• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROMANTISME PADA PASANGAN LANJUT USIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ROMANTISME PADA PASANGAN LANJUT USIA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ROMANTISME PADA PASANGAN LANJUT USIA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi StrataI pada Fakultas Psikologi

Oleh :

NOLAN AYU KRISTIA PUTRI F 100130083

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

ROMANTISME PADA PASANGAN LANJUT USIA

PUBLIKASI

ILMIAH

OIeh:

NOLAN AYU KRISTIA PUTRI

F 100130083

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen pembimbing

Santi Sulandari. S.Psi.. M.Ger NIK/NIDN. 1218/0619088701

(3)

ROMANTISME PADA PASANGAN LANJUT USIA

Yang diajukan oleh:

NOLAN AYU KRISTIA PUTRI

F 100130083

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan penguji Pada tanggal, 1 Agustus 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji Utama

Santi Sulandari" S.Psi.. M.Ger Penguji Pendamping I

Dr. Moordininesih. M.Si" Psi

Penguji Pendamping

II

Wisnu Sri Hertiniune. S.Psi..M.Psi. Psi

Surakarta,

I

Agustus 2017 Universitas Muhammadiyah Surakarta

#

r.&,mG^

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang

tidak

permah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah di tulis dan diterbitkan oleh orang 1ain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka:

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pemyataan saya di

atas makan akan saya pertanggungiawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 22 Juli 2017 Penulis

Nolan Avu Kristia Putri

F 100130083

(5)

1

ROMANTISME PADA PASANGAN LANJUT USIA ABSTRAK

Hubungan romantisadalahsuatu hubungan seseorang yang lebih dekat namun tidak hanya berhubungan dengan seksual tetapi dapat ditunjukkan berupa hal kecil seperti ciuman dan saling bermesraan. Bentuk romantis yang ada di Negara barat yaitu saling mengasihi, kebersamaan, saling menghormati, saling peduli,saling bergandengan, berpelukan dan berciuman didepan umum namun dinegara timur kemesraanyang diperlihatkan didepan umum masih terlihat tabu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk romantisme pada pasangan lanjut usia dan manfaatnya. Informan penelitian ini adalah 6 orang lansia berusia 60-75 karena pada usia tersebut masih memiliki pasangan, pasangan lansia yang telihat mesra seperti melakukan kegiatan bersama, saat berjalan saling bergandengan tangan dan menunjukkan ekspresi senang, dan informan tinggal di daerah Solo, Jawa tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan strategi naratif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstrukturdan observasi selama dua hari. Hasil penelitian menemukan lima bentuk-bentuk romantisme pada pasangan lanjut usia yaitu perilaku mesra, kebersamaan pasangan, saling perhatian, menjalin komunikasi, dan komitmen. Selain itu bentuk-bentuk romantis tersebut dapat dibagi menjadi tiga meliputi sosial (kebersamaan dan komunikasi), psikologi (perhatian dan komitmen) dan fisik (perilaku mesra). Selanjutnya dari bentuk-betuk romantis tersebut subjek penelitian mendapatkan manfaat yaitu perasaan bahagia, bersyukur, lebih menikmati, dan semakin harmonis.

Kata kunci : romantisme, lansia

ABSTRACT

Romantic relationship is someone relation not only closer each others but also sexually related and can be shown in the form of small things like kissing and making out. Romantic form that existed in Western countries i.e. love, togetherness, mutual respect, mutual care, holding each others, hungging and kissing in public space, different with Eastern countries that showing the intimate behavior in public space is still rare. This research aims to find out how the form of romanticism on elderly couples and its benefits. Informant of this research aresix elderly aged 60 to 75 years because that age still have a couple of blissful, intimate behavior can be seen from togetherness each other, holding hands and showing the expression of excited and informant living in Solo, Central Java.The method which used in this research is qualitative research’s method with descriptive narrative strategies. The methode of data collection which used in this research is a semi structured interview against six people and observation for two days. The result of this study was found five forms of romanticism on the elderly couples such as intimate behavior, togetherness, having mutual attention,

(6)

2

established communication and commitment. Besides the romantic forms can be divided into three points including social (togetherness and communication), psychology (attention and commitment) and physical (intimate behavior). Further benefits of the romantic form of the subjects will get good feeling, grateful, more harmonious and more enjoy.

Keyword: romanticism, elderly couples.

1. PENDAHULUAN

Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja kemunduran fisik seperti merasa cepat capek, stamina menurun, badan menjadi membongkok, kulit keriput, rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016). Sedangkan menurut Bustan (dalam Maramis, 2016) perubahan mental-emosional yaitu daya ingat menurun, sering lupa, emosi berubah, sering marah-marah, rasa harga diri tinggi, dan mudah tersinggung.Selain perubahan– perubahan yang bersifat negatif diatas lansia juga mengalami perubahan yang bersifat positif seperti menurut Bastaman, (dalam Septiningsih, 2013) lansia selalu berusaha meningkatkan iman dan takwanya kepada Tuhan, lansia mampu hidup mandiri dan tidak terlalu tergantung pada keluarga. Selain itu lansia juga dapat menjalin hubungan tetap rukun dengan pasangan, anak-anak, kerabat dekatnya dan lansia memiliki teman dilingkungan untuk berkomunikasi dan bergaul.

Berdasarkan hasil survey dari Badan Pusat Statistik [BPS] (2013) peningkatan usia harapan hidup dapat dilihat dari semakin meningkatnya populasi lansia dari tahun ke tahun. Data pada tahun 2010 jumlah lansia sekitar 7,56% dari jumlah penduduk Indonesia dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 8,49%. Populasi lansia diprediksi akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan survey tersebut telah diproyeksi populasi lansia pada tahun 2020 sebesar 9,99%, pada tahun 2025 meningkat menjadi 11,83% dan terus meningkat hingga 13,82% pada tahun 2030.

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa penduduk lansia semakin bertambah dari tahun demi tahun. Pertambahan tersebut memungkinkan

(7)

3

memunculkan berbagai permasalahan bagi para lansia seperti mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari lingkungan dan kesepiann (Berlian & Heppy, 2014). Permasalahan kesepian yang muncul pada lansia dapat dialami siapa saja, bahkan hal tersebut dapat terjadi pada lansia yang memiliki pasangan, seperti pada pasangan usia lanjut cenderung sedikit menunjukkan rasa perhatian dan kurangnya komunikasi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lansia berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan mengalami kesepian gabungan antara kesepian emosional, kesepian situasional dan kesepian sosial. Salah satu faktor penyebab dari kesepian karena lansia merasa tidak mendapatkan figur kasih sayang dari pasangannya ataupun anaknya (Septiningsih & Naimah 2012).

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa hubungan pernikahan tidak selalu harmonis, seperti penelitian yang dilakukan oleh Burns (dalam Septiningsih & Naimah 2012) bahwa seseorang yang menikah tidak menjamin seseorang itu tidak merasa kesepian. Kebanyakan orang mengira kesepian hanya menimpa orang-orang yang hidup sendiri, berpisah dari suami atau istri, telah bercerai atau sebagainya, padahal tidak selalu begitu. Menurut Lake (dalam Septiningsih & Naimah 2012) bahwa kesepian timbul karena hilangnya kontak atau komunikasi dengan orang lain terutama dengan orang yang dicintai, selain itu juga tidak terpenuhinya kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain karena berbagai alasan. Sehingga pasangan suami istri dapat memperbaiki hubungannya dengan menerapkan hubungan romantis.

Hubungan romantis menjadi hubungan yang penting bagi pasangan suami istri karena semakin bertambahnya usia pasangan suami istri membutuhkan perhatian yang diberikan oleh pasangan untuk mengurangi kesepian tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan Gupta, dkk (2015) bahwa pasangan lanjut usia masih membutuhkan hubungan yang romantis namun hubungan romantis yang dibutuhkan seperti saling mengasihi, mampu melakukan kegiatan secara bersama-sama, saling menghormati, saling peduli satu sama lain, dan persahabatan. Sedangkan pada hasil penelitian di Negara barat bentuk romantis sering kali di

(8)

4

tunjukkan di tempat umum seperti pada pengamatan yang dilakukan oleh Markey dan Markey (2007) ketika pasangan lanjut usia sedang duduk di taman saling berpegangan tangan, berciuman dan berpelukan saling berbagi kasih sayang. Sedangkan kebanyakan romantis yang ada di Indonesia tidak ditunjukkan seperti itu karena berbedaan budaya. Seperti pada data awal yang didapatkan peneliti bahwa pasangan lanjut usia yang menjalani hubungan romantis menunjukkan bentuk romantis dengan saling memperhatikan, saling membantu dan mengerti kekurangan satu sama lainnya. Hal ini membuat hubungannya menjadi semakin harmonis dan adanya perasaan bahagia karena bisa saling memahami satu sama lain dan tidak menjadikan beban hidup.

Selain itu menurut Azizah (dalam Pangaribuan, 2016) mewujudkan keluarga yang harmonis juga menjadi dambaan setiap keluarga, agar pernikahan menjadi harmonis pasangan suami istri dapat melakukan beberapa hal seperti memprioritaskan keluarga, menjaga keutuhan anggota kelurga komunikasi antar anggota keluarga, saling pengertian, sabar, jujur, saling percaya, menghormati pendapat pasangan, saling mencintai dan menyayangi, bersyukur atas nikmat tuhan, bekerja keras dengan ulet, tidak mudah putus asa dan penuh kesabaran dalam menghadapi keluarga. Lebih lanjut menurut Rahmiati (dalam Pangaribuan, 2016). Mengungkapkan emosi dalam bentuk kasih sayang dan kelembutan menimbulkan keintiman dan kepercayaan dalam hubungan.

Kedekatan pada pasangan memiliki peran penting karena memiliki pasangan hidup dianggap dapat memberikan kebahagiaan. Beberapa penelitian dapat mengungkap bahwa orang yang berstatus menikah secara rata-rata terlihat lebih bahagia dari pada orang yang tidak menikah. Pada dasarnya kebahagiaan pasangan akan tercapai jika ada kesediaan saling berkorban, saling menyesuaikan diri, saling merawat cinta kasih, perasaan menjadi satu, kedewasam kepribadian dan kematangan emosional (Romas, 2011). Menurut Pujiastuti hubungan suami istri itu akan menjadi harmonis bila masing-masing pihak saling melengkapi (Romas, 2011).

Menurut William Sawyer, dan Wahlstrom (2006) cinta adalah intimasi dari rasa kepedulian satu sama lain dan komitmen terhadap orang lain. Cinta

(9)

5

adalah menemukan sahabat dekat, pasangan romantis hingga berujung pada pernikahan. Sedangkan cinta romantis sendiri berkaitan dengan hasrat seksual yang kemudian berkembang menjadi cinta terhadap pasangan yang menekankan pada intimasi, afeksi dan komitmen satu sama lain. Jika dikaitkan antara cinta (love) dengan keromantisan (romantic love), William juga mengungkapkan bahwa romantis bukanlah sekedar hasrat (seksual) yaitu hasrat untuk mendapatkan kepuasan seks dalam suatu hubungan.

Berdasarkan penjelasan fenomena di atas bahwa lansia masih mendapatkan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia sehingga peneliti merumuskan permasalahan bagaimana keromantisan pada pasangan lanjut usia.

2. METODE

Pendekatan ini menggunakan metode kualitatif strategi naratif deskriptif. Pemilihan informan dalam penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu penentuan informan sesuai dengan ciri-ciri atau kriteria yang dimiliki oleh informan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Karakteristik informan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 3 pasangan suami istri lanjut usia dan subjek di pilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu: (1) Lansia yang tergolong kategori young old (berusia 60-75 tahun) karena dalam usia tersebut rata-rata masih memiliki pasangan (2) Pasangan lansia yang telihat mesra seperti melakukan kegiatan bersama, saat berjalan saling bergandengan tangan dan menunjukkan ekspresi senang, (3) Infoman bertempat tinggal di Solo, Jawa Tengah. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi.

Strategi penvalidasian yang dipilih oleh peneliti adalah dengan menggunakan member check, alasan peneliti menggunakan member check adalah agar setiap informasi yang didapatkan, yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud partisipan.

(10)

6 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sosial (kebersamaan dan menjalin komunikasi dengan baik)

Bentuk romantis yang dilakukan pasangan lansia ini bisa dilihat dari segi sosial dimana pasangan lansia ini terlihat selalu bersama, menjalin komunikasi dengan baik dan saling memberikan perhatiannya kepada pasanganya, sehingga masyarakatpun dapat melihat kedekatan pasangan lansia tersebut. Hal tersebut sesuai dengan bentuk yang ditemukan dalam sebuah elemen menurut Prager (dalam Rita, 2011) yang menyatakan bentuk romantis tersebut seperti saling memerikan perhatian, menaruh kepercayaan, rasa kebersamaan dan saling berbagi waktu serta aktivitas. Ketika pasangan menerapkan rasa kebersamaan dan dapat berbagi waktu aktifitas maka akan meningkatan hubungan dari hari kehari sehingga lama kelamaan akan merasa hubungannya lebih intim. Pasangan A, B, dan C merasakan bahwa semakin bertambahnya usia semakin lebih banyak waktu untuk berduaan karena sudah tidak bekerja hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil observasi ketika kebersamaannya dirumah dan menghadiri acara. Kegiatan masing-masing informan yaitu selalu dilakukan bersama-sama seperti pernyataan yang ada.

Selain itu adapun waktu khusus dengan pasangan yaitu setiap malem minggu pasangan B pergi berdua untuk sekedar makan bersama diluar ataupun hanya sekedar jalan-jalan saja keliling kota.

Kebersamaan tersebutlah yang membuat pasangan ini terlihat romantis. Selain itu dengan menghabiskan waktu bersama pasangan setiap hari akan menjadikan keluarga menjadi harmonis seperti pada penelitian dilakukan oleh Anindita & Bashori (2012) ketika pasangan suami istri selalu meluangkan waktuuntuk mengisi dengan kegiatan bersama seperti menonton tv danbercengkeranman dengan anak, seringnya pasangan suami istri melakukan kegiatan maka dapat meningkatkan kohevisitas. Ketika duduk-duduk subjek penelitian suka mengobrol dengan pasangannya mengenai kegiatan yang telah dilakukan maupun permasalahan yang dihadapi hal ini juga dapat dilihat dari hasil observasi. Salah satu bentuk romantis cinta yang dilakukan pasangan kekasih adalah menjalin sebuah komunikasi yang baik, sehingga dapat berbagi gagasan, pemikiran, perasaan dan tindakan dengan pasangan (Varma & Mathur, 2015).

Selain itu dari segi sosial terdapat bentuk romantis cinta dapat dilihat dari jalinan komunikasi yang baik seperti menurut Nugroho, (2010) yaitu ada 4 yang pertama yaitu adanya komunikasi yang baik (keterbukaan, kejujuran, berbagi, memahami, dan menghargai satu sama lain) kedua, komitmen (komitmen jangka panjang untuk menjaga hubungan cintanya dengan pasangan) ketiga, keintiman (memberikan dan menerima dukungan

(11)

7

secara emosial dari pasangan sehingga memunculkan kehangatan dalam hubungan romantis). Keempat, kepercayaa (menaruh kepercayaan kepada pasangannya). Hal tersebut didalam segi sosial peneliti menemukan 2 bentuk yang sama yaitu komunikasi yang baik dan keintiman. Pasangan A, B dan C yang selalu bersama-sama maka secara otomatis jalinan komunikasinya juga baik hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil observasi.

Dari bentuk yang didapat oleh peneliti bahwa pasangan A, B dan C menjalin komunikasi yang baik dengan pasangannya sepeti saling terbuka dengan permasalahan yang ada, saling memberi informan dan saling melengkapi. Selain itu keintiman pada masing-masing informan dapat dilihat dari saling member/menerima dukungan atau perhatian. Namun dibagian kepercayaan peneliti tidak menemukan hasil tersebut saat peneliti penanyakan masing-masing informan mengatakan tidak merasa cemburu karena selama ini jelas bahwa kegiatan yang dilakukan selalu bersama. 3.2 Psikologi (perhatian dan komitmen)

Hasil penelitian yang didapat dari segi psikologis yaitu bentuk perhatian dan komitmen. Bentuk perhatian ini juga dapat masuk dalam segi psikologis karena bentuk perhatian yang diberikan oleh pasangan walaupun terlihat sederhana namun dapat memberikan kenyamana bagi pasangan masing-masing. Seperti hasil penelitian hasil wawancara dan observasi bahwa lanjut usia masih membutuhkan hubungan yang romantis namun hubungan romantis yang dibutuhkan seperti saling mengasih, mampu melakukan kegiatan secara bersama-sama, saling menghormati, saling peduli satu sama lain, dan persahabatan (Gupta dkk, 2015). Hal tersebut sesuai dengan bentuk romantis yang ditemukan oleh peneliti bahwa masing-masing subjek penelitian saling memberikan dan menerima perhatian dari pasangannya. Perhatian yang diberikan setiap pasanganpun berbeda-beda. Seperti perhatian yang diberikan oleh informan B1 yang sangat perhatian dengan pakaian yang dikenakan oleh pasanganya hal ini juga didukung hasil observasi..

Selain itu juga informan C1 memberikan perhatiannya sederhana namun membuat nyaman pasangannya. Hal tersebut menjelaskan bahwa informan B1 dan C1 saling peduli dengan pasangannya sehingga dapat memberikan perhatian tersebut. Selanjutnya Menurut Sternberg (1986) terdapat elemen-elemen yang merupakan ”jantung” dari hubungan romantis cinta yaitu berupa saling memberi perhatian, ide atau informasi. Mengembangkan kepribadian masing-masing, menemukan hal-hal yang menarik secara bersama-sama, saling memahami dengan baik, membuat seseorang merasa dibutuhkan, saling memberikan bantuan, saling

(12)

8

mengingatkan dan saling berbagi perasaan secara mendalam. Hal tersebut peneliti juga menemukan bahwa perhatian yang diberikan kepada pasangannya berupa saling membantu, saling mengingatkan, saling memahami dan saling berbagi persaaan. Seperti pada pasangan B yang berbeda agama namun bisa saling memahami, mengingatkan mengenai agamanya dan saling membantu hal ini juga dilihat ketika observasi informan B1mengantar istrinya kegereja.

Ungkapan kasih sayang dapat berikan kepada pasangannya dalam bentuk perhatian oleh pasangan B diatas. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari dukungan pasangan bila dirasakan, dipersepsikan dan dinilai, dengan itu semua pasangan akan merasa memperoleh dukungan dan merasa bahwa pasangannya dapat diandalkan pada saat dibutuhkan, kondisi ini pasangan akan merasa puas dengan pernikahnya (Soeharto, Faturchman, Adiyanti, 2013). Selain itu perhatian yang diberikan secara penuh kepada pasangan membuat berkurangnya kecemasaan terhadap pasangan suami istri (Caughlin, Huston, & Houts, dalam Barnes dkk, 2007), salah satu subjek penelitian mengatakan bahwa ketika ada pasanganya maka dirinya tidak pernah merasakan kebingungan dan selalu merasa tenang. Penelitian dahulu menunjukkan bahwa hubungan perhatian yang penuh ditunjukkan pada menyayangi, keterbukaan, dan menjalin komunikasi yang baik untuk mendapatkan kepuasan hubungan dan mengurangi adanya perpisahan (Carrere & Gottman, dalam Barnes dkk, 2007).

Selanjutnya dari segi psikologi juga dapat dilihat dari bentuk komitmen pada pasangan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Simpson, (1990) yang mengatakan bahwa Pasangan yang romantis memiliki hubungan yang dekat dengan pasangan dan memiliki sebuah komitmen untuk mempertahankan hubungan, apabila pasangan suami istri dapat menjalin hubungan tersebut maka terhindar dari rasa cemas dan ketidakpercayaan. Adapun bentuk romantisan yang lainnya menurut William, Sawyer, dan Wahlstrom, (2006) dapat dilihat bahwa bentuk romantis dalam sebuah hubungan yaitu saling berbagi, saling memberikan dukungan, saling memberikan kontak fisik dan seksual, dan adanya sebuah komitmen dalam hubungan. Terlihat bahwa komitmen termasuk salah satu bentuk yang perlu dijaga untuk mempertahankan sebuah hubungan. Setiap pasangan memiliki komitmen yang berbeda-beda untuk menjaga hubungannya seperti kesetiaan, kejujuran, kepercayaan dan lainnya sehingga hubungan pasangan lansia ini bisa bertahan sampai saat ini. Salah satu komitmen yang ada pada pasangani untuk menjaga sebuah hubungan informan satu sama lain yaitu saling menghormati, saling menyayangi,

(13)

9

keterbukaan, dan saling mengerti satu sama lain. Hal tersebut diperlihatkan dari salah satu pernyataan berikuti ini:

Ketika cinta romantis dapat dipertahankan sampai hubungan jangka panjang makan akan muncul bentuk-bentuk romantis cinta yang dibutuhkan seperti sebuah komitmen, perasaan percaya, peduli, pengertian, kesadaran diri sendiri dan yang lainnya (Varma & Mathur, 2015). Dari perhatian yang diberikan kepada pasangannya peneliti melihat dari hasil observasi bahwa ketika makan mengambilkan makanan, membantu mengambilkan pakaian dan mengantarkan istri berpergian. Hal tersebut terlihat dalam bentuk didalam penelitian yang didapat adalah komitmen dan perhatian, dimana didalam sebuah perhatian sudah termasuk dalam keperdulian, dan kesadaran dalam tugas sebagai istri dan suami.

3.3 Fisik (perilaku mesra)

Pasangan lansia sudah tidak menunjukkan sikap mesra yang ditunjukkan seperti anak muda. Sebuah penelitian menunujukkan bahwa terdapat hubungan romantis yang ditunjukkan antara pasangan remaja dilingkungan seperti berpegangan tanga, dan berciuman, sehingga terlihat seperti saling mengakui bahwa pasangannya adalah pasangan mereka (O’sullivan dkk, 2007). Selain itu adapula hasil observasi dari sebuah penelitian Markey dan Markey (2007) di Negara barat menunjukkan bahwa bentuk romantis yang ditunjukkan oleh pasangan lansia yang sedang duduk di taman saling berpegangan tangan, berciuman dan berpelukan saling berbagi kasih sayang.

Adapun bentuk romantisan yang lainnya menurut William, Sawyer, dan Wahlstrom, (2006) dapat dilihat bahwa bentuk romantis dalam sebuah hubungan yaitu saling berbagi, saling memberikan dukungan, saling memberikan kontak fisik dan seksual, dan adanya sebuah komitmen dalam hubungan. Pernyataan diatas juga menjelaskan bahwa salah satu bentuk romantis adalah saling memberikan kontak fisik dan seksual dengan pasangannya. Hal ini berbeda dari hasil penelitian yang didapat. Perilaku mesra yang muncul pada wawancara dan observasi pada pasangan lanjut usia yaitu hanya saling bergandengan tangan, berhubungan seksual dan saling membutuhkan. Pasangan A, B dan C mengatakan bahwa ketika berjalan bergandengan tangan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan. Hal ini bisa dilihat pernyataan dari hasil wawancaran.

Selain itu pada perilaku seksual hanya dinyatakan oleh pasangan A dan C itupun hanya pernyataan bahwa dalam hubungan seksual pasangan ini masih rutin walaupun sudah lanjut usia. Selanjutnya perilaku mesra yang ditunjukkan didepan umum seperti berangkulan, perlukan didepan

(14)

10

umum menurut pasangan B sudah tidak pantas lagi dilihat. Jadi hanya bentuk perhatian yang diberikan kepada pasangan ketika didepan umum.

Bentuk romantis yang ditemukan peneliti adalah perilaku mesra seperti berpeganga tangan dan saling membantu adalah hal yang dibutuhkan saat ini. Selain itu pula perilaku romantis seperti saling pelukan, berciuman didepan umum masih di anggap tabu dan adanya perbedaan budaya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa lanjut usia masih membutuhkan hubungan yang romantis namun hubungan romantis yang dibutuhkan seperti saling mengasih, mampu melakukan kegiatan secara bersama-sama, saling menghormati, saling peduli satu sama lain, dan persahabatan (Gupta dkk, 2015).

3.4 Hasil obervasi

Dari bentuk-bentuk yang ditemukan yaitu perilaku mesra, kebersamaan, saling perhatian, komunikasi dan komitmen. Bentuk yang tidak masuk dalam guide observasi adalah komitmen karena sebuah komitmen tidak terlihat dalam perilaku. Peneliti melakukan observasi secara khusus dengan subjek selama 2 hari dari pagi sampai siang dan siang sampai sore untuk melihat hal-hal yang relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap wawancara.

Dari hasil observasi diatas dapat dilihat bahwa pasangan A, B, dan C ketika menghadiri acara terlihat saling bergandengan tangan. Selain itu pasangan ini lebih banyak bersama seperti menonton televisi bersama, duduk-duduk bersama dan makan bersama. Ketika makan bersama disitu terlihat perhatian yang diberikan oleh para istri yang mengambilkan dan menyiapkan makanan. Selanjutnya perhatian yang lainnya yaitu ada pada informan B1 yang sangat perhatian dengan penampilan istrinya jadi informan membantu pasanganya memilihkan baju untuk pasangannya dan ada pula pada informan C2 yang menyiapkan pakaian untuk pasangannya ketika pasanganya selesai mandi. Kemudian pada pagi hari informan B1 mengantar istrinya kegereja namun walaupun pasangan ini berbeda agama informan B1 tetap mengantarkan pasangannya ke gereja dan menunggunya selesai sembayang.

3.5 Manfaat dari Bentuk-bentuk Romantis

Dari hasil wawancara dan observasi bentuk-bentuk romantis memberikan manfaat untuk pasangan suami istri. Pasangan lanjut usia merasa bahagia karena bisa selalu bersama dengan pasangannya. Kebahagiaan tersebut seperti pada pasangan A merasa bangga ketika pergi berdua dengan pasangan, pasangan B selalu berpergian bersama-sama sehingga selalu merasa senang dan tidak merasa sendiri dan bahagia pada pasangan C yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Hal tersebut

(15)

11

menyatakan bahwa pentingnya perilaku romantis dengan pasangannya di usia lanjut karena dengan perilaku romantis tersebut dapat menjadikan kebahagiaan tersendiri bagi pasangan dan menjadikan keluarga semakin harmonis. Menurut Stevens (dalam Romas, 2011) ada salah satu bentuk romantis cinta yang dapat meningkatkan kebahagiaan pasangan suami istri. Namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa pasangan yang memiliki hubungn romantis seperti sering menghabiskan waktu bersama tidak memunculkan rasa bahagia dengan pasangannya (ursila, 2012).

Bertambahnya usia masing-masing subjek penelitian merasa hubungan semakin harmonis karena pasangan A, B dan C yang dulunyamasih sibuk dengan pekerjaanya sekarang sudah tidak sehigga bisa menghabiskan waktu bersama-sama setiap hari walaupun ada kegiatanpun di hadiri bersama. Hal ini sesuai dengan Romas (2011) bahwa keluarga yang bahagia dan harmonis terwujud apabila pasangan suami istri senantiasa berusaha menjalin hubungan romantis dengan cara menjalin komunikasi yang efektif dengan pasangannya sehingga menjalin hubungan yang romantis menjadi hal yang penting karena dapat mendekatkan satu sama lain.

Bentuk romantis yang telah dijalani oleh pasangan lansia ini memberikan manfaat/kepuasan tersendiri bagi kedua pihak. Menurut Hendrick (1988) bahwa seseorang yang memiliki kepuasan terhadap hubungannya akan menunjukkann hal-hal berikut: (1) Merasa pasangannya telah sesuai dengan kriteria yang diinginkan (2) Merasa hubungannya lebih romantis dibandingkan orang lain (3) Merasa bersyukur karna dapat menjalani hubungan romantis dengan pasangannya (4) Merasa hubungannya romantis dengan pasangan sesuai dengan harapan (5) Sangat mencintai pasangannya (6) Hubungan dengan pasangan tidak mengalami banyak masalah. Hal ini sesuai dengan kepuasan yang dirasakan oleh masing-masing-masing informan sehingga bisa lebih bersyukur, lebih bahagia, menikmati saat-saat bersama, dapat mengenang masa-masa lalu dan semakin bertambahnya usia pasangan lansia ini semakin harmonis keluarganya.Hal dapat dilihat dari pernyataan yang diberikan.

Selain perasaan syukur pasangan lansia ini juga selalu menikmati kebersamaannya dengan pasangan. Seperti pada pasangan A menikmati kebersamaan ketika dirumah berdua saja sampai pasangan ini lebih senang hidup berdua saja.

Menurut Sternberg (1986) komitmen merupakan elemen kognitif dari cinta yang jangka panjang mengacu pada komitmen seseorang untuk

(16)

12

menjaga serta mempertahankan cintanya. Selain itu ada pun yang berpendapat beda, menurut Acevedo dan Aron (2009) mengungkapkan sebuah keyakinan bahwa semakin lama cinta romantis semakin memudar sehingga dapat merusak hubungan. Padahal dari hasil yang didapat oleh peneliti bahwa hubungan romantis semakin bertambahnya usia hubungannya tambah harmonis. Hasil penelitian Acevedo dan Aron (2009) mengungkap bahwa panjang pendeknyasuatu hubungan berkaitan dengan kepuasan dalam hubungan. Hubungan antara cinta romantis (tanpa obsesi) dan kepuasan dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang merupakan sesuatu yang penting dalam tahap pembentukan dan pemeliharaan hubungan. Hubungan romantis jangka panjang dapat dipertahankan apabila ada intensitas, ketertarikan seksual, keterlibatan, dan tanpa obsesi. Hal ini berkorelasi positif dengan kepuasan perkawinan. 4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa kesimpulan yang diambil oleh peneliti. Bentuk-bentuk romantis yang muncul pada pasangan lanjut usia dibagi menjadi 3 bagian yang dapat dilihat dari segi sosial (kebersamaan dan komunikasi), dari segi psikologis (perhatian dan komitmen) dan dari segi fisik (perilaku mesra seperti bergandengan tangan). Bentuk romantis yang muncul pada pasangan lanjut usia tidak seperti pada negara barat yang dapat menunjukkan perilaku mesra di depan umum seperti pelukan atau ciuman, karena adanya perbedaan budaya sehingga perilaku mesra yang muncul di Solo, Jawa Tengah hanya saling bergandengan tangan. Dari bentuk-bentuk romantis tersebut masing-masing pasangan juga mendapatkan manfaat yaitu perasaan bersyukur, bahagia, dan semakin bertambahnya usia semakin harmonis hubungannya sehingga selama ini setiap pasangan dapat menikmati kebersamaannya dengan pasangan. Selain itu keromantisan yang dijalani pasangan lansia bisa saling berbagi, saling membantu dan saling memberikan perhatian satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Acervedo, B. P., & Aron, A. (2009). Does long-term relationship kill romantic love ? Review of General Psychology Vol 13 No. 1 , 59. Doi: 10.1037/a0014226

Agusdwitanti, H., Tambunan, S. M., & Retnaningsih. (2015). Kelekatan dan Keintiman pada dewasa awal. Jurnal Psikologi , 19.

Anindita, D., & Bashori, K. (2012). Kohevisitas suami istri diusia madya. junal

(17)

13

Barnes, S., Brown, K. W., Krusemark, E., Campbell, W. K., & Rogge, R. D. (2007). The role of mindfulness in romantic relationship satisfaction and responess to relationship stress. Journal of Marital and Family Therapy,

33(4), 496. DOI: 10.1111/j.1752-0606.2007.00033.x

Berlian, R., & Heppy, F. (2014). Hubungan depresi dengan kejadian insomnia pada lansia dipanti sosial tresna wedha kasih sayang ibu batusangkar.

Jurnal Kesehatan Stikes Prima Nusantara Bukit Tinggi , 83.

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Gupta, R., Pillai, V., Punetha, D., & Monah, A. (2015). Love experiences of older african americans: a qualitative study. Journal of International Women's

Studies, 16 (3), 287.

Hendrick, S. S. (1988). A generic measure of relationship satisfaction. Journal of

Marriage and the Family, 50(1), 93-97.

Maramis, R. l. (2016). Kebermakanaan hidup dan kecemsan dalam mengdahapi kematian pada lansia di panti wedha samarinda. ejournal Psikologi , 319-332.

Markey, P. M., & Markey, C. N. (2007). Romantic ideals, romantic obtainment and relationship experiences: The complementarity of interpersonal traits among romantic partners. Journal of Social and Personal Relationships,

24 (4), 518.

Nugroho, B. N (2010). Romantisme Cinta Pada Pasangan Suami Istri atau yang

Menyandang Tuna Daksa. (skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

O’Sullivan, B. L., Cheng, M. M., Harris, K. M., & Brooks-Gunn, J. (2007). I wanna hold your hand: The progression of social, romantic and sexual events in adolescent relationships. perspectives on sexual and reproductive

health, 39(2), 100-107.doi: 10.1363/3910007

Pangaribuan, L. (2016). Kualitas komunikasi pasangan suami istri dalam menjaga keharmonisa perkawinan . Jurnal Simbolika Vol 2 No 1 , 2..

Rita, H. (2011). Pengaruh Body Image terhadap Romantic Relationship

Satisfaction pada Remaja Wanita (skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara

Romas, M. Z. (2011). Kebahagiaan hubungan suami istri ditinjau dari keterampilan penampilan asertif . Jurnal Psikologi No. 7 , 28.

Septiningsih, D. S., & Naimah, T. (2012). Kesepian pada lanjut usia: Studi tentang bentuk, faktor pencetus dan strategi koping. Jurnal Psikologi , 6-7.

Septiningsih, M. N. (2013). Penelitian tentang successful aging (studi tentang lanjut usia yang anak dan keluarganya tinggal bersama). Psycho Idea,

Tahun 11. No 1 , 18-29.

Simpson, J. A. (1990). Influence of attachment styles on romantic relationships.

(18)

14

Soeharto, Triana Noor E.D., Faturochman., & Adiyanti, M. G. (2013). Peran Nilai positif pekerjaan-keluarga sebagai mediasi pengaruh dukungan suami terhadap kepuasan kerja dan kepuasan perjawinan pada perempuan yang Bekerja. Jurnal Psikologi, 40, 59-70.

Sternberg, R. J. (1986). A Triangular Theory of Love. Psychological, 93 (2), 120-124.

Ursila, F. M. (2012). Hubungan antara kepuasaan hubungan romantis dan psychological well-being pada mahasiswa yang berpacaran. Fakultas

Psikologi .

Varma, P., & Mathur, D. A. (2015). Adolescent romantic relationships. The

International Journal of Indian Psychology, 3(1), 17-26.

Williams, B. K., Sawyer, S. C., & Wahlstrom, C. M. (2006). Marriages, Families, & Intimate Relationships : A Practical Introduction. Baston: Pearson Education, Inc.

Referensi

Dokumen terkait

Pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industry mebel tersebut mencemari udara dan lingkungannya sehingga pekerja industri mebel

Benefit dari kegiatan ini adalah Informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) bidang pertanian yang telah tersintesis dan terkelola secara tepat dan sistematis akan

Faktanya dari nasabah yang di wawancarai ini tidak tahu jika dalam 1 tahun pertama jumlah dananya harus sudah mencukupi untuk naik haji dan setahunya jika berangkat tahun 2015

Penelitian yang dilakukan Akhmar (2007) dengan tumbuhan yang sama dalam air limbah cair tahu dengan variasi kerapatan tanaman harus disesuaikan dengan luas permukaan dari media

Salah satu standar data center  yang telah diakui internasional adalah TIA – 942, standar ini dikeluarkan oleh Telecommunications Industry Association (TIA). Dari studi kasus ini

Cetakan adalah rongga atau ruang di dalam pasir cetak yang akan diisi dengan logam cair.. Pem- buatan cetakan dari pasir cetak di- lakukan pada sebuah rangka

Berdasarkan pada hasil uji regresi berganda pada Tabel 4.17 di atas, menunjukkan bahwa variabel Independensi Auditor secara parsial berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar.. UPI: