasio (proportional caliper device) pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai, seperti ditunjukkan pada Gambar A.2, lampiran A. b) Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjang butiran. Butiran disebut pipih dan

lonjong, jika ketebalan dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.

c) Setelah butiran dikelompokkan, tentukan perbandingan contoh dalam masing-masing kelompok dengan menghitung jumlah butirnya atau beratnya, tergantung kebutuhan.

8 Perhitungan

1) Hitung persentase kepipihan dan kelonjongan dalam 1% terdekat untuk masing-masing ukuran saringan yang lebih besar dari 9,5 mm (3/8 inci);

100 × = butiran total berat lonjong dan pipih yang butiran berat lonjong dan pipih butiran % atau

(8)

RSNI T-01-2005 4 dari 14 100 × = butiran total jumlah lonjong dan pipih yang butiran jumlah lonjong dan pipih butiran %

. . .

(1)

2)

Bila diperlukan nilai rata-rata dari suatu contoh, anggap bahwa material pada ukuran saringan tertentu yang beratnya kurang dari 10% terhadap berat contoh, mempunyai persentase butiran yang pipih, butiran yang lonjong atau butiran yang pipih dan lonjong sama dengan nilai pada ukuran saringan setingkat diatasnya atau setingkat dibawahnya. Jika nilai dari ukuran material setingkat diatas dan setingkat dibawahnya ada, dapat digunakan nilai rata-rata dari keduanya.

3) Formula nilai rata-rata kepipihan, kelonjongan, tidak pipih dan tidak lonjong, kepipihan dan kelonjongan, serta tidak pipih dan lonjong adalah sebagai berikut:

(

)

t n n 2 2 1 1 p f p .... f p f p F= × + × + + × . . . (2)

(

)

t n n 2 2 1 1 p e p .... e p e p E= × + × + + × . . . (3)

(

)

t n n 2 2 1 1 p NfNe p .... NfNe p NfNe p NFNE= × + × + + × . . . (4)

(

)

t n n 2 2 1 1 p fe p .... fe p fe p FE= × + × + + × . . . (5)

(

)

t n n 2 2 1 1 p Nfe p .... Nfe p Nfe p NFE= × + × + + × . . . (6) dengan pengertian :

F adalah nilai rata-rata kepipihan, dinyatakan dalam persen (%) E adalah nilai rata-rata kelonjongan, dinyatakan dalam persen (%)

NFNE adalah nilai rata-rata butiran yang tidak pipih dan tidak lonjong,

dinyatakan dalam persen (%)

FE adalah nilai rata-rata kepipihan dan kelonjongan, dinyatakan dalam

persen (%)

NFE adalah nilai rata-rata butiran yang tidak pipih dan lonjong, dinyatakan dalam persen (%)

p1...pn adalah persentase butiran agregat yang tertahan pada masing-masing ukuran saringan

pt adalah total persentase butiran agregat yang tertahan pada ukuran

saringan yang lebih besar dari 9,5 mm (3/8 inci)

f1...fn adalah persentase butiran agregat yang pipih pada masing-masing ukuran saringan

e1...en adalah persentase butiran agregat yang lonjong pada masing-masing ukuran saringan

NfNe1...NfNen adalah persentase butiran agregat yang tidak pipih dan tidak lonjong pada masing-masing ukuran saringan

fe1...fen adalah persentase butiran agregat yang pipih dan lonjong pada masing-masing ukuran saringan

Nfe1...Nfen adalah persentase butiran agregat yang tidak pipih dan lonjong pada masing-masing ukuran saringan

Catatan-1: Rumus (1), (2), (3), (4) dan (5) dapat digunakan untuk pengujian berdasarkan berat maupun pengujian berdasarkan jumlah butir.

(9)

9 Pelaporan

Informasi yang tercakup dalam laporan meliputi: 1) identifikasi agregat kasar yang diuji;

2) gradasi contoh agregat, yang menunjukkan persentase tertahan dari masing-masing ukuran saringan;

3) pengujian agregat yang pipih dan pengujian agregat yang lonjong : a) jumlah butiran dari masing-masing ukuran saringan yang diuji;

b) persentase, dihitung berdasarkan jumlah atau berat atau keduanya, untuk (1); butiran yang pipih, (2) butiran yang lonjong, dan (3) total butiran yang pipih dan total butiran yang lonjong untuk masing-masing ukuran saringan yang diuji;

c) rasio dimensional yang digunakan dalam pengujian; 4) pengujian agregat yang pipih dan lonjong :

a) jumlah butiran dari masing-masing ukuran saringan yang diuji;

b) persentase, dihitung berdasarkan jumlah atau berat atau keduanya, untuk total butiran yang pipih dan lonjong untuk masing-masing ukuran saringan yang diuji; c) rasio dimensional yang digunakan dalam pengujian;

5) jika diperlukan, nilai persentase rata-rata didasarkan pada perbandingan berat aktual dari jenis ukuran saringan dalam pengujian tersebut. Laporkan nilai rata-rata dari gradasi yang digunakan.

(10)

RSNI T-01-2005

6 dari 14

Lampiran A

(

Informatif

)

Gambar alat pengujian kepipihan dan kelonjongan

(11)

2 3 5

Bukaan 'kecil'

Bukaan 'besar'

a) Pengujian butiran berbentuk lonjong (panjang terhadap lebar)

2 3 5

Bukaan 'kecil'

Bukaan 'besar'

b) Pengujian butiran berbentuk pipih (lebar terhadap tebal)

(12)

RSNI T-01-2005

8 dari 14

Lampiran B

(

Informatif

)

Gambar contoh agregat yang pipih, agregat yang lonjong,

agregat yang pipih dan lonjong, agregat yang kubikal

a. Agregat lonjong b. Agregat pipih

d. Agregat kubikal (tidak pipih dan lonjong)

c. Agregat pipih dan lonjong panjang lebar lebar tebal panjang tebal

(13)

Lampiran C

(Informatif)

Tabel C.1 Formulir pengujian agregat pipih dan agregat lonjong

Nama Contoh : Tanggal :

Agregat : Dikerjakan :

Keterangan : Diperiksa :

Berat contoh uji (wt) = ………… gram

Ukuran Gradasi % tertahan Berat tertahan Berat tertahan setelah Saringan Agregat (pi) (wi) gram pengurangan ≥ 10%

gram1) gram1)

% gram1)

% gram1)

%

a b c d=c*wt/pt e f g=f/e*100 h i=h/e*100 j k=j/e*100

Total % tertahan (pt = p1+p2+p3+…) = …………. % Rata-rata

2) (%)= Rata-rata2) (%)= Rata-rata2) (%)=

catatan:

1) selain dalam berat (gram) dapat juga dinyatakan dalam jumlah butir 2) Nilai rata-rata (%) :

- Kepipihan - Kelonjongan

- Tidak pipih dan tidak lonjong

Rasio ……….. Butiran yang pipih (fi)

Rasio ……….. Rasio ………..

tdk pipih dan tdk lonjong (NfNei)

Butiran yang lonjong (ei) PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN AGREGAT LONJONG

t n n 2 2 1 1 p ) f p .... f p f p ( F= × + × + + × t n n 2 2 1 1 p ) e p .... e p e p ( E= × + × + + × t n n 2 2 1 1 p NfNe p ... NfNe p NfNe p ( NFNE = × + × + + ×

(14)

RSNI T-01-2005

10 dari 14

Tabel C.2 Formulir pengujian agregat pipih dan lonjong

Nama Contoh : Tanggal :

Agregat : Dikerjakan :

Keterangan : Diperiksa :

Berat contoh uji (wt) = ………… gram

Ukuran Gradasi % tertahan Berat tertahan Jumlah butiran setelah Butiran yang tdk pipih dan lonjong (Nfei)

Saringan Agregat (pi) (wi) gram pengurangan ≥ 10%

butir1) butir1) % butir1) %

a b c d=c*wt/pt e f g=f/e*100 h i=h/e*100

Total % tertahan (pt = p1+p2+p3+…) = …………. % Rata-rata 2) (%)= …………. Rata-rata2) (%)= ………….

catatan:

1)

selain dalam jumlah butir dapat juga dinyatakan dalam berat (gram)

2) Nilai rata-rata (%) :

- pipih dan lonjong

- Tidak pipih dan lonjong

PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN LONJONG

Butiran yang pipih dan lonjong (fei)

Rasio ……….. Rasio ……….. t n n 2 2 1 1 p Nfe p ... Nfe p Nfe p ( NFE = × + × + + × t n n 2 2 1 1 p fe p ... fe p fe p ( FE = × + × + + ×

(15)

Tabel C.3 Contoh hasil pengujian agregat pipih dan agregat lonjong

Nama Contoh : SPEC. AC-BC Tanggal : 5 Maret 2004

Agregat : Sumedang Dikerjakan :

Keterangan : Diperiksa :

Berat contoh uji (wt) = 6000 gram

Ukuran Gradasi % tertahan Berat tertahan Berat tertahan setelah

Saringan Agregat (pi) (wi) gram pengurangan ≥ 10%

gram1) gram1) % gram1) % gram1) %

a b c d=c*wt/pt e f g=f/e*100 h i=h/e*100 j k=j/e*100

1" 100 0 0.0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0

3/4 " 90 10 1764.7 1613.3 40.6 2.5 0 0.0 1572.7 97.5

1/2 " 76.2 13.8 2435.3 610.3 36.1 5.9 15.1 2.5 559.1 91.6

3/8 " 66 10.2 1800.0 241.0 41.6 17.3 7.8 3.2 191.6 79.5

Total % tertahan (pt = p1+p2+p3+…) = 34 % Rata

2)

(%)= 8.3 Rata2) (%)= 2.0 Rata2) (%)= 89.7

catatan:

1) selain dalam berat (gram) dapat juga dinyatakan dalam jumlah butir 2) Nilai rata-rata (%) :

- Kepipihan - Kelonjongan

- Tidak pipih dan tidak lonjong

PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN AGREGAT LONJONG

Butiran yang pipih (fi) Butiran yang lonjong (ei) tdk pipih dan tdk lonjong (NfNei)

Rasio 1 : 3 Rasio ……….. Rasio 1 : 3 t n n 2 2 1 1

p

)

f

p

....

f

p

f

p

(

F

=

×

+

×

+

+

×

t n n 2 2 1 1 p ) e p .... e p e p ( E = × + × + + × t n n 2 2 1 1 p NfNe p ... NfNe p NfNe p ( NFNE = × + × + + ×

(16)

RSNI T-01-2005

12 dari 14

Tabel C.4 Contoh hasil pengujian kepipihan dan kelonjongan

(dalam berat (gram))

Nama Contoh : SPEC. AC-BC Tanggal : 5 Maret 2004

Agregat : Sumedang Dikerjakan :

Keterangan : Diperiksa :

Berat contoh uji (wt) = 6000 gram

Ukuran Gradasi % tertahan Berat tertahan (w Berat tertahan setelah Butiran yang tdk pipih dan lonjong (Nfei)

Saringan Agregat (pi) (wi) gram pengurangan ≥ 10%

gram1) gram1) % gram1) %

a b c d=c*wt/pt e f g=f/e*100 h i=h/e*100

1" 100 0 0 0 0 0 0 0

3/4 " 90 10 1764.7 1613.3 21.8 1.4 1591.5 98.6

1/2 " 76.2 13.8 2435.3 610.3 27.4 4.5 582.9 95.5

3/8 " 66 10.2 1800.0 241.0 14.9 6.2 226.1 93.8

Total % tertahan (pt = p1+p2+p3+…) = 34 % Rata-rata

2) (%)=

4.1 Rata-rata2) (%)= 95.9

catatan:

1)

selain dalam berat (gram) dapat juga dinyatakan dalam jumlah butir

2) Nilai rata-rata (%) :

- pipih dan lonjong

- Tidak pipih dan lonjong

Rasio 1 : 5 Rasio 1 : 5

PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN LONJONG

Butiran yang pipih dan lonjong (fei)

t n n 2 2 1 1 p Nfe p ... Nfe p Nfe p ( NFE = × + × + + × t n n 2 2 1 1 p fe p ... fe p fe p ( FE = × + × + + ×

(17)

Tabel C.5 Contoh hasil pengujian kepipihan dan kelonjongan

(dalam jumlah butir)

Nama Contoh : SPEC. AC-BC Tanggal : 5 Maret 2004

Agregat : Sumedang Dikerjakan :

Keterangan : Diperiksa :

Berat contoh uji (wt) = 6000 gram

Ukuran Gradasi % tertahan Berat tertahan (w Jumlah butiran setelah Butiran yang tdk pipih dan lonjong (Nfei)

Saringan Agregat (pi) (wi) gram pengurangan ≥ 10%

butir1) butir1) % butir1) %

a b c d=c*wt/pt e f g=f/e*100 h i=h/e*100

1" 100 0 0 0 0 0 0 0 3/4 " 90 10 1764.7 115 2 1.7 113 98.3 1/2 " 76.2 13.8 2435.3 115 6 5.2 109 94.8 3/8 " 66 10.2 1800.0 125 9 7.2 116 92.8 Total % tertahan (pt = p1+p2+p3+…) = 34% Rata-rata

2) (%)=

4.8 Rata-rata2) (%)= 95.2

catatan:

1) selain dalam jumlah butir dapat juga dinyatakan dalam berat (gram) 2) Nilai rata-rata (%) :

- pipih dan lonjong

- Tidak pipih dan lonjong

PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN LONJONG

Butiran yang pipih dan lonjong (fei)

Rasio 1 : 5 Rasio 1 : 5 n n 2 2 1 1 p Nfe p ... Nfe p Nfe p ( NFE = × + × + + × t n n 2 2 1 1 p fe p ... fe p fe p ( FE = × + × + + ×

(18)

RSNI T-01-2005

14 dari 14

Lampiran D

(Informatif)

Daftar nama dan lembaga

1) Pemrakarsa

Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi, Badan Penelitian dan Pengembangan ex. Departemen Kimpraswil.

2) Penyusun

Nama Instansi

Dr. Ir. Furqon Affandi, MSc Pusat Litbang Prasarana Transportasi

Ir. Neni Kusnianti, MT. Pusat Litbang Prasarana Transportasi

Gambar

Tabel 1  Berat Benda uji untuk Masing-masing Ukuran Nominal Maksimum  Ukuran Nominal Maksimum
Gambar alat pengujian kepipihan dan kelonjongan
Gambar A.2   Penggunaan jangka ukur rasio (proportional caliper device)
Gambar contoh agregat yang pipih, agregat yang lonjong,   agregat yang pipih dan lonjong, agregat yang kubikal
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan inside-out pada dasarnya dilakukan untuk mengidentifikasikan kesempatan-kesempatan bisnis yang dimungkinkan oleh perkembangan teknologi informasi sehingga

Hasil dari kajian ini menunjukkan pada simpulan, bahwa dalam perspekti ilmu qowaid as-shorf, konsep mutasi terdapat pada proses I’lal yang bisa dengan qolb (mengganti

Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kasus Ir Jakub Budiman yang digugat oleh Bank Permata karena tidak mampu dalam pembayaran hutangnya, dimana Bank

Pada analisis pendapat para ahli perlu ditetapkan kriteria yang berkaitan dengan tingkat analisis teknis dan biaya dari pekerjaan struktur kolam limbah dengan bahan

yaitu tabel distribusi usia menurut loyalitas, tidak terlihat ada pola yang teratur atau semuanya mengumpul pada loyalitas tinggi, artinya dalam penelitian ini usia tidak

Karena mereka adalah sebagai korban lingkungan yang negatif, hal yang mendasari anak/ remaja berperilaku moral menyimpang adalah karena kurangnya pendidikan tentang

Data Alat/ Instrumen 1 Keterampila n guru dalam pembelajaan Bahasa Jawa melalui Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash 1) Mengajukan pertanyaan kepada siswa

Kegiatan validasi dilakukan melalui dua tahap yakni (1) tahap review oleh ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran, (2) uji